Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 16 Maret 2011

Membaca Al Fatihah Mesti Benar!!


Sebagai salah satu rukun sholat, Al Fatihah mempunyai kedudukan khusus sebagai sebuah surat Al Qur’an. Dia akan selalu dibaca di tiap raka’at…dengan demikian Al Fatihah bisa dikatakan sebagai bacaan WAJIB dalam sholat. Oleh karenanya, kita MESTI MEMPERHATIKAN dg baik+benar bacaan Al Fatihah, jangan sampai salah!

Hal ini aku uraikan, karena ternyata ada salah satu ayat dalam surat Al Fatihah, yg jika dibacanya ’salah’, maka maknanya akan sangat berbeda…dan malah bisa menjerumuskan kita dalam jurang kemusyrikan.

Ayat yg dimaksud adalah ayat 5, (5) Iyyaa Kana’budu Wa Iyyaa Kanasta’iin. Ayat ini mempunyai arti “kepada Engkau-lah (ALLOH SWT) kami menyembah dan kepada Engkau (ALLOH SWT) kami meminta pertolongan”

Perhatikan bagian yg dicetak miring!! Apabila bagian tersebut dibaca Iya (disebut tanpa tasydid), artinya adalah ‘matahari’. Dengan demikian, artinya menjadi “kepada mataharilah yang kami sembah dan kepada matahari kami meminta pertolongan”!!!!
‘Mengerikan’ bukan? Kita berniat menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada ALLOH SWT, namun karena salah tajwid (kurang tasydid), sembahan kita ‘melenceng’ … menjadi matahari…seperti halnya kaum Mesir, yg menyembah Ra, dewa matahari.

Naudzubillah…


http://rullyvaradita.blogspot.com/2011/02/membaca-al-fatihah-mesti-benar.html

Sholat Isya, Di Awal Atau Di Akhir Malam?


Bismillah,

Sebuah pertanyaan saya baca di sebuah tempat. Isinya adalah (lebih kurang sebagai berikut) “Sholat Isya lebih baik (dilakukan segera) setelah adzan atau sebelum tidur?”

Jawaban yg diberikan untuk pertanyaan tersebut adalah “khusus untuk sholat isya, (jika) dilaksanakan makin malam (maka) makin baik.”

Hal ini menarik, karena saya memang pernah membaca (walau sekilas) mengenai ‘perbedaan’ perlakuan terhadap sholat Isya. Jika 4 waktu sholat lainnya (Subuh, Dhuhur, Ashar, dan Magrib) hendaknya SEGERA didirikan, atau dengan kata lain, di awal waktu (tentunya setelah waktunya masuk), maka di artikel tersebut disebutkan sholat Isya akan lebih baik dilakukan di akhir2 malam.
“Ah, apa benar? Dalil apa yg mendasari hal ini?”
Pertanyaan di atas, saya yakin akan muncul. Hal yg sama pernah saya alami saat saya baru tahu hal ini. Terlebih, seingat saya, artikel pembahasan hal ini (sholat Isya diakhirkan) tidak ada dalil yg cukup kuat. Walhasil, saya coba cari referensi terkait hal ini.

Alhamdulillah, saya temukan referensi hal ini.

Ternyata sholat Isya dilakukan di akhir (malam) itu sifatnya SUNNAH, BUKAN WAJIB. Harap diperhatikan hal ini, terutama penekanan pada SUNNAH-nya.

Ada beberapa dalil mengenai hal ini:
- “Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat ‘atamah (isya`) sampai berlalu sebagian besar malam dan penghuni masjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda: “Sungguh ini adalah waktu shalat isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku.” (HR. Muslim no. 638)

- “Rasululloh SAW mengakhirkan shalat isya hingga malam sangat gelap sampai akhirnya Umar menyeru beliau, “Shalat. Para wanita dan anak-anak telah tertidur.” Beliau akhirnya keluar seraya bersabda, “Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini kecuali kalian.” Rawi berkata, “Tidak dikerjakan shalat isya dengan cara berjamaah pada waktu itu kecuali di Madinah. Nabi beserta para sahabatnya menunaikan shalat isya tersebut pada waktu antara tenggelamnya syafaq sampai sepertiga malam yang awal.” (HR. Al-Bukhari no. 569 dan Muslim no. 1441)

- “Kami menanti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat isya (‘atamah), ternyata beliau mengakhirkannya hingga seseorang menyangka beliau tidak akan keluar (dari rumahnya). Seseorang di antara kami berkata, “Beliau telah shalat.” Maka kami terus dalam keadaan demikian hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, lalu para sahabat pun menyampaikan kepada beliau apa yang mereka ucapkan. Beliau bersabda kepada mereka, “Kerjakanlah shalat isya ini di waktu malam yang sangat gelap (akhir malam) karena sungguh kalian telah diberi keutamaan dengan shalat ini di atas seluruh umat. Dan tidak ada satu umat sebelum kalian yang mengerjakannya.” (HR. Abu Dawud no. 421 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

Sebenarnya, sholat Isya pun HENDAKNYA didirikan DI AWAL (sesegera mungkin). Namun, mendirikan Isya di akhir, sebagaimana dalil2 di atas, SIFATNYA SUNNAH. Rasululloh SAW, seperti yg telah saya garis bawahi dan tebalkan, tidak mewajibkan sholat Isya di akhir karena akan memberatkan umat beliau.

Ada dalil lain yg perlu diperhatikan mengenai penyebab sholat Isya didirikan di akhir (malam).

“Adalah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat zhuhur di waktu yang sangat panas di tengah hari, shalat ashar dalam keadaan matahari masih putih bersih, shalat maghrib saat matahari telah tenggelam dan shalat isya terkadang beliau mengakhirkannya, terkadang pula menyegerakannya. Apabila beliau melihat mereka (para sahabatnya/jamaah isya) telah berkumpul (di masjid) beliau pun menyegerakan pelaksanaan shalat isya, namun bila beliau melihat mereka terlambat berkumpulnya, beliau pun mengakhirkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 565 dan Muslim no. 1458)

Dari hadits di atas, bisa kita lihat bahwa (seperti saya tulis di awal) pada dasarnya SEMUA SHOLAT HENDAKNYA DIDIRIKAN DI AWAL WAKTU. Khusus untuk Isya, apabila Rasululloh SAW melihat para sahabat dan jama’ah sudah berkumpul di awal waktu (misalkan waktu Isya di jam 19.15, lalu jam 19.20-19.30 para sahabat dan jama’ah sudah berkumpul, maka Rasululloh SAW akan segera mengimami dan bersama-sama (berjama’ah) mendirikan sholat Isya. Demikian juga sebaliknya, jika sahabat dan jama’ah ‘terlambat’ berkumpul (barangkali karena kesibukan atau hal2 lain), maka sholat Isya didirikan Rasululloh SAW dan sahabat dan jama’ah di akhir waktu.


http://rullyvaradita.blogspot.com/2011/03/sholat-isya-di-awal-atau-di-akhir-malam.html

Berilmu dan Menuntut Ilmu Itu Janganlah Ber-kacamata Kuda!


Bismillah,

Judul artikelnya mungkin sedikit sarkas (kasar), tapi ijinkan saya bercerita dahulu sebelum akhirnya anda tahu mengapa saya memilih kata-kata itu sebagai judul artikel.

Saudara-saudaraku, sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu, baik yang disebut ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Pada dasarnya Islam tidak membeda-bedakan ilmu dunia dan/atau ilmu akhirat, karena Islam adalah ajaran yg menyeluruh (terintegrasi) sehingga tidak ada perbedaan. Dikotomi pendidikan ini justru dibuat oleh manusia, yg pada akhirnya malah mengerdilkan posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Seringkali kita merasa ilmu yg kita pelajari sudah mencukupi untuk berpendapat. Bahkan kita menjadi berani untuk ‘menghakimi’ sikap seseorang hanya berdasar ilmu yg kita miliki, padahal sebenarnya orang tersebut mempunyai juga dasar utk sikap/tindakan yg dia lakukan.

Contoh yg paling mudah adalah bersentuhan kulit dg lawan jenis bukan mahram. Saya yakin mayoritas kaum muslim Indonesia, terutama yg hanya tahu madzhab Syafi’i akan menganggap orang2 di Mekkah, yg sedang haji, lantas sering bersentuhan (secara tidak sengaja) sholatnya tidak sah karena aksi sentuh kulit tersebut. Mereka tidak tahu (atau untuk kasus lebih ekstrim, tidak mau memahami) pendapat lain yg ‘membolehkan’ sentuh kulit untuk kasus2 tertentu.

Kita bisa lihat juga untuk masalah sholat Jum’at dan hari Raya. Bagi yg tidak tahu bahwa BOLEH tidak sholat Jum’at, mereka akan menganggap dirinya lebih baik (takabur) dan menganggap orang yg tidak sholat Jum’at sebagai orang yg sesat.

Contoh lain adalah pendapat seorang ulama yg beranggapan bahwa bumi adalah pusat tata surya. Dia menggunakan dalil Qur’an sebagai pijakan pendapatnya. Padahal sudah jelas, secara ilmu pengetahuan dan teknologi, matahari-lah yg menjadi pusat tata surya.

Pengetahuan yg tidak memadai, cenderung menutup diri terhadap pendapat lain, serta keras kepala dan taklid buta menjadikan kaum muslim Indonesia seperti kuda yg diberi kacamata. Dia hanya mau melihat apa yg dia lihat, beranggapan hanya jalan/pendapat dia yg paling benar, tanpa mau melihat atau mau tahu pendapat lain.

Kondisi ini terkadang diperparah dengan sikap para ulama, yg karena tidak mau kehilangan pengikut/jama’ah, dia lantas menyalahkan pendapat ulama lain. Jika sudah demikian, maka bentrokan antar jama’ah bisa terjadi karena keyakinan mereka terhadap ulamanya masing-masing.

Pendapat ulama di atas, yg menganggap bumi sbg pusat tata surya memperlihatkan bahwa ybs tidaklah mampu menerjemahkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Ybs terlalu membaca secara harfiah ayat2 Al Qur’an tanpa (maaf) berpikir panjang untuk mengetahui apa makna di balik ayat2 tersebut.

Dan ulama-ulama inilah yg membuat umat Islam ‘tidak mampu’ bersaing dg kelompok lain, terutama di bidang teknologi.

Semoga kita dicerahkan pikirannya, sehingga mau menerima pendapat/ilmu dari orang lain.


http://rullyvaradita.blogspot.com/2011/02/berilmu-dan-menuntut-ilmu-itu-janganlah.html

Arti Dari SWT, SAW, AS, dan RA


Bismillah,

Selaku kaum muslim, kita seringkali menemukan istilah-istilah SWT, SAW, AS, dan RA pada saat mempelajari Islam. Apa yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut?

SWT adalah singkatan dari Subhanallahu Wa ta’ala yang mempunyai arti “Engkau yang Maha Suci ya ALLOH Dan Maha Tinggi”. Kita biasa mengucapkan hal ini apabila nama ALLOH telah disebutkan. Karenanya kita akan jumpai tulisan ALLOH SWT.

SAW adalah kependekan dari Shallallahu `alaihi Wa Sallam, yang disunnahkan kepada kita untuk mengucapkannya pada saat menyebut atau mendengar nama Rasululloh SAW. Arti dari istilah ini adalah “Semoga ALLOH SWT memberikan shalawat dan salam kepadanya”. Karenanya kita akan banyak dapatkan tulisan Rasululloh SAW.

AS sendiri adalah kependekan dari Alaihis Salam yang bermakna “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya”. Kita akan dapati di akhir nama para Nabi dan Rasul.

RA adalah istilah untuk menyingkat lafaz Radhiyallahu `anhu/`anha / `anhum. Biasanya digunakan dan diberikan kepada para sahabat Rasululloh SAW. Maknanya adalah “Semoga ALLOH SWT meridhoinya”. Ada beberapa ketentuan mengenai hal ini. Apabila di bagian akhir `anhu itu berarti satu orang laki-laki. Sementara jika kata terakhirnya adalah `anhum maka ini berarti banyak (jamak) dan sedangkan jika kata terakhirnya adalah `anha maka ditujukan untuk seorang wanita.

Semoga bermanfaat


Sholat Isya, Di Awal Atau Di Akhir Malam?


Bismillah,

Sebuah pertanyaan saya baca di sebuah tempat. Isinya adalah (lebih kurang sebagai berikut) “Sholat Isya lebih baik (dilakukan segera) setelah adzan atau sebelum tidur?”

Jawaban yg diberikan untuk pertanyaan tersebut adalah “khusus untuk sholat isya, (jika) dilaksanakan makin malam (maka) makin baik.”

Hal ini menarik, karena saya memang pernah membaca (walau sekilas) mengenai ‘perbedaan’ perlakuan terhadap sholat Isya. Jika 4 waktu sholat lainnya (Subuh, Dhuhur, Ashar, dan Magrib) hendaknya SEGERA didirikan, atau dengan kata lain, di awal waktu (tentunya setelah waktunya masuk), maka di artikel tersebut disebutkan sholat Isya akan lebih baik dilakukan di akhir2 malam.

“Ah, apa benar? Dalil apa yg mendasari hal ini?”

Pertanyaan di atas, saya yakin akan muncul. Hal yg sama pernah saya alami saat saya baru tahu hal ini. Terlebih, seingat saya, artikel pembahasan hal ini (sholat Isya diakhirkan) tidak ada dalil yg cukup kuat. Walhasil, saya coba cari referensi terkait hal ini.
Alhamdulillah, saya temukan referensi hal ini.
Ternyata sholat Isya dilakukan di akhir (malam) itu sifatnya SUNNAH, BUKAN WAJIB. Harap diperhatikan hal ini, terutama penekanan pada SUNNAH-nya.

Ada beberapa dalil mengenai hal ini:
- “Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat ‘atamah (isya`) sampai berlalu sebagian besar malam dan penghuni masjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda: “Sungguh ini adalah waktu shalat isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku.” (HR. Muslim no. 638)

- “Rasululloh SAW mengakhirkan shalat isya hingga malam sangat gelap sampai akhirnya Umar menyeru beliau, “Shalat. Para wanita dan anak-anak telah tertidur.” Beliau akhirnya keluar seraya bersabda, “Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini kecuali kalian.” Rawi berkata, “Tidak dikerjakan shalat isya dengan cara berjamaah pada waktu itu kecuali di Madinah. Nabi beserta para sahabatnya menunaikan shalat isya tersebut pada waktu antara tenggelamnya syafaq sampai sepertiga malam yang awal.” (HR. Al-Bukhari no. 569 dan Muslim no. 1441)

- “Kami menanti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat isya (‘atamah), ternyata beliau mengakhirkannya hingga seseorang menyangka beliau tidak akan keluar (dari rumahnya). Seseorang di antara kami berkata, “Beliau telah shalat.” Maka kami terus dalam keadaan demikian hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, lalu para sahabat pun menyampaikan kepada beliau apa yang mereka ucapkan. Beliau bersabda kepada mereka, “Kerjakanlah shalat isya ini di waktu malam yang sangat gelap (akhir malam) karena sungguh kalian telah diberi keutamaan dengan shalat ini di atas seluruh umat. Dan tidak ada satu umat sebelum kalian yang mengerjakannya.” (HR. Abu Dawud no. 421 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

Sebenarnya, sholat Isya pun HENDAKNYA didirikan DI AWAL (sesegera mungkin). Namun, mendirikan Isya di akhir, sebagaimana dalil2 di atas, SIFATNYA SUNNAH. Rasululloh SAW, seperti yg telah saya garis bawahi dan tebalkan, tidak mewajibkan sholat Isya di akhir karena akan memberatkan umat beliau.

Ada dalil lain yg perlu diperhatikan mengenai penyebab sholat Isya didirikan di akhir (malam).

“Adalah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat zhuhur di waktu yang sangat panas di tengah hari, shalat ashar dalam keadaan matahari masih putih bersih, shalat maghrib saat matahari telah tenggelam dan shalat isya terkadang beliau mengakhirkannya, terkadang pula menyegerakannya. Apabila beliau melihat mereka (para sahabatnya/jamaah isya) telah berkumpul (di masjid) beliau pun menyegerakan pelaksanaan shalat isya, namun bila beliau melihat mereka terlambat berkumpulnya, beliau pun mengakhirkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 565 dan Muslim no. 1458)

Dari hadits di atas, bisa kita lihat bahwa (seperti saya tulis di awal) pada dasarnya SEMUA SHOLAT HENDAKNYA DIDIRIKAN DI AWAL WAKTU. Khusus untuk Isya, apabila Rasululloh SAW melihat para sahabat dan jama’ah sudah berkumpul di awal waktu (misalkan waktu Isya di jam 19.15, lalu jam 19.20-19.30 para sahabat dan jama’ah sudah berkumpul, maka Rasululloh SAW akan segera mengimami dan bersama-sama (berjama’ah) mendirikan sholat Isya. Demikian juga sebaliknya, jika sahabat dan jama’ah ‘terlambat’ berkumpul (barangkali karena kesibukan atau hal2 lain), maka sholat Isya didirikan Rasululloh SAW dan sahabat dan jama’ah di akhir waktu.


http://rullyvaradita.blogspot.com/2011/03/sholat-isya-di-awal-atau-di-akhir-malam.html

Berbagai Motivasi Orang Beribadah


Bismillah,

Saudara-saudaraku, banyak sekali motivasi orang beribadah. Dari berbagai pengalaman dan cerita, saya merangkum beberapa di antaranya.
Sekedar gugur kewajiban
Ini adalah tingkatan paling bawah (menurut saya). Yg penting sudah selesai mengerjakan, selesai urusan. Tidak dipikir apakah saat ibadah dia bersungguh-sungguh atau apakah ALLOH SWT menerima ibadahnya.
Mencari pahala
Percaya atau tidak, masih banyak di antara kita, bahkan yg sudah tua, menjadikan pahala sebagai tujuan beribadahnya. Tidak heran, jika ada yg berhitung dengan teliti untuk ibadahnya di bulan Ramadhan ini.
Dia berhitung seperti ini. “Saya tidak sholat wajib selama 1 tahun. Berarti saya ketinggalan sholat wajib sebanyak 365x5 = 1825. Di bulan Ramadhan ini, sholat wajib dihitung 10x. Berarti jika saya sholat wajib sebulan penuh (sebanyak 150 kali) dan ditambah sholat sunnah (yg nilainya dianggap sama dg sholat wajib) sebanyak 30 kali, maka saya lunas sudah hutang sholatnya.”
 Atau ada juga yg lebih ekstrim. Dia naik haji lalu berhitung bahwa sholat di Masjidil Haram nilainya 100 ribu kali daripada di tempat lain. Otomatis, dia berkesimpulan tidak perlu sholat lagi karena masih punya tabungan.
Berharap surga
Mirip dengan di atas, motivasi ini juga sudah menjadi ‘makanan’ dan tujuan bagi kebanyakan orang. Terlebih jika para ulama dan da’i ikut ‘mengompori’ dengan dalil2 ttg imbalan surga. Klop sudah!
Saya tidak menyalahkan saudara2 saya yg masih menggunakan kedua motivasi atas utk ibadah. Hanya saja, menurut saya, orang yg beribadah karena kedua motivasi di atas mirip dg anak TK/SD yg berharap mendapat imbalan usai berbuat kebaikan.
Motivasi lain yg bisa kita temukan adalah:
Takut neraka
Ada juga orang yg beribadah karena takut dengan neraka. Dia sholat karena takut masuk neraka Saqor. Dia beriman (menjadi muslim) karena takut neraka jahanam.
Orang yg beribadah seperti ini, menurut saya, seperti budak/pembantu. Dia beribadah karena takut dihukum majikannya. Sama seperti motivasi di atas, saya tidak menyalahkan orang yg beribadah karena alasan ini.
‘Berdagang’ dengan ALLOH SWT
Motif ini mirip dg motif mencari pahala. ‘Landasan’ mereka melakukan ini karena menurut mereka ALLOH SWT sendiri ‘menawarkan’ hal ini.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? - (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, - niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Ash Shaff(61):10-12)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah(2):261)
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,” (Al Hadiid(57):11)
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”(Al Hadiid(57):18)
Adapun menurut saya, motif yg ‘baik’ dan sebaiknya diikuti adalah motif CINTA dan BUKTI BERSYUKUR KEPADA ALLOH SWT.
Jika kita melihat kepada kehidupan Rasululloh SAW, hamba-Nya yg ma’sum dan dijamin masuk surga, beliau tetap banyak beribadah (dan sholat malam). Ketika ditanya oleh istrinya (Aisyah), beliau menjawab bahwa ibadah tersebut dilakukan karena rasa syukur kepada ALLOH SWT.
Jadi, apa motif ibadah anda?


http://www.facebook.com/notes/blog-nya-mas-rully/berbagai-motivasi-orang-beribadah/197858920233764

Islam Dan Alam Sekitar


Bismillah,

Islam sebagai agama yang sempurna, dia memperhatikan banyak aspek kehidupan, bahkan yang terkecil sekalipun. Aspek kehidupanpun tidak hanya berkaitan dengan manusia semata, namun juga dengan lingkungan/alam sekitar.

ALLOH SWT sudah menegaskan bahwa KEBANYAKAN manusia akan banyak berbuat kerusakan di muka bumi ini, dengan berbagai macam polah tingkahnya. Kita bisa lihat pada ayat-ayat berikut ini:

AL BAQARAH(2):11,“Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”

AL BAQARAH(2):30,“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

AL BAQARAH(2):205,“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”

AL MAA-IDAH(5):32,“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.“
AL A’RAAF(7):56,“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

HUD(11):116,“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.”

Ayat-ayat di atas secara tidak langsung memperlihatkan bahwa secara perlahan tapi pasti, manusia akan berbuat kerusakan (kecil dan besar) terhadap bumi, yang akan berakibat kepada kerusakan dan ketidakseimbangan alam. Di jaman modern ini, ketidakseimbangan alam ini kian terasa dengan adanya efek pemanasan total. Salju dan es mencair, mengakibatkan permukaan air laut meluap. Belum lagi ditambah dengan penebangan hutan yang semena-mena, membuat paru-paru dunia kian berkurang dan tingkat pencemaran meningkat dengan tajam.

Kondisi ini diperparah dengan pengeboran dan penggalian serta eksplorasi bumi yang kian tidak memperhitungkan faktor ‘ketangguhan’ bumi. Emas, minyak, dan berbagai barang tambang, semua dikeruk sebesar-besarnya.

Laut juga tidak luput dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh manusia.

Dan sekali lagi, Islam sudah memperingatkan mengenai hal ini. Jika ayat-ayat di atas dianggap masih belum rinci berbicara mengenai kerusakan alam, maka ayat berikut akan menggambarkan dan menjelaskan secara gamblang. Perhatikan ayat berikut:

AR RUUM(30):41,“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Sayangnya, alam lingkungan seakan luput dari kaum muslim, terutama abad ini. Tidak ada fikih atau aturan agama ataupun fatwa yg secara resmi dikeluarkan oleh para ulama terkait dengan kondisi alam lingkungan ini. Padahal Islam (melalui Al Qur’an) sudah memberitahu dan mengingatkan hal ini berabad lampau.

Dengan kata lain, para ulama mesti memikirkan fiqh al bi’ah (fikih lingkungan) sebagai upaya memberi jawaban (dari sisi Islam) terhadap krisis ekologi yang telah berlangsung secara sistematis akibat keserakahan manusia dan kecerobohan penggunaan teknologi.

Bagi kita, muslim ‘kebanyakan’, tidak ada yg tidak bisa kita kerjakan berkaitan dengan kelestarian alam. Setidaknya kita bisa melakukan beberapa hal berikut:
1. Tidak membuang sampah sembarangan
2. Menanam pohon di depan halaman (jika ada) untuk mengurangi tingkat polusi
3. Tidak boros dalam menggunakan energi (hemat energi). Al Isra(27):17,“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
4. Menggunakan air seperlunya, sekalipun untuk berwudlu.

Sudah siapkah kita melestarikan alam? Ayo mulai dari sekarang!


@}~~ Kuntum Cintanya ~~{@


 “De’… de’… Selamat Ulang Tahun…” bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku. “Hmm…” aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.
Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku.
Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me… Happy Birthday to Me…. Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resor di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.
“De… Ade kenapa?” tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.
Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.
“Selamat ulang tahun ya De’…” bisiknya lirih. “Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini… tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.
 Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.
“Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng… Nggak bagus ya de?” ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.
Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.
“Jelek ya de’? Maaf ya de’… aku nggak bisa ngasih apa-apa…. Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de’…” desahnya.
Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi… mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.
“A’ lihat aku…,” pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. “Tahu nggak… kamu ngasih aku banyaaaak banget,” bisikku di antara isakan. “Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu ngasih aku dede’,” senyumku sambil mengelus perutku. “Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama....” bisikku dalam cekat.
Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. “Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang,” isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.
Rabbana… mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-kuntum-cintanya-/10150148838296042

KECANTIKAN...!!!!


*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Setiap wanita pasti ingin kelihatan cantik dan menarik bukan?, tapi jangan terlalu memfokuskan mempercantik fisik saja, toh wajah yang cantik tapi bila tidak didukung dengan kecantikan hati dan sikap, sama saja boong. Memang gak bisa dimunafikan bahwa kecantikan memang aset bagi seorang wanita. Tapi yang perlu diketahui, pada dasarnya semua wanita itu cantik. Tapi bila didukung aura positif dari sikap dan prilaku yang baik dan santun, akan semakin terpancar aura cantiknya. Pernah gak kita sadari bahwa betapa pentingnya sikap yang baik itu, itu sangat mempengaruhi dalam diri kita.
Sering lia perhatikan, mungkin juga teman2 pernah perhatikan. Ada seorang wanita, bila kita lihat orangnya mungkin tidak menarik(maaf bukan lia menjelek-jelekkan) tapi orang-orang suka berteman dengan dia dan dia juga disukai oleh banyak orang, kalau kita pikir apa yang menyebabkan orang senang berteman dan menyukai dia, ternyata jawabannya sangat simple, dia orangnya ramah, suka tersenyum dengan orang lain, tutur katanya baik dan sopan, orangnya menyenangkan, suka membantu teman-temannya yang kesusahan. Terbuktikan bahwa kecantikan fisik bukan satu-satunya modal untuk bisa disenangi dan disukai oleh orang, ada hal lain yang sebenarnya lebih penting dari sekedar kecantikan lahiriah.
Begitu juga sebaliknya, mungkin orang tertarik untuk mengenalnya karena melihat wajahnya yang cantik, tapi bila sikapnya menyebalkan, egois, keras kepala, sombong, angkuh dan pemarah, gak ada yang mampu bertahan lama berteman dengan orang seperti itu dan perlahan-lahan akan mundur satu persatu dan bisa jadi lama-lama gak ada yang mau berteman dengannya karena sikapnya seperti itu. Inilah timbal baliknya. Jadi jangan pernah merasa minder bila merasa diri gak cantik atau gak menarik, jangan takut orang gak ada yang mau mendekati dan berteman dengan kita. Jadilah diri sendiri, apapun kekurangan yang ada pada diri kita, terima dan syukuri rahmat Allah yang terindah untuk kita. Karena kecantikan akhlak dan budi pekerti itu lebih hakiki dari pada kecantikan fisik yang suatu saat bila kita tua nanti, akan luntur dan pudar dimakan waktu. Semoga cerita ini bisa menginspirasi para perempuan dibelahan bumi manapun untuk tetap jadi diri sendiri..
♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/kecantikan/10150148618231042