Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Menyeberangi Alam Barzakh

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ============================ Saya pegang nisan dikubur arwah abang Hamid yang baru saja kami kebumikan tadi. Pikiran saya berputar putar. "Aii .. malah melamun? Kenapa?" tanya Bakar, teman baik saya yang juga sama menjadi penggali kubur di Bekasi, Muar, Johor., Malaysia. "Tak ada apa-apa. Tengok saja kain ini, dah kotor sekali kena tanah," saya berdalih, coba menyembunyikan hal yang mengusik kepala . Mari cepat ke pondok ... Mandur mau ketemu. Dia mau bicara tentang pekerjaan, gaji, overtime. Pak Dolah, teman-teman lain dah pergi dah, "tambah Bakar sambil memikul cangkul dan botol airnya." Pergilah dulu, nanti aku datang, "balas saya lantas duduk termenung. Sepeninggal Bakar, saya duduk di pinggir kubur Abang Hamid. Saya termenung. Ada satu hal yang sedang menyucuk-nyucuk pikiran saya. Sebenarnya sudah lama ia bermain-main di benak tapi sekarang ini makin mendesak. Orang-orang sudah balik, Munkar dan Nakir sudah datangkah menanyai Abang Hamid, hati saya bertanya. Kata orang, setelah tujuh langkah kita tinggalkan pusara, maka akan datanglah dua malaikat itu untuk menanyai si mayat. Kalau bagus amalannya saat hidup, berbahagialah. Tapi kalau bergelimang dengan kemungkaran, bersiap sedialah ... Saya teringat cerita konon ada orang yang menekap telinga ke kubur dan dengar suara dentuman situs kaki di dalam. Konon cerita, lalu itu terdengar pula suara hantaman dan si mati menjerit-jerit. Eee ... seramnya. Seperti apa rupa Munkar dan Nakir. besarkah badannya, garangkah rupanya atau berjubah dan maniskah wajahnya? Kalau dibelasahnya kita, tentu sakitnya tak terperi. Kalau lipan, kalajengking dan ular datang habislah kita di sengat, digigit dan dipatuk. Hendak lari tak bisa, mau mengadu tak bisa, kita seoranglah menanggung sakit pedih. Astaghfirullahal adzim ... Saya masih duduk melangu di pinggir kubur Abang Hamid . Jiwa muda saya makin menggaru-garu. Kian lama saya termenung kian ia mengganas dan mengacau pikiran. "Pergi ... pergi sekarang! Johar, inilah saatnya kalau mau mencoba. Teman-Teman dah tak ada, cepat ..", ia berbisik di telinga saya. Jari-jemari saya bergerak-gerak. Lutut dah mulai menggeletar manakala kepala terasa pusing. Saya beristighfar beberapa kali menentramkan jiwa yang bergelora, namun bisikan itu makin kuat berkumandang di telinga. "Cepat, cepat, cepat! Inilah saatnya. Johar , apa kamu tunggu lagi? Bukankah engkau sangat ingin tahu, jangan ditunda lagi. Kau takut? Alah, kalaupun tertangkap orang, engkau juga tidak akan dibunuh .. Jangan pedulilah, itu cerita orang aja. Entah iya entah tidak. Engkau orang muda, kuat semangat, apa kamu takut. Cepat Johar, cepat, cepaaaaat ..!". Dimulai lafaz bismillah dan selawat kepada Nabi, saya terus bangun dan terjun ke dalam kubur di sebelah pusara Abang Hamid. Ia baru saja digali sebab di sini, kami biasanya sudah menggali sekitar 10 kuburan sebagai persediaan. Maklumlah, Bekasi ini area besar, kalau ada banyak kematian sekaligus, tidaklah timbul masalah. Di dalam lahad saya berbaring dan bergumam, Lailahaillallah, Lailahaillallah, Lailahaillallah.. Saya pejamkan mata, menggigil melihat dinding lahat di depan mata. Bau tanah dan sempitnya ruang di dalam lahad itu menyebabkan saya benar-benar ketakutan. Munkar, Nakir, ular, kalajengking, api tinggi menggulung, nanah, darah dan segala siksaan yang pernah didengar dari guru-guru agama saya terbayang di depan mata . Saya juga teringat pada alunan suara seorang wanita membaca Al Qur'an dari salah satu kuburan di sini yang saya dengar beberapa bulan lalu.Jeritan, tangisan dan raungan dari kubur-kubur lain yang didengar pada malam-malam setelah itu juga pernah menyerbu pikiran saya. Suara-suara aneh dari kubur itulah yang sebenarnya menghentk-hentak jiwa saya untuk menyaksikan sendiri keadaan di dunia bawah. Bunyinya memang gila, mana bisa manusia hidup menyeberangi ke dunia bawah, tapi saya ingin juga merasakannya. Lailahaillallah Lailahaillallah Lailahaillallah Saya terus bergumam dan bergumam hingga tiba-tiba dunia menjadi kelam dan sedetik kemudian bergema satu suara yang amatmenakutkan. GGRUUMMM ... PPPRRAAAPPP!! Tanah di kubur Abang Hamid saya lihat tiba-tiba bergerak. Setelah itu satu lagi sisi tanah kuburnya bergejolak diiringi suara yang sangat mengintimidasi. "Ya Allaaaaahhh. .. apa yang terjadi ini? "saya menggeletar karena suara itu datang dari dua arah dan saling rapat merapati. Air mata seperti hendak mengalir. GGGRRRRUUUMMM. .. Tanah di kubur Abang Hamid bergerak lagi saling himpit menghimpit. Saya menggigil mendengar suara itu yang dentumannya lebih dahsyat dari tanah longsor. Saya coba menekup telinga karena tidak tahan dengan suara yang keras itu, tapi tangan saya tiba-tiba kaku. Ingin saja saya melompat dari kubur, pun demikian kaki bagai dipaku ke tanah, tak dapat bergerak. ARGGHKKK ... ERRRKKKKKKK Terdengar pula suara seorang pria mengerang.Suaranya laksana dia sedang menahan kesakitan yang amat sangat tapi seperti tersekat dikerongkong. Nafas saya sudah tidak tentu arah, takut yang amat sangat. AARRKKK ... UUURRRKKGGH!!! Saya menggigil ketika dia mengerang-ngerang lagi. Perasaan simpati tak dapat dibendung. Ingin rasanya saya menarik pria itu keluar dari terus dihimpit, tapi di sebelah saya cuma lapisan tanah yang tidak mampu ditembus. Saya masih terbaring dengan napas turun naik ketika tiba-tiba ... PPPR-RRAAPPPPP!!!. .. suara papan patah berderai. PRRAAKK ... TTAAPP ... PRRAAPP! Kepingan demi kepingan papan tersebut patah hingga hancur berkeping lalu disudahi dengan suara pria tersebut mengaduh. Serentak itu, terdengar pula tulang-tulang patah! Air mata saya meleleh. ketika ini hati saya berkata, mungkin inilah yang Nabi maksudkan bahwa tanah dan dinding kubur akan menghimpit tubuh orang-orang yang mengkufuri Allah sampai patah tulang selangkanya akibat siksaan ini. Aduh, tidak terbayang peri sakitnya pria yang sedang mengerang itu. Jantung saya bagai hendak tercabut dan darah terasa kering ketika mendengar dia mengerang-ngerang dan tulang-temulangnya patah Berderap-derap. Di saat saya terbungkam dengan apa yang terjadi, tiba-tiba satu deruan angin yang maha dahsyat datang menerpa. Desingannya menyakitkan telinga. Seiring dengan kerasnya suara angin itu, hadir sesuatu berwarna hitam seperti asap, makin lama makin membesar lalu membentuk sosok hitam yang teramat besar. Di tangannya tergenggam sebatang besi yang sedang membara, merah menyala. Tiba-tiba sosok itu mengayunkan besi tersebut. Langsung lengan saya menepis, namun ketika besi itu menyentuh lengan, saya menjerit kesakitan. Aduh, panasnya menyebabkan kulit tangan saya ini bagai tersengat dan dagingnya mengelupas. "ARGGGHHHH" Jangan pukul aku lagiiiii!!! " saya meraung ketika sosok hitam itu memukul kaki saya. Saya coba menghindari, tapi pukulan itu tetap singgah ke sasaran. Bagai ingin tercabut mulut saya menjerit karena panasnya besi itu membakar daging paha saya. "Arrgghhh ... sakit, sakiiittt!!" saya meraung-raung, tapi sosok hitam besar itu terus mengayunkan besi panasnya ke kepala, kaki, tangan, badan dan perut saya. Dalam pada itu, tanah di kubur sebelah terus-terusan bergerak himpit menghimpit. Bumi tempat saya berpijak bergetar hebat laksana dilanda gempa. Suara pria mengerang dan tulang-temulangnya patah Berderap bagai dahan patah, tetap terdengar. Dalam hati saya meraung, matilah aku sekarang .. Patahlah tulang aku, remuklah badan aku dihantam dengan besi panas. Saya menjerit, menepis, mengelak sampai tiba-tiba saya terasa sesuatu yang sangat dingin menyentuh ke tubuh saya. Seketika itu juga sosok hitam besar hilang entah ke mana dan suara bumi bergetar dan pria mengerang lenyap segera. Suasana terasa hening. "Johar ... Johar!!" sayup-sayup nama saya dipanggil. Dengan susah payah, saya membuka mata. Tapi saya tidak kuat, badan terlalu letih. Wajah seseorang terlihat samar2 dimata. "Johar ... bangun, bangun!" nama saya dipanggil lagi, badan digoncang-goncang. Saya buka mata sedikit. Ooo ... rupa-rupanya Bakar. Bersama-sama Pak Dollah, mereka mengangkat saya keluar dari kubur. Setelah diberi air, badan dikipas, barulah saya segar kembali. Bakar memberitahu, setelah menunggu lama di pondok, dia dan Pak Dollah dan Mandur mencari saya untuk membayar uang kerja menggali kuburan. Lama mencari, akhirnya dia jumpa saya di dalam lubang kubur sedang terbaring seorang diri. "Engkau menepis sana, menghindari sini. Habis tanah kubur tu engkau tumbuk. Aku ambil air, aku Siramlah," kata Bakar sambil menunjukkan gayung air yang digunakannya lalu disambut gelak tawa teman-teman. Saya hanya tersenyum tawar. Tak terdaya saya hendak ceritakan apa yang telah terjadi sebentar tadi, khawatir mereka tidak percaya. Setelah kejadian itu saya terlantar selama beberapa bulan akibat badan penuh dengan lebam-lebam. Mungkin lebam akibat meninju dan menendang tanah, mungkin juga akibat pukulan besi panas itu. Saya juga dibawa ke seorang ustadz untuk memulihkan semangat. Keluarga dan teman-teman menggeleng kepala dengar cerita saya. Mereka berebut menyuruh saya menceritakan pengalaman menakutkan itu. Ada yang insaf, ada juga yang mengatakan semua itu karut atau mainan setan, mimpi dan igauan semata. Entahlah apa kata mereka, tapi saya puas. Akhirnya saya telah saksikan sendiri siksaan di dalam kubur. Sama dengan apa yang dilihat itu adalah kondisi yang sebenarnya terjadi di dunia bawah atau hanya mimpi semata-mata akibat terlelap saat meracau, itu saya tidak ceritakan. Yang penting keinginan untuk mengetahui sendiri sepeti apa dunia bawah itu telah tertunai. ------------------------------------ --------- Sesungguhnya janji Allah itu benar ... MATI itu benar ... SYURGA - NERAKA itu benar .... dan siksa kubur .. itu juga benarrrr .... . Semoga ALLAH terima segala amalan kita dan mengampuni dosa-dosa kita .... amin Ya Rabbal A'lamin Barakallahufikum .. semoga bermanfaat Wassalam 




http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany -notes/renungan-menyeberangi-alam-barzakh/166730916688897