Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Sabtu, 19 Maret 2011

UNTUKMU BUNDA


Ingin kuberikan sesuatu yang istimewa di hari ini Bunda
Sesuatu yang masih dalam angan ku
Menggantung di wajah langit senja
Ku persembahkan untuk senyummu

Bertahun sudah pengharapanmu tak pernah surut
Larut dalam do'a dan pujian
Tanpa rasa gundah atau kecewa
Kau gantungkan semua keinginan hanya pada DIA

Bunda..
Senyum tulusmu selalu membayang di pelupuk mataku
Menghampar jelas di dalam benakku
Meneduhkan kegersangan hati
Bagai mendapat setetes embun  nirwana

Bunda..
Hari ini yang teristimewa
Untuk mengenang kembali masa kecilku
Saat aku masih bermanja padamu
Dalam dekapan hangatmu aku tertidur

Waktu berlalu begitu cepat bunda
Lihatlah hamparan langit di penghujung senja
Tersenyum takzim pada ketulusan
Yang tak berbatas ruang dan masa
Semua hanya untukmu bunda

Rabbighfili waliwaalidayya...
Do'a ini untukmu bunda
Ku ingin mengumpulkan senyummu dalam bingkai emas
Yang kusimpan dalam ruang teristimewa di hatiku
Dan selalu kutaburi dengan do'a di hari-hari ku
>>>*<<<

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/untukmu-bunda/10150151121351042

[ Catatan Khusus ] : KRITERIA MEMILIH JODOH YANG BAIK :D


Catatan berikut, bisa jadi serius bisa jadi nggak serius. Sebab catatan ini aku buat setelah berkali-kali mendapat request yang aku sendiri sampai sekarang masih selalu saja bingung jika ditanya perihal request ini.
Kriteria memilih jodoh, nah, heee... :D
Permasalahannya itu karena aku sendiri belum menikah. Belum juga final menentukan pilihan siapa yang akan menjadi pendampingku kelak (silakan berdoa pada Tuhan YME untuk menjadi pendampingku yah, huehehe.. Ge er abis :D).
Alhasil, jika aku ditanya, Kamu ingin Istri yang bagaimana? Maka jawabanku bermacam-macam. "Yang Pasti, aku tidak pasang kriteria macam-macam, pokoke iso macak iso masak" :D ... Yang penting bisa bersolek yang cantik buat suami, dan bisa masak. Itu salah satu jawabanku :D :p
Kan nggak lucu, kalau suami capek-capek dari luar dalam keadaan lapar, pengen makan enak, tapi ternyata di meja makan cuma ada semangkuk mie rebus, sama sepiring telor goreng, mana gorengannya amburadul lagi :D
Kritikan pedas nih buat para cewek masa kini. Kok bisa jadi sangat aneh kalau sekarang teramat banyak wanita yang tidak bisa masak. Alasannya karena sibuk kuliah, sibuk karir. Padahal dua alasan itu mentah. Kami saja yang sibuk belajar masih bisa masak, bahkan terlatih masak saat di pondok.Karena, salah satu rahasia keharmonisan rumah tangga, adalah kecakapan istri dalam hal masak-memasak. Jadi, bisa dianalisa, salah satu faktor banyaknya perceraian akhir-akhir ini, karena ketidakmampuan istri dalam tata boga.
So, mulai sekarang bagi mbak-mbak, ukhti-ukhti, neng-neng, yang nggak bisa masak, belajar masak yah, mumpung belum telat, beli resep-resep masakan, praktekin, liat acara-acara Farah Queen, atau Rudi Khoiruddin. Atau belajar dari Ibu masing-masing. Aib wanita tidak bisa masak, sangat aib.
Ntar kalau masakanmu keasinan, bagaimana perasaanmu saat dikatain suami, "De', kok sedap banget masakannya, kamu tambahin upilmu ya" :D
Nggak lucu kan kalau suamimu akhirnya suka makan di warung terus kecantol mbak-mbak pelayan warungnya hanya gara-gara dia lebih pinter ngulek sambel terasi daripada kamu, nah lho.
Pada dasarnya, bagi wanita, dalam hal memilih jodoh, yang perlu menjadi penilaian utama adalah kesalehan dia. Jangan langsung melihat dia sudah kerja atau belum? Kesalahan pandangan ini.
Jangan khawatir deh ntar makan apa, pasti makan nasi, nggak mungkin makan batu.
Makanya, kalau ada mbak-mbak konsultasi padaku tentang calon jodohnya, maka pertama kali yang aku suruh lihat adalah sholatnya, beres 5 waktu tidak? Kalau beres, maka insyaallah semuanya baik. Sebab dia nanti akan menjadi pemimpin, imam bagi keluarganya itu. Dan penentuan imam yang paling penting adalah ketekunan sholat dia.
Kedua, akhlak dan tatakramanya. Cari suami yang mempunyai perangai bagus. Sebab itu berhubungan dengan interaksi sosial dia dengan keluarga mertuanya nanti. Karena lembaga pernikahan adalah lembaga yang mempertemukan dan menyambung dua keluarga, sebagaimana diketahui.
Dua hal ini yang menurutku terpenting. Sedang kriteria-kriteria tambahan lainnya, semisal ganteng, pintar, kaya, adalah kriteria pendukung dan penyempurna.
Sebab, sebagaimana inti dari semua nash-nash hadits Rosul seputar tata cara memilih jodoh, baik calon suami, ataupun calon istri, penekanannya adalah pada kebaikan agama calon suami atau calon istri.
Karena tentu saja jika agamanya baik, maka dia punya rasa khosy-yah, rasa taqwa pada Allah yang mendorongnya untun bertanggung jawab. Dan di antara bentuk bertanggung jawab bagiku, adalah bahwa calon istri itu juga kudu pinter masak, huehehe :D.
Karena tentu saja orang-orang model ini, adalah orang-orang yang bijak menghadapi hidup, yang tidak mudah goncang dengan keadaan yang sulit, mampu bersabar. Juga sebaliknya, saat keadaan enak, dia tidak mudah lalai dan terlena. Karena kemampuannya mensyukuri nikmat Penciptanya.
Kemampuan menjaga keseimbangan psikologinya, akan berdampak langsung dan nyata pada kemampuannya menjaga keseimbangan biduk rumah tangganya.
Bukan lantas catatan ini lalu diartikan, wah kalau gitu cari suami yang ahli agama saja, dari pesantren saja, yang aktif di Liqo'-Liqo' aja. Bukan begitu, tidak jaminan itu. Tetapi tadi adalah kriteria umum, dan bukan harus cari suami dari kalangan-kalangan agamis. Boleh dari kalangan apa saja, yang penting sholatnya baik, akhlaknya baik.
Pada akhirnya, di samping menyelidiki kandidat calon suami, bagaimana agamanya, bagaimana moralnya. Hendaknya sebelum memutuskan pilihan melalui musyawarah keluarga, juga tak lupa istikhoroh pada Allah Ta'ala.
Maa Khoba man Istakhoro, wa Maa Nadima man istasyaro.. Orang yang istikhoroh, tak akan kecewa, dan yang meminta pendapat, tak akan menyesal.
So akhir catatan, pintar-pintar lah memilih calon suami juga calon istri, sebab ini adalah keputusan terkrusial seumur hidup, menentukan kebahagiaanmu selamanya. Apalagi dengar-dengar katanya sekarang makin sulit mencari menantu baik. Wallahu A'lam.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-catatan-khusus-kriteria-memilih-jodoh-yang-baik-d/10150151654596042

@}~~ ARIGATO GHOZAIMASU ~~{@


Di mobil, perjalanan ketika suamiku baru menjemput aku di eki (stasiun) setelah tiba dari perjalanan ke luar kota. “Mas,... tadi abang (panggilan untuk putra sulung kami) jadi latihan karate khan ?”, tanyaku.
“Jadi koog, tau ngga dek, tadi abang waktu mas bangunin tidur siang bilang apa ?. Masa’ abang baru aja melek langsung bilang gini, “Abi, okoshitekurete arigatou nee”. (Abi udah bangunin abang makasih yaa…).
“Anak itu emang udah nihonjin (orang Jepang) banget kog perasaan”, komentar suamiku lebih lanjut. Aku hanya tersenyum, sambil membayangkan si abang.
“Iyaa bener juga, masa’ cuman perkara dibangunin dari tidur siang aja begitu melek masih sempet-sempetnya inget untuk bilang arigato (terimakasih), kataku dalam hati.
Aku lantas teringat kejadian beberapa hari yang lalu sepulang dari kampus membawa sisa camilanku yang tidak habis kumakan di lab. Abang menyambutku sambil bertanya, “Ummi, kore tabete ii ?” (Ummi, ini boleh abang makan ?).
Ketika melihatku mengangguk si abang lantas berkata “Ummi, arigatou nee… oishii mono katte kurete, arigatou” . (Ummi, makasih yaa udah beliin abang makanan enak).
Deeg,… aku tersenyum kecut sambil melihat camilan yang mungkin sudah tidak sampai sepertiga lagi isinya. “Duuh,… kesindir anak kecil niih”, gumamku. Padahal camilan itu bukanlah makanan yang mewah atau enak sekali, dan kurasa cukup sering aku membelikan anak-anak panganan kecil semacam itu. Tapi entah mengapa, apresiasi yang diberikan seakan-akan melebihi apa yang diterimanya. Hhmm…khas nihonjin (orang Jepang).
Memang begitulah salah satu budaya yang baik dari orang Jepang, lidah mereka terasa ringan untuk mengucapkan terima kasih. Jangankan untuk hal-hal yang besar, untuk hal-hal sepele saja orang Jepang mudah sekali memberikan apresiasi.
Contoh yang sering dijumpai adalah bila kita masuk ke sebuah toko, walaupun kita tidak membeli sesuatu, katakanlah hanya sekedar window shopping, saat kita keluar dari toko, pelayan akan langsung memasang senyum dan mengucapkan arigatou gozaimasu (terima kasih) sambil sedikit membungkukkan badannya. Bagi orang Jepang kata-kata “Terima kasih” lazim diucapkan sampai tiga kali. Pertama, disaat mereka menerima barang atau bantuan jasa. Kedua, selang beberapa hari kemudian biasanya orang Jepang akan telfon untuk mengucapkan terima kasih atau pada kasus terhadap orang yang dihormati, biasanya mereka akan mengirimkan kartu pos tertulis ucapan terima kasih. Ketiga, saat jumpa kembali, mereka akan spontan mengatakan “Senjitsu domo arigatou” (Terima kasih yaa untuk kejadian waktu itu).
Duh indahnya,… bila menerima perlakuan baik, mereka akan benar-benar mengingat dan menghargai. Belum lagi kebiasaan mereka berbalas hadiah, bila kita memberikan sesuatu hadiah, jangan heran bila selang beberapa hari mereka akan mengirimkan hadiah balasan sebagai ungkapan terima kasih.
Coba mari kita buka lembaran hadist, sebenarnya Rasulullah SAW manusia agung yang dirahmati Allah, 14 abad yang lampau telah mengajarkan kita untuk berlaku serupa. Sebagaimana tertera dalam sebuah hadist yang bersumber dari Hadath Asy’as ra. Rasulullah SAW bersabda :
“Orang-orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah ialah orang-orang yang paling banyak bersyukur/berterima kasih pada orang-orang “. (Al-Mu’jam Al Kabir Lit-Tabrani).
Lantas mengapa kadang kita masih saja sulit untuk mengapresiasikan kebaikan orang-orang di sekeliling kita?.
Saya teringat keluhan seorang kawan muslimah beberapa waktu yang lalu, “Bu Na, suami saya tuh kalau ke orang lain perasaan gampang banget deh bilang ‘Jazakumulloh khoiron katsiroo” (Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan lebih baik dan banyak). Tapi, misalnya kalo saya abis masak besar untuk menjamu temen-temen suami, trus nyuci setumpuk piring kotor, atau ngebuatin suami teh manis, hhmm… boro-boro ada ucapan singkat ‘terima kasih’, suami bisa noleh sambil senyum aja sudah bagus banget, eeh,…yang ada suami terus aja asyik melototin monitor”. “Eeeh, bukannya saya ngga ikhlas lho yaa… tapi khan seneng aja kalo suami tuh menghargai pekerjaan kita, jadi semangat gitu mau ngapa-ngapain”, tutur kawan tersebut.
Sebenarnya ini bukanlah yang pertama kali saya mendengar curhat yang senada. Memang benar juga, kadang saya amati, para bapak acapkali memandang apa yang sudah dikerjakan isteri adalah kewajiban yang sudah sepatutkan dikerjakan.
Padahal, sebenarnya tidak sedikit hal-hal yang dikerjakan isteri itu adalah justru merupakan kewajiban suami. Hanya karena rasa sayang terhadap suami, atau niatan beramal dengan harapan mendapat pahala yang lebih dari Allah, maka tugas-tugas suami lantas diambil alih, dan bila sudah keterusan, lama-kelamaan suami menganggap itu adalah sudah kewajiban isteri. Sehingga yang dulu awalnya hati selalu bersyukur, ucapan terima kasih senantiasa terucap tatkala isteri membantu meringankan tugas, lambat laun akan terlena, maka hilanglah sudah ucapan-ucapanterima kasih dan do’a “jazakillah khoir” itu.Coba anda ingat, kapankah terkahir kali anda mengucapkan kata-kata mesra ungkapan terima kasih penuh do’a pada isteri anda?. Bila anda sudah lupa, tunggu apa lagi? alihkan sejenak pandangan anda dari layar monitor ini. Lantas segeralah buzz atau telfon isteri anda, dan katakanlah… insyallah sepulang anda kerja, isteri anda akan menyambut dengan mesra dan penuh kehangatan.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-arigato-ghozaimasu-/10150152595771042

MEREKA MENGAJARKAN KITA


Bismillaahirrahmanirrakhiim....

Hal yang sangat menyedihkan adalah saat kita jujur pada teman, dia berdusta pada kita. Saat dia telah berjanji pada kita, dia mengingkarinya. Saat kita memberikan perhatian, dia tidak menghargainya. Hal yang sangat mengecewakan adalah kita dibutuhkan hanya pada saat dia dalam kesulitan.
Jangan pernah menyesali atas apa yang terjadi ! Sebenarnya hal-hal yang kita alami sedang mengajari kita. Saat teman kita berdusta pada kita atau tidak menepati janjinya pada kita atau dia tidak menghargai perhatian yang kita berikan, sebenarnya dia telah mengajari kita agar kita tidak berperilaku seperti dia.
Bila kita dibutuhkan hanya pada saat dia sedang kesulitan sebenarnya juga telah mengajari kita untuk menjadi orang yang arif dan santun, kita telah membantunya saat dia dalam kesulitan.
Hal yang menyakitkan adalah saat kita mencintai seseorang dengan tulus tapi dia tidak mencintai kita atau dia yang kita sayangi tiba-tiba mengirimkan kartu undangan pernikahannya, sebenarnya hal ini sedang mengajari kita untuk RIDHA menerima takdir-Nya.
Begitu banyak hal yang tidak menyenangkan yang sering kita alami atau bertemu dengan orang-orang yang menjengkelkan, egois dan sikap yang tidak mengenakkan. Dan betapa tidak menyenangkan menjadi orang yang dikecewakan, disakiti, tidak diperdulikan/dicuekin, atau bahkan dicaci dan dihina. Sebenarnya orang-orang tersebut sedang mengajari kita untuk melatih membersihkan hati dan jiwa, melatih untuk menjadi orang yang sabar dan mengajari kita untuk tidak berperilaku seperti itu.
Mungkin ALLAH menginginkan kita bertemu orang dalam berbagai macam karakter yang tidak menyenangkan sebelum kita bertemu dengan orang yang menyenangkan dalam kehidupan kita dan kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu yang telah mengajarkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita.


http://www.facebook.com/notes/melati/mereka-mengajarkan-kita/188565054515211

Pemuda & Ayahnya yang Berubah Menjadi Himar


Bismillahirrahmanirrakhim.....

Dalam terik panas mentari yang memancar menyinari tanah Baitul Haram, seorang ulama zuhud yang bernama Muhammad Abdullah al-Mubarak keluar dari rumahnya untuk menunaikan ibadah haji. Di sana dia lekat melihat seorang pemuda yang asyik membaca sholawat dalam keadaan ihram. Malah di Padang Arafah dan di Mina pemuda tersebut hanya membasahkan lidahnya dengan sholawat ke atas Nabi."Hai saudara," tegur Abdullah kepada pemuda tersebut. "Setiap tempat ada bacaannya tersendiri. Kenapa saudara tidak membanyakkan doa dan sholat sedangkan itu yang lebih dituntut? Saya lihat saudara asyik membaca sholawat saja."
"Saya ada alasan tersendiri," jawab pemuda itu.
"Saya meninggalkan Khurasan, tanah air saya untuk menunaikan haji bersama ayah saya. Apabila kami sampai di Kufah, tiba-tiba ayah saya sakit kuat. Dia telah menghembuskan nafas terakhir di hadapan saya sendiri. Dengan kain sarung yang ada, saya tutup mukanya. Malangnya, apabila saya membuka semula kain tersebut, rupa ayah saya telah bertukar menjadi himar. Saya malu. Bagaimana saya mau memberitahu orang tentang kematian ayah saya sedangkan wajahnya begitu hodoh sekali?
"Saya terduduk di sisi mayat ayah saya dalam keadaan kebingungan. Akhirnya saya tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu saya melihat seorang pemuda yang tampan dan baik akhlaknya. Pemuda itu memakai tutup muka. Dia lantas membuka penutup mukanya apabila melihat saya dan berkata,
"Mengapa kamu susah hati dengan apa yang telah berlaku?"
"Maka saya menjawab, "Bagaimana saya tidak susah hati sedangkan dialah orang yang paling saya sayangi?"

"Pemuda itu pun mendekati ayah saya dan mengusap wajahnya sehingga ayah saya berubah wajahnya menjadi seperti sediakala. Saya segera mendekati ayah dan melihat ada cahaya dari wajahnya seperti bulan yang baru terbit pada malam bulan purnama.
"Engkau siapa?" tanya saya kepada pemuda yang baik hati itu.
"Saya yang terpilih (Muhammad)."
"Saya lantas memegang jarinya dan berkata, "Wahai tuan, beritahulah saya, mengapa peristiwa ini bisa terjadi?" Rahasia sholawat 100 kali
"Sebenarnya ayahmu seorang pemakan harta riba. Alloh telah menetapkan agar orang yang memakan harta riba akan ditukar wajahnya menjadi himar di dunia dan di akhirat. Alloh telah menjatuhkan hukuman itu di dunia dan tidak di akhirat. "
Semasa hayatnya juga ayahmu seorang yang istiqamah mengamalkan sholawat sebanyak seratus kali sebelum tidur. Maka ketika semua amalan umatku ditontonkan, malaikat telah memberi tahu keadaan ayahmu kepadaku. Aku telah memohon kepada Alloh agar Dia mengizinkan aku memberi syafaat kepada ayahmu. Dan inilah aku datang untuk memulihkan semula keadaan ayahmu."

Subhanallah....
Allohumma sholli ala Muhammad
Allohumma sholli alaihi wassalim


http://www.facebook.com/notes/melati/pemuda-ayahnya-yang-berubah-menjadi-himar/188269501211433

Manusia seperti apakah kita?


Bismillaahirrahmanirrakhiim....

Bilamana anda menemukan anti virus H1N1 apa yang akan anda lakukan? Maka sebagian besar akan menjawab :" Saya akan jadikan peluang untuk memulai bisnis anti virus dengan harga yang tentu saja menguntungkan sehingga saya dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kebutuhan saya.Seorang penemu metode pengajaran atau keilmuan membuat hak paten atas hasil karyanya, otomatis siapapun yang memanfaatkan metodenya harus membayar royalti padanya sebagai bentuk penghargaan atas hasil karyanya.
Suatu ketika Al Banna berbincang-bincang dengan seorang kawan yang berprofesi sebagai trainer dari lembaga terkenal di Indonesia, mereka berbicara panjang lebar mengenai metode pembelajaran training dengan inovasi nya. Dia menyeletuk " Pak Al Banna anda tidak takut ilmu nya saya pakai karena anda mengeluarkan semua trik2 untuk metode pembelajaran yang betul2 fresh dan sangat menarik untuk diterapkan."
Al Banna menjawab " Ooo..ngak masalah karena semua apa2 ilmu yang ada di kepala saya bukan milik saya kalo anda mau memanfaatkannya silakan gratis....jadi saya tidak akan pernah sakit hati bilamana anda menggunakan metode saya dan anda menghasilkan sesuatu untuk anda, cukuplah buat saya bilamana ilmu itu bisa bermanfaat buat orang lain.
Selama ini kita selalu berpikir keuntungan secara materi, apa yang saya dapatkan dari itu...? itulah pertanyaan yang sering muncul di benak kita. Tapi kita tidak pernah berpikir kemanfaatan apa yang dapat kita berikan buat orang lain.
Agama ini mengajarkan kepada kita bahwa Ilmu hanyalah milik Allah maka kita sebagai orang yang diijinkan Allah untuk mendapatkan ilmu tersebut sebaiknya untuk menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain tanpa berharap mendapat sesuatu berupa keuntungan materi untuk diri kita. Ilmu di ibaratkan seperti air. Bilamana sebuah kolam selalu dimasukkan air tanpa dialirkan maka air tersebut akan keruh dan kotor begitu pula dengan otak kita, bila ilmu tersebut tidak segera dialirkan maka otak kita akan rusak dengan pikiran2 kotor sehingga menjauhkan diri kita dari Allah.
Dalam diri manusia terdapat 2 jenis sifat binatang antara lain :
1. Hewan Ternak ( Bahima ): Nafsu keinginan untuk hidup dg makan dan minum, Syahwat keinginan akan
berkembang biak.
2.Hewan Buas ( Shiba ) : Amarah, iri,dengki, keinginan untuk berkuasa.
Oleh karena itu Islam mengajarkan kita untuk dapat mengendalikan sifat hewani yang ada dalam diri kita dengan berpegang teguh atas ajaran agama Islam.Agar kita tidak terjerembab dalam kenistaan yang dalam. Banyak orang-orang yang terjatuh dalam lingkaran ini, hanya orang-orang yang berpegang pada agama yang dapat selamat. Dengan kita membuat hak paten atas ide atau ilmu yang kita miliki maka sama hal nya kita telah memutuskan tali rantai keberkahan atas ilmu tersebut. Sehingga di akhirat kita tidak akan mendapatkan apa2.
Entah ini sengaja atau tidak disengaja, hal ini sudah menjadi sebuah kebiasaan dan wajar dilakukan setiap orang.Padahal dalam esensi ibadah hal ini dapat menjerumuskan kita sehingga tidak mendapatkan keberkahan atas ilmu tadi.
Sistem pendidikan kita hanya mengajarkan anak untuk menjadi "pandai" bukan menjadi" baik", sedangkan dalam hal ilmu agama sekolah hanya mengajarkan islam secara ilmu bukan pesan2 agama secara substansial.Oleh karena itu banyak orang yang paham agama tapi tidak pandai dalam mengamalkan ajaran tersebut dengan baik.
Tuntutan kita terhadap anak2 kita adalah agar mereka mendapatkan nilai yang baik di sekolah, untuk mendukungnya kita tidak segan2 memasukkan anak2 kita ke kursus bimbingan belajar,bahasa inggris,kumon dll, bagaimana dengan agamanya?Apakah hanya cukup dimasukkan ke TPA ? Semua yang kita lakukan atas anak2 kita atas dasar materi dan dunia itu sangat penting dalam kehidupan mereka.
Semoga kita semua sadar bahwa ada yang lebih penting bagi anak2 kita yaitu AGAMA, bilamana kita memasukkan nilai agama itu dengan benar maka insya Allah mereka akan selamat dunia dan akhiratnya, karena AGAMA bukan urusan akhirat saja melainkan juga urusan dunia. Selama ini kita hanya beranggapan AGAMA adalah urusan akhirat.
Agama mengajarkan kepada kita untuk berkomitmen agar kita menjadi "hamba Allah" yang utuh bukan hamba bagi yang lainnya.Oleh karena itu setiap hari kita selalu berkomitmen " Iyyakana' budu......"
Semoga kita semua dapat menjadikan agama sebagai pegangan hidup kita dan kita dapat menjadi manusia yang seutuhnya yang diharapkan agama "Manusia yang berakhlaq mulia dan memiliki rasa malu". ( definisi manusia dari 12 kitab Tafsir Al Qur'an yang masyhur di dunia ).


http://www.facebook.com/notes/melati/manusia-seperti-apakah-kita/187631741275209

Jangan Salah Cara dalam Mencintai Nabi Kita!


Oleh: Badrul Tamam
Mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam termasuk ushul iman (pokok keimanan) yang bergandengan dengan cinta kepada Allah 'Azza wa Jalla. Allah telah menyebutkannya dalam satu ayat dengan menyertakan ancaman bagi orang yang lebih mendahulukan kecintaan kepada kerabat, harta, negara serta lainnya daripada cinta kepada keduanya.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik"." (QS. Al Taubah: 24)
Keimanan seorang muslim tidak akan sempurna kecuali dengan mencintai utusan Allah kepada mereka, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan, tidak sah imannya kecuali dengan lebih menghormati kedudukan beliau daripada ayahnya, anaknya, dan orang telah berbuat baik dan membantunya. Siapa yang tidak memiliki aqidah seperti ini, maka bukan seorang mukmin.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya, orangtuanya, dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu Baththal, makna hadits ini adalah orang yang sempurna imannya pasti tahu bahwa hak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lebih utama baginya daripada hak bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia. Karena melalui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kita terselamatkan dari neraka dan diselamatkan dari kesesatan."
Bahkan, tidak sah imannya kecuali dengan lebih menghormati kedudukan beliau daripada ayahnya, anaknya, dan orang telah berbuat baik dan membantunya.
Siapa yang tidak memiliki aqidah seperti ini, maka bukan seorang mukmin.
Ketika Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menggambarkan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan  menempatkan posisi cintanya kepada beliau di bawah kecintaannya terhadap dirinya sendiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menafikan kesempurnaan imannya hingga dia menjadikan cintanya kepada beliau di atas segala-galanya.
Maka wajib mendahulukan dan mengutamakan kecintaan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam atas kecintaan kepada diri sendiri, anak, kerabat, keluarga, harta, dan tempat tinggal serta segala sesuatu yang sangat dicintai manusia.
Memang setiap orang berhak untuk mengklaim dirinya sebagai pencinta Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun klaim tersebut tidak akan bermanfaat jika tidak dibuktikan dengan ittiba’ (mengikuti sunnahnya), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya.
Al Qadli 'Iyadl rahimahullah, berkata: "di antara bentuk cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan menolong sunnahnya, membela syariahnya, berangan-angan hidup bersamanya, . . . "
Ibnu Rajab, dalam Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari, menyebutkan bahwa kecintaan bisa sempurna dengan ketaatan, sebagai firman Allah Ta'ala:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku." (QS. Ali Imran: 31)
Karenanya klaim cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak dapat diterima dengan sekadar memeringati hari kelahiran beliau. Namun, perilaku banyak menyimpang dan tidak sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Sejarah Peringatan Maulid Nabi
Dalam sejarah pun, motivasi orang-orang yang mula-mula melakukan peringatan maulid Nabi, yaitu pengikut mazhab Bathiniyyah tidak didasari rasa cinta kepada beliau, tapi untuk tujuan politis.
Pelopor pertama peringatan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah Bani Ubaid al-Qaddaah atau yang lebih dikenal dengan al-Fathimiyyun atau Bani Fathimiyyah pada pertengahan abad ke empat Hijriyah, setelah berhasil memindahkan dinasti Fathimiyah dari Maroko ke Mesir pada tahun 362 H.
. .  motivasi orang-orang yang mula-mula melakukan peringatan maulid Nabi, mazhab Bathiniyyah, tidak didasari rasa cinta kepada beliau, tapi untuk tujuan politis.
Perayaan maulid diadakan untuk menarik simpati masyarakat yang mayoritasnya berada dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk untuk mendukung kekuasaannya dan masuk ke dalam mazhab bathiniyahnya yang sangat menyimpang dari akidah, bahkan bertentangan dengan Islam.
Pakar sejarah yang bernama Al Maqrizy menjelaskan bahwa begitu banyak perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun.
Beliau menyebutkan kurang lebih 25 perayaan yang rutin dilakukan setiap tahun dalam masa kekuasaannya, termasuk di antaranya adalah peringatan maulid Nabi. Tidak hanya perayaan-perayaan Islam tapi lebih parah lagi, mereka juga mengadakan peringatan hari raya orang-orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (tahun baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Khamisul ‘Adas (perayaan tiga hari sebelum Paskah).
Fakta sejarah peringatan maulid yang tidak ditemukan pada masa Nabi  shallallahu 'alaihi wasallam dan masa tiga generasi pertama Islam yang disebut sebagai generasi terbaik umat ini, menyebabkan banyak di antara ulama yang mengingkarinya dan memasukkannya ke dalam bid'ah haram.
Tak dipungkiri, di antara ulama ada yang menganggapnya sebagai bid'ah hasanah (inovasi yang baik), selama tidak dibarengi dengan kemungkaran. Pendapat ini diwakili antara lain oleh Ibnu Hajar al Atsqalani dan as-Suyuti. Keduanya mengatakan bahwa status hukum maulid Nabi adalah bid’ah mahmudah (bid’ah terpuji). Tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tetapi keberadaannya membawa maslahat walaupun juga tidak lepas dari berbagai mudharat.
Keabsahan peringatan maulid Nabi bagi mereka disandarkan pada dalil umum yang tidak berhubungan langsung dengan titik permasalahan, sedangkan para ulama yang menentangnya membangun argumentasinya melalui pendekatan normatif tekstual yang tidak ditemukan baik secara tersurat maupun secara tersirat dalam Al Quran dan al Sunnah, dan diperkuat dengan kaedah umum dalam ibadah yang menuntut adanya dalil spesifik yang menunjang disyariatkannya suatu ibadah.
Hujjah Pendukung Peringatan Maulid
Para pendukung maulid berusaha mencari dalil untuk melegitimasi bolehnya peringatan maulid tersebut, antara lain:
Pertama: Sikap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Puasa tersebut adalah ungkapan syukur kepada Allah 'Azza wa Jalla atas keselamatan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun menyerukan untuk berpuasa pada hari tersebut.
Peringatan maulid Nabi, menurut Ibn Hajar dan as-Suyuti merupakan ungkapan syukur atas diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ke muka bumi.
Hujjah ini ditolak oleh ulama lainnya. Mereka menganggapnya sebagai alasan yang dipaksakan, mengingat dasar suatu ibadah adalah adanya dalil yang memerintahkannya dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukan pada logika, analogi dan istihsan.
Puasa 'Asyura termasuk sunnah yang telah dipraktikkan dan diserukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan peringatan maulid tidak pernah dilakukan apalagi diserukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sebaliknya, beliau telah mewanti-wanti ummatnya dari membuat-buat bid'ah, seperti dalam sabdanya, "Jauhilah amalan yang tidak aku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah sesat." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Benar bahwa kita dituntut untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan nikmat terbesar yang tercurah pada umat ini adalah diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai seorang rasul, bukan saat dilahirkannya. Karenanya, Al Qur'an menyebut pengutusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nikmat,
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri." (QS. Ali Imran: 164).
Ayat ini sama sekali tidak menyinggung kelahiran beliau dan menyebutnya sebagai nikmat. Seandainya peringatan tersebut dibolehkan, seharusnya yang diperingati adalah hari ketika beliau dibangkitkan menjadi nabi, bukan hari kelahirannya. Lagi pula, status Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mensyariatkan puasa Asyura' berbeda dengan status umatnya. Beliau adalah musyarri' (pembuat syariat), adapun umatnya hanya muttabi' (pengikut), sehingga tak dapat disamakan dan dianalogikan dengan beliau.
Dan sekiranya peringatan maulid merupakan bentuk syukur kepada Allah, tentu tiga generasi terbaik, serta para imam mazhab yang empat tidak ketinggalan untuk melakukan peringatan tersebut, sebab mereka adalah orang-orang yang pandai bersyukur, sangat cinta pada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan sangat antusias mengerjakan berbagai kebaikan.
. . sekiranya peringatan maulid merupakan bentuk syukur kepada Allah, tentu tiga generasi terbaik, serta para imam mazhab yang empat tidak ketinggalan untuk melakukan peringatan tersebut, . .
Hal yang juga mengundang tanya, mengapa ungkapan rasa syukur, penghormatan dan pengagungan pada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hanya sekali dalam setahun, 12 Rabi’ul Awwal saja? Bukankah bersyukur kepada Allah, mengagungkan dan mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dituntut setiap saat dengan menaati dan selalu ittiba’ pada sunnahnya?
Kedua: Nabi memeringati hari kelahirannya dengan berpuasa.
Sebagian beralasan dengan puasa seninnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang merupakan hari kelahirannya. Ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallam ditanya mengenai puasa Senin, beliau pun menjawab, “Hari tersebut adalah hari kelahiranku, hari aku diangkat sebagai Rasul atau pertama kali aku menerima wahyu.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan bolehnya memeringati hari kelahirannya.
Alasan ini juga tidak dapat diterima, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah puasa pada tanggal yang diklaim sebagai kelahirannya, 12 Rabi'ul Awwal. Yang beliau lakukan adalah puasa pada hari Senin. Seharusnya kalau ingin mengenang hari kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan dalil di atas, maka perayaan maulid diadakan tiap pekan, bukan sekali setahun.
Selain itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga tidak berpuasa hanya pada hari Senin setiap pekan, tapi juga hari Kamis. Alasan beliau, "Keseluruhan amalan diperhadapkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis sehingga aku senang amalanku diperhadapkan kepada Allah sedang aku dalam keadaan berpuasa." (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Sehingga berdalih dengan puasa Senin tanpa hari Kamis termasuk pemaksaan dan dibuat-buat. Dan kalau alasan tersebut dapat diterima, mestinya peringatannya dilakukan dalam bentuk puasa, bukan berfoya-foya dan makan-makan.
Ketiga: Peringatan maulid Nabi dianggap sebagai bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Anggapan ini lahir dari klasifikasi sebagian ulama terhadap bid'ah menjadi bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah sayyi’ah (jelek) atau dhalalah (sesat).
Alasan ini dibantah oleh sebagian ulama bahwa peringatan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak dapat diterima sebagai bid'ah hasanah, karena dalam hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak dikenal sama sekali adanya bid’ah hasanah. Bahkan yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan diyakini oleh sahabat adalah setiap bid’ah sesat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim).
Ibnu Mas’ud radliyallah 'anhu berkata,  “Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.” (HR. ath-Thabrani dan al Haitsami).
Abdullah bin ‘Umar radliyallah 'anhu menyatakan, “Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Al Ibanah al Kubra libni Baththah, 1/219).
Keempat: Peringatan Maulid merupakan salah satu sarana untuk lebih mengenal sosok Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Tidak ada perselisihan di kalangan ulama tentang pentingnya mengenal sosok Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Hanya saja, sebagian di antara mereka tidak menerima suatu bid'ah dipoles menjadi sarana kebaikan, karena tujuan yang baik tidak dapat dijadikan alasan untuk menghalalkan segala cara. Lagi pula, mengenal sosok beliau tidaklah pantas dibatasi oleh bulan atau tanggal tertentu. Jika ia dibatasi oleh waktu tertentu, apalagi dengan cara tertentu pula, maka sudah masuk ke dalam lingkup bid’ah. Lebih dari itu, upaya mengenal sosok beliau lewat peringatan maulid merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (meniru-niru) orang-orang Nashrani yang merayakan kelahiran Nabi Isa 'alaihis salam melalui natalan. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ, فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud serta dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
. . upaya mengenal sosok beliau lewat peringatan maulid merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (meniru-niru) orang-orang Nashrani yang merayakan kelahiran Nabi Isa 'alaihis salam melalui natalan.
Mengenal sosok Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan membaca dan mengkaji sirah, biografi dan sunnah beliau seharusnya dilakukan sepanjang waktu, sebagaimana para sahabat mengajarkannya kepada anak-anak mereka setiap waktu.
Seharusnya cinta Nabi dibuktikan dengan meneladani dan mengikuti sunnah-sunnah beliau, bukan dengan menyelisihi perintah atau melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya.
Wallahu A’laa wa A’lamu bis-shawab

http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2011/02/23/13462/jangan-salah-cara-dalam-mencintai-nabi-kita/

Keajaiban Sebuah Kelembutan


Kelembutan memberikan pengaruh besar dalam sebuah rumah tangga. Anugrah Allah yang satu ini, yang biasanya menjadi hak milik para istri, akan selalunya memberikan sebuah kebahagiaan. Kelembutan berarti berarti bersabar memahami orang lain, Kelembutan berarti ikhlas dalam senyum menerima apapun yang terjadi dan mewujudkannya dalam sikap yang terbaik, kelembutan berarti membalas betapapun sakitnya perlakuan orang lain dengan sebuah pembalasan yang justru dapat membahagiakannya. Kelembutan juga berarti menegur kesalahan dan menyatakan kesalahan orang lain tanpa harus menyakiti.
Absennya sikap ini membuat semuanya seringkali kacau, betapa tidak, walaupun seseorang mempunyai niat baik yang besar sekalipun dalam memulai sesuatu, namun jika hal tersebut disampaikan dengan cara yang kasar, maka akhirnya akan pasti tidak membahagiakan.

Ingatkah kita kisah tentang Rosululloh SAW yang selalu diludahi oleh seorang yahudi, yang mana Rosululloh SAW tidak pernah membalasnya dengan tindakan yang sama, malahan ketika si yahudi jatuh sakit, beliau SAW membalasnya dengan menjenguk si yahudi ke rumahnya.

Dan yang terjadi selanjutnya ternyata keluhuran dan kelembutan akhlak Rosululloh telah meruntuhkan segala kedengkian dan kerasnya hati si yahudi dan memberikan kesan dihatinya, sehingga tanpa diminta dan dipaksa, si yahudi tersebut akhirnya menyatakan keislamannya di hadapan Rosululloh SAW. Subhanallah...

Kehidupan yang tidak lepas dari sebuah masalah dan ujian, biasanya melahirkan suasana getir dan tegang yang menyebabkan hati menjadi sedikit keras. Begitu pula dalam kehidupan berumah tangga. Betapa bahagianya jika para suami memiliki pendamping yang menyejukkan hati dalam bersikap dan berkata. Betapa damainya seorang suami yang memiliki istri yang tidak pernah memakai kata "aku ingin.."  sebagai pencerminan dari egonya, kecuali pada kalimat: aku ingin semua orang yang ada di sekitarku bahagia. Ya, ternyata tidak perlu menjadi sangat cantik,untuk disayang suami, karena dengan bersikap lembut, para istri telah memiliki kecantikan yang tak terbatas. Hal ini juga menjadikannya layak untuk disayang, bukan hanya suami, namun dengan semua orang disekitarnya, bahkan benda mati sekalipun.

Kelembutan seorang wanita bukan berarti sosok yang lemah ataupun gampang menangis, justru dengan adanya kelembutan itulah seorang wanita sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatan itu sendiri adalah, bahwa kelembutan seorang wanita bisa meluluhkan hati laki-laki yang keras sekalipun. Betapa bahagianya seorang suami yang mendapati partner hidupnya tersebut menegurnya dengan cara yang lembut, dan elegan. Karena sudah menjadi sebuah kemakluman bagi semua istri bahwa biasanya seorang suami memiliki sebuah "gengsi" yang tidak mau di otak atik oleh siapapun. Ya itulah laki-laki, para suami kita. Dan sekali lagi, semua itu akan tertaklukkan bukan justru dengan sebuah sikap kasar apalagi kekerasan, sifat lemah lembut mampu membawa mereka yang sedang terlupa untuk kembali kepada aturan dan jalan Allah subhanahu wata'ala. Kelembutan berarti meluruskan dengan tanpa mematahkannya, dan memperbaiki dengan tanpa merusak satupun dari sisi-sisinya.

Kelembutan juga berarti sinergi antara akal dan hati dan hal ini selalu berakhir dengan kebahagiaan. Kelembutan tidak usah membeli dan rasa sayang sudah ada pada setiap diri. Dan tergantung pada kemauan kita masing masing- masing untuk mau melaksanakannya atau tidak. Sungguh, kedengaran berat sepertinya. Tapi itulah contoh teladan yang diwariskan oleh orang-orang pilihan terdahulu kepada kita. Dan dengan menjadikan diri kita bersemangat dan berusaha melatih diri agar senantiasa mampu bersikap lembut dan peka rasa ketika berinteraksi dengan siapapun, terutama dengan sang suami, maka insyaallah kita akan menjadi sumber kebahagiaan yang menyejukkan.


http://voa-islam.com/muslimah/article/2011/02/28/13529/keajaiban-kelembutan/