Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Sabtu, 26 Februari 2011

JAWABAN ISTIKHOROH CINTA


“Insya Allah, aku akan kenalkan kamu ke temanku, dia adalah sahabat baikku saat kuliah di Bandung dulu. Sekarang dia kerja di Jakarta dan menetap di sana.” kata Faruq kepada Dianti, sahabat perempuannya semasa sekolah dulu.
Dianti adalah seorang wanita sarjana bidang pendidikan yang saat ini meniti karir di sebuah lembaga bimbingan belajar di Surabaya. Usianya yang dewasa menjadikannya cukup matang untuk melangkah ke jenjang pernikahan, tapi sayangnya hingga saat ini belum ada satu lelaki pun yang datang untuk meminangnya. Sebagai wanita, tentu rasa sedih menyelinap di lubuk
hatinya, namun mampu ditutupnya rasa sedih itu dengan kesibukan dalam pekerjaan yang cukup menyita waktu dan perhatiannya.
Seperti orang tua kebanyakan, orang tuanya pun ingin agar Dianti segera mendapatkan seorang jodoh. Seorang jodoh dari kalangan lelaki terpelajar yang taat lagi soleh agar dapat menjadi imam untuk dirinya kelak.
Sebagai bentuk usahanya untuk mendapatkan jodoh dambaan hati, Dianti meminta tolong pada sahabatnya, Faruq, agar berkenan mendoakannya sembari berharap supaya jodoh yang diharapkannya segera datang. Faruq pun berbesar hati untuk menerima permintaan sahabatnya itu, mendoakannya, bahkan lebih dari itu, ia bermaksud mengenalkan Dianti kepada Sersan, teman baiknya semasa kuliah di Bandung dulu.
“Serius kamu mau kenalkan aku dengan temanmu? Makasih ya Faruq, kamu memang teman baikku, mudah-mudahan perkenalan ini bisa membawa kebaikan. Semoga dia adalah jodohku ya Ruq,” ujar Dianti kepada Faruq.
“Amiiin… semoga ya, kita hanya bisa berusaha, Allah lah penentu segalanya. Kita sama-sama berdoa semoga Allah meridhoi usaha ini dan kalian dipersatukan olehNya dalam suatu ikatan suci, pernikahan,” tandas Faruq menimpali jawaban Dianti.
Hari demi hari berlalu, waktu pun terlewati dengan seribu harapan yang membuncah luas dalam hati Dianti. Harapan akan hadirnya seorang lelaki soleh yang bisa mengajaknya untuk sama-sama taat kepada Allah, Tuhannya. Namun sebagai wanita, kadang muncul rasa minder dan rendah diri dalam hati Dianti, merasa bahwa masih banyak kekurangan yang melekat dalam hatinya.
“Tapi aku minder Ruq, aku hanya wanita biasa yang nggak cantik, apalagi aku hanya lulusan sebuah perguruan tinggi biasa, yang nggak seperti dia yang lulusan perguruan tinggi terkenal di negeri ini, mana mungkin dia mau sama aku,” sergah Dianti suatu hari, menerangkan semua perasaan negatifnya yang bergelut menjadi satu dalam pikirannya.
“Dianti, apa salahnya kalau semua ini dicoba, janganlah kamu rendah diri seperti itu. Kita nggak tahu siapa jodoh kita dan bagaimana kehidupan kita nanti. Kita hanya bisa berusaha, dan mungkin inilah salah satu usaha itu. Kalau kamu berkata begitu, sama saja kamu nggak bersyukur dengan apa yang sudah kamu dapatkan selama ini. Kamu pintar, sarjana dan pekerjaanmu juga mapan, lalu apa yang membuatmu merasa minder? Optimislah dan tetap percaya diri,” terang Faruq menyemangati Dianti agar tidak rendah diri terhadap perkenalan ini.
“Kekuranganku banyak Ruq, lalu bagaimana aku harus menutupi kekuranganku ini semua? Aku takut kalau aku bukan tipe wanita idaman Sersan. Apalagi iman dan ilmuku juga tidak sebaik Sersan.” tambahnya lagi.
“Sersan bukan lelaki yang suka aneh-aneh, dia tidak memandang kecantikan dan harta dari seorang wanita, tapi yang dia pandang adalah ketaatannya pada Allah. Kalau memang kekuranganmu banyak, bukankah setiap orang pasti punya kekurangan, bahkan tanpa terkecuali? Kamu punya kekurangan dan Sersan pun juga punya kekurangan. Justru lebih baik kamu tampil apa adanya, tidak menutupi kekuranganmu daripada hanya menunjukkan sisi baikmu saja. Nah, dengan adanya pernikahan, maka suami selayaknya menjadi pakaian untuk menutupi kekurangan istri dan istri pun menjadi pakaian untuk menutupi kekurangan suami, demikian juga dengan kamu dan Sersan nantinya. Kamu adalah pakaian untuk Sersan dan Sersan adalah pakaian untuk kamu. Lalu tentang iman dan ilmu yang kamu rasa kurang, bukankah setelah menikah nanti kalian bisa belajar bersama? Sersan menjadi ladang dakwah untukmu dan kamu menjadi ladang dakwah untuknya. Kewajiban Sersanlah untuk menarbiah atau mendidik kamu dan kewajibanmulah untuk menarbiah atau mendidik Sersan. Bukankah hidup menjadi lebih indah bila saling mengingatkan dan melengkapi?” Jawab Faruq lagi berusaha menghibur hati Dianti.
Sersan, demikian julukan akrab ala tentara yang biasa ia terima dari teman-temannya. Sersan tidaklah seperti Dianti yang suka minder. Dia tipe lelaki yang penuh percaya diri namun sederhana. Kesederhanaan yang ditampakkannya dalam berpenampilan, bersikap dan berbicara. Suatu karakter kuat yang diperolehnya dari didikan tegas kedua orang tuanya di pelosok sebuah desa di kabupaten Gresik, Jawa Timur. Tak ada sosok necis, parlente apalagi gaul yang menyelimuti dirinya, benar-benar jauh dari penampilan lelaki kebanyakan yang seusia dengannya.
“Faruq, apalah yang bisa kubanggakan dari diriku ini, aku bukan lelaki yang ganteng apalagi kaya. Kamu juga tahu bagaimana kedua orang tua dan keluargaku di desa sana. Kami bukan dari keluarga mapan, bahkan untuk biaya sekolah dan kuliahku dulu pun, aku harus berjuang keras kesana kemari agar aku berhasil. Makanya dalam mencari istri, yang kucari adalah seorang wanita yang mau menerimaku apa adanya. Cantik bukanlah patokan utamaku, yang terpenting dia taat kepadaku, mampu menentramkan batinku, dan mau bantu aku untuk merawat orang tuaku terutama bapak yang telah renta dan sakit-sakitan,” ujar Sersan kepada Faruq.
Sersan sadar bahwa masalah jodoh bukanlah masalah sederhana yang dapat diukur dari kecantikan dan harta yang berlimpah semata, tapi kemuliaan akhlaklah yang akan menentramkan hati bagi setiap pria, terutama hati Sersan, hingga membuat para suami pantas terlahirkan sebagai lelaki.
Dianti pun menimpali pertanyaan Sersan.
“Insya Allah aku akan berusaha menjadi wanita yang solihah, wanita yang taat pada suamiku kelak. Bagaimanapun juga, orang tuanya adalah orang tuaku, dan orang tuaku adalah orang tuanya juga. Aku akan bantu merawat bapaknya juga, apa yang menjadi kewajibannya adalah kewajibanku dan apa yang menjadi kewajibanku adalah kewajibannya juga nantinya,” ujar Dianti kepada Faruq.
“Syukurlah, Alhamdulillah kalau memang kamu bisa memahami kondisi Sersan dan keluarganya saat ini,” ujar Sersan menanggapi kata-kata Dianti.
Begitulah komunikasi dan perkenalan yang terjadi di antara mereka. Namun selama ini komunikasi mereka bertiga hanya sebatas telepon dan sms, Dianti menghubungi Sersan melalui Faruq, dan sebaliknya, Sersan pun menghubungi Dianti melalui Faruq juga. Jadi tidak terhubung secara langsung antara Dianti dan Sersan.
Pernah suatu ketika, Faruq merasa lelah harus menjadi perantara diantara mereka berdua, sehingga agar komunikasi lebih mudah, Faruq menyarankan mereka agar berkomunikasi secara langsung perihal ta’aruf yang sedang mereka jalani ini. Mereka pun menyetujuinya.
Beberapa kali untuk sekian lamanya mereka berdua berkomunikasi secara langsung, Sersan menghubungi Dianti dan Dianti pun menghubungi Sersan, baik melalui telepon maupun sms, namun pembicaraan mereka hanya sebatas pembicaraan yang dianggap penting, tidak lebih.
Mereka berdua bukanlah insan yang mudah tergoda imannya, sehingga demi menjaga ‘izzah  atau menjaga hati dari segala prasangka dan godaan, mereka berinisiatif untuk menyerahkan kembali komunikasi diantara mereka melalui Faruq. Suatu inisiatif yang diawali oleh Sersan demi menunjukkan kepribadian dirinya yang kuat sebagai seorang muslim yang tangguh.
“Faruq, aku kembalikan semua ini ke kamu. Demi menjaga hati ini, komunikasi antara aku dan Dianti kukembalikan lewat kamu ya. Hal ini sudah aku sampaikan ke Dianti, dan dia setuju,” ujar Sersan kepada Faruq. Pura-pura tak mengerti apa yang disampaikan Sersan, Faruqpun bertanya,
“Memang kenapa San, kok lewat aku lagi? Bukannya lebih baik dan lebih cepat kalau komunikasi di antara kalian, kalian lakukan sendiri. Bagaimana nanti kalau ada rahasia di antara kalian yang ingin disampaikan, tapi ternyata aku ketahui, bukankah bukan rahasia lagi namanya?”
“Bukannya aku nggak mau berkomunikasi secara langsung dengan Dianti, tapi masalahnya kami kan belum menikah, dia belum jadi mahromku, dan aku pun belum jadi mahromnya. Aku harom untuknya dan dia harom untukku. Tolonglah Ruq, aku hanya ingin menjaga hatiku agar terhindar dari segala fitnah dan prasangka. Apalah artinya ta’aruf kalau ternyata yang dilakukan adalah layaknya orang berpacaran, berkomunikasi membicarakan ini itu berduaan tanpa didampingi mahromnya, walau sebatas hanya lewat telepon. Kalau seperti itu, lalu apa bedanya ta’aruf dan pacaran? Bukankah itu sama saja dengan berpacaran yang mengatasnamakan ta’aruf?” tandas Sersan kepada Faruq sembari menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Faruq tersentak kaget mendengar apa yang disampaikan Sersan, betapa bodoh dirinya membiarkan kedua temannya yang berbeda jenis kelamin itu berkomunikasi secara langsung selama ini tanpa memperhatikan dampak negatif yang mungkin timbul kemudian. Suatu pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang sahabat terbaiknya.

                                 *****
Perkenalan yang terjadi di antara mereka sebenarnya berjalan di atas kebimbangan. Ya, kebimbangan yang mulai menggelayut dalam kalbu. Sejumlah pertanyaan, apakah benar dia adalah jodohku atau bukan, menggema kuat dalam batin mereka, terutama Dianti yang ternyata juga bergelayut dalam noktah-noktah cinta yang mulai tumbuh dan bersemi dalam hatinya. Sebagai sahabat, Faruq pun mengarahkan agar mereka beristikhoroh, meminta petunjuk pada Allah, Sang Pemberi Petunjuk.
Dianti pun segera mengikuti saran Faruq untuk segera beristikhoroh.
“Duhai Allah, Robb Pemilik segala urusan di dunia ini. Dalam genggamanMulah hati manusia terletak. Dan dalam garis takdirMu lah jodoh akan tersingkap. Wahai Robb, kirimkanlah untukku seorang lelaki soleh yang akan menjadi imamku. Seorang lelaki taat yang mampu memberikan ketentraman dalam batinku, yang bahunya akan menjadi sandaran teguh bagiku saat aku letih meniti hidup ini.
Ya Allah, Robb seluruh alam, bukan harapku cinta ini bersemi dalam kalbu. Bukan harapku pula cinta ini bersarang kuat dalam sanubariku. Tapi atas izinMu ya Allah, cinta ini hadir dan bersemayam indah dalam lubuk jiwaku. Tak mampu aku menolaknya dan tak kuasa pula aku menepisnya, cinta itu bersarang terlalu dalam di hatiku dan mengalir terlalu deras ke segenap aliran darahku.
Duhai Robb, Jika ta’aruf ini adalah baik bagiku, maka bawalah dia untukku, dekatkanlah aku padanya, dan pertemukanlah aku dengannya dalam suatu ikatan suci, pernikahan, agar sebilah tulang rusuknya yang hilang kembali terlengkapi.
Ya Allah Ya Rohman, telah Engkau hadirkan seorang lelaki soleh di depanku kini, jadikanlah lelaki soleh yang Engkau kirimkan itu sebagai imamku, peneman hidupku, untuk bersama-sama mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan. Jika memang dia baik bagiku maka dekatkanlah, namun jika dia hanya akan menjadi fitnah dan keburukan semata dalam hidupku, maka jauhkanlah kami. Lalu berikanlah seseorang yang jauh lebih baik dari lelaki manapun di dunia ini sebagai ganti terhadap dirinya.
Ya Allah Ya Rohiim, jadikan aku sebagai orang yang ikhlas atas segala kehendakMu dan orang yang ridho atas segala keputusanMu, karena aku hanya manusia biasa yang berjalan di atas garis takdirMu. Amiin.”
                                 *****
Tiba-tiba,
“Faruq, maafkan aku, aku harus mengurus bapakku. Aku nggak bisa konsen melakukan apapun selama bapakku masih sakit, jadi aku harus pulang ke Gresik dan Surabaya untuk merawat bapak yang sudah dalam kondisi kritis. Tolong sampaikan ke Dianti, bahwa ta’aruf ini sementara waktu harus kutunda, aku hanya ingin berbakti kepada bapak untuk yang terakhir kalinya sebelum maut merenggut nyawanya.” Ucap Sersan di suatu siang saat lagi hangat-hangatnya ta’aruf yang sedang dijalaninya dengan Dianti.

Faruq dengan berat hati pun harus menyampaikan hal ini ke Dianti, penuh harapnya semoga Dianti bisa memahami apa yang tengah dialami Sersan saat ini. Dan perkenalan itupun terhenti sementara waktu sampai waktu yang tak bisa mereka tentukan.
                                *****
Kriiiiiiiiiing…. kriiiiiiiiiiing….
Dering suara ponsel mengalun merdu hari itu, tapi sama sekali tak ada respon dari sang empunya ponsel. Tak lama sang pemilik menelepon balik nomor yang telah menghubunginya tadi.
“Assalaamu’alaikum…maaf ini dengan siapa ya? Apa tadi Anda menghubungi nomor saya?” tanya pemilik ponsel tersebut.
“Wa’alaikum salam waroh matulloohi…Ooo..sebentar ya, mungkin tadi suami saya yang menghubungi Anda. Sebentar, saya panggilkan suami saya dulu,” jawab seorang wanita dari seberang telepon.
“Assalaamu’alaikum…halo…..,” terdengar suara seorang laki-laki datang dan mengambil alih telepon itu.
“Ya halo, wa’alaikum salam…hemmm, maaf apa tadi Anda menghubungi nomor saya? Maaf ini dengan siapa ya?” jawab pemilik ponsel yang menelepon balik tadi.
“Oo..iya, betul. Halo Dianti, ini aku, Sersan, apa kabar? Masih ingat aku kan? Kebetulan aku mau minta tolong nih.” terdengar suara laki-laki itu yang tak lain adalah Sersan menjawab pertanyaan dari sang penelepon yang tak lain adalah Dianti.
“Ya mas, alhamdulillaah baik. Maaf mas, siapa ya wanita yang mengangkat dan menjawab telepon saya tadi?” tanya Dianti kepada Sersan.
“Tadi itu istri saya, memang kenapa?” tandas Sersan menjawab pertanyaan Dianti yang penasaran dan ingin tahu.
“Apa, istri mas? Mas sudah menikah?” jawab Dianti dengan nada meninggi dan kaget.
“Ya, alhamdulillaah sudah, memang kenapa?” tandas Sersan lagi.
“Nggak mas, nggak apa-apa. Maaf mas, saya masih ada kesibukan, teleponnya saya tutup dulu ya. Wassalaamu’alaikum..” tiba-tiba Dianti coba menghentikan pembicaraan dan langsung menutup telepon.
Tak lama berselang, Dianti segera menghubungi Faruq menanyakan tentang kebenaran pernikahan yang telah dilakukan Sersan. Dengan berat hati Sersan pun membenarkan tentang hal itu sambil berkata,
“Maaf Dianti, kalau Sersan harus mengambil keputusan ini. Dia tidak bermaksud untuk menyakiti kamu. Beberapa bulan lalu bapaknya meninggal dunia, dan dia sangat terpukul akan hal ini. Perasaan bersalah selalu membayanginya sebab dia belum bisa memberikan yang terbaik untuk bapaknya. Dia merasa bahwa baktinya masih sangat kurang bila dibanding dengan kebaikan yang telah diberikan sang bapak kepadanya. Saat bapaknya sakit, dia berpikir belum maksimal untuk merawatnya. Sehingga agar tidak terjadi hal yang sama pada keluarganya, muncullah keinginan untuk memiliki seorang pendamping yang bisa merawat dan mengobati keluarganya kelak, terutama ibundanya. Dan akhirnya dia menemukan pendamping seperti yang diharapkannya, yaitu seorang dokter. Maafkan aku Dianti, berat bagiku untuk menyampaikan semua ini, tapi aku harus menyampaikannya. Mungkin dia belum jodohmu. Tapi percayalah bahwa akan ada lelaki terbaik yang pasti kamu dapatkan suatu saat nanti. Asalkan kamu tetap bersabar dalam menanti jodoh hidupmu, insya Allah.”
Isak suara menahan tangis terdengar dari bibir Dianti yang pilu. Bibir seorang wanita yang mengharapkan kasih sayang seorang lelaki yang telah meninggalkannya.
Tanpa Dianti sadari, sebenarnya Allah telah kabulkan doa dalam istikhoroh yang telah dilakukannya, menjauhkan Sersan darinya, sebab doa tidak harus berakhir bahagia dengan dipersatukannya cinta dua insan. Karena Allah lebih tahu rahasia dibalik cinta dan kehidupan manusia.
Kini dia berusaha kuat meredam cinta di atas pahitnya takdir yang dirasakannya, semoga akan ada lelaki lain yang lebih baik dari Sersan atau lelaki manapun dalam hidupnya yang kan bisa menjadi pangeran hati dan imam untuk dirinya kelak.


http://www.facebook.com/notes/hembusan-nafas-kehidupan/jawaban-istikhoroh-cinta/184055728294840

SEORANG AYAH BERTAUBAT DENGAN SEBAB ANAKNYA YANG MASIH BERUSIA 7 TAHUN


Satu lagi, kisah nyata di zaman ini. Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain.
Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.
Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya:
“Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya.
Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?”
Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah yang di langit melihatmu.
Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah.
Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku.
Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah.
Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar… lalu ia shalat maghrib di hadapan saya.
Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):
”Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan” (Maryam: 45)
Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya.
Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setalah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”
Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh.
Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), ”Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi).”
Saya katakan kepadanya, ”Biar kita ke masjid dekat rumah saja.”
Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut… Dan Marwan selalu memandang saya.
Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (An-Nuur: 21)
Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya.
Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, ”Sudahlah wahai Abi!”
Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, ”Kamu jangan cemas.”
Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.
Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.
Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan, “Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?”
Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata, “Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.”
Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah- saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.
Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah.”


https://enkripsi.wordpress.com/2010/07/26/seorang-ayah-bertaubat-dengan-sebab-anaknya-yang-masih-berusia-7-tahun/

8 Hal Yang Mematikan Hati


Hati-hatilah dengan HATI kita...
Biarkan HATI kita HIDUP dan berCAHAYA...
Jangan sekali-kali memBUNUH hati kita secara perlahan...!
Bagaimana kita memBUNUH HATI kita secara perlahan ?
Menurut Ibrahim bin Adham, Kita akan  meMATIkan HATI kita dengan hal-hal berikut :
1 . Mengetahui HAK Allah sebagai TUHAN, tetapi tidak meNEGAKkan hak itu.(untuk diSEMBAH...diCINTAi...diTAATi...diHARAP...dan diTAKUTi)
2. Mengakui Al-Quran sebagai WAHYU Allah, tetapi tidak meLAKSANAkan apa yang diperintahkan.
3. MenCINTAi Nabi tetapi mengABAIkan SUNNAHnya.
4. Takut MATI, tetapi tidak memperSIAPkan diri.
5. Mengetahui SYAITHAN adalah MUSUH tetapi semangat mengIKUTi kehendaknya
6. Takut NERAKA tetapi senang melakukan MAKSIAT.
7. Menginginkan SYURGA, tetapi malas berAMAL shaleh
8. KeKURANGan diri sendiri diLUPAkan, tetapi keKURANGan orang lain diINGAT-INGAT dan dibesar-besarkan.
Semoga kita bisa lebih BIJAKSANA...


http://www.facebook.com/notes/kata-kata-hikmah/8-hal-yang-mematikan-hati/491626550848

== I'm Different ==


Setiap orang yang dilahirkan di muka bumi ini pasti memiliki perbedaan. Terlepas ia dilahirkan kembar ataupun melahirkan karena perbedaan rentang beberapa waktu.
 Berbeda..
 Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu bersinggungan dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menjadi pemicu masalah yang berlanjut menjadi konflik bila kita memahami, mengatasi dan menyikapinya dengan cara yang tidak tepat.
 Walaupun secara hakikat, manusia itu sama, tetapi tak pernah ada manusia yang benar-benar sama dalam segala hal. Kemiripan wajah, kesamaan hobi, bahkan ikatan batin dan pertautan rasa yang kuat pun tidak menjadikan kita sama dengan mereka atau aku adalah dia dan kamu adalah saya. Kita berbeda dan memiliki perbedaan karena perbedaan adalah harmoni yang membuat hidup kita lebih berarti.
 Di dalam perbedaan, tersimpan arti yang pantas untuk dimengerti. Dengan perbedaan, kita mampu merasakan makna kebersamaan, sehingga kita bisa memahami bahwa perbedaan adalah alasan untuk sebuah pengertian.
 Perbedaan merupakan keadaan, sifat dan karakter yang diciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia saling mengenal, berinteraksi, saling memahami dan memberi manfaat satu sama lain. Memahami dan menyikapi perbedaan dan memang bergantung kepada cara pandang kita terhadap perbedaan tersebut.
 Alloh SWT menciptakan alam semesta dengan segala keunikan perbedaan. Alloh menciptakan pula keanekaragaman dalam satu jenis penciptaan semisal spesies katak. spesies burung, tanaman, dan bahkan ras manusia.
 Dia menciptakan perbedaan agar ciptaan dapat saling mengenal dan membentuk harmoni.
 Perbedaan ditinjau sisi ragam usul, pendapat, bahkan hingga doktrin terkadang jika kita tidak cerdas dalam menyiasati dan menyikapinya akan berujung konflik. Sikap saling menentang dan menantang ini mudah sekali memicu pertengkaran. Walaupun pertengkaran itu hanya terjadi di meja makan ataupun di meja diskusi. Tetap saja hanya akan menciptakan efek kelelahan. Lelah hati, lelah pikiran. Kelelahan dapat memicu kekecewaan. Kekecewaan adalah medan magnet bagi kedengkian.
 Di dalam kumpulan suatu Masyarakat terkadang Perbedaan pendapat kerapkali dianggap sebagai Musuh dan belum menjadi sebuah kebiasaan dalam suatu masyarakat.
Pengalaman adalah sebagai guru yang terbaik. Hampir selalu dijadikan faktor terdepan segala sesuatu sudah pasti.
Pengalaman kerap selalu dijadikan faktor terdepan dalam menentukan sebuah keputusan, walau ada benarnya. Namun semua itu tidaklah selalu. Faktor pengalaman selalu merujuk kepada faktor budaya, adat, Masa lalu, Orang yang lebih dituakan, Faktor Usia yang dijadikan standar ukuran dalam menentukan sebuah keputusan, serta kenyataan hidup yang pernah dialami maupun dikisahkan oleh seseorang agar menjadi pertimbangan dalam menentukan maupun mengambil sikap dan keputusan.
Namun, semua itu tidaklah selalu menjadi ukuran. Masih ada faktor lain, Faktor ditinjau dari sisi religi (Agama, Syar'i/tidaknya), Faktor Dasar Hukum, Faktor dari unsur/hal yang tak terduga. Sehingga menjadikan kita selalu dan terus selalu berpikir melingkar.  Karena pada dasarnya kita belum terbiasa menerima segala sesuatu perbedaan itu dengan sepenuh hati. Semua Usul harus selalu diutamakan. Walau terkadang, yang menjadi pengambil keputusanlah yang berhak menentukan usul tersebut diterima atau tidaknya. atau kesepakatan dalam voting lah yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.

So,  let's we're Think Out of The Box.
Oleh karena itu, Tahap Awal yang harus kita miliki. Wahai Akhi dan Ukhti belajarlah dalam berbeda pendapat. dan carilah persamaannya.
Bukankah Orang yang berbeda pendapat itu bagus. ( jika tutur kata, penyampaian lisan,ekspresi yang dilakukan dengan baik, bijak, dan santun)  Kalau semua pendapatnya sama..buat apa dilakukan berkumpul.
Sebagai contoh Jika di dalam suatu rapat berkumpul. dan semua pendapatnya sama. Buat apa kita dilibatkan ikut& dilaksanakan rapat!! Cukup seorang saja.
Bukankah..
Kita butuh pendapat yang berbeda supaya bisa menambah wawasan kita.
Kita butuh pendapat yang berbeda supaya bisa mengukur pendapat kita (Benar atau tidaknya)
Kita butuh pendapat yang berbeda supaya kita bisa makin kokoh & Kuat
 Contoh lain di dalam balutan sebuah keluarga:
*
Ayah ingin kursi putih
Ibu ingin kursi biru
Anak ingin kursi hijau.
Solusi yang terpenting tinggal ganti-ganti kursi. Persamaannya, yang terpenting kursi.
 Perbedaan pendapat Orangtua dengan Anak adalah sebuah kewajaran. Yang harus diperhatikan adalah Etika-nya. Tidak mungkin semuanya harus selalu persis sama karena ukurannya saja sudah berbeda, Umurnya beda, statusnya pun juga berbeda. Yang terpenting bagaimana tujuannya adalah SAMA.
 Contoh lain dalam sebuah bangunan. jika tidak ada yang beda-beda komponennya, maka sebuah bangunan tidak akan terjadi semisal jika hanya didominasi berupa pasir saja.
 Contoh lain dalam toko besi. Ada semen, pasir, bata, kloset, keramik. Namun tidak tertata dengan rapi. Maka, tidak Indah.
 Jika seseorang mules naik di kloset A. mau ambil gayung ada di rak B, mau ambil Air ada bak C..semua itu menjadi tidak tertata,tidak indah dan tidak praktis.
 Carilah ilmu yang baik. Beda pendapat boleh. namun, janganlah menimbulkan permusuhan.
Menurut penjelasan Aa' Gym dalam suatu kesempatan sebuah majelis keilmuan. ada Beberapa Solusi yang dapat kita tempuh untuk menyatukan, yaitu :

Pertama, Jangan menonjolkan perbedaan.
Seseorang bahkan suatu bangsa akan rapuh jika tidak bisa menyikapi perbedaan. ''Jangan sibuk melihat perbedaan sebelum sibuk melihat persamaan. Jika kita terus-terusan mempermasalahkan perbedaan maka semua akan jadi musuh.
Beda pendapat adalah wahana saling melengkapi
 Kedua, jangan sibuk menonjolkan diri sendiri. Makin sibuk seseorang menonjolkan diri sendiri dia akan makin tidak disukai oleh lingkungannya dan tidak akan bersatu.  Oleh karena itu berhentilah menyebut kebaikan-kebaikan diri sendiri dan merasa berjasa.
 ''Semakin ingin kita dipuji, semakin ingin dihormati, makin sering sakit hati. Kalau ingin dihargai jangan overacting.
 Jika didalam suatu bangunan, bahan bangunan saling menonjolkan diri.. Semen merasa menonjolkan diri, Besi merasa menonjolkan diri, begitupun pasir juga dan lain-lain..Maka, bangunan tidak akan bisa bersatu.
 Belajarlah untuk tidak harus saling menonjolkan diri dan tidak merasa paling penting, jadilah seperti Besi beton. yang saling melengkapi dan menguatkan.
 Jadilah seperti Jantung.  Tidak pernah banyak omong. Namun, jantung selalu bekerja setiap hari tanpa henti.
 Jadilah seorang yang Ikhlas. Orang yang ikhlas itu pandai menyembunyikan kebaikannya sebagaimana menyembunyikan keburukannya.
 Imam Ali RA pernah mengatakan bahwa Orang yang ikhlas sekecil apapun kebaikannya, Maka Alloh yang membesar-besarkannya. Tapi Orang yang riya (pamer) maka Alloh yang akan menghinakan orang yang riya tersebut.
Dikisahkan Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”
"Tempatkanlah sesuatu pada tempatnya dan sesuai porsinya.
Hal ini merupakan realisasi dari bersikap dan bertindak adil. Bersikap wajar dan bertindak benar merupakan cara tepat menyikapi perbedaan".
Ketiga, jangan meremehkan orang lain. Seseorang, menurutnya, tidak akan bisa berprestasi jika tidak mampu menghargai prestasi orang lain.
Ketika Nabi Isa AS dihina oleh orang lain. Nabi Isa menjawab dengan perkataan yang baik, beliau berkata "Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya"
Sedangkan Keempat, Memulai segala sesuatunya dari diri sendiri.
''Kalau ingin sukses, berhentilah berharap dari orang lain. Bersandarlah hanya pada Allah semata.''
Berbuatlah untuk orang lain. Seikhlas dan semampu yang kita lakukan walaupun bernilai kecil dan jangan pula lah selalu menuntut terhadap orang lain.
Jika diri kita diibaratkan sebagai jari kelingking. Jika kita disuruh memindahkan meja. yang terjadi, maka jari kelingking kita akan patah. Sadar bahwa diri kita hanyalah sebagai kelingking, janganlah selalu terlalu berharap dan menuntut kepada yang lain.
Orang yang terlalu sibuk menuntut orang lain, tanpa berbuat sesuatu. Dia lah yang akan dibinasakan oleh tuntutannya itu sendiri.
Yang namanya Ukhuwah itu tidak bisa didapat dengan menuntut orang lain. Ukhuwah dan persatuan itu syaratnya menuntut diri.
Contoh di dalam suatu majelis :
Sudahkah kita memulai salam terlebih dahulu terhadap seseorang yang berada disamping kita??
Sudahkah kita mengenal nama seseorang yang berada di samping kita??
Mengucapkan salam adalah satu dari sekian banyak penyebab seseorang bisa masuk surga. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:”Wahai manusia, sebarkanlah ucapan salam, hubungkanlah tali kekerabatan, berilah makanan, dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang tengah tertidur, engkau akan masuk surga dengan selamat(HR. Muslim).
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:”Maukah kamu aku kutunjukkan kepada sesuatu yang apabila kamu lakukan kamu akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kamu” (HR. Muslim).
sesungguhnya seseorang itu akan mendapat balasan sesuai apa yang telah diniatkannya(HR. Bukhori dan Muslim).
" Jika kalian diberi salam penghormatan,balaslah dengan cara yang lebih baik atau dengan yang serupa " ( QS An Nisa :86 )
Ukhuwah itu bukan terletak pada pertemuan dan bukan juga ucapan manis di bibir tapi pada ingatan seseorang terhadap saudaranya dalam do'anya.
"Jadilah PERBEDAAN itu menjadi SINERGI selalu Saling Melengkapi dan Saling Menguatkan"
***
Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (QS. Al-Kaafiruun [109]: 1-6)
Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.”  (Q.S An-nisa ayat 95).
"Sesungguhnya agama Allah tidak akan bisa dikenali dari pribadi-pribadi, tetapi akan dapat dikenali dari tanda-tanda kebenarannya. Kenalilah kebenaran maka engkau akan mengetahui siapa penganutnya" (Ali bin abi thalib ra)
Al-Imam Ali bin Abi Thalib RA. Berkata : ''Dunia itu selalu bergerak menjauh dari kehidupan manusia, sedangkan akhirat selalu bergerak mendekatinya. Masing-masing dari keduanya mempunyai budak yang setia kepadanya. Maka, jadilah kamu sekalian sebagai budak akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi budak dunia. Sesungguhnya di dunia inilah tempat beramal dan tidak ada penghisaban, sedangkan di akhirat nanti adalah saat penghisaban dan bukan tempat beramal.''
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-im-different-/10150132447526042

Nasihat Pernikahan *


*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.
Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam mengajarkannya.
Nikah merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling afdhal dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan nikah inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong untuk mempercepat nikah, mempermudah jalan untuknya dan memberantas kendala-kendalanya.
Nikah merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak biologis dalam diri manusia, demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian dari persilangan syar’i tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan keturunan, hingga dengan perannya kemakmuran bumi ini menjadi semakin semarak.
Melalui risalah singkat ini. Anda diajak untuk bisa mempelajari dan menyelami tata cara perkawinan Islam yang begitu agung nan penuh nuansa. Anda akan diajak untuk meninggalkan tradisi-tradisi masa lalu yang penuh dengan upacara-upacara dan adat istiadat yang berkepanjangan dan melelahkan.
Mestikah kita bergelimang dengan kesombongan dan kedurhakaan hanya lantaran sebuah pernikahan ..?
Na’udzu billahi min dzalik.
Wallahu musta’an.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/nasihat-pernikahan-/10150132046721042

Rela Pada Ketentuan Allah


*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Oleh: Imam Asy-Syafi’i

Biarkanlah hari-hari berbuat semaunya
Berlapang dada-lah jika takdir menimpa

Jangan berkeluh-kesah atas musibah di malam hari
Tiada musibah yang kekal di muka bumi
Jadilah laki-laki tegar dalam menghadapi tragedi
Berlakulah pema’af selalu menepati janji 
Jika banyak aibmu di mata manusia
Sedang engkau berharap menutupinya
Bersembunyilah engkau di balik derma
Dengan derma aibmu tertutup semua

Jangan pernah terlihat lemah di depan musuhmu
Sungguh malapetaka jika musuh menertawaimu

Jangan berharap dari orang kikir kemurahan
Di neraka tiada air bagi orang yang kehausan
Rizkimu tidak berkurang karena kerja wajar perlahan
Berlelah-lelah tidak menambah rizki seseorang

Tiada kesedihan yang kekal tidak pula kebahagiaan
Tiada kesulitan yang abadi tidak pula kemudahan
Jika engkau berhati puas dan mudah menerima
Sungguh, antara engkau dan raja dunia tiada beda
Barangsiapa kematian datang menjemputnya
Langit dan bumi tak kan mampu melindunginya
Bumi Allah begitu lapang luas membentang
Namun seakan sempit kala ajal menjelang

Biarkanlah hari-hari ingkar janji setiap saat
Kematian tak mungkin dicegah dengan obat


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/rela-pada-ketentuan-allah/10150132036941042

SAHABAT HATI


Mengapa harus menanti hingga senja membungkuk, dikendali tongkat penuntun sisa hidup dengan kening keriput dan rambut kusut yang berselimut kabut
Apa cuma sekedar istilah yang tertera sebagai seorang pengikut, penganut atau pemeluk...?
sahabat hatiku...
Beruntunglah engkau yang sedari dini telah dituntun oleh agama yang selalu menyelimuti hatimu disetiap waktu.
Sahabat hatiku...
jalan ini terjal dan berliku, sedang perjalanan hidup ini adalah buah langkah dari akal dan nurani kita...
coba bayangkan sejenak akan sirotol mustaqim yang hanya sehelai rambut itu...
apa kita sanggup melewati sampai ujung penantian itu, jika langkah kita hanya untuk ambisi akan harta dan kedudukan yang berbelok arah.
jalan masih terbuka lebar untuk mencari sahabat kebenaran dan berbuat kebajikkan,
sahabat hatiku...
beruntunglah engkau yang telah diluruskan oleh akal dan nuranimu..
Memang begitu mudah mulut ini berucap...
Pada panorama yang bermain dipelupuk mata,
Pada puisi yang bernyanyi di dalam pikiran, atau tentang kebijaksanaan yang menawan hati
Sahabat hatiku...
semoga senyum kita akan seirama, bila hari-hari kita dihiasi oleh rasa malu akan dosa.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/sahabat-hati/10150131999001042

" Tip Merawat Jilbab "


*Untuk semua jenis jilbab jangan pernah mencuci-nya dengan mesin cuci.Karena akan merusak dacron atau busa di kepala untuk jilbab yang bermodel bergo dan merusak bahan jilbab untuk jenis bahan sutra atau katun .Cukup digosok-gosok saja dengan tangan dan tidak perlu disikat..
* Untuk jilbab yang berbahan sutra jangan pernah mencucinya dengan detergen atau sabun cuci,gunakanlah shampo.Caranya dengan mencelupkan jilbab pada air yang telah diberi shampo.Biarkan sesaat dan tidak perlu diperas pada saat menjemurnya..
* Apapun bahan dari jilbab tersebut,jangan lupa untuk menjemur dengan posisi bagian dalamnya yang diluar dan jemur di tempat yang teduh,hindari menjemur di bawah terik matahari langsung..Agar warna jilbab tidak cepat memudar..

* Pada saat menyetrika jilbab jangan pernah pula menyetrika dacron atau busanya untuk jilbab yang berbentuk bergo,karena akan merusak bentuk dacron dan jangan menggunakan setrika yang panas untuk berbagai jenis bahan jilbab..


http://www.facebook.com/notes/melati/-tip-merawat-jilbab-/182259465145770

Nila Jangan Menangis


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================

Apa kabar ukhti, Pelangi nila kecil yang cantik..? aku yakin, ukhti akan selalu dalam kondisi prima. Karena pikiran positif ukhti yang hebat dapat menyingkirkan kesedihan dan jutaan tekanan.

Nila, Ukhtiku yg cantik…
tahukah hal special yang kau miliki…? Sungguh..aku melihat senyummu hari ini begitu menyejukkan, menggetarkan jiwa dan menghangatkan hati tiap insan di seluruh dunia. Kau bisa membius jutaan manusia dengan semangat tinggimu, idealismemu dan keteguhan cita-citamu. Dan, karena itulah…aku mencintaimu.
Nila, Ukhtiku yg manja…
aku selalu merindukanmu. Karena engkau begitu istimewa.
Kau pandai tersenyum, pandai menyiram hati-hati yang resah dengan candamu yg kadang kelewat guyon buatku…dan engkau memiliki semangat hidup yang tinggi!
Kau begitu tegar juga istiqomah.
Dan, aku akan selalu mencintaimu. Cintaku padamu seperti sang surya yang tak akan redup menyinari bumi. Dan bumi itu adalah dirimu, wahai ukhtiku.
Nila, Ukhtiku yg cerdas…
Kau memiliki segudang prestasi yang begitu memesona.
Tulisan2mu indah dan bermakna dalam..
Kata-katamu yang indah, dapat menenggelamkanku dalam ketenangan.
Kau adalah wanita penyebar cinta yang kumiliki.
Lidahmu bergumam dengan lembut, suaramu halus seperti sutra. Dan, aku mencintaimu dengan cinta yang penuh kerinduan.
Nila, Ukhtiku yg kini pendiam…
Aku melihat dirimu penuh rasa percaya diri.
Meskipun kini entah mengapa engkau terlihat lebih pendiam dari biasanya, aku yakin..ukhti dapat menjadi ukhtiku yang dulu lagi. Ukhti yang penuh semangat, juga menjadi ukhtiku yang memiliki impian yang sangat membara!!!
Nila...Jangan menangis!!! Jika ukhti merasa begitu kesepian,ingatlah bahwa ada aku disini.
Aku akan selalu menjagamu dan memberimu sandaran.
Air matamu adalah duri dalam batinku, jadi…janganlah menangis…!!!
Kesepianmu, akan aku basuh dengan melodi cintaku padamu. Hingga engkau bias tersenyum dan terjaga dari mimpi-mimpi pesimis yang menidurkan pikiranmu.
Ukhti nila..
Ketahuilah, bahwa ukhti memiliki impian yang jelas, ukhti kini tinggal bergerak!!!  Dan memulai langkah demi langkah untuk mencapai cita-cita..
Dan, sungguh…cita-cita ukhti begitu tinggi…
Aku salut padamu..wahai ukhtiku.
Jika engkau butuh teman bicara, maka bicaralah denganku. Aku, akan sangat ikhlas jika mampu mendengar keluh kesahmu. Menulislah di dadaku, tumpahkanlah kepedihan hatimu jika engkau merasa letih menjalankan semua langkah yang engkau strategikan untuk meraih impianmu. Sungguh…wahai ukhtiku, aku akan selalu disini…DISAMPINGMU…dan akan terus menggenggam jemarimu dengan hangat…memberimu motivasi hidup…juga memberi pelukan penuh kasih sayang hingga engkau bangkit dari kesendirian.
Nila, Ukhtiku…
Aku tahu, jalanmu terlalu berat untuk dipikul. Jalanmu itu…penuh duri, keraguan, air mata dan rintangan. Namun…aku yakin, ukhti pasti bisa!!!! Ukhti PASTI BISA melangkah di jalan itu!!! Dan, aku yakin…ukhti akan menemukan harta karun yang mewah ketika ukhti telah sampai di garis finish impianmu.
Nila..Jangan mengeluh!!! Karena aku akan sangat sedih.
Wajahmu yang manis, sangat tidak pantas dihiasi dengan keluhan, cercaan dan keputusasaan. Wajahmu yang teduh itu…hanya pantas dilukis dengan semangat tinggi, motivasi hidup, dan keteguhan yang kokoh.
Nila..
Ingat!!! Jangan berhenti melangkah sampai garis finish.!!!!!!!!!
Dan, jika engkau lelah…beristirahatlah dulu sejenak di dalam pelukanku, menangislah jika engkau ingin. Aku…akan mengelus rambut halusmu. Dan, mengecup pipimu. Memberi ketenangan hingga engkau bangkit. Dan berjalan lagi…mendaki gunung cita-citamu. Ketahuilah wahai ukhtiku, bahwa…engkau pasti bisa menggapai apa yang engkau cita-citakan.
Jangan dengar suara- suara yang membuatmu putus asa!!! Tuli lah jika engkau mendengar kata-kata pesimis!!! Dan, bisu lah…dari mengatakan kata-kata keluh kesah!!!
Karena, aku akan sangat sedih jika ukhti melakukan hal itu…
Nila, Ukhtiku yg sederhana…
Kini, aku tengah merindukanmu!
Aku…disini, tengah menunggumu!!!
Di puncak gunung impianmu, aku berdiri…
Menanti kehadiranmu. Kemarilah!!! Aku sungguh tak sabar!!! Berlalrilah wahai ukhtiku!!
Ingin sekali aku mengecup pipi merah jambumu. Memelukmu dan mengusap rambut halusmu.
Tapi…berhati-hatilah…wahai ukhtiku..
Jalan yang kau tempuh begitu banyak rintangan!! Duri, lubang, hingga jebakan mematikan akan mengintaimu…
Namun, aku sangat yakin…
Cintamu padaku, akan menghantarkanku padamu.
Kemarilah ukhtiku…!!!
Bantulah aku menyentuh jemarimu!!…aku ingin sekali mengusap pipimu…bantulah aku mewujudkan impianku, untuk berjumpa denganmu…
Nila..
Sekarang, aku hanya bisa melihatmu dari tempat yang sangat jauh…
Namun, karena keteguhan hatimu, juga semangatmu yang tinggi…engkau tetap berjalan menuju tubuhku.
Ingatlah…bahwa aku akan selalu menyemangatimu!!!
Jika ukhti sedih, kecewa dan putus asa…ingatlah diriku!!
Aku…akan membantu mengusir kegundahan hatimu..
Nila, Ukhti pelangiku yang manis..
Engkau adalah perpaduan BIRU dan UNGU..
Bila warna nila hilang dari pusaran 7 warna pelangi
Maka warna biru akan pudar, dan warna ungu akan meredup
Sehingga warna pelangi yg lainpun akan kehilangan keindahannya..
Jangan..jangan samapai itu trjadi..
Tetap tersenyumlah!!! Meskipun, jalanmu terlalu sulit untuk di daki…
Dan, tetap bersemangatlah…
Karena aku yakin…
Engkau akan memeluk tubuhku.Di suatu saat nanti.
Salam rindu yang sangat dalam..
Dari cita-citamu.

Barakallahufikum
Wassalam…


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-nila-jangan-menangis/193220477373274