Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

♥●♥_◕_♥●♥ Hati Seorang Budiman Bak Bunga Seruni ♥●♥_◕_♥●♥

Bunga seruni tidak seindah dan semenarik seperti bunga-bunga lain, juga tidak memiliki bau wangi yang bisa membuat orang mabuk kepayang. Dia selalu tumbuh dalam terpaan angin dan hujan yang dingin, diam-diam menanggung kesendirian dan kesepian di dalam dunia ini. Senantiasa mempertahankan keacuhan dan kehambarannya yang khas. Namun, kehambarannya justru memiliki kekhasan, rupa dan kecantikan tersendiri, yang dapat disejajarkan dengan anggrek, bunga persik dan bambu. Dimana keempatnya dikenal sebagai ‘empat budiman’ dalam jajaran tanaman. Dia adalah bunga yang rupawan dan cantik, menantang salju dan embun es. Berdiri sendiri dalam udara dingin musim gugur. Watak bunga seruni yang tidak takut dengan dingin ini membuat semua orang mengaguminya. Saat mengamati bunga seruni, nampak bagaikan seorang petapa diantara bunga jenis yang lain. Di saat musim semi hampir berakhir, maka puluhan ribu bunga-bunga yang lain akan berguguran dan layu, hanya bunga seruni yang diam-diam tumbuh di ladang rumah penduduk desa, di pagar-pagar kayu dan bambu. Beberapa bayangan bunganya di atas tembok sedang beradu kecantikan dengan embun es. Dalam tiupan angin yang dingin menusuk tulang di musim gugur, kita dapat merasakan ketidak peduliannya terhadap kondisi sekelilingnya yang kurang menguntungkan, ia hidup dalam kehambaran. Bentuk bunganya yang sangat indah, dengan corak warnanya yang cantik, anggun mulia dan tiada bernoda, sejak dulu dipandang sebagai lambang dari watak yang jujur dan agung, serta anggun dan suci. Dengan memiliki kehambaran hati bagai bunga seruni, dan ketenangan jiwa bagai air, maka seseorang dapat dikatakan sudah mencapai semacam taraf jiwa yang sangat mulia dan agung. Di dalam dunia yang hingar bingar dan rumit ini, menghadapi setiap persoalan yang ada, ia akan selalu melihat kelebihan orang lain, mencoba mencari kekurangan pada diri sendiri. Walaupun diri sendiri mempunyai bakat yang berlimpah tetapi ia akan lebih memilih kehidupan yang sederhana. Saya sangat mengagumi orang yang memiliki watak yang demikian, benar-benar hidup hambar bak bunga seruni. Poin paling berharga yang dimiliki orang semacam ini adalah ia bisa menjadi orang yang setia dan teguh untuk tidak mengejar nama dan kepentingan. Kehambaran ini adalah kehambaran terhadap kemuliaan dan kehinaan, kehambaran terhadap nama dan keuntungan, kehambaran terhadap bujukan, suatu perasaan hambar yang eksis dalam watak yang teguh. Kehambaran semacam ini, bisa membuat kita, memecahkan segala kerisauan, melihat dengan jelas segala urusan dunia, menolak keramaian, kembali ke kesederhanaan, tidak terhanyut oleh berbagai macam nafsu keinginan yang telah banyak menjerat masyarakat dalam kehidupan yang moderen ini. Guna mencapai taraf pikiran seperti setangkai seruni, maka seseorang harus dapat dengan kehambaran hati menghadapi masalah "memperoleh dan kehilangan", dengan mata hati yang tenang memandang hiruk pikuk keramaian dunia. Saat semuanya berjalan lancar, tidak menyombongkan diri, dan sewaktu mengalami kegagalan tidak patah semangat. Di dalam pengalaman hidup melatih ketenangan dan ketabahan hati secara hambar dan santai. Di atas pentas kehidupan manusia yang bergejolak naik dan turun ini, bisa mengemban beban yang berat dengan menganggapnya ringan. Memang bukan hal yang mudah, namun bagi seorang kultivator sejati dia tahu bahwa dia hanya perlu menghilangkan keterikatan terhadap nama dan nafsu keinginan, maka secara otomatis ia pasti bisa mencapai taraf "kehambaran hati bak seruni" . Pepatah kuno mengatakan, "Hati tersangkut oleh bentuk". Dengan hasrat keinginan semakin besar, maka tekanan menjadi semakin berat, bagaikan borgol ribuan kati. Begitu seseorang terjatuh ke dalam jurang ‘nafsu’ dan tidak bisa melepaskan diri, maka jiwanya akan terkikis, nuraninya akan menjadi bejat, sehingga menjadikan diri sendiri sebagai budak dari nafsu keinginan. Di dalam realita kehidupan, manusia yang tercederai tubuhnya, yang rusak namanya, yang kehilangan keluhuran jiwa, banyak kita temui di mana-mana. Mereka semua adalah budak dari hasrat keinginan. Hasrat keinginan manusia beraneka ragam, jika seseorang tidak mengerti bagaimana harus mengekang keinginan diri, saat ia harus berhenti sebelum terperangkap terlalu jauh, maka hanya bisa dikatakan bahwa seumur hidupnya ini hanyalah proses untuk memuaskan keinginan pribadi yang terus-menerus timbul. Hanya seorang arif yang memiliki kejernihan hati dan hasrat yang minim baru bisa mengerti kesederhanaan adalah kebahagiaan, kehambaran adalah kebenaran, dan kepuasan adalah kesahajaan. Menjadi seorang yang berhati hambar bak seruni, merupakan keadaan hati yang selalu bergembira dan berbahagia. Keadaan hati semacam ini tidak berkaitan dengan uang, kekuasaan, keuntungan dan ketenaran. Asalkan kita bisa bermurah hati dalam kehidupan menghadapi kolega, teman sejawat dan keluarga, bisa menarik dan mengulur dengan leluasa, maka didalam hati kita akan timbul sekuntum bunga seruni yang tak akan gugur untuk selamanya, membuat jiwa kita ringan santai, tenteram dan damai. Sebenarnya, segala sesuatu yang berada dalam dunia hanyalah sederhana sekali. Cinta dan benci, bagaikan tiupan angin. Nama dan jasa, bagaikan segumpal awan. Kalau memang roh kita akhirnya harus berpulang ke dunia yang berada di langit, maka menjadi seorang manusia yang berhati hambar bak seruni, menjadi seorang manusia yang berhati jernih berhasrat minim, pasti adalah suatu hal yang sangat indah dan menggembirakan hati. Semoga semua orang dalam dunia bisa berhati hambar bagai seruni, menggunakan suara yang damai menyanyikan syair lagu kedamaian dan welas asih yang diberikan oleh para Sang Maha Sadar, serta dengan kebesaran dan keagungan hati memaafkan kesalahan orang lain ♥●♥_◕_♥●♥ 


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/__-hati-seorang-budiman-bak-bunga-seruni-__/10150095856071042