Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Kamis, 13 Januari 2011

MENCINTAI Rasullaloh


Rasulullah


Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran

Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk ummat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya

Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau rasul mulia

Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran

Rasulullah kami ummatmu


Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu

Kami sambung perjuanganmu
Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela

Bila mengingat nasyid ini tumbuh kerinduan dan kecintaanku kepada Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam.
Bagaimanakah kita seharusnya mencintai Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam?
Marilah kita kaji bersama berdasarkan materi yang disampaikan Ustadzah Septiana di Kajian Muslimah Online, Senin, 15 Jan 2007.
Mengenai CINTA Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan batasan:
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara , isteri-isteri,kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) jalan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS: At-Taubah: 24)
Cinta adalah sebuah ungkapan yang sangat indah dalam kehidupan manusia, dengan cinta manusia bisa sengsara dan dengan cinta pula manusia bisa bahagia, bahkan surga bisa diraih dengan cinta, yaitu cinta yang hakiki kepada manusia terpilih Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Cinta kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dengan sebenar-benarnya cinta, merupakan pondasi aqidah seorang muslim. Kita bisa mencontoh bentuk-bentuk cinta yang benar dan membuahkan hasil di dunia maupun di akhirat dari generasi As- Salafus Shalih.


Kita bisa menelusuri jejak mereka dalam bercinta dengan kekasih mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, bagaimana mereka mengorbankan jiwa, harta, anak, oranga tua dan asegala apa yang dimilikinya.
Banyak orang yang mengaku cinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tetapi mereka tidak tahu hakekatnya, bentuk serta konsekuensi dari cinta tersebut. Padahal semua itu telah dicontokan oleh generasi terbaik, seharusnya manusia yang ingin mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat harus mencontoh mereka.
Para sahabat dalam memahami cinta kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, membuktikan dengan segala pengorbanan, pembelaan dan konsekuensinya. Mereka tidak segan-segan mengorbankan harta yang paling mahal yang mereka miliki untuk membela Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Dan cinta mereka kepada beliau melebihi cintanya kepada siapapun, sebagai realisasi dari hadits rawayat Imam Muslim dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
" Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia."
Mereka rela kehilangan harta kekayaan, jiwa, anak-anak, orang tua dan seluruh manusia, bahkan lebih baik kehilangan segala macam kenikmatan dari pada kehilangan Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Bagaimana sikap kaum Anshor pada perang Hunain, seperti diriwayatkan oleh Abu Said, ia berkata:
"Maka kaum Anshor menangis hingga air mata mereka membasahi jenggotnya dan mereka mengatakan: kami rela menerima Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadi bagian dan pemberian untuk kami."
 Begitu juga Abu Thalha yang telah menjadikan nyawa sebagai taruhan untuk sang kekasihnya sehingga ia menyatakan kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam pada waktu perang Uhud:
" Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam janganlah engkau memperlihatkan diri agar tak terkena anak panah pasukan musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh asalkan leher engkau selamat."
 Hal serupa juga dilakukan oleh Abu Dujanah sebagaiman yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ishaq berkata:
"Abu Dujanah pernah menjadikan dirinya sebagai perisai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari panah musuh dengan merangkul Nabi sehingga panah musuh menancap dipunggungnya dan menghujam seluruh tubuhnya sementara ia tidak bergerak sama sekali."

Kesenangan dan kegembiraan para sahabat untuk selalu berteman dan bersama Nabi dalam keadaan suka maupun duka terkadang diungkapkan dengan tetesan air mata, sebagaimana yang terjadi pada diri Abu Bakar ra, tatkala diminta untuk menemani beliau dalam hijrah.Abu Bakar ra, bukannya tidak tahu atau lupa bahaya dan resiko yang akan dihadapi dalam perjalanan hijrah, tetapi karena besarnya tekanan dan keinginannya untuk menemani Nabi yang mulia maka ia justru menangis karena bahagia dan gembira bisa menjadi pendamping Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dalam hijrah tersebut. Imam Al- Hafidz Ibnu Hajar berkata:" Ibnu Ishaq menambahkan dalam riwayatnya bahwa Aisyah berkata:
" Saya melihat Abu Bakar menangis dan saya tidak menyangka ada seorang yang menangis karena kegirangan."
Tidak hanya pengorbanan cinta sebatas itu untuk melindungi keselamatan diri Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, tetapi pengorbanan jiwa dan raga para sahabat juga teruji dalam membela sunnah dan menegakkan ajaran beliau sehingga tidak aneh jika empat ratus sahabat berjanji untuk mati bersama pada perang Yarmuk.
Prinsip para sahabat dalam membela agama sang kekasih mereka, terungkap dari pernyataan Ubadah bin shamit tatkala diutus kepada Muqauqis:
" Tidaklah ada seorangpun diantara kita yang setiap pagi dan sore melainkan selalu berdoa memohon mati syahid dan hendaklah tidak kembali ke tanah airnya, bumi pertiwinya, keluarganya, atau anak-anaknya. Tidak seorangpun diantara mereka yang memikirkan nasib keluarganya kecuali karena mereka telah memasrahkan keluarga dan anak-anak mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka hanya memikirkan apa yang ada didepannya."
Kewajiban mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam haruslah melebihi cinta kepada :
Pertama: Diri sendiri, ini di riwayatkan oleh Imam Al- Bukhari dari Abdulah bin Hisyam bahwa ia berkata:
" Kami pernah bersama Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab r.a, lalu Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Maka Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya! Hingga aku lebih engkau cintai daripada mencintai dirimu sendiri." Maka Umar berkata kepadanya:
"Sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri."  Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:" Sekarang wahai Umar."
Kedua: Orang tua dan anak, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

" Demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNya, tidaklah diantara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua dan anaknya."
Ketiga: Keluarga, harta dan seluruh manusia. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak beriman seorang hamba sehingga aku lebih ia cintai daripada keluarga, hartanya, dan seluruh manusia."
Sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tidak membutuhkan cinta kita, dan keberadaaan cinta kepada beliau, kita tidak menambah ketinggian dan kemuliaan beliau serta hilangnya cinta kita tidak pula mengurangi kedudukan dan kehormatan beliau, bagaimana tidak, bukankah beliau kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala semesta alam. Tidak hanya itu, bahkan siapa yang mengikuti Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintai dan mengampuni dosa-dosanya sebagaiman firmanNya:
" Katakanlah 'Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'.Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Ali Imran : 31).
Oleh sebab itulah mencintai Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan mendatangkan manisnya iman. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra, bahwa Nabi talah bersabda:
"Tiga perkara, barang siapa yang tiga hal tersebut berada dalam dirinya maka ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selainnya, hendaklah ia mencinatai seseorang dan tidak mencintainya kecuali hanya karena Allah, dan hendaklah ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya bila dilemparkan kedalam api."
Arti manisnya iman sebagaiman yang telah disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia. Selain akan merasakan manisnya iman, orang yang mencinatai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan bersama beliau di akhirat. Imam Muslim dari Anas bin Malik ra, bahwa ia berkata:
“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat terjadi?’ Beliau pun bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari kiamat?’ Dia menjawab, ‘Kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.’ Maka beliau bersabda, ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai.’ Anas berkata, ‘Tidak ada sesuatu pun yang menggembirakan kami setelah Islam lebih dari ucapan Nabi: ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai’. Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakr dan Umar, maka aku pun berharap akan bersama mereka walaupun aku belum beramal seperti amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Tanda-tanda mencintai Rasulullah
Tanda-tanda mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah dibicarakan oleh para ulama, suatu contoh Ibnu Hajar berkata:
"Termasuk tanda cinta kepada Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas adalah bahwa seandainya disuruh memilih antara kehilangan dunia atau bertemu dengan Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam kalau itu memungkinkan maka ia memilih kehilangan dunia dari pada kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan Rasul Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari pada kehilangan kenikmatan dunia, maka orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka bahkan membela sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya termasuk amar ma'ruf nahi munkar."
Pertama : Rindu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas segalanya. Sudah menjadi hal yang wajar bagi setiap orang, untuk selalu berhasrat dan berharap serta ingin bertemu dan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya, barang siapa yang mencintai kekasih yang mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam maka sangatlah rindu dan berharap bisa bertemu serta menemani beliau baik di dunia maupun di akhirat. Dia menunggu kebahagian dengan perasaan rindu dan cemas, jika disuruh memilih di antara Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam atau kenikmatan dunia, maka ia lebih memilih bertemu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, ia sangat bergembira untuk melihat wajah beliau yang bercahaya dan sangat senang serta bahagia bila bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan beliau dan sangat takut bercampur cemas bila terhalang tidak bisa melihat dan bertemu beliau bahkan mengguyur deras air mata duka tatkala berpisah dengan beliau.
Cintanya kaum Anshor terhadap Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah ditunjukan oleh mereka dengan cara menyambut kedatangan beliau ke kota Madinah yang digambarkan dalam hadits Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair ra, sebagai berikut :
"Orang-orang Islam di Madinah mendengar kepergian Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari kota Makkah, maka mereka hampir setiap pagi pergi keluar kota di padang pasir untuk menunggu kedatangan Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di siang hari mengusir mereka. Pada suatu hari karena lama menunggu, mereka kembali ke rumah, setelah mereka sampai di rumah masing-masing, ada seorang yahudi yang mendaki ke tempat yang tinggi di salah satu benteng untuk melihat sesuatu, tiba-tiba ia melihat Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya mengenakan pakaian putih dari kejahuan menerobos fatamorgana.
Sehingga tanpa disadari ia berteriak dengan suara yang tinggi:' Wahai oranga-orang Arab inilah pemuka kalian yang kalian tunggu-tunggu'. Maka dengan serempak mereka berhamburan, membawa pedang untuk menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di tengah-tengah padang pasir."

Subhanallah! Betapa dalam rasa rindu mereka ingin menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam hingga mereka mondar-mandir setiap pagi ke padang pasir menunggu kehadiran beliau dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di tengah siang yang mengusir mereka agar pulang ke rumah masing-masing.
Kedua : Mengorbankan harta dan jiwa demi Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Orang yang sedang bercinta, semangat membara, senang hati akan tidak segan-segan mengorbankan segala sesuatu baik berupa jiwa, kesenangan diri dan sesuatu yang paling berharga untuk sang kekasih. Begitu pula pecinta-pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia dari kalangan sahabat, tinta sejarah telah menorehkan catatan emas tentang betapa tinggi pengorbanan dan pembelaan serta kesetiaan mereka terhadap beliau, sehingga orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam setelah merasakan dalam dada mereka kerugian yang tidak terhingga karena tidak mampu menggapai kebahagian yang teragung dan harapan yang amat mahal.
Imam Ahmad meriwayatkan kepada kita dari Barra' bin Azib berkata, Abu Bakar Radliyallahu ’anhu pernah berkata:
"Pada waktu kami pergi hijrah, orang-orang sedang mengejar kita dan tidak ada yang dapat mengajar kami kecuali Surakah bin Malik bin Ju'tsum dengan mengendarai kuda. Saya berkata kepada Beliau Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam: ”Wahai Rasululah pencarian telah mampu mendapatkan kita?” Maka Beliau bersabda, ”Jangan kamu kawatir sesungguhnya Allah pasti bersama kita.” Hingga dia telah mendekati kita dan jarak kami dengan dia kira-kira satu atau dua atau tiga tombak, Abu Bakar berkata: ”Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Orang yang melakukan pencarian telah berhasil mengejar kita? Maka saya menangis?”. Beliau bertanya: ”Kenapa kamu menangis?” Saya menjawab: ”Demi Allah, saya menangis bukan karena takut terhadap keselamatan diriku akan tetapi saya takut terhadap keselamatan diri Engkau”.  Barra' berkata :  'Maka Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mendoakan keburukan atas Surakah denagan berdoa: "Ya Allah, cukupkanlah dia dari kami dengan sesuatu yang Engkau kehendaki." Maka tiba-tiba kaki kuda Surakah terperosok ke dalam tanah yang keras hingga perut kuda menyentuh tanah."
Ketiga : Tunduk terhadap perintah dan menjahui larangan Rasulullah.  Tidak dapat dipungkiri bahwa orang akan selalu taat kepada orang yang dicintainya, dia berusaha melakukan apa saja yang diinginkan oleh sekasihnya dan menghindari segala apa saja yang dibenci olehnya. Ia merasakan kenikmatan dan kelezatan yang tidak terhingga. Begitu juga orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia, selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti jejak beliau, bersegera mewujudkan perintah dan bersegera menjahui larangan beliau. Betapa banyak kita dapatkan sikap-sikap indah yang tercermin dari perilaku sahabat yang mulia dan jujur dalam mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.



Orang-orang pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bukan hanya sanggup meninggalkan suatu yang disenangi saja bahkan mereka sanggup meninggalkan kebiasaannya bertahun-tahun bahkan kebiasan yang mereka warisi secara turun-temurun, namun mereka tidak menjadikan kebiasan itu sebagai hujjah untuk menentang perintah Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam seperti sikap kebanyakan kaum muslimin zaman sekarang ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nur ayat 51:
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min bila mereka dipanggil kepad Allah dan RasulNya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan:'Kami dengar dan kami patuhi'.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,"
Keempat : Membela sunnah dan memperjuangkan syariat yang dibawa Rasulullah. Sangat wajar bila orang selalu mengorbankan waktu, tenaga dan seluruh harta kekayaannya seperti pengorbanan yang dilakukan oleh kekasihnya. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah mengorbankan seluruh pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala baik berupa potensi, kemampuan harta dan jiwa untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam, dari penyembahan hamba kepada penyembahan Rabbnya hamba. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh Agar kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala tinggi dan kalimat kekafiran hancur dan hina dan beliau berperang agar tidak muncul fitnah dan hanya agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tegak di muka bumi.Orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mengikuti dan mencontoh jejak petunjuk beliau dalam semua itu, dengan suka rela mereka dengan bantuan dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu siap mengorbankan seluruh potensi dan kemampuan, mempersembahkan harta dan nyawa untuk tujuan seperti tujuan yang ditempuh Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, beliau mempersembahkan waktu, harta dan jiwa untuk itu.Allah berfirman:
"Di antara orang-orang mumin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kapada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)." (QS Al-Ahzab : 23)

Wallahu a'lam bishshowab…


http://www.facebook.com/notes/kata-kata-hikmah/mencintai-rasulullah/496140045848

Karena Aku Ingin Dimengerti


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
Beberapa Ilustrasi:


“Ukh, tau nggak… bla..bla..bla… menurut anti gimana???”
“Gak ngerti…”
Errrrrrrghhhhhh….
 “Dek, kemaren ada kejadian menarik loh ..bla..bla..bla..”
“Oh, gitu... duh, aku mesti blajar dulu niy mbak.. sambung bsok lagi yaaa…”
Huuuuhhhh….
“Ukh, Icha mw curhat nich…”
“Ya udah ngomong aja…”
*Icha pun Ngomong abis2an sampe mulut berbusa*
“Jadi enaknya gimana??”
“Wah, gimana ya… gak tw juga…”
Heeeeeeeeee….. Asli dongkol abis!!!
“Ukhti cantik, bisa ketemuan gak?? mizz U..” icha sms ke temen.
“Insya Alloh besok sore ya…” sms balasan dari temen.
Esoknya, menunggu dengan penuh harap…
Dan tiiiitt…tiiiiit… hapeku berbunyi…
“Afwan ukh, ana da acara.. bsok lagi aja ya ketemunya…”
Mmmmm… bibirku langsung monyong lima centi…
Kirim email ke temen… cerita puanjaang lebar sambil berapi2…
Seminggu kemudian… masih gak da balesan…
Tegaaaanyaaaa…:((


Nge-post tulisan baru di blog…
1 hari.. 2 hari.. 3 hari… masi gak da yg kasi comment…
Jahaaat… Gak da yg nanggepin ceritaku…
Berkali2 bertekad dalam hati… icha gak bakal posting laagiiiii!!!!
-- he…walo sesering cha berjanji, sesering itu pula janji dilanggar… buktinya niy postingan baru lagi....--
Lagi ngerjain paper kelompok…
“Jadi si Rokhmin Dahuri tuh bla…bla..bla…”
“Klo menurut cha siy…bla bla bla.... *Ngeluarin argumen2 panjang sambil sedikit emosi..*
“Ah, gak juga… bla..bla..bla…”
Pendapatku gak didenger, mukapun ditekuk…  mood level down.. ngedrop abiisss!!
Dalam sebuah forum…
“bla…bla…bla….”
*Ngasi opini, pendapat, de-el-el dg semangat 45*
.......
^Ngerasa dicuekin, gak didengerin..^
…...
“Errrrrggghhhhh…. dengeeeriiiiin doooonkkkk klo orang lagi ngomong!!!!” >_<
“Iya…iya… dari tadi didengerin koq…”
Sumpe dech..dongkol abis saat itu..
Waktu Sesi tanya-jawab di liqo’…
“Jadi mbak, sebenernya klo gini.. gini..gini…..”


“Wah, mbak jg masih lum terlalu paham dek…”
“Mmmm… gitu yaaa…” Cuma bisa manyun ajah
“Jadi gini dek.. bla..bla..bla…”
Adek2 SMA itu malah asyik ngobrol sendiri..
Diem, gak nglanjutin materi…
“Loh, koq diem kak?”
“Abis… gak da yang ndengerin…”
“Yeee… ngambek… maap de, kak…”
Deeeeuuu.. malah jadi mentornya yg ngerajuk…
Ngajar ngaji di TPA…
“Udah, yg lum dapet giliran gak usah ngrubungin… sumpek taauuu…”
Geser ke tempat laen dg harapan dapet tempat lebih lapang…
Eeeehhhh… anak2 ingusan tu malah ngikutin…
“Hiiiiiiii… pada dengerin kakak gak siiiiiyyy???!!!!” sambil sedikit teriak..
Wah, diriku jadi gak jauh beda ma anak TeKa…
---------------------------------------
INTI BAHASAN :
Tampaknya memang sudah menjadi sifat dasar manusia untuk selalu  ingin didengarkan, diperhatikan, mendominasi setiap pembicaraan, merasa diistimewakan…
Tapi, untuk kasus Icha kaya’nya dah lumayan akut… Dibesarkan sebagai anak bungsu dg jarak usia yg jauh dari kakak2… Punya orang tua yg selalu ndengerin apa kata anaknya… Kakak2 yg super sayang en perhatian ma adeknya… Apa yg dipenginin hampir selalu diturutin.. Cewek manja dan egois.. Itulah hasilnya… ;(


Persentuhan dengan Islam yg seharusnya bisa mengubah itu semua, ternyata gak bisa menghilangkan sifat asli yg dah kebentuk dari kecil… selalu ada saat dimana sisi selfish and childish itu kembali muncul…
Harus kembali introspeksi diri… aku selalu ingin didengar, tapi seberapa banyak sih aku ndengerin temen2ku… selalu ingin diperhatikan, tapi apa aku dah cukup ngasih perhatian ke mereka?? selalu bicara mengenai masalahku, pendapatku, pemikiranku, apa yg ada dibenakku… Pokoknya selalu aku…aku… dan aku… Gak pernah tentang kamu, dia, atau mereka… dan itu salah!!
Jika kau ingin dimengerti…
Cobalah pahami mereka dahulu sebelum meminta mereka memahamimu…
Friendship is all about giving, not just asking…
Try to be a better friend, then you’ll have better friends…
Jadi sadar, keberadaan teman memang teramat berarti….
Friends, really sorry for everything I did wrong…
Jazakallah khoiron katsiiiirrr… it’s all that I can say…
Luph U All, coz Alloh  ^_^
Barakallahufikum..jabat erat dan salam hangat
Wassalamualaikum…


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-karena-aku-ingin-dimengerti/184724598222862

Life Is Beautifull


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================


Hidupmu indah...
Bila kau tahu jalan mana yg benar…
Harapan itu ada... ada dan nyata...
Bila kau percaya...
Hmmm.. sebuah lagu yg optimis, penuh kecerian dan membangkitkan harapan.. Bukankah memang begitu seharusnya kita memandang hidup ini?? Disaat kesulitan menghadang, yakinlah bahwa pertolongan Alloh itu pasti kan datang..Lagipula pasti ada hikmah dibalik setiap cobaan yg Alloh berikan.. atau anggap saja itu ujian tanda sayang.. yg akan memberikan kita kunci menuju surga ketika berhasil melewatinya dg sabar dan ikhlas..
Seringkali dalam hidup, kita (saya terutama) menganggap diri sebagai manusia paling menyedihkan di dunia. Menjalani hidup yg kacau, tanpa kendali. Membuat sikap pesimis semakin menjadi-jadi.. Seolah semua hal dalam hidup adalah buruk  dan bagaikan persoalan tanpa jalan keluar..
Berlebihan... berlebihan dalam memandang masalah yg datang menghadang, yg sebenarnya tak sebegitu rumit ketika coba dilihat dg pikiran dan hati yg lebih jernih...
Masalah, peroblem, persoalan atau apapun-lah namanya adalah suatu hal yg harus dihadapi dan diselesaikan.. bukan hanya untuk dipikirkan, diratapi, dan ditangisi.. apalagi jika kemudian malah lari.. Kau pikir bisa menjalani semuanya dg mudah??! Hidup butuh perjuangan, non!!
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Alloh orang2 yg berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang2 yg sabar.”
Malu...
Malu-lah kepada anak2 yg hidup di kolong jembatan dan perlu susah payah mengais rizki hanya untuk mendapat sesuap nasi...
Malu-lah kepada para korban bencana yg kehilangan harta benda dan sanak saudara..
Malu-lah kepada saudara kita di Palestina, Irak, Afghan yang jelas2 lebih menderita...
Persoalan hidup yg mereka hadapi jelas jaauuuuhhh lebih berat dari apa yg saya alami.. mereka mengeluh, menangis, meratapi nasib.. wajar? wajar bagi mereka dengan segala problema dan keterbatasan yg ada.. dimana nyawa seakan amat murah harganya...


Tapi saya?? Alloh telah memberikan banyak hal dalam hidup saya, yg takkan terhitung dan terlukiskan dg kata2.. hanya saja, terkadang saya lupa, atau malah sengaja melupakannya??
“Fabiayyi  alaa i robbikuma tukadzibaan…”
 Lalu nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan..??
Hhhhhhh….
Saya berjanji helaan nafas kali ini bukanlah satu bentuk keluhan lagi..
Ini hanya satu bentuk upaya untuk menenangkan diri, meyakinkan hati bahwa hidup memang indah...
Terutama ketika kita menjalaninya hanya untuk meraih ridho Alloh semata...Amin dan semoga.

Barakallahufikum
Wassalam…


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-life-is-beautifull/184234214938567

Akhwat Kok Gitu…?


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================

Kemaren pas iseng2 surfing ke google.. Nemu salah satu postingan di blog orang yang intinya menyiratkan kekecewaan mendalam dari sang penulis akan sosok2 yg mendapat panggilan ‘akhwat’. Dan agak risih juga ketika panggilan tersebut hanya diidentikkan dengan jama’ah tertentu yg akhirnya membuatnya malas dan bahkan antipati mengikuti kegiatan2 yg diadakan jama’ah yg dimaksud.
Ia juga mengkritik betapa anggota jamaah tersebut terlalu berkutat dalam simbol2 dan sibuk membenahi sisi luar saja, tanpa berbanding lurus dg ruhiyahnya.. Saya rasa tidak ada yg kaget ketika ia menyebut secara eksplisit bahwa yg dimaksud adalah komunitas Tarbiyah…
Hmmm.. postingan tersebut benar2 berkesan di hati saya dan gak munafik dalam beberapa hal saya sepakat dg sang penulis. Tapi, merasa sebagai salah satu “tertuduh”, saya jd pengin memberi tanggapan yg murni hasil pemikiran saya sendiri.. Perlu dicatat, sama sekali bukan representasi dari akhwat (baik yg dipanggil maupun merasa sebagai) lain loh..
Saya sendiri sering bertanya2 sampai batasan apa seseorang kemudian pantas mendapat ‘gelar’ akhwat (terlepas dari makna aslinya).. karena jilbab lebarnya?? Karena dia ikut liqo’ pekanan?? Karena ia aktif dalam kegiatan2 keIslaman?? Entahlah… Menurut saya, tampilan2 fisik memang tak bisa digunakan sebagai ukuran ketakwaan seseorang.
Tak jarang keluar celetukan seperti ini:
 “Akhwat koq ketawa cekakakan di jalan??”
“Akhwat koq gak jaga pandangan??”
“Akhwat koq keluar malem??”
“Akhwat koq cair banget interaksi ma lawan jenis??”
“Akhwat-ikhwan koq sering sms-an mesra..??”
bahkan yg lebih ekstrim, “Akhwat koq pacaraaaaan???!!!! –walo gak pernah mau ngakuin klo si dia itu pacar, calon suami lebih tepatnya. hehew...--
Menurut saya..Sebenarnya, itu semua tergantung pada pribadi masing2. Hidup adalah pilihan. Apakah akan mengikuti aturan yg ada atau berjalan melenceng dari yg sudah ditentukan. Kekecewaan terhadap sebagian anggota jama’ah bukan berarti menjadi justifikasi untuk men-cap buruk sebuah jama’ah secara keseluruhan.. Setiap manusia berhak dinilai sebagai diri sendiri tanpa embel2 kelompoknya.. Bukankah di yaummil akhir kelak Allah akan menghisab kita secara individual??


Tentang keharusan seorang ‘akhwat’ untuk begini dan begitu… Menurut saya, setiap kita membutuhkan proses dalam belajar.. belajar memperbaiki diri.. belajar menjadi muslimah sejati... Tapi kelakuan yg masih jahilliah sekalipun tidak menghapus kewajiban seorang muslimah untuk berjilbab bukan?? Sama seperti kewajiban sholat. Dan kita semua tahu bahwa  jilbab yang benar ialah yg menutup aurat sepenuhnya dan tidak membentuk lekuk tubuh. Amat aneh bagi saya jika seseorang memutuskan untuk tidak berjilbab secara benar hanya kerena merasa kelakuannya masih nggak beres, sama anehnya dengan orang2 yg berpikir bahwa "tidak sepantasnya seorang akhwat memakai pakaian takwanya secara sempurna jika tidak bisa mencerminkan sosok akhwat sejati".
Tentu saja proses belajar itu tidak selamanya bisa jadi pembenaran. Jika benar2 belajar, tentu akan ada perbaikan akhlaq dan perilaku dari hari ke hari. Tapi, jika dalam sebuah kasus, ada seorang muslimah berjilbab lebar melakukan hal kurang pantas dan memang tidak berupaya memperbaiki diri, apa lantas kita akan menyuruhnya untuk menanggalkan jilbab lebarnya??!! Berhak-kah kita mengatakan, “Kamu nggak pantes pake jilbab ini, ganti aja ma yg lebih mini..” . Hmmm, begitukah??!! Berjilbab secara benar adalah kewajiban SETIAP MUSLIMAH, terlepas apakah dia komit terhadap agamanya ataupun tidak!!
Kemudian soal mengapa harus mengikuti halaqoh beserta wajibat2 yg dibebankan… Kita memang bisa melakukan ibadah2 individu tanpa di-opyak2 murobbi sekalipun… Tapi yakinkah kondisi keimanan akan terus tetap terjaga?? Dengan adanya halaqoh, kita punya keluarga baru, saudara2 yg saling mengingatkan juga pembimbing yg mengarahkan kita menuju perbaikan, Insya Allah.. Mengetahui amal saudara yang jauh lebih baik otomatis akan membuat kita malu dan terpacu untuk berbuat lebih baik lagi..
Mengurangi keikhlasan?? Entahlah, tapi saya tetap percaya kita diharuskan untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Layaknya Umar ra yang merasa malu terhadap Abu Bakar ra yg begitu dermawan, sehingga memutuskan untuk menyerahkan separuh harta miliknya untuk perjuangan kaum muslimin. Tapi ternyata Abu Bakar berkorban lebih dari dirinya, seluruh harta miliknya ia serahkan… Salah satu hal yg membuat Umar tak henti mengagumi sahabatnya tercinta. Saya yakin niat kedua sahabat yg mulia ini murni hanya karena Alloh dan Rasul-Nya, tinggal bagaimana kita menjiwai  semangat mereka dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata…
Murobbi  gak beda ma mak comblang??
Bisa iya, bisa tidak… mungkin itu salah satu peran yg diambil murobbi, tapi bukan hanya itu kan?? Lagipula seorang murobbi dengan kepahamannya, tentu akan menjadi mak comblang syar’i. Memang hak untuk menikahkan seorang anak ada pada ayahnya, dan keberadaan murobbi dalam proses ini pun sama sekali tidak menghilangkan hak itu.. Tapi, kalau mau jujur, masih sedikit orang tua yang memiliki pemahaman baik dalam menentukan kriteria menantu idaman.


Di keluarga saya, hanya dg rajin sholat (walo gak di awal waktu), sering membaca alquran, dan bersikap sopan, itu sudah cukup membuat seseorang dianggap sholih. Dan kriteria “mapan” menjadi hal yg amat menentukan.. Lagipula, yakinkah orang tua akan bisa menyelenggarakan proses ta’aruf syar’i, jika mereka bahkan belum paham seperti apa sesungguhnya konsep ta’aruf itu?? Bagi anak yg memang memiliki keluarga yg sudah terbina saya yakin prosesnya akan langsung ditangani oleh abi-umminya..
Satu lagi, panggilan ‘akhwat’ memang identik dengan muslimah yang sudah terbina, tapi bukan berarti hanya milik komunitas tarbiyah saja.. Bukankah Salafi, HT,MR  juga jama’ah lain menggunakan istilah2 akhwat, ikhwan, akhi, ukhti.?? Dan saya rasa penggunaan istilah2 semacam itu tidak bisa disebut sebagai  penggunaan simbol belaka.. Kitab suci kita saja berbahasa arab, apa salahnya kita coba menggunakannya dalam kehidupan sehari2 semampu kita??
Tapi, saya setuju dengan pendapat penulis bahwa tidak sepantasnya kita membanggakan panggilan ‘akhwat’. Toh, itu hanyalah istilah.. Bukan… bukan ‘gelar’ itu yang hendak kita raih.. bukan nilai tinggi dihadapan sesama manusia yg coba kita cari.. melainkan ridho Allah dan ampunan dari-Nya.. hanya itu.. hanya itu…!! Silahkan di feedback. saya tunggu sharingnya yach...! Sekali lagi, INGAT..BUKAN BERDEBAT !

Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Wassalam..


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-akhwat-kok-gitu/184146851613970

"Kening Hitam"


Kau tentu pernah bertemu dengan lelaki berkening hitam. Hitam tidak secara keseluruhan, melainkan hanya pada bagian kening tengah atas di antara dua alis, persis dibawah ujung rambut bagian depan. Tepatnya, bagian kening yang digunakan untuk mencium sajadah setiap kali solat.
Apa yang kau pikirkan ketika melihat lelaki berkening hitam seperti itu ? Tentu kau akan berkesimpulan, bahwa lelaki tersebut adalah lelaki yang alim, lelaki yang rajin mencium sajadah, lelaki yang tak pernah meninggalkan solat lima waktu, lelaki yang rajin bangun malam-malam untuk tahajud dikala orang lain molor di tempat tidur.
Lelaki berkening hitam tidak hanya ditemukan di masjid-masjid. Kau bisa menemukan di kampus, di kantor, pasar tradisional, kantor pos, bahkan mungkin di mal-mal. Bisa jadi dia seorang dosen, kyai, mahasiswa, pedagang, sopir angkutan kota, atau profesi lainnya.
Dan tahukah kau, malam ini, Markum, seorang pelajar berotak pas-pasan sebuah SMA swasta di Jakarta, saat ini tengah memikirkan keningnya yang tidak hitam. Markum bingung luar biasa. Bukan apa-apa, belakangan ini dia tak pernah meninggalkan solat lima waktu. Dia selalu mengerjakan solat sunat, baik sunat bakdiah maupun sunat qobliah. Bahkan, setiap kali solat, Markum sengaja menekan-nekan bagian ujung keningnya supaya bisa hitam. Namun, tetap saja tidak pernah menjadi hitam.
Kau tentu paham maksudnya. Markum ingin sekali punya kening hitam, seperti kening lelaki berkening hitam yang ia temukan di berbagai tempat. Keinginan punya kening hitam ini bermula ketika ia bertemu dengan seorang gadis bernama Elliza. Elliza adalah gadis cantik berkerudung, putri tunggal seorang guru agama di sekolahnya. Hanya saja, Elliza bersekolah di ibtidaiyah.
Pertemuan Markum dengan Elliza terjadi secara tidak sengaja. Waktu itu Markum mengantar Pak Habiburahman Saerozi, guru pendidikan agama Islam lulusan Mesir yang tak lain wali kelasnya, pulang dari mengajar. Pak Habib menyuruh Markum mampir sebentar untuk minum.

Markum, dengan senang menuruti kemauan Pak Habib yang baik hati. Saat itulah Markum melihat Elliza, yang membawa minuman untuknya. Pak Habib pun memperkenalkan Markum pada putrinya itu, dan juga keponakan laki-lakinya, serta istrinya. Istri Pak Habib perempuan Mesir. Berwajah Arab dengan hidungnya yang mancung. Wajah Elliza mirip sekali dengan ibunya.
Saat bertemu itulah Markum merasa tertarik ingin menjadikan Elliza seorang teman dekat. Tetapi tentu tidak mudah mewujudkan keinginannya itu. Markum pun melakukan berbagai usaha. Di antaranya adalah, menjadi cowok yang alim. Cowok yang tekun ibadah.
Kau tentu sulit membedakan, siapakah di antara anak-anak lelaki yang rajin ibadah atau tidak? Dan Markum berkesimpulan, bahwa lelaki yang bisa disebut alim adalah lelaki yang rajin solat. Lalu, bisakah orang lain menentukan apakah seorang cowok seperti dirinya rajin solat atau tidak. Hmmm… lihat saja keningnya!
Markum selalu membayangkan seandainya keningnya bisa menjadi hitam, seperti seoarang lelaki yang rajin solat. Pak Habib, guru agamanya yang sangat baik hati itu, keningnya hitam. Keponakan laki-laki Pak Habib, keningnya juga agak hitam. Kenapa kening Markum tidak bisa hitam?
Selain berkening hitam, masih menurut Markum, lelaki yang bisa dicirikan sebagai orang alim, adalah lelaki yang berjenggot. Tetapi janggut Markum tak tumbuh jenggot. Licin. Seperti kepala profesor yang botak. Seandainya jenggotnya lebat, ditambah lagi keningnya menghitam, oh… Markum pasti akan senang sekali. Sayang beribu-ribu sayang, semua itu hanya mimpi.
Untuk mewujudkan keinginannya, Markum pun berencana melakukan berbagai cara. Salah satunya, setiap malam, Markum akan menempelkan jidatnya di lantai, dengan kedua kaki berada di posisi atas, menempel di tembok. Namun untuk melakukannya tidak semudah yang dibayangkan. Masalahnya, orang-orang rumah selalu iseng bertanya padanya, mengapa ia melakukan hal itu.
”Bang Markum, Abang lagi ngapain?” tanya salah satu adiknya, ketika Markum mulai menempelkan keningnya di lantai, dengan posisi kedua kaki menempel di dinding.
Markum pun menjawab, bahwa ia sedang olahraga senam.
”Senam apa?!!”
Senam apa? Markum jadi bingung. Tapi Markum tidak hilang akal, ”Ini namanya senam keseimbangan!” jawabnya kemudian. Adiknya yang bertanya mengangguk-angguk. Di kemudian hari, setiap kali Markum melakukan hal yang sama, yakni ’senam keseimbangan’ itu, adiknya latah ikut-ikutan.


Setelah kurang lebih dua minggu melakukan kegiatan seperti itu, tidak disangka-sangka, kening adiknya menjadi hitam! Boleh jadi, kening itu sering menempel di lantai, menjadi tumpuan beban tubuhnya yang berada di atas saat melakukan gerakan senam asal-asalan itu.
Meskipun begitu, tidak bagi Markum. Kening Markum ya tetap begitu-begitu saja. Tidak hitam sama sekali seperti kening adiknya. Mengetahui keningnya menjadi hitam, adiknya menjadi marah pada Markum.
”Bang, ini kening Markam kok jadi item?” protes Markam, adiknya Markum.
”Salah kamu sendiri! Kenapa ikut-ikutan senam itu?”
”Wah, gimana dong, Bang? Markam jadi malu nih…”
”Biarkan saja. Nanti juga hilang sendiri!”
Benar saja, setelah tidak lagi melakukan senam itu, kening Markam tidak jadi hitam. Tapi aneh bagi Markum, meskipun masih melanjutkan gerakan-gerakan senam itu keningnya masih juga belum hitam.
Suatu malam, saat tengah sendirian di kamarnya, Markum pun menatap keningnya di cermin, sambil tangannya memegang pisau dapur. Apakah yang hendak Markum lakukan??!
”Kenapa keningku masih tetap nggak bisa hitam?” tanya Markum pada dirinya sendiri.
Markum meraba-raba ujung keningnya itu, membayangkan seandainya bisa menjadi hitam. Lalu ia tatap pisau di tangan kanannya, dan menempelkannya di kening. Rupanya, Markum berniat untuk melukai keningnya dengan pisau, agar menjadi luka. Dengan begitu, kemungkinan kening menjadi hitam bisa terwujud dari luka keningnya nanti. Demikian pikir Markum.
Belum sempat melukai keningnya, Ibunya membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, membuat Markum terkejut.
”Markum! Kamu lagi ngapain?”
”Eee… eee….” Markum gugup. Ibunya menatap pisau dapur di tangan Markum dengan tatapan menyelidik.
”Bu, Markum lagi mencukur jenggot…” ucap Markum kemudian, sambil mengarahkan bagian pisau yang tajam ke dagunya. Ibunya bertambah bingung.
”Cukur jenggot? Memangnya kamu punya jenggot?!”


”Baru mulai tumbuh, Bu.”
”Kalau kamu mau mencukur jenggot, kenapa nggak pakai cukur jenggot Ayah?”
Markum terdiam, lalu menurunkan pisaunya.
”Tunggu sebentar ya, akan Ibu ambilkan.”
Ibu Markum keluar. Tak lama kemudian ibu Markum sudah kembali sambil memberikan alat cukur pada Markum. Setelah itu ibu Markum keluar lagi. Markum memegangi alat cukur jenggot itu, lalu menatap wajahnya di cermin sambil menempelkan cukur jenggot ke dagunya. Apa yang akan ia cukur, sementara dagunya tak tumbuh jenggot?
Pekan berikutnya, ketika keningnya masih belum bisa jadi hitam, Markum mendapat undangan dari Pak Habib. Pak Habib mengundang Markum berkenaan perpisahan Pak Habib yang sudah tidak lagi mengajar di sekolah Markum. Pak Habib pindah mengajar di sekolah lain.
Ini merupakan kesempatan emas buat Markum. Markum merasa menjadi sangat terhormat. Markum tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Sebelum berangkat ke rumah Pak Habib, Markum mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Pikir Markum, di rumah Pak Habib nanti, Markum tidak hanya bertemu dengan Pak Habib saja. Ada istrinya, sepupunya, dan tentu saja putrinya yang cantik, Elliza!
Markum berpikir keras bagaimana ia bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Aha! Markum punya akal. Markum yakin usahanya kali ini tidak akan gagal, yakni bagaimana membuat keningnya menjadi hitam. Kening seorang laki-laki alim. Markum meraih spidol di meja belajarnya. Dengan gerakan yang sangat hati-hati, Markum memoles keningnya dengan spidol itu. Hitam!!
Kini kening Markum benar-benar hitam, layaknya kening laki-laki yang rajin solat! Dengan bangga, Markum pun segera berangkat ke rumah Pak Habib. Tak peduli orang-orang di rumah pada keheranan, Markum dengan percaya diri siap menghadapi undangan Pak Habib dan keluarganya.
Di rumah Pak Habib, Markum disambut dengan ramah. Menurut Markum, keluarga Pak Habib tidak bersikap aneh seperti orang-orang di rumahnya, soal keningnya yang hitam. Markum duduk di dekat Pak Habib, di antara sepupu Pak Habib, istrinya, dan Elliza. Mereka bercakap-cakap seputar kehidupan dan kegiatan masing-masing.
“Keluarga Pak Habib sekarang sudah tahu, bila keningku ini hitam,” ucap Markum dalam hati, ketika tengah bersama-sama keluarga Pak Habib.


Betapa bangganya Markum, memperlihatkan keningnya yang hitam di depan Pak Habib sekeluarga. Pasti Pak Habib dan keluarga sekarang tahu, bahwa dirinya lelaki yang alim, karena berkening hitam.
Menjelang maghrib, sebelum makan malam, Pak Habib mengajak semua orang untuk solat maghrib. Dengan semangat empat lima, Markum bangkit dan segera mengambil air wudlu. Ini pertama kalinya bagi Markum, solat berjamaah dengan keluarga Pak Habib.
Saat selesai mengambil wudlu, Markum merasakan sesuatu yang aneh. Air di lantai kamar mandi menjadi hitam. Markum mendapati telapak tangannya juga hitam. Markum menatap wajahnya di cermin kamar mandi, dan keningnya yang tadi hitam perlahan luntur. Markum mengusap keningnya. Tidak lagi hitam!
Markum pusing, karena saat itu ia tidak akan mampu mengembalikan hitam di keningnya. Markum kebingungan. Bila kau menjadi Markum, tentu kau juga akan bingung. Tapi aku yakin, kau tentu tak akan bertindak sebodoh Markum.
Dan tahukah kau, siapakah Markum sesungguhnya? Markum tak lain adalah aku!
Mengingat kejadian itu, aku suka tersenyum sendiri. Aku tidak mau menceritakan bagaimana sikap Pak Habib dan keluarganya waktu itu, setelah melihat aku tak lagi berkening hitam. Aku malu menceritakannya.
Kau tak perlu risau, sekarang aku sadar. Aku tak harus berkening hitam. Tetapi aku semakin rajin solat. Hanya Tuhan yang tahu. Tanpa ada tanda-tanda pada diriku, atau terlihat oleh manusia lainnya, bahwa aku lelaki yang sering mencium sajadah, baik siang maupun tengah malam.


http://www.facebook.com/notes/blog-nya-mas-rully/kening-hitam/183433648342958

"Tunggu Aku Di SurgaNya"


Syifa, seorang perempuan shaliha yang tak hanya sekedar cantik, perhiasan iman dan keshalihannya menghiasi setiap langkahnya. Syifa cukup terkenal dikalangan aktivis,bisa dibilang mobilitasnya lumayan tinggi. Syifa mulai memasuki sebuah fase yang sering dialami setiap wanita. Usianya memasuki angka duapuluh lima tahun,hatinya mulai dihiasi rasa rindu yang tak bisa diurai dengan logika.
Perlahan Syifa menyusun kepingan-kepingan keinginannya dan mengumpulkan segenap kekuatan. Ia menemui murabbinya.
“ Mbak Hasna, saya ingin menikah. Tolong carikan saya calon ya Mbak…”
“ InsyaAllah dik,, biodata dan foto adik sudah disiapkan?”
“ Sudah mbak, ini biodata saya..”
“ Oke, adik jangan lupa terus berdoa ya…”
Dengan wajah penuh semangat dan azzam yang kuat, Syifa melangkah meninggalkan rumah Hasna. Sejak itu ia tak pernah berhenti berdoa. Setiap malam ia semakin rajin berkhalwat dengan Rabbnya. Sujudnya semakin panjang menghiasi setiap shalatnya.
“ Ya Rabb, hamba menyerahkan semua padaMu. Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba. Hamba hanya ingin seorang lelaki shalih. Yang kan mencintai hamba dengan kecintaanNya padaMu. Yang kan selalu membuat hamba iri dengan ketaatannya padaMu. Hamba ingin seorang lelaki shalih,, yang kan melepas hamba dengan ridha dan keikhlasannya ketika hamba berpulang kepadaMu.. “ Itulah sepenggal doa Syifa..
Hari berganti hari, belum ada kabar dari mbak Hasna. Disatu sisi Syifa gelisah, disatu sisi dia terus berusaha menenangkan dan menguatkan hatinya.


Baru beberapa ia menyerahkan biodatanya, sedangkan diluar sana mungkin ada yang telah menunggu bertahun-tahun. “Ah… harus tetap semangat..!” bisiknya dalam hati.
***
Di tempat lain, sesosok laki-laki shalih, sedang bermunajah di penghujung malam. Hatinya menangis pilu. Beberapa kali hatinya terluka, lamarannya beberapa kali ditolak. Sedangkan usia semakin menunjukkan angka yang semakin tua, belum lagi orangtua yang semakin iba melihatnya tak kunjung bersanding dengan bidadari. Keinginan untuk menikah pun tak bisa dibenddung lagi. Ia tak tahu harus berikhtiar apalagi. Ia hanya bisa mengadukan pada RabbNya, memohon segenap kekuatan dan semangat yang sempat padam.
“ Nak, bapak dan ibu selalu mendoakan kamu. Mungkin yang kemarin-kemarin memang belum yang terbaik buat kamu…”.
Ia, Ahmad, tak kuasa menahan haru ketika teringat ucapan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, ia cukup ideal. Ia laki-laki yang shalih, mapan dan dari keluarga yang baik.
Suatu hati, ketika ia beranjak dari tempat duduknya, setelah mengikuti kajian yang diadakan IKADI, ada seorang sahabat menyapanya.
“ Assalammu’alaykum.. Ahmad, apa kabar?”
“ Wa’alaykumsalam, Adit, Alhamdulillah, aku baik. Kamu gimana Dit?”
“ Alhamdulillah, baik. Aku sekarang sudah hampir punya dua anak. Istriku sedang hamil anak yang kedua. Kamu gimana? Sudah menikah?”
Ahmad yang tadinya ceria menyambut sapaan Adit kini berubah sedih. Adit mengajaknya duduk dibawah pohon besar dekat masjid. Pohon rindang yang lumayan menyejukkan. Kemudian Ahmad menceritakan semua kegagalannya menjemput bidadarinya.
“ Ahmad, saudaraku, kamu harus tetep semangat. Aku yakin bidadarimu tidak jauh lagi. Oh iya, kebetulan, adik-adik istriku beberapa ada yang meminta tolong untuk dicarikan suami. Gimana kalo kamu aku bantuin nyari juga? Siapa tahu jodoh?”
“ Bener nih Dit? Kamu serius?”
“ Ya iya lah Mad, urusan begini gak boleh lah main-main.”
Tidak menunggu lama, beberapa hari kemudian Ahmad silaturahim ke rumah Adit. Adit adalah suami Hasna, guru ngaji Syifa. Adit dan Hasna memberikan beberapa amplop tertutup yang isinya biodata muslimah.

Ahmad mengambil satu dan kemudian ia istikharah. Tiga hari kemudian, Ahmad menyampaikan kemantapannya dengan muslimah yang pertama kali dia ambil biodatanya. Biodata yang menuliskan nama Syifa. Hasna pun menyampaikan kepada Syifa hingga proses ta’aruf pun terjadi.
***
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Keluarga Syifa maupun Ahmad sangat bahagia dan sangat merestui keduanya untuk menikah. Pertemuan keluargapun digelar, kedua keluarga memilih untuk menggelar pernikahan yang sederhana. Semua keluarga terlibat mempersiapkan pernikahan mereka. Termasuk Hasna dan Adit, yang menjadi orang terdekat Syifa dan Ahmad.
Seperti sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan bagi Syifa dan Ahmad. Beberapa waktu lalu mereka masih dalam kegundahan, menanti siapakan belahan jiwa mereka. Beberapa waktu lalu semua masih terbungkus rahasia dan diselaputi misteri. Sekarang? Tak terasa sampai di dua hari menjelang pernikahan.
“ Astaghfirullah, undangan buat temen-temen di kampus ketinggalan…” gumam Syifa. Dengan secepat kilat Syifa bersiap-siap menuju kampusnya. Ia akan menyampaikan undangannya ke teman-teman rohisnya dikampus.
“ Mau kemana nduk? Kok buru-buru gitu?” tiba-tiba ibu menhampirinya.
“ Mau nganter undangan ke temen-temen di kampus Bu, ketinggalan gitu.”
“ Nitip ke teman kamu aja Nduk, siapa gitu, kamu jaga kondisi biar gak kecapekan, kan kemaren udah muter-muter..”
“ InsyaAllah gapapa Bu, sungkan kalo nitip-nitip gitu. Syifa berangkat dulu ya..”
Syifa akhirnya berangkat ke kampusnya naik angkot. Jam satu siang, udara kota Malang sedang panas-panasnya tapi Syifa masih bersemangat. Saat turun dari angkot, menuju gerbang kampusnya ia melihat seorang anak kecil yang lucu sekali. Mirip ketika ia masih kecil dulu, pipinya chubby dan imut. Anak kecil itu begitu aktif, namun tiba-tiba anak kecil itu terlepas dari genggaman ibunya yang sedang merespon sapaan seorang wanita. Anak itu berlarian. Syifa melihat sebuah sedan melaju cepat ke arah anak kecil itu. Reflek Syifa berlari dan mendorong anak itu… Braaaaaakkkk…..!!!
Syifa tertabrak,terlempar jauh, bermeter-meter. Tubuhnya terguling hebat. Suasana menjadi riuh, banyak orang berdatangan mengerumuni tubuh Syifa yang berlumuran darah. Syifa tak sadarkan diri. Ia dilarikan kerumah sakit terdekat. Kondisi Syifa semakin kritis. Dokter sedang berusaha menyelamatkannya . keluarganya mulai berdatangan, ibu, ayah, adik, kakak dan beberapa paman dan bibinya. Mereka tak bisa menahan isak tangis sedihnya.

Syifa masih koma, tak sadarkan diri. Ibunya mencoba untuk tegar, dipakaikannya jilbab pada putrinya yang shaliha. Ibu Syifa ingin putrinya tetap cantk dalam balutan jilbabnya, jilbab pink kesayangannya. Tak lama kemudian Ahmad dan kedua orangtuanya datang. Ibu Ahmad yang masuk ke ruang ICU, Ahmad dan bapaknya menunggu diluar. Ibu Ahmad tak sanggup menahan airmata pilunya, dia mencium kening calon menantunya yang tergeletak tak berdaya.Ahmad pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya, dia lebih banyak diam.
***
Hari ini harusnya Syifa menjadi seorang pengantin. Syifa masih tergolek lemah di ruang ICU, sesekali ia merespon kehadiran orang-orang didekatnya dengan kedipan matanya yang sayu. Dengan hati perih, Ahmad memasuki ruang ICU ditemani ibunya. “ Ibu, Ahmad punya satu permintaan. Tolong ijinkan Ahmad menikah dengan Syifa sekarang ya Bu…” Entah seperti kenapa, ibu Ahmad yang terlanjur mencintai calon menantunya itu mengiyakan permintaan anaknya.
Setelah keinginan Ahmad disampaikan kepada semua keluarga. Pernikahan pun segera disiapkan. Ibunya Syifa dan Ibunya Ahmad mendandani Syifa hingga ia nampak begitu cantik dengan gaun pengantin yang sudah dipersiapkan untuk hari bahagianya.
Suasana begitu haru, ayah Syifa sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan Ahmad. “ Saya nikahkan putrid saya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief Himawan dengan engkau Ahmad Indrawan bin Husein dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai…” “ Saya terima nikahnya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief HImawan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai..” Dan saksi-saksi pun berkata, “Sah..!”. Doa barokahpun mengalir menyambut perjanjian suci dua hati.
Hanya ada Ahmad dan Syifa di ruang ICU, Ahmad menggenggam tangan Syifa, mencium kening istrinya dan mendoakannya. Syifa meresponnya dengan senyuman. Ahmad bahagia sekali. “ Dik Syifa, emm bolehkan aku panggil Dik Syifa? Aku senang sekali akhirnya kita berdua dipertemukan Allah. Dik Syifa bahagia kan? Oh iya, aku hafal Ar Rahman loh.. aku bacain buat kamu ya…” Ayat demi ayat surah Ar Rahman mengalun menghiasi suasana romantis dua hati yang sedang mensyukuri kebersamaan mereka. Mungkin terlihat seperti kebersamaan yang sepi, namun dua hati mereka sedang berdialog dengan cinta yang tak bisa terlukiskan oleh tinta. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Dan, ketika sampai di ayat yang terakhir, tangan Syifa menggenggam erat tangan Ahmad.
“ Dik Syifa mau bilang sesuatu?”, tanya Ahmad sembari mendekatkan telinganya. Namun tak terdengar apa-apa. Ahmad mencoba melihat gerak bibir istrinya yang terlihat lemah. “ Iya Syifa, aku insyaAllah ridho… sudah, syifa istirahat ya….” Syifa pun pelan-pelan kembali menggerakkan bibirnya, seakan mengucapkan sesuatu. Terdiam, pelan-pelan Syifa tersenyum dan menutup matanya untuk selamanya.


Ahmad tak kuasa menahan airmatanya. Istri yang dicintainya telah pergi. Ahmad teringat dengan sebuah hadist, istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi) “ Tunggu aku di surga ya Dik Syifa…” ucap Ahmad dengan senyum dan airmata yang bersamaan.


http://www.facebook.com/notes/blog-nya-mas-rully/tunggu-aku-di-surganya/183150798371243

"Tentang bulan Safar."


Al-Qur'an meninggikan martabat dan memuliakan bulan-bulan tertentu dengan janji fadilat berganda atas mukmin yang menjauhi kemungkaran dan kemaksiatan sesama manusia , apa lagi terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Namun, anggapan Safar sebagai bulan sial dengan mengadakan berbagai acara ritual untuk menolak bala' antara adat, budaya dan amalan khurafat serta takhayul masih membelenggu beberapa umat Islam.
Amalan mandi Safar untuk tolak bala' dan menghapus dosa dikatakan berkait dengan kepercayaan penganut Hindu melalui ritual Sangam yang mengadakan upacara penghapusan dosa melalui pesta mandi di sungai.
Tiada amalan istimewa atau tertentu yang dikhususkan untuk dirayakan pada bulan Safar baik berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, sahabat maupun para salafushshalihin (para tabie). Amalan sunat di bulan Safar adalah sama seperti amalan-amalan sunat harian yang diamalkan sepanjang waktu di bulan-bulan yang lain.
Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala' pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Malah upacara mandi sungai atau pantai di bulan Safar berpuncak dari kepercayaan nenek moyang terdahulu dan ada kaitan dengan upacara keagamaan Hindu.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda (yang artinya) :
"Tiada wabah dan tiada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa."
(HR.  Bukhari).
Pergerakan matahari dari siang hingga malam mengakibatkan adanya pergantian dari hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan bulan ke bulan. Dan sampailah kita pada Bulan Shafar. Bulan Safar (Shofar, Sapar) adalah salah satu bulan yang ada di Kalender Hijriah atau Kalender Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
inna fii ikhtilaafi allayli waalnnahaari wamaa khalaqa allaahu fii alssamaawaati waal-ardhi laaayaatin liqawmin yattaquuna

Artinya:
"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Yunus [10]:6).
Adapun urutan bulan dalam tahun islam sendiri antara lain:
1. Muharram
2. Safar
3. Rabiul Awal
4. Rabiul Akhir
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir
7. Rajab
8. Sya’ban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijjah
Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi).
Menurut bahasa Safar berarti kosong, ada pula yang mengartikannya kuning. Sebab dinamakan Safar,


karena kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang ataupun bepergian jauh.
Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya. Itulah sebabnya mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan. Pendapat lain menyatakan bahwa Safar adalah sejenis angin berhawa panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit.
Menganggap sial bulan Shafar sekaligus termasuk salah satu jenis tathayyur yang terlarang. Itu termasuk amalan jahiliyyah yang telah dibatalkan (dihapuskan) oleh Islam. Menganggap sial bulan Shafar termasuk kebiasaan jahiliyyah. Perbuatan itu tidak boleh. Bulan (Shafar) tersebut seperti kondisi bulan-bulan lainnya. Padanya ada kebaikan, ada juga kejelekan. Kebaikan yang ada datangnya dari Allah, sedangkan kejelekan yang ada terjadi dengan taqdir-Nya.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallah ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda:
“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.”
[HR. Al-Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911, Ahmad (II/327)]
 Hadits ini telah disepakati keshahihannya.
Kepercayaan atau mitos/tahayul tersebut langsung dibantah oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam;
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa  Rasulullah Shalallahu 'Alaihi bersabda,
“Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”


Namun kepercayaan bahwa Safar bulan sial atau bulan bencana masih saja dipercaya sebagian umat. Padahal, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam  sudah menegaskan mitos itu tidak benar.
Kesialan, naas, atau bala bencana dapat terjadi kapan saja, tidak hanya bulan Safar, apalagi khusus banyak terjadi pada bulan Safar. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menegaskan
qul lan yushiibanaa illaa maa kataba allaahu lanaa huwa mawlaanaa wa'alaa allaahi falyatawakkali almu/minuuna
Artinya
 Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
(QS. At-Taubah [9]:51)
Awal mula kesyirikan yang menganggap bahwa adanya hari dan bulan yang baik dan yang buruk berawal dari adat jahiliyah yang mereka terima dari tukang-tukang sihir ( kahin ). Dan bulan shafar ini mereka masukan ke dalam bulan yang penuh dengan malapetaka. Beberapa jenis keyakinan syirik yang bertentangan dengan Islam yang terjadi pada bulan Safar adalah:
   1. Masyarakat Arab Jahiliyah menganggap bulan shafar sebagai bulan penuh kesialan.
( Shahih Bukhari no. 2380 dan Abu Dawud no. 3915 ).
   2. Masyarakat Arab Jahiliyah juga meyakini adanya penyakit cacing atau ular dalam perut yang disebut shafar, yang akan berontak pada saat lapar dan bahkan dapat membunuh orangnya, dan yang diyakini lebih menular dari pada Jarab ( penyakit kulit / gatal ).
 ( Shaih Muslim : 1742, Ibnu Majah : 3539 )
   3. Keyakinan masyarakat Arab Jahiliyah bahwa pada bulan shafar tahun sekarang diharamkan untuk berperang dan pada shafrar tahun berikutnya boleh berperang.


 ( Abu Dawud : 3913, 3914 ).
   4. Keyakinan sebagian mereka yang menganggap bahwa umrah pada bulan-bulan haji termasuk bulan Muharam ( shafar awal ) adalah sebuah kejahatan paling buruk di dunia.
 ( Bukhari no. 1489, Muslim : 1240, 1679 ).
   5. Sebagian orang-orang di India yang berkeyakinan bahwa tiga belas ( 13 ) hari pertama bulan shafar adalah hari naas yang banyak diturunkan bala’. ( Ad-Dahlawi, Risalah Tauhid )
   6. Keyakinan sebagian umat Islam di Indonesia bahwa pada setiap tahun tepatnya pada hari rebo wekasan Alloh menurunkan 320.00 ( tiga ratus dua pulun ) malapetaka atau bencana.
 ( Al-Buni dalam Kitab Al-Firdaus serta Faridudin dalam Kitab Awradu Khawajah dan tokoh-tokoh sufi lainnya ).
   7. Mengenai rebo wekasan ini mereka juga berkeyakinan tidak boleh melakukan pekerjaan yang berharga atau penting seperti pernikahan, perjalanan jauh, berdagang dan lain-lain, jika tetap dilakukan maka nasibnya akan sial.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
qaaluu thaa-irukum ma'akum a-in dzukkirtum bal antum qawmun musrifuuna
Artinya:
 Utusan-utusan (para Rasul) itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas".
(QS. Yaa Siin [36]:19).
Islam tidak mengenal adanya hari atau bulan naas, celaka, sial, malang dan yang sejenis. Yang ada hanyalah bahwa setiap hari dan atau bulan itu baik, bahkan dikenal hari mulia (Jum’at) dan bulan mulia (seperti bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah). kalaupun memang ada kenaasan atau kejadian yang kurang baik itu adalah takdirNya. tidak ada hubungannya dengan bulan yang tidak baik.

Wallahu'alam bishshawab.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=475839336915&id=1814755964&ref=mf

Satu Sholawat, Satu Malaikat


Di antara pahala orang yang membaca sholawat bahwa setiap sholawat yang dibacanya itu akan diganti oleh Allah dengan seorang malaikat. Malaikat ini lah yang selalu membaca sholawat untuk dirinya sampai hari kiamat. Dengan banyak membaca sholawat maka banyak pula malaikat yang membaca sholawat untuk dirinya.
Dengan demikian, curahan rahmat dan pahala akan semakin banyak ia terima, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi terhadap kesejahteraan kehidupannya di dunia maupun di akhirat.


Rasulullah saw, bersabda :
"Barangsiapa bersholawat untukku karena mengagungkan aku, maka Allah Ta;ala mengganti kalimat sholawat dengan satu malaikat yang memiliki sepasang sayap, satu sayap berada di timur dan sayap yang satunya lagi berada di barat sedang kedua kakiknya berada di bawah Arsy. Alah berfirman pada malaikat itu,
"Bersholawatlah kalian untuk hambaKu, sebagaimana ia bersholawat untuk NabiKu".
Malaikat itu pun akhirnya bersholawat untuk orang tersebut sampai hari kiamat.
Abu Hurairoh meriwyatkan, Rasulullah Saw, bersabda :
"Ketika orang mukmin membaca sholawat kepadaku, maka malaikat maut akan menggenggamnya dengan izin Allah, ia menyampaikannya ke makamku. Katanya, "Ya Muhammad, bahwasanya Fulan bin Fulan umatmu telah membaca sholawat kepadamu".
Maka aku pun berkata, "Katakanlah kepadanya, dariku 10 sholawat. Dan sampaikan pula padanya, 'Engkau wajib memperoleh syafaat'".
Kemudian malaikat maut itu naik ke Arsy seraya berkata, " Wahai Tuhanku, bahwa Fulan bin Fulan telah bersholawat kepada kekasihMu (Nabi Muhammad) satu kali".
Lantas dijawab, "Sampaikanlah padanya dariku 10 sholawat. Kemudian setiap huruf sholawat tersebut dijadikan malaikat 360 kepala. Setiap kepala terdapat 360 wajah. Setiap wajah terdapat 360 mulut. Setiap mulut terdapat 360 lidah yang semuanya berbicara memuji kepada Allah dengan menggunakan 360 bahasa, yang semua pahalanya diperuntukkan bagi seorang mukmin yang bersholawat kepada Nabi Muhammad saw hingga hari kiamat."

Allahumma Sholli wa Sallim wa Baarik 'ala Sayyidina Muhammad, wa 'ala aalihi wa sohbihi ajma'iin.. Amiiin.