Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 12 April 2011

Kotak Kasih Untuk Ayah


Satu hari ketika seorang ayah membeli beberapa gulung kertas bungkusan hadiah, anak perempuannya yang masih kecil dan manja sekali, meminta satu gulung daripada beliau.
"Untuk apa?", tanya si ayah. "Nak bungkus hadiah", jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya", pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.
Keesokan harinya, pagi-pagi lagi si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Yah, Ayah... ada hadiah untuk Ayah."
Si ayah yang masih menggeliat, matanya pun belum lagi terbuka sepenuhnya menjawab, "Sudahlah.... nanti nanti saja."
Tetapi si kecil pantang menyerah, "Ayah, Ayah, bangun Ayah, dah pagi."
"Eh... kenapa ganggu ayah... masih terlalu awal lagi untuk ayah bangun."
Ayah terpandang sebuah bungkusan yang telah dibalut dengan kertas pembungkus yang diberikan semalam.
"Hadiah apa ni?"
"Hadiah hari jadi untuk Ayah. Bukalah Yah, buka sekarang."
Dan si ayah pun membuka bungkusan itu.
Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga.
"Eh.. kenapa kosong?? Tak ada isi di dalamnya. Kan Ayah dah kata jangan buang-buang kertas bungkusan Ayah. Membazir tu"
Si kecil menjawab, "Tak Ayah, ada isi tu... tadi kan, Puteri masukkan banyak sekali ciuman untuk Ayah."
Si ayah merasa terharu, dia mengangkat anaknya lalu dipeluk dan diciumnya.
"Puteri, Ayah belum pernah menerima hadiah seindah ini. Ayah akan selalu menyimpan hadiah ini.
Ayah akan bawa ke pejabat dan sekali-sekala kalau perlu ciuman Puteri, Ayah akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya!"
Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa-apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi?
Lalu, walaupun kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata si ayah, namun di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun dan menganggapnya sebuah kotak kosong.
Sahabat-sahabat, sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda. Hidup menjadi bererti, bermakna, kerana anda memberikan erti kepadanya, memberikan makna kepadanya. Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan erti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong.
Hadiah yang mahal tiada nilainya kalau diberi tanpa rasa kasih, tapi hadiah yang biasa-biasa mampu mengikat hati seseorang andai diberi dengan rasa sayang.. tak perlu yang mahal cukup dengan sepotong doa tulus dai hati kita mampu mengikat hati orang yang kita sayang hingga ke syurga!


http://www.iluvislam.com/inspirasi/motivasi/1209-kotak-kasih-untuk-ayah.html

Rahasia Di Balik Urutan Tinggi Jari


Dari sebegitu jelasnya nama Allah yang telah tercetak di JARI TANGAN itu, mungkin masih banyak dari orang kafir yang tetap saja menyanggahnya. Tabiat orang kafir. Mereka tidak akan percaya sedikit pun sebelum munculnya para Malaikat Allah yang akan menarik mereka ke dalam api besar sebagai balasan.

Kita lupakan orang kafir. Lebih baik kita disini membahas mengenai sesuatu rahasia di balik penciptaan jari-jemari manusia yang mengapa urutan tinggi nya berbeda-beda.

*********************

Apa makna di balik urutan tinggi jari tangan?

Tidak mudah juga untuk menjawab ini. Mungkin jawaban umumnya adalah hal itu diciptakan agar manusia senantiasa mudah menggenggam atau mencengkeram sesuatu didalam aktivitasnya.

Namun jika saya boleh membaca atas petunjuk Alquran, maka saya simpulkan bahwa rahasia dibalik tinggi jari yang berbeda-beda itu adalah merupakan TANDA perjalanan kehidupan manusia itu sendiri.

Mari kita segera telusuri.

1. Jari kelingking. (Zaman Adam)

Mengapa saya simpulkan bahwa jari kelingking adalah zaman Adam?

Kita harus pahami bahwa bahasa Alquran dibaca dengan cara dimulai dari kanan ke kiri. Dan nama Allah yang tercetak di jari kita pun, huruf Alif nya adalah jari kelingking.

Dari itulah saya simbolkan bahwa Jari Kelingking adalah zaman Adam. Karena memang Adam lah Manusia Pertama.

2. Jari Manis. (Zaman Idris)

Lihatlah gambar dibawah. Mengapa setelah Kelingking, terdapat Jari Manis yang ukurannya lebih tinggi dari Jari Kelingking itu?


Itu mengartikan bahwa kehidupan yang di jalani oleh masyarakat manusia di zaman Idris sungguh memiliki peradaban yang lebih tinggi di banding ketika zaman Adam. Alias semakin berkembang.

Tidak heran juga mengapa sosok Budha yang tergambar duduk di tengah BUNGA TERATAI adalah melambangkan bahwa TERNYATA masyarakat manusia pada zaman itu sudah mampu melakukan perjalanan sampai ke Planet terujung, yakni planet Sidratul Muntaha. (TERATAI tempat berhenti). Dan Budha adalah orang yang memang di duga sosok Nabi Idris. Dan beliau sendiri menjadi simbol Miraj bagi kaumnya pada zaman itu.

Surat 50/36 :
"Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah binasa itu) telah pernah menjelajah di berbagai negeri..."

Lebih lanjut, berbagai penemuan puluhan benda kuno namun canggih yang oleh ilmuwan disebut sebagai bukti kehebatan dari cerdasnya masyarakat zaman dahulu itu secara tidak langsung menggenapi analisa ini.

3. Jari Tengah (Zaman Nuh).

Mengapa Jari Tengah ukurannya lebih tinggi dari 2 jari sebelumnya, Jari Manis dan Jari Kelingking?


Itu menandakan bahwa kehidupan masyarakat manusia di zaman Nuh adalah zaman Puncak peradaban. Di mana segala sendi kehidupan manusia pada zaman itu telah sampai pada titik tertingginya. Namun sungguh teramat sayang ketika kemajuan peradaban tidak membawa pada arah ketakwaan, akhirnya Allah menghukum mereka -masyarakat Zaman Nuh- dengan mengirimkan bencana Banjir Dahsyat. Dari situlah akhirnya orang-orang kafir dibinasakan sementara manusia yang selamat (Nuh beserta umatnya) berkembang biak kembali dan peradaban pun di mulai dari titik 0 lagi.

Dan Jari Tengah (Zaman Nuh) pun akhirnya menjadi BATAS TOLAK UKUR antara 2 episode perjalanan kehidupan manusia. Umat sebelum Zaman Nuh dan Umat sesudah Zaman Nuh.

4. Jari Telunjuk (Zaman Ibrahim).

Mengapa Jari Telunjuk ukurannya malah menjadi lebih rendah (turun) dibanding Jari tengah?


"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan Nuh"

Kelebihan Zaman Ibrahim adalah Allah menjadikan sosok nabi Ibrahim ini sebagai "Bapaknya" para nabi. Dari sini beliau dijadikan figur ajaran Tauhid bagi orang-orang yang mencari kebenaran. Sebab beliau merupakan orang Paling Pemberani yang pernah ada dalam menyebarkan ajaran paham satu Tuhan.

Dari sebab itulah kenapa Telunjuk saya simbolkan dengan zaman Ibrahim, karena Jari Telunjuk memang merupakan simbol untuk penyebutan angka 1.

Surat 6/161 :
"Katakanlah : "sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus....."
© haxims.blogspot.com
Kembali ke pertanyaan mengapa ukuran Jari Telunjuk malah lebih rendah dari Jari tengah, itu sangat jelas mensinyalkan bahwa apa yang ada pada zaman nabi Ibrahim (mulai dari ukuran tubuh manusia, ukuran kepintaran manusia, ukuran kemakmuran manusia) semuanya menjadi menyusut di perkecil oleh Allah dibanding dengan kala manusia pada waktu sebelum zaman nabi Nuh. Dan yang paling sangat tampak adalah ukuran tubuh manusia yang dari masa ke masa terus mengalami penurunan. Hingga akhirnya perjalanan waktu tersebut berlaku dari zaman ke zaman menuju sampai pada zaman Muhammad (Jari Jempol). Zaman sisa-sisa.

5. Jari Jempol (Zaman Muhammad).

Surat 16/123 :
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) : "Ikutilah agama Ibrahim..."

Surat 36/2-4 :
"Demi Alquran yang penuh hikmah"
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) salah seorang rasul-rasul"
"Di atas jalan yang lurus".


Jari Jempol (Zaman Muhammad) adalah jari yang paling pendek dari ke empat jari sebelumnya.

Mengisyaratkan bahwa apa yang ada pada zaman ini merupakan zaman sisa-sisa kehidupan. Segala keberhasilan kita dalam bidang teknologi yang kita banggakan, tetap tidak akan pernah sanggup untuk melampaui apa yang pernah di capai oleh umat sebelumnya.

Dari itulah Alquran sering kali menegaskan jika umat sebelum kita yang segala sesuatunya lebih tinggi (lebih hebat) saja mampu dibinasakan, apalagi zaman kita !!! Zaman pengulangan !!!

Surat 56/62 :
"Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran?"

Namun disamping itu semua janganlah berkecil hati, sebab di balik rendahnya "derajat" zaman ini (zaman penghabisan) Allah tetap Maha Penyayang terhadap mahluk bernama manusia. Lihatlah betapa akhirnya Dia menurunkan Alquran melalui Muhammad sebagai kitab Ummul Ilmu (Ibu Ilmu). Sejalan dengan istilah pada Jari Jempol itu (Ibu Jari).
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Alquran) kepada hambaNya, agar dia menjadi peringatan bagi seluruh alam."

(QS. Al Furqaan : 1)


http://www.facebook.com/notes/blog-nya-mas-rully/rahasia-di-balik-urutan-tinggi-jari/207565419263114

==Kisah Hatim bin Asham Belajar 8 Hal dalam 30 Tahun==


Dikisahkan suatu saat Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada muridnya Hatim al-Asham, “Sejak kapan engkau belajar bersamaku?”, “Sejak tigapuluh tahun, guruku!”, jawab Hatim.
“Apakah yang engkau pelajari selama itu, wahai Hatim?”, “Delapan hal, guruku”, jawab Hatim.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, terbuang percuma sajalah umurku bersamamu”, ujar Syaqiq dengan kecewa.
“Guruku, aku tidak pelajari yang lain dan aku tidak ingin berdusta”. “Uraikanlah kedelapan hal itu Hatim”. Lalu Hatim menjelaskannya:
Pertama, “Ketika aku memandangi makhluk yang ada di dunia ini, aku melihat masing-masing mempunyai kekasih, dan ia ingin selalu bersama kekasihnya bahkan hingga ke dalam kuburnya, Ketika kekasihnya telah ke kubur, ia merasa kecewa karena ia tidak lagi dapat bersama masuk ke dalam kuburnya dan berpisah dengannya. Karena itu aku ingin menjadikan perbuatan baik yang menjadi kekasihku, sebab jika aku masuk kubur, maka ia akan ikut bersamaku”
“Benar sekali Hatim!”, ujar Syaqiq, “Apa yang kedua?”
Kedua, “Ketika ada firman Allah SWT”:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal.” (79:40-41)
Aku perhatikan ayat ini, dan yakinlah aku bahwa firman Allah SWT tersebut benar, maka aku berusaha menolak hawa nafsu sehingga aku tetap taat kepada Allah SWT”

“Yang ketiga?”
Ketiga aku memandangi makhluk yang ada di dunia ini, aku melihat setiap makhluk memiliki benda, menghargainya, memandangnya bernilai, dan menjaganya. Kemudian ku perhatikan firman Allah SWT:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (16:96)
karena itu setiap kali ke atas tanganku jatuh sesuatu yang berharga dan bernilai, iapun kuhadapkan kepada Allah, agar kekal di sisi-Nya”

“Yang keempat?”
“Ketika kupandangi makhluk yang ada di dunia ini, aku melihat masing-masing orang selalu menaruh perhatian terhadap harta, kebangsawanan, kemuliaan, dan keturunan. Lalu ketika kupandangi semua itu, tiba-tiba tampak tidak ada apa-apanya. Kemudian kuperhatikan firman Allah SWT:
"... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (49:13)

Akupun bertaqwa kepada Allah, semoga aku menjadi mulia di sisi-Nya.”

Yang kelima, “Ketika kupandangi makhluk yang ada di dunia ini, ternyata mereka suka saling menohok dan mengutuk satu sama lain. Penyebabnya adalah kedengkian, kemudian kuperhatikan firman Allah:
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?  Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.  Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (43:32)
karenanya perasaan dengki pun kutinggalkan dan diriku pun “kujauhkan” dari orang banyak. Aku tahu pembagian rizki dari Allah, karena itu permusuhan orang banyak kepadaku kutinggalkan”

Yang keenam, “Ketika kupandangi makhluk yang ada di duna ini, ternyata mereka suka berbuat kedurhakaan dan berperang satu sama lain, akupun kembali kepada firman Allah:
“Sesungguhnya  syaitan  itu  adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (35:6)
karena itu syetan kupandang sebagai musuhku satu-satunya dan akupun sangat berhati-hati kepadanya, karena Allah menyatakan syetan adalah musuhku”

Syaqiq melajutkan pertanyaannya : “yang ketujuh?”
“Ketika kupandangi makhluk yang ada di dunia ini aku melihat masing-masing orang mencari sepotong dari dunia ini. Lalu ia menghinakan diri padanya dan memasuki bagiannya yang dilarang kemudian kuperhatikan firman Allah:
“Dan tidak ada suatu binatang melata  pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya . Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata .” (11:6)
aku termasuk binatang melata yang rizkinya ada pada Allah, karenannya kukerjakan apa yang menjadi hak Allah pada diriku, dan kutinggalkan apa yang menjadi hak Allah pada diriku”

Yang terakhir, “kupandangi makhluk yang ada di dunia ini, aku melihat masing-masing orang menggantungkan diri pada makhluk lain. Yang satu pada benda yang dicintainya, yang lain pada perniagaannya, dan perusahaannya, atau pada kesehatan tubuhnya. Masing-masing bergantung pada benda. Lalu aku kembali pada firman Allah:
“..Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (65:33)
Karena itu akupun bertawakkal kepada Allah, ternyata Allah mencukupi keperluanku”

“Hatim, semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya kepadamu”, ujar Syaqiq


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/kisah-hatim-bin-asham-belajar-8-hal-dalam-30-tahun/10150210084606042

Kemewahan Tidak Selalunya Menyenangkan Dan Mendamaikan


Banyak manusia mengartikan bahwa kebahagiaan hidup akan terasa sangat sempurna saat kelezatan kemewahan itu sudah berada digenggaman. Ketika kemewahan hadir,maka kekayaan, kehormatan, dan kesenangan pun menglingkari hari-harinya. Ya, memang begitulah sifat manusia yang pasti menginginkan segalanya tercukupi, segalanya serba tersedia dan lengkap untuknya.

Namun sayangnya, banyak diantara mereka yang menghabiskan hari -harinya dengan begitu saja hanya untuk berpeluh demi menggapai semua itu. Bahkan ada yang sampai menghalalkan segala cara demi mengumpulkan harta atas rujukan gengsi dan nafsu mereka. Perlombaan mereka sungguh hebat dan dahsyat mulai dari yang menggelikan hingga yang begitu mengerikannya. Bahkan kemewahan hidup bisa menggiring manusia bertingkah polah lebih hina daripada hewan.
...Atas rujukan gengsi dan nafsu, kemewahan menjadikan mereka sebagai peserta "Perlombaan" yang sungguh hebat dan dahsyat mulai dari yang menggelikan hingga yang begitu mengerikannya. Tak jarang pula, kemewahan menggiring manusia bertingkah polah lebih hina daripada hewan...
Sebuah kemewahan nyatanya menjadi magnet yang sangat ampuh dalam memberikan godaan dan melalaikan. Salah satunya adalah lewat penghormatan. Kemewahan memberikan mereka citra dan kebanggan tersendiri bagi para pemiliknya. Orangpun akan dianggap memandang segan kepadanya. Namun beberapa manusia tidak menyadari, betapa semunya semua itu. Penghormatan yang mereka dapatpun akan segera hilang seiring dengan terkikisnya kemewahan hidup mereka. Ketika diri tak lagi memiliki apapun, maka siapa yang akan memandang dan mengagungkannya. Sungguh sangat menyedihkan sekali.

Kemewahan telah menghipnotis mereka dalam tidur lelap diatas kasur yang empuk dan nyamannya ruangan, sehingga sholat malam merekapun berlalu begitu saja. Atau malah sebaliknya, kemewahan telah mencuri waktu berharga dalam istirahat mereka lewat insomnia. Mereka kesulitan bahkan untuk hanya sekedar tidur gara-gara takut kekayaannya diambil dicuri.
...Kemewahan telah mengisolasi mereka dalam tingginya pagar rumah dan sempitnya hati, sehingga mereka merasa sudah sangat cukup dengan diri sendiri dan melupakan silaturahmi. Kasihan sekali, karena faktanya mereka adalah sendiri, dan hanya sendiri. Hanya ditemani harta mereka yang hanya sebuah benda mati..
Kemewahan telah mengisolasi mereka dalam tingginya pagar rumah dan sempitnya hati, sehingga mereka merasa sudah sangat cukup dengan diri sendiri dan melupakan silaturahmi. Kasihan sekali, karena faktanya mereka adalah sendiri, dan hanya sendiri. Hanya ditemani harta mereka yang hanya sebuah benda mati.
Kemewahan telah menghabiskan investasi yang begitu berharga dalam hidupnya, waktu. Karena kemauan nafsu untuk terus mengumpulkan harta, maka jatah umur merekapun habis tanpa mereka menyadarinya. Waktu, sesuatu yang jika telah pergi tak akan pernah bisa kembali, dan sangat disayangkan ketika mereka sadar di akhir usia bahwa mereka telah menukar sikap mereka tersebut dengan sesuatu yang justru sangat lebih berharga dari kemewahan yang mereka perjuangkan. Kebersamaan, sikap rendah hati, dan kasih sayang nyatanya tidak terbeli oleh harta mereka.
...Mendewakan duniawi dan sebagainya hanyalah menjadikan kita budak. Ya, budak atas nafsu dan keinginan yang tidak akan pernah ada batasnya...
Lalu mengapa kita lalu tidak mengubah pola pikir kita bahwa kekayaan adalah bukan segala-galanya.Mendewakan duniawi dan sebagainya hanyalah menjadikan kita budak. Ya, budak atas nafsu dan keinginan yang tidak akan pernah ada batasnya.Ketika manusia sudah dapat memenuhi sebuah jurang dengan kekayaannya, maka pasti mereka akan menginginkan  jurang yang lain untuk terisi dengan hal yang sama.
Maka kesyukuran menjadikan kita pribadi yang bijak dalam keadaan kita bergelimang kemewahan atau kekurangan sekalipun. Ketika kita memiliki mobil,kita sangat bersyukur dibanding melihat yang berpanas-panas naik motor.Ketika naik motor kita bersyukur dibanding orang yang berpeluh karena mengayuh sepeda,Ketika naik sepeda kita bersyukur daripada orang yang berjalan kaki.Ketika berjalan kaki,kita bersyukur daripada melihat orang yang naik kursi roda dan didorong oleh seseorang dibelakangnya.hmmm..itulah hidup.
...Ada kalanya hedonisme itu menyenangkan,tetapi lebih menyenangkan lagi jika kita dapat mensyukuri karunia NYA dan dapat hidup sederhana nisacaya hal itu yang akan lebih kekal. Kehidupan hedonisme terkadang sangat mengenakkan untuk beberapa saat,tapi yakinlah hal itu takkan berlangsung lama....
Memang segala- galanya butuh uang, tapi uang bukanlah segala-galanya. Dan ternyata banyak hal didunia ini justru terlalu banyak hal yang tidak bisa dibeli walaupun kita bergelimang kemewahan. Dan ternyata juga, kesyukuran atas apapun yang Allah berikan kepada kita menjadikan kita sangat tercukupi dan damai. Jangan berfikir bahwa hedonisme itu buruk dan anti hedonisme itu yang terbaik. Ada kalanya hedonisme itu menyenangkan,tetapi lebih menyenangkan lagi jika kita dapat mensyukuri karunia NYA dan dapat hidup sederhana nisacaya hal itu yang akan lebih kekal. Kehidupan hedonisme terkadang sangat mengenakkan untuk beberapa saat,tapi yakinlah hal itu takkan berlangsung lama.


http://voa-islam.com/muslimah/article/2011/04/07/14035/kemewahan-tidak-selalunya-menyenangkan-dan-mendamaikan/

Bahasa Kedamaian Hati Manusia


Bahasa seperti apa yang dapat menjadi nasehat untuk pengobat rasa sakit hati ketika sudah sampai dipuncaknya? Ketika kita dihadapkan pada sebuah pengkhianatan manusia yang nyata- nyata sudah kita titipkan kepercayaan kepadanya.

Logika seperti apa yang bisa menjelaskan tentang kesedihan manusia ketika telah melingkupi kehidupannya. Sesuatu yang disayang, dijaga dan dirawatnya...suaminya... hilang begitu saja. Tiba- tiba seperti mimpi, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa bukan saja kita harus kehilangan, tapi kita juga harus berbagi. Perasaan wanita yang memang sangat mendominasi pikirannya akan mengatakan, bahwa ini sangat tidak masuk akal. Dalam pikirannya, pernikahan adalah tentang kamu dan aku, kita, dan bukan dia. Bagaimana kiranya sebuah rumah tangga bisa bahagia ketika ada orang ketiga yang memasukinya?
Kalimat apa yang bisa menyegarkan kembali kepedihan seorang ibu yang harus kehilangan anaknya? Anak yang begitu disayang dan dikasihinya terbujur kaku didepan matanya terbungkus dalam kain kafan, dan siap untuk berkalang tanah.

Bahasa manusia seperti apapun tak dapat menjangkau dan menampung semua itu. Kesedihan, sakit hati dan kehilangan sering kali secara nyata menghilangkan akal sehat manusia. Hal itu pula yang menghapus kalimat- kalimat arif dalam pikiran dan hatinya sebagai sarana pelipur dukanya.

Dalam keterpurukan seperti itu, ternyata masih ada sedikit asa yang membahagiakan. Bahasa iman dapat merangkulnya kembali menuju kebenaran dan logika yang menentramkan.  Bahasa iman ternyata adalah melampaui batas nalar berpikir manusia. Karena iman kita menjadikan sesuatu yang sangat tidak logis menjadi logis, karena iman kita tetap tak bergeming untuk tetap berjalan menggerakkan sendi kehidupan walaupun menurut orang lain hal itu sangatlah aneh atau tidak lazim. Bahasa iman bukan tentang selera, tapi tentang pengabdian kepada yang Maha hidup dan pelepasan ego manusia.

Tapi ajaibnya, iman tidak menjadikan manusia terisolasi dalam dunia aneh yang sempit. Iman membawa kita justru kepada sebuah kedamaian.Dengan iman manusia mengerti sesungguhnya hakekat kebahagiaan dan pengabdian. Ketika kita berlari menjauhinya, bisa saja kita bertahan, tapi sampai kapan? Sesuai fitrahnya, hati manusia akan selalu berkata dan berjalan untuk selalu dekat dengan tuhannya, kecuali bagi hati yang keras dan atau dikunci mati oleh Allah Subhanahu Wata`ala.

Bahasa iman mengantarkan kita pada pemikiran di luar kotak masalah tersebut. Bahasa iman menawarkan sudut pandang yang lain dalam melihat sebuah problema hidup. Tapi pada akhirnya, bahasa iman tetap berakhir di stasiun kedamaian. Karena imanlah kita mengenal dan mempercayai Allah, dan kepada Allah lah semuanya berasal dan akan kembali. 

Manusia akan terasa terbebas dari beban, dan dengan enteng bernafas dan melangkah dimuka bumi ini, ketika dia punya iman. Semua masalah dan kepenatan dunia hanyalah sebagai pembelajaran penaikan level derajat kemuliaannya. Hatinya begitu luas walaupun berada dalam tempat yang sempit. Sebagai akibatnya ketenangan dan ketajaman berpikir serta mengolah rasapun didapatnya. Manusia berbondong- bondong mengasihinya, dan rejekipun mengalir kepadanya. Lalu dimana letak kejelekan bahasa iman tersebut sehingga kita tidak lagi mengakrabinya kini?


http://voa-islam.com/muslimah/article/2011/04/08/14040/bahasa-kedamaian-hati-manusia/