Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 29 Maret 2011

Kisah tentang Niqab di Hong Kong


Senyum dan tangis yang bisa dijadikan gambaran curahan hatiku saat berjalan dalam balutan jilbab dan niqab selama dinegara Beton. Hong Kong, negara Andy Lau dan Jacky Chan dijuluki dengan sebutan negara beton, karena wilayah China yang pernah dipimpin British ini betul-betul negara yang banyak apartemen-apartemen dan bangunan mewah yang dibeton. Di kota Hong Kong mayoritas masyarakat tinggal di apartemen.
Negara yang bisa disebut negara sekuler ini menjanjikan limpahan materi, menyalakan keimanan sangat penting. Godaan duniawi mampu meluluhkan iman seseorang. Namun, tidak sedikit pula warga Indonesia yang justru menemukan hidayah Islam di Hong Kong. Kerasnya ujian dan keringnya nilai kekeluargaan pada lingkungan membuat nurani dituntut berpikir cerdas.
Awalnya saya bercadar karena ada keinginan kuat dari hati, ingin meneladani cara hidup wanita-wanita mulia di zaman Rasulullah. Mereka yang terkenal kemuliaan akhlak dan imannya, sangat menjaga aurat dan pemalu. Tidak lama kemudian, Subhanallah, teman-teman mengikuti langkah ini, jadilah beberapa dari kami mengenakan cadar. Meskipun ilmu kami sangat minim, namun apapun usaha yang kami mampu kami kerjakan dulu.
Suka duka cadar selama melekat ditubuh ini mencipta haru-biru dan senyum riang.
Suatu ketika saat ingin menunaikan ibadah sholat dimasjid Jami’ Tsim Sha Tsui, saya pernah dihujat sebagai orang fanatik yang over. Senyum saja, mereka belum tahu, tidak bisa disalahkan pandangan ini jika yang melontarkan kata tersebut benar-benar belum tahu.
Suatu hari, saat berada dalam sebuah kereta umum bawah tanah atau yang disebut MTR, seorang lelaki China memandang saya dengan penuh ketidaksukaan, saya tersenyum dalam hati. Alhamdulillah, Allah menjadikan saya muslimah yang mengenal-Nya.
Suatu hari lagi, saat berjalan disebuah taman salah satu sudut kota Hong Kong, seorang wanita China mengatakan “Budak Hitam” ketika melihat saya.  Subhanallah, iman ini justru menyala, tertantang untuk terus menguatkan niat bercadar dan memperkenalkan islam pada mereka.
Ada lagi kisah yang membuat saya tersenyum geli bercampur miris. Saat berjalan di sebuah taman, saya dikejutkan kakek berusia tujuhpuluhan tahun mengatakan begini, “Kwai leikah, emhai yan.” Artinya, dia hantu, bukan orang. Lalu beberapa langkah lagi kaki berjalan, kerumunan wanita Indonesia berdandan tomboy berkata seperti ini, “Wah kok ada ninja hatori jalan disini.” Saya tidak marah, tidak tersinggung, saya geli mendengarnya.
Sungguh, cadar bukanlah pakaian menakutkan seperti yang ada dalam benak dan pandangan mereka. Begitulah kisah-kisah niqab yang terjadi yang bisa saya himpun, saya berharap warga Indonesia khususnya muslim tidak merasa asing dengan niqab, apalagi berpikir buruk dengan citra cadar pada Muslimah yang berusaha sempurna dalam menutup aurat.


http://www.facebook.com/notes/melati/kisah-tentang-niqab-di-hong-kong/192323264139390

Allah Mengujiku dengan Empat Nyawa


Hidup ini memang ujian. Seperti apa pun warna hidup yang Allah berikan kepada seorang hamba, tak luput dari yang namanya ujian. Bersabarkah sang hamba, atau menjadi kufur dan durhaka.
Dari sudut pandang teori, semua orang yang beriman mengakui itu. Sangat memahami bahwa susah dan senang itu sebagai ujian. Tapi, bagaimana jika ujian itu berwujud dalam kehidupan nyata. Mampukah?
Hal itulah yang pernah dialami Bu Khairiyah. Semua diawali pada tahun 1992.
Waktu itu, Allah mempertemukan jodoh Khairiyah dengan seorang pemuda yang belum ia kenal. Perjodohan itu berlangsung melalui sang kakak yang prihatin dengan adiknya yang belum juga menikah. Padahal usianya sudah nyaris tiga puluh tahun.
Bagi Khairiyah, pernikahan merupakan pintu ibadah yang di dalamnya begitu banyak amal ibadah yang bisa ia raih. Karena itulah, ia tidak mau mengawali pintu itu dengan sesuatu yang tidak diridhai Allah.
Ia sengaja memilih pinangan melalui sang kakak karena dengan cara belum mengenal calon itu bisa lebih menjaga keikhlasan untuk memasuki jenjang pernikahan. Dan berlangsunglah pernikahan yang tidak dihadiri ibu dan ayah Khairiyah. Karena, keduanya memang sudah lama dipanggil Allah ketika Khairiyah masih sangat belia.
Hari-hari berumah tangga pun dilalui Khairiyah dengan penuh bahagia. Walau sang suami hanya seorang sopir di sebuah perusahaan pariwisata, ia merasa cukup dengan yang ada.
Keberkahan di rumah tangga Khairiyah pun mulai tampak. Tanpa ada jeda lagi, Khairiyah langsung hamil. Ia dan sang suami pun begitu bahagia. "Nggak lama lagi, kita punya momongan, Bang!" ujarnya kepada sang suami.
Mulailah hari-hari ngidam yang merepotkan pasangan baru ini. Tapi buat Khairiyah, semuanya berlalu begitu menyenangkan.
Dan, yang ditunggu pun datang. Bayi pertama Bu Khairiyah lahir. Ada kebahagiaan, tapi ada juga kekhawatiran.
Mungkin, inilah kekhawatiran pertama untuk pasangan ini. Dari sinilah, ujian berat itu mulai bergulir.
Dokter menyatakan bahwa bayi pertama Bu Khairiyah prematur. Sang bayi lahir di usia kandungan enam bulan. Ia bernama Dina.
Walau dokter mengizinkan Dina pulang bersama ibunya, tapi harus terus berobat jalan. Dan tentu saja, urusan biaya menjadi tak terelakkan untuk seorang suami Bu Khairiyah yang hanya sopir.
Setidaknya, dua kali sepekan Bu Khairiyah dan suami mondar-mandir ke dokter untuk periksa Dina. Kadang karena kesibukan suami, Bu Khairiyah mengantar Dina sendirian.
Beberapa bulan kemudian, Allah memberikan kabar gembira kepada Bu Khairiyah. Ia hamil untuk anak yang kedua.
Bagi Bu Khairiyah, harapan akan hiburan dari anak kedua mulai berbunga. Biarlah anak pertama yang menjadi ujian, anak kedua akan menjadi pelipur lara. Begitulah kira-kira angan-angan Bu Khairiyah dan suami.
Dengan izin Allah, anak kedua Bu Khairiyah lahir dengan selamat. Bayi itu pun mempunyai nama Nisa. Lahir di saat sang kakak baru berusia satu tahun. Dan lahir, saat sang kakak masih tetap tergolek layaknya pasien berpenyakit dalam. Tidak bisa bicara dan merespon. Bahkan, merangkak dan duduk pun belum mampu. Suatu ketidaklaziman untuk usia bayi satu tahun.
Beberapa minggu berlalu setelah letih dan repotnya Bu Khairiyah menghadapi kelahiran. Allah memberikan tambahan ujian kedua buat Bu Khairiyah dan suami. Anak keduanya, Nisa, mengalami penyakit aneh yang belum terdeteksi ilmu kedokteran. Sering panas dan kejang, kemudian normal seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu seterusnya.
Hingga di usia enam bulan pun, Nisa belum menunjukkan perkembangan normal layaknya seorang bayi. Ia mirip kakaknya yang tetap saja tergolek di pembaringan. Jadilah Bu Khairiyah dan suami kembali mondar-mandir ke dokter dengan dua anak sekaligus.
Di usia enam bulan Nisa, Allah memberikan kabar gembira untuk yang ketiga kalinya buat Bu Khairiyah dan suami. Ternyata, Bu Khairiyah hamil.
Belum lagi anak keduanya genap satu tahun, anak ketiga Bu Khairiyah lahir. Saat itu, harapan kedatangan sang pelipur lara kembali muncul. Dan anak ketiganya itu bayi laki-laki. Namanya, Fahri.
Mulailah hari-hari sangat merepotkan dilakoni Bu Khairiyah. Bayangkan, dua anaknya belum terlihat tanda-tanda kesembuhan, bayi ketiga pun ikut menyita perhatian sang ibu.
Tapi, kerepotan itu masih terus tertutupi oleh harapan Bu Khairiyah dengan hadirnya penghibur Fahri yang mulai berusia satu bulan.
Sayangnya, Allah berkehendak lain. Apa yang diangankan Bu Khairiyah sama sekali tidak cocok dengan apa yang Allah inginkan. Fahri, menghidap penyakit yang mirip kakak-kakaknya. Ia seperti menderita kelumpuhan.
Jadilah, tiga bayi yang tidak berdaya menutup seluruh celah waktu dan biaya Bu Khairiyah dan suami. Hampir semua barang berharga ia jual untuk berobat. Mulai dokter, tukang urut, herbal, dan lain-lain. Tetap saja, perubahan belum nampak di anak-anak Bu Khairiyah.
Justru, perubahan muncul pada suami tercinta. Karena sering kerja lembur dan kurang istirahat, suami Bu Khairiyah tiba-tiba sakit berat. Perutnya buncit, dan hampir seluruh kulitnya berwarna kuning.
Hanya sekitar sepuluh jam dalam perawatan rumah sakit, sang suami meninggal dunia. September tahun 2001 itu, menjadi titik baru perjalanan Bu Khairiyah dengan cobaan baru yang lebih kompleks dari sebelumnya. Dan, tinggallah sang ibu menghadapi rumitnya kehidupan bersama tiga balita yang sakit, tetap tergolek, dan belum memperlihatkan tanda-tanda kesembuhan.
Tiga bulan setelah kematian suami, Allah menguji Bu Khairiyah dengan sesuatu yang pernah ia alami sebelumnya. Fahri, si bungsu, ikut pergi untuk selamanya.
Kadang Bu Khairiyah tercenung dengan apa yang ia lalui. Ada sesuatu yang hampir tak pernah luput dari hidupnya, air mata.
Selama sembilan tahun mengarungi rumah tangga, air mata seperti tak pernah berhenti menitik di kedua kelopak mata ibu yang lulusan 'aliyah ini. Semakin banyak sanak kerabat berkunjung dengan maksud menyudahi tetesan air mata itu, kian banyak air matanya mengalir. Zikir dan istighfar terus terucap bersamaan tetesan air mata itu.
Bu Khairiyah berusaha untuk berdiri sendiri tanpa menanti belas kasihan tetangga dan sanak kerabat. Di sela-sela kesibukan mengurus dua anaknya yang masih tetap tergolek, ia berdagang makanan. Ada nasi uduk, pisang goreng, bakwan, dan lain-lain.
Pada bulan Juni 2002, Allah kembali memberikan cobaan yang mungkin menjadi klimaks dari cobaan-cobaan sebelumnya.
Pada tanggal 5 Juni 2002, Allah memanggil Nisa untuk meninggalkan dunia buat selamanya. Bu Khairiyah menangis. Keluarga besar pun berduka. Mereka mengurus dan mengantar Nisa pergi untuk selamanya.
Entah kenapa, hampir tak satu pun sanak keluarga Bu Khairiyah yang ingin kembali ke rumah masing-masing. Mereka seperti ingin menemani Khairiyah untuk hal lain yang belum mereka ketahui.
Benar saja, dua hari setelah kematian Nisa, Nida pun menyusul. Padahal, tenda dan bangku untuk sanak kerabat yang datang di kematian Nisa belum lagi dirapikan.
Inilah puncak dari ujian Allah yang dialami Bu Khairiyah sejak pernikahannya.
Satu per satu, orang-orang yang sebelumnya tak ada dalam hidupnya, pergi untuk selamanya. Orang-orang yang begitu ia cintai. Dan akhirnya menjadi orang-orang yang harus ia lupai.
Kalau hanya sekadar air mata yang ia perlihatkan, nilai cintanya kepada orang-orang yang pernah bersamanya seperti tak punya nilai apa-apa.
Hanya ada satu sikap yang ingin ia perlihatkan agar semuanya bisa bernilai tinggi. Yaitu, sabar. "Insya Allah, semua itu menjadi tabungan saya buat tiket ke surga," ucap Bu Khairiyah kepada Eramuslim.


http://www.facebook.com/notes/melati/allah-mengujiku-dengan-empat-nyawa/192306904141026

MENGENAL THAGHUT


Thaghut adalah segala yang dilampaui batasnya oleh hamba, baik itu yang diikuti atau ditaati atau diibadati. Thaghut itu banyak, apalagi pada masa sekarang. Adapun pentolan-pentolan thaghut itu ada 5, diantaranya:

1.      Syaithan
Syaitan yang mengajak ibadah kepada selain Allah. Adapun tentang makna ibadah tersebut dan macam-macamnya telah anda pahami dalam uraian sebelumnya. Syaitan ada dua macam: Syaitan Jin dan Syaitan Manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ
“Dan begitulah Kami jadikan bagi tiap nabi musuhnya berupa syaitan-syaitan manusia  dan jin”  (Al An’am: 112)

Dan firmanNya Ta’ala:
 الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“Yang membisikkan dalam dada-dada manusia, berupa jin dan manusia” (An Naas: 5-6)

Orang mengajak untuk mempertahankan tradisi tumbal dan sesajen, dia adalah syaitan manusia yang mengajak ibadah kepada selain Allah. Tokoh yang mengajak minta-minta kepada orang yang sudah mati adalah syaitan manusia dan dia adalah salah satu pentolan thaghut. Orang yang mengajak pada system demokrasi adalah syaitan yang mengajak ibadah kepada selain Allah, dia berarti termasuk thaghut. Orang yang mengajak menegakkan hukum perundang-undangan buatan manusia, maka dia adalah syaitan yang mengajak beribadah kepada selain Allah.
Orang yang mengajak kepada paham-paham syirik (seperti: sosialis, kapitalis, liberalis, dan falsafah syirik lainnya), maka dia adalah syaitan yang mengajak beribadah kepada selain Allah, sedangkan Dia Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
 أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آَدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Bukankan Aku memerintahkan kalian wahai anak-anak Adam: “Janganlah ibadati syaitan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian” (Yaasin: 60)

2.      Penguasa Yang Zhalim
Penguasa zhalim yang merubah aturan-aturan (hukum) Allah, thaghut semacam ini adalah banyak sekali dan sudah bersifat lembaga resmi pemerintahan negara-negara pada umumnya di zaman sekarang ini. Contohnya tidaklah jauh seperti parlemen, lembaga inilah yang memegang kedaulatan dan wewenang pembuatan hukum/undang-undang. Lembaga ini akan membuat hukum atau tidak, dan baik hukum yang digulirkan itu seperti hukum Islam atau menyelisihinya maka tetap saja lembaga berikut anggota-anggotanya ini adalah thaghut, meskipun sebahagiannya mengaku memperjuangkan syari’at Islam. Begitu juga Presiden/Raja/Emir atau para bawahannya yang suka membuat SK atau TAP yang menyelisihi aturan Allah, mereka itu adalah thaghut.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:  
وَالْإِنْسَانُ مَتَى حَلَّلَ الْحَرَامَ - الْمُجْمَعَ عَلَيْهِ - أَوْ حَرَّمَ الْحَلَالَ - الْمُجْمَعَ عَلَيْهِ - أَوْ بَدَّلَ الشَّرْعَ - الْمُجْمَعَ عَلَيْهِ - كَانَ كَافِرًا مُرْتَدًّا بِاتِّفَاقِ الْفُقَهَاءِ
“Di kala seseorang menghalalkan yang haram yang telah diijmakan atau merubah aturan yang sudah diijmakan, maka dia kafir lagi murtad dengan kesepakatan para fuqaha”  (Majmu Al Fatawa, Jilid III, Hal 267)

Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya para anggota parlemen itu adalah thaghut, tidak peduli darimana saja asal kelompok atau partainya, presiden dan para pembantunya, seperti menteri-menteri di negara yang bersistem syirik adalah thaghut, sedangkan para aparat keamanannya adalah sadanah (juru kunci) thaghut apapun status kepercayaan yang mereka klaim. Orang-orang yang berjanji setia pada system syirik dan hukum thaghut adalah budak-budak (penyembah/hamba) thaghut. Orang yang mengadukan perkaranya kepada pengadilan thaghut disebut orang yang berhukum kepada thaghut, sebagaimana firmanNya Ta’ala:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Apakah engkau tidak melihat kepada orang-orang yang mengaku beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa yang dturunkan sebelum kamu, sedangkan mereka hendak berhukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk kafir terhadapnya” (An Nisa: 60)

3.      Orang yang memutuskan dengan selain apa yang telah Allah turunkan.
Kepala suku dan kepala adat yang memutuskan perkara dengan hukum adat adalah kafir dan termasuk thaghut. Jaksa dan Hakim yang memvonis bukan dengan hukum Allah, tetapi berdasarkan hukum/undang-undang buatan manusia, maka sesungguhnya dia itu Thaghut. Aparat  dan pejabat yang memutuskan perkara berdasarkan Undang Undang Dasar thaghut adalah thagut juga. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Dan siapa saja yang tidak memutuskan dengan apa yang Allah turunkan, maka merekalah orang-orang kafir itu” (Al Maidah: 44)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:  
“Siapa yang meninggalkan aturan baku yang diturunkan kepada Muhammad Ibnu Abdillah penutup para nabi dan dia justru merujuk pada aturan-aturan (hukum) yang sudah dinasakh (dihapus), maka dia telah kafir. Apa gerangan dengan orang yang merujuk hukum Ilyasa (Yasiq) dan lebih mendahulukannya daripada aturan Muhammad maka dia kafir dengan ijma kaum muslimin” (Al Bidayah: 13/119) Sedangkan Ilyasa (Yasiq) adalah hukum buatan Jengis Khan yang berisi campuran hukum dari Taurat, Injil, Al Qur’an.
 Orang yang lebih mendahulukan hukum buatan manusia dan adat daripada aturan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam maka dia itu kafir.
Dalam ajaran Tauhid, seseorang lebih baik hilang jiwa dan hartanya daripada dia mengajukan perkaranya kepada hukum thaghut, Allah Ta’ala berfirman:
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
“Fitnah (syirik & kekafiran) itu lebih dahsyat dari pembunuhan” (Al Baqarah: 191)

Syaikh Sulaiman Ibnu Sahman rahimahullah berkata: “Seandainya penduduk desa dan penduduk kota perang saudara hingga semua jiwa musnah, tentu itu lebih ringan daripada mereka mengangkat thaghut di bumi ini yang memutuskan (persengketaan mereka itu) dengan selain Syari’at Allah” (Ad Durar As Saniyyah: 10 Bahasan Thaghut)

Bila kita mengaitkan ini dengan realita kehidupan, ternyata umumnya manusia menjadi hamba thaghut dan berlomba-lomba meraih perbudakan ini. Mereka rela mengeluarkan biaya berapa saja (berkolusi; menyogok/risywah) untuk menjadi Abdi Negara dalam sistem thaghut, mereka mukmin kepada thaghut dan kafir terhadap Allah. Sungguh buruklah status mereka ini….. !!

4.      Orang yang Mengaku Mengetahui Hal Yang Ghaib Selain Allah.
Semua yang ghaib hanya ada di Tangan Allah, Dia Ta’ala berfirman:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
“Dialah Dzat yang mengetahui hal yang ghaib, Dia tidak menampakan yang ghaib itu kepada seorangpun” (Al Jin: 26)
Bila ada orang yang mengaku mengetahui hal yang ghaib, maka dia adalah thaghut, seperti dukun, paranormal, tukang ramal, tukang tenung, dsb. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa orang yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia mempercayainya, maka dia telah kafir, dan apa gerangan dengan status si dukun tersebut ??!

5.      Orang Yang Diibadati Selain Allah Dan Dia Ridha Dengan Peribadatan itu.
Orang yang senang bila dikultuskan, sungguh dia adalah thaghut. Orang yang membuat aturan yang menyelisihi aturan Allah dan RasulNya adalah thaghut. Orang yang mengatakan “Saya adalah anggota badan legislatif” sama dengan ucapan: “Saya adalah Tuhan” karena orang-orang di badan legislatif itu sudah  merampas hak khusus Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yaitu membuat hukum (undang-undang). Mereka senang bila hukum yang mereka gulirkan itu ditaati lagi dilaksanakan, maka mereka adalah thaghut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
 وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ
“Dan barang siapa yang mengatakan di antara mereka ; “Sesungguhnya Aku adalah Tuhan selain Allah” maka Kami membalas dia dengan Jahannam, begitulah Kami membalas orang-orang yang zalim” (Al Anbiya: 29)

Itulah tokoh-tokoh thaghut di dunia ini.
Orang tidak dikatakan beriman kepada Allah sehingga dia kufur kepada thaghut, kufur kepada thaghut adalah separuh laa ilaaha ilallaah. Thaghut yang paling berbahaya pada masa sekarang adalah thaghut hukum, yaitu para penguasa yang MEMBABAT aturan Allah, mereka menindas umat ini dengan besi dan api, mereka paksakan kehendaknya, mereka membunuh, menculik, dan memenjarakan kaum muwahhidin yang menolak tunduk kepada hukum mereka. Akan tetapi banyak orang yang mengaku Islam berlomba-lomba untuk menjadi budak dan hamba mereka. Mereka juga memiliki ulama-ulama jahat yang siap mengabdikan lisan dan pena demi kepentingan ‘tuhan’ mereka.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala cepat membersihkan negeri kaum muslimin dari para thaghut dan kaki tangannya, Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.


http://www.facebook.com/notes/melati/mengenal-thaghut/192267937478256

Tunangan Halalmu Hanya Selepas Nikah!


Pertunangan bermaksud perjanjian yang dibuat oleh pasangan untuk melangsungkan perkahwinan. Ia adalah satu sunnah yang dituntut dalam Islam sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada isteri baginda Aisyah Binti Abu Bakar dan Hafsah Binti Umar. Dengan berlangsungnya ikatan pertunangan tersebut, maka tergalaslah sebuah komitmen yang tidak rasmi pada diri seorang lelaki dan wanita yang belum berkahwin untuk mengenal hati budi masing-masing.
Islam membenarkan pertunangan sebagai cara untuk pasangan yang ingin berkahwin mengenali bakal isteri dan suami termasuklah ahli keluarga mereka sama ada dari segi fizikal dan mentaliti. Jadi sudah tidak hairan lagi pada kita jika ramai pasangan yang bercinta pada hari ini melangsungkan pertunangan sebelum mereka berganjak ke gerbang perkahwinan. Tapi  silapnya pada masa kini,  fitrah pertunangan ini sudah menjadi fitnah.
Konsep Pertunangan
Menurut konsep pertunangan dalam Islam yang sebenarnya, sesebuah  pasangan perlu bertunang terlebih dahulu sebelum berkenalan dengan lebih rapat dengan pilihan hati mereka. Ia tidak lain adalah untuk menjaga kesucian sebuah perhubungan agar diredhai oleh Allah. Namun, yang berlaku pada hari ini adalah sebaliknya. Selepas berkenalan dengan pasangan masing-masing dan berpuas hati dengan sikap, perangai dan tingkah laku barulah mereka mengikat tali pertunangan. Ia sekadar menjadi petanda seseorang itu sudah mempunyai pemilik.
Bertunang tiada bezanya dengan bercinta. Ramai yang tersalah tafsir dengan adanya ikatan pertunangan, maka mereka mempunyai lesen untuk berdua-duaan, berpegang-pegangan dan melakukan pelbagai aktiviti bersama. Sememangnya dalam tempoh bertunang pasangan dibenarkan untuk mengenali dengan lebih mendalam tentang diri pasangan dan pada waktu inilah mereka perlu memanfaatkan masa yang ada untuk berkenalan tetapi kita perlu ingat, jangan sampai ia melanggar syariat yang digariskan oleh Islam.
Jauhi Perkara Zina
Kebanyakan umat Islam hari ini menganggap penzinaan itu adalah semata-mata melakukan persetubuhan haram. Sebenarnya, bukan perbuatan zina itu sahaja yang dilarang keras tetapi kelakuan dan tindak tanduk yang mendorong berlakunya perbuatan tersebut. Maksud perkataaan zina itu luas yang mana meliputi semua aspek perlakuan. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, "Zina kedua-dua mata itu memandang perempuan yang ajnabi, zina kedua-dua telinga itu mendengar, zina kedua-dua tangan itu menyentuh, zina kedua-dua kaki itu melangkah dan zina hati itu mengingini dan menangan-angankannya." (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Jelaslah kepada kita semua perlakuan dalam perhubungan antara lelaki dan perempuan yang sudah akil baligh dan bukan mahram termasuklah yang sudah bertunang atau tidak, melainkan yang sudah berkahwin adalah dikira zina. Ia adalah perkara-perkara yang membuka peluang dan menimbulkan dorongan sekali gus memberi laluan mudah kepada pasangan bertunang untuk melakukan permulaan zina. Ini kerana, mereka telah meletakkan diri mereka berdua-duaan di suatu tempat dan seterusnya mendorong melakukan kemuncak kepada perbuatan yang terkutuk. Apabila berdua, maka akan ada yang ketiga.
Rasulullah SAW telah bersabda, "Janganlah seorang lelaki berdua-duaan dengan wanita, sesungguhnya yang ketiga di antara mereka berdua adalah syaitan." (Hadis Riwayat Imam Ahmad).
Ramai Bersubahat
Larangan berdua-duaan dan perlakuan yang membawa kepada perbuatan zina itu bukan sahaja ditujukan kepada pasangan yang bertunang sahaja tetapi termasuklah orang-orang sekeliling yang turut terbabit atau bersubahat. Ramai antara kita yang tidak sedar bahawa mereka secara tidak langsung terlibat dengan perlakuan yang hampir kepada zina. Contohnya dalam kalangan ibu bapa yang sengaja membiarkan anak-anak teruna dan gadis mereka keluar berdua-duaan. Kononnya,  ibu bapa yang 'sporting' dan memberi kebebasan serta kepercayaan kepada anak-anak mereka.
Kerana ceteknya ilmu agama dan terpengaruh dengan amalan dan budaya sosial Barat yang moden dan terkini, mereka tidak mahu dipandang kolot dan dan dilihat alim. Ramai yang menganggap apa yang mereka lakukan itu adalah perkara biasa dan sudah menjadi tradisi malah selari dengan zaman moden sekarang ini. Tambahan pula, ada ibu bapa yang sengaja membiarkan anak-anak berdua-duaan dengan tunang dan kekasih mereka kerana mengingatkan manisnya zaman percintaan mereka semasa muda dahulu dan ingin anak-anak mereka merasai nikmat alam percintaan sebagaimana mereka dahulu.
Bertunang Bukan Tiket Buat Maksiat
Fenomena keruntuhan akhlak yang berlaku dalam kalangan muda mudi sekarang khususnya yang beragama Islam boleh menyebabkan merebaknya kelahiran anak luar nikah dan sebagainya. Itu adalah antara bukti-bukti penerimaan ibu bapa dan masyarakat sekeliling kepada aktiviti berdua-duaan pada pasangan bertunang. Jangan biarkan diri terhantuk baru tengadah. Sedarlah, pengaruh budaya barat dalam bidang sosial ini harus dianggap sebagai virus berbahaya yang merosakkan budaya Islam sekaligus meruntuhkan kekuatan umat Islam.
Oleh itu, walaupun sudah bertunang, jangan anggap ia sebagai tiket untuk berdua-duaan dan menghalalkan segala bentuk perhubungan sebagaimana suami isteri. Pastikan jalinan hubungan cinta itu tidak melanggar hukum Allah dengan tidak ada pergaulan bebas, tidak berdua-duaan, tidak mendedahkan aurat, tidak meninggalkan solat dan sebagainya. Jangan jadikan hubungan tersebut perkara yang melalaikan dan merugikan. Kita masih belum menjadi hak milik pasangan kita sepenuhnya. Jagalah maruah agama, diri dan keluarga. Jangan disebabkan racun dalam percintaan ini disangka baja dan mampu menyuburkan hubungan yang dibina berkekalan kerana setiap apa yang berlaku berbalik kepada ketentuan Allah.
Cinta yang suci dan terpelihara pasti akan membawa pasangan yang sudah bertunang ke gerbang perkahwinan sehingga kemanisannya dan kebahagiaannya tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ketika itulah fitrah menjadi anugerah.


http://www.iluvislam.com/tazkirah/remaja-a-cinta/1784-tunangan-halalmu-hanya-selepas-nikah.html

'Frust' Dalam Bercinta


Siapa yang pernah merasakan tahulah betapa perihnya. Benarlah kata pujangga,"sakit yang paling dahsyat ialah mencintai seseorang, tetapi tidak berbalas."
Aneh sekali derita sakit putus cinta ini... benci, tapi rindu. Dendam tapi sayang. Dunia terasa sempit, dada terasa mencengkam.
Orang yang paling boleh menyakitkan hati kita ialah dia yang pernah paling kita cintai.  Ramai orang yang hancur hidupnya kerana putus cinta. Terlupakah pesan bijak pandai:
"Cintailah sesuatu itu sekadar saja, berkemungkinan ia akan menjadi kebencianmu pada suatu ketika, bencilah yang engkau benci itu sekadar saja, berkemungkinan ia akan menjadi kecintaanmu pada satu ketika."
Sesetengahnya hilang kewarasan berfikir. Hilang semangat juang. Malah ada yang sanggup bunuh diri.
Benarlah kata orang: "Dunia akan terkejut mendengar seseorang membunuh diri kerana kematian ibunya, tetapi tidak akan terkejut apabila pembunuhan diri itu disebabkan kematian kekasih yang dicintainya."
Justeru, yang minta mati, akibat frust cinta ramai sekali.
(Ingat senikata lagu: Oh, Tuhanku kau cabutlah nyawaku). Buruk sekali keadaan orang yang 'frust' dalam bercinta. Inilah salah satu akibat cinta nafsu. Jika kita berani 'memperkosa' kesucian cinta, awas ia akan menuntut balas dengan cara yang paling kejam.
Ketahuilah, seseorang pernah gagal dalam percintaan, kemungkinan dia akan terus melihat kebahagiaan itu laksana pelangi.
Tidak pernah di kepalanya sendiri, selamanya di atas kepala orang lain. Pesimis. Prejudis. Bagaimana hendak dihadapi segalanya?
Putus cinta adalah bukti bahawa tidak ada cinta sejati kecuali cinta yang diasaskan oleh cinta Allah.
Cubalah anda fikirkan, apakah punca pihak sana atau pihak sini memutuskan cintanya? Mungkin kerana hadirnya orang ketiga? Mungkin dihalang oleh orang tua? Mungkin kerana sudah jemu? Macam-macam alasan diberikan.
Ketika itu lupa segala sumpah setia, akujanji, lafaz janji yang dimetrai sewaktu sedang 'syok' bercinta. Hingga dengan itu mereka yang dikecewakan seolah-olah tidak pernah mengenal orang yang dicintai itu. Dia benar-benar berbeza (seolah-olah dia tidak pernah kita kenali!).
Putus cinta bukanlah pengakhiran segalanya. Ia adalah satu permulaan yang baik jika ditangani dengan positif. Memanglah di awalnya kita rasa sukar menerima hakikat. Tetapi percayalah... kita tetap ada Allah.
Semuanya dari Allah. Dan segala yang datang dari Allah ada baik belaka, walaupun belum terserlah kebaikannya pada pandangan kita. Namun yakinlah, pandangan kita terbatas, pandangan Allah Maha Luas.
Sesuatu yang kita cintai, belum tentu membawa kebaikan kepada kita. Manakala sesuatu yang kita benci, belum tentu memudaratkan kita.
Sebagai hamba Allah, renungilah maksud firman Allah dalam surah Al Baqarah;
"Ada sesuatu perkara yang kamu cintai tetapi itu membawa keburukan kepada kamu. Ada pula sesuatu perkara yang kamu benci tetapi sebaliknya ia membawa kebaikan kepada kamu. Sedarlah kamu tidak mengetahui, Allah-lah yang lebih mengetahui."
Kita inginkan orang yang kita cintai itu terus setia bersama kita. Biar sampai menempuh alam perkahwinan, beranak cucu hingga ke akhir hayat. Segala kata pengukuhan telah diberikan.
Kita rasa dialah terbaik untuk kita (you are the answer of my prayer). Tetapi entah macam mana, dia berpaling tadah.
Waktu itu kita terhenyak lalu berkata, "mengapa aku terpaksa menanggung derita ini." Kita frust kerana merasakan dialah yang terbaik, tercantik, ter... ter... segala-galanya. Sukar membayangkan ada orang lain seumpama dia. Cinta diberikan seluruhnya. Ketika si dia pergi tanpa berpaling, kita berkata, "ya Tuhan, kenapa aku yang terpaksa menerima nasib ini?"
Harga diri orang yang putus cinta selalu rendah. Penilaian diri terhadap dirinya sendiri menjunam ke paras terendah. Rasa hina (gagak di rimba) berbanding kekasihnya yang pergi (merak kayangan).
Sedangkan jika masih ada iman bersemi di dada... kita masih boleh berfikir dan berhenti seketika, lalu berkata, "Tuhan ada!"
Pujuklah hati dengan apa yang telah Allah tegaskan bahawa yang baik pada pandangan kita belum tentu baik dalam realitinya. Katakan, dia yang pergi itu bukan yang terbaik. Mungkin dia terbaik, tapi untuk orang lain. Dan yang terbaik untuk kita pasti datang sebagai gantinya!
Jangan katakan kenapa aku yang kena? Jangan labelkan aku yang malang. Tetapi katakan, aku yang terpilih. Terpilih untuk putus cinta dengan manusia supaya 'terpaksa' bercinta dengan Allah.
Memang begitulah rahmat Tuhan, kekadang DIA memutuskan untuk menyambungkan. Putus cinta dengan manusia, tersambung cinta dengan Allah. Inilah hikmah di sebalik kesusahan, kemiskinan, kegagalan, dan termasuklah putus dalam bercinta. Dalam ujian kesusahan selalunya manusia lebih mudah ingatkan Allah.
Alangkah indahnya jika orang yang frust cinta itu kembali kepada Allah secara sihat – maksudnya, bukan sekadar merintih, mengadu, merayu atau minta mati segera. Tetapi tersentak oleh satu kesedaran bahawa cinta Allah itulah yang sejati.
Allah tidak pernah mengecewakan seperti kekasih mengecewakan. Seorang filosof Barat, Hendrick berkata, "mencintai seorang yang tidak mencintai kamu adalah sia-sia, menyia-nyiakan orang yang mencintai adalah berbahaya." Cubalah fikirkan... siapa yang paling mencintai kita? Siapakah yang kita sia-siakan selama ini? Fikir...
Dan tersentak oleh hakikat itu, kita mula berfikir... barangkali putus cinta ini adalah rahmat yang tersirat, "Allah menjemput aku untuk mencintai-Nya!"
Sedarlah, bahawa Allah adalah Tuhan yang sentiasa mengasihi kita. Tetapi DIAlah Tuhan yang sering kita sia-siakan.
Frust cinta itu hakikatnya untuk menyambungkan cinta kepada-Nya. Ketika itulah orang yang frust cinta akan benar-benar terasa bahawa dia terpilih, bukan tersisih!
Saya punya banyak cerita betapa ramai pasangan suami-isteri yang bahagia bersama 'orang' yang mereka tidak sangka apalagi harapkan sebelumnya.
"Rugi, buang masa mengenang kekasih dulu."
"Allah ganti yang lebih baik."
"Tak sangka, kami akan serasi begini."
Begitulah suara-suara 'testimonial' daripada orang yang frust bercinta tetapi akhirnya berjaya melalui kehidupan berumah-tangga dengan orang yang lebih baik (untuk mereka).
Ya, pada waktu 'terkena' dulu belum nampak lagi, sebab itu terasa marah, kecewa, dendam dan benci. Tetapi apabila masa berlalu, segalanya bertukar menjadi syukur, beruntung dan terselamat. Mujur putus dengan dia. Beruntung tidak jadi dengan dia!
Begitulah ilmu kita yang terbatas dibandingkan dengan ilmu Allah yang Maha Luas. Yang penting dalam apa jua keadaan sekalipun, iman mesti diperkukuhkan dalam dada. Ingat Tuhan. Cintailah DIA, pasti Allah akan mendorong orang yang dicintai-Nya untuk mencintai kita. Cinta itu bagai 'mata rantai' yang sambung menyambung sesama manusia yang akhirnya bersambung kepada cinta Allah.
Percayalah frust dalam bercinta itu satu ujian. Ujian dalam kehidupan. Ingatlah bahawa alam adalah sebuah 'sekolah' yang besar. Setiap manusia adalah para pelajarnya. Dan kita terpaksa belajar berterusan. Hidup adalah satu siri pelajaran yang tersusun rapi untuk difahami dan dihayati sepanjang hayat.
Frust dalam cinta jika ditakdirkan berlaku kepada anda, adalah satu pelajaran juga. Kita perlu faham 'pelajaran' yang dibawa bersamanya.
Jika difahami, pelajaran-pelajaran ini akan memberi panduan dan suluhan untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia pada masa akan datang.
Tetapi sekiranya pelajaran ini gagal difahami, maka hidup akan huru-hara dan kita akan selalu menghadapi keadaan yang tidak menentu. Kemungkinan besar kita akan 'frust' berkali-kali.
Semasa kita di peringkat remaja ada 'pelajaran-pelajaran' tertentu yang perlu difahami benar-benar sebelum menghadapi usia dewasa yang jauh lebih mencabar.
Apakah 'pelajaran-pelajaran' itu dan apakah cara sebaik-baiknya mempelajarinya?
Inilah salah satu persoalan penting yang mesti dijawab oleh setiap remaja.
Jangan sampai pelajaran yang sepatutnya 'selesai' di alam remaja terpaksa dibawa ke peringkat tinggi. Kalau begitu rugilah, sama seperti siswa atau siswi yang terpaksa 'refer'  atau 'repeat' akibat gagal dalam peperiksaan mereka.
Remaja adalah kelompok manusia yang sedang melalui satu proses transisi. Mereka telah meninggalkan alam kanak-kanak tetapi belum mencapai alam dewasa sepenuhnya. (I'm not a girl but not yet a women)
Keadaan transisi ini tidak stabil. Umpama air yang hendak bertukar menjadi wap, maka molekul-molekulnya terlebih dahulu bergerak dengan cepat dan tidak menentu.
Samalah dengan remaja, jiwa, akal, nafsu, emosi dan lain-lain elemen-elemen mereka sedang bergolak. Takah usia ini paling tidak stabil – tercari-cari identiti diri, krisis pemikiran, perubahan biologi dan macam-macam lagi.
Dan di tahap ini juga remaja akan menemui pelbagai situasi dan kondisi – suka dan duka, kejayaan dan kegagalan, permusuhan dan kasih-sayang, sempadan dan teladan. Muncul pelbagai individu dengan pelbagai kelakuan dan sikap.
Terjadi bermacam-macam peristiwa dengan membawa pelbagai kesan. Salah satunya frust dalam bercinta.
Semua ini tidak berlaku sia-sia melainkan ada 'pelajaran' yang dibawanya untuk difahami dan dihayati. Remaja mesti dapat membaca 'mesej' yang dibawa oleh setiap peristiwa, individu dan keadaan yang berlaku ke atas mereka.
Jika tidak, mereka terpaksa mengulangi pelajaran itu berkali-kali. Sebab itu kita pernah temui orang tertentu yang sentiasa berdepan dengan masalah yang sama berulang-ulangkali.
Jadi langkah pertama supaya remaja 'lulus' dalam pelajaran mereka ialah  mereka perlu akur bahawa setiap yang berlaku di alam remaja ada unsur pengajaran dan didikan buat mereka.
Frust cinta hakikatnya adalah 'guru' yang mengajar kita. Setiap guru mengajar sesuatu yang baik, walaupun kadangkala pahit, pedih dan sakit kita menerimanya.
Untuk itu, apabila putus cinta, hendaklah ditanyakan pada diri, "apakah pelajaran yang disebalik semua itu."Pandanglah semua yang berlaku ke atas kita ada tujuan yang tertentu, maka barulah hidup kita sentiasa bertujuan.
Kata ahli-ahli sufi, setiap yang berlaku dalam hidup ialah 'mehnah' – maksudnya didikan terus dari Allah.
Mereka berpendapat bahawa apa sahaja yang berlaku dalam hidup adalah ujian dan ujian itu hakikatnya adalah didikan terus daripada Tuhan.
Ahli sufi menambah lagi bahawa jika manusia tidak mampu dididik melalui didikan terus dari Allah (mehnah) maka manusia tersebut tidak akan dapat dididik lagi oleh sebarang manusia lain. Inilah yang ditegaskan oleh Ibnu Attoillah, seorang sufi yang terkenal dalam buku-buku karangannya.
Jika seorang datang membuat kita kecewa, maka dia adalah 'guru' yang hendak mengajar kita erti sabar.
Jika kita rasa kita sedang dikecewakan, itu menunjukkan kita sedang belajar untuk membina sikap tidak terlalu mengharap.
Begitulah seterusnya dalam apa jua situasi dan masa, kita hakikatnya sedang belajar dan dididik.
Memang pada lahirnya, manusia, peristiwa dan kejadian yang sedang bertindak ke atas kita tetapi sedarilah hakikatnya semua itu adalah datang dari Allah. Semuanya berlaku dengan izin Tuhan, yang dengan itu DIA hendak mendidik kita. Maka terimalah didikan itu dengan baik.
Apakah sebenarnya yang menjadi 'tujuan' di sebalik pelajaran-perlajaran yang datang dalam hidup kita?
Tujuan utamanya ialah untuk mengubah kita. Perubahan tidak dapat dielakkan justeru hidup adalah satu proses perubahan yang berterusan. Yang tidak berubah dalam hidup adalah perubahan itu sendiri. Perubahan sentiasa berlaku dan ia diluar kawalan kita. Kita tidak dapat mengawal hati 'kekasih hati' agar dia sentiasa setia.
Apa yang boleh kita ubah ialah diri kita sendiri. Jadi, berubahlah mengikut haluan dan kawalan kita sendiri. Jangan izinkan orang lain hatta kekasih kita mengawal hidup kita. Sehubungan itu, bijak pandai pernah berkata, "we cannot  direct the wind but we can adjust our sail." Ertinya, walaupun kita tidak boleh menentukan takdir yang menimpa tetapi kita diberi kuasa oleh-Nya untuk mentadbir diri kita.
Malangnya, ramai manusia yang ingin memegang takdirnya sendiri. Dia seolah-olah ingin jadi 'Tuhan". Dia ingin semua keinginannya tercapai. Mustahil, manusia hakikatnya lemah. Dia tidak boleh mengawal hati kekasihnya. Dia tidak boleh memastikan kesetiaan kekasihnya. Ingat, mencintai seseorang bukanlah bererti mengatur segala langkah dan perbuatannya demi cinta. Kita tak akan mampu!
Ringkasnya, ujian hidup datang dengan pelajaran, dan pelajaran itu datang bersama tuntutan perubahan. Jika sudah berkali-kali pelajaran disampaikan, tetapi masih tidak ada perubahan, maka itu bermakna remaja gagal dalam 'sekolah' kehidupan mereka.  
Frust cinta, hakikatnya adalah ujian yang ingin merubah kita untuk mula mencintai Allah.
Ingat, setiap kali sesuatu menimpa anda, samada baik atau buruk. Itu adalah pelajaran yang menuntut perubahan. Maka ubahlah diri kita selalu, ke arah yang baik, lebih baik dan cemerlang.
Setiap detik, setiap ketika, ada sahaja peristiwa yang akan anda hadapi... maka belajarlah secara berterusan, dan berubahlah secara berterusan... Nanti anda akan mencapai kebaikan secara berterusan pula.
Jangan sekali-kali menangguhkan pelajaran, nanti anda akan menangguhkan perubahan dan akhirnya menangguhkan datangnya kebaikan.
Belajarlah dari sekolah kehidupan semasa remaja lagi, supaya anda tidak diburu penyesalan apabila mencapai usia tua. Kata pepatah, "belajar sewaktu muda bagai melukis di atas batu, belajar sewaktu tua bagai melukis di atas air."
Teringat kata Dale Carnargie dalam bukunya Stop Worrying and start living, "Jangan gergaji abuk kayu!" Dan itulah nasib orang tua yang tidak belajar semasa mudanya!
Kita perlu sedar, hidup ini bagaikan satu siri gelombang yang datang secara bergilir-gilir. Ada ketikanya, gelombang kecil dan tenang dan ada ketikanya gelombang itu besar dan ganas. Pada ketika gelombang itu ganaslah, semuanya terasa serba tidak kena.
Tuhan menetapkan bahawa setiap manusia itu tidak akan mendapat kesenangan sahaja atau kesusahan sahaja.
Masing-masing daripada kita akan mengalami pasang-surut dalam hidup – ada masa senang, ada masa susah.
Justeru dalam kehidupan ini, kita tidak boleh terlalu gembira kerana selepas kegembiraan itu mungkin muncul kesusahan. Begitu juga kita tidak boleh terlalu sedih bila kesusahan kerana mungkin selepas itu Allah swt datangkan perkara-perkara yang menggembirakan.
Kesedaran tentang hukum Sunnahtullah ini akan memberi ketenangan dalam hidup. Apabila kita ditimpa kesusahan, rasakan dalam hati... ya, selepas ini akan datang kesenangan. Sabarlah sebentar.
Dan apabila datang kesenangan, kita tetap tidak alpa... ya, selepas ini akan datang kesusahan. Bersiap-sedialah.
Hakikatnya, tidak ada kesenangan dan kesusahan yang abadi di dunia ini. Kehidupan adalah satu pergiliran antara senang dan susah yang berterusan...
Cabaran kita bukan untuk mengawal perubahan 'cuaca' kehidupan itu tetapi mengubah diri bagi menyesuaikan diri dalam setiap keadaan yang berubah-ubah itu.
Fahamilah hakikat ini.
Apabila kita frust dalam bercinta terimalah bahawa itu adalah hakikat hidup. Hidup bukanlah yang serba kena, serba senang dan serba mudah. Hidup tidak selalu indah, kerana di situlah keindahan hidup!
Sematkan di hati kata pujangga ini: "Sesungguhnya orang yang berkali-kali gagal bercinta, pada suatu saat akan bertemu jua...cinta sejati yang ditunggunya!"


http://www.iluvislam.com/inspirasi/motivasi/1906-frust-dalam-bercinta.html