Rasulullah
Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran
Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk ummat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran
Rasulullah kami ummatmu
Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela
Bila mengingat nasyid ini tumbuh
kerinduan dan kecintaanku kepada Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam.
Bagaimanakah kita seharusnya
mencintai Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam?
Marilah kita kaji bersama
berdasarkan materi yang disampaikan Ustadzah Septiana di Kajian Muslimah
Online, Senin, 15 Jan 2007.
Mengenai CINTA Allah Subhanahu wa
Ta’ala memberikan batasan:
Katakanlah: "Jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara , isteri-isteri,kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dan (dari) jalan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik.” (QS: At-Taubah: 24)
Cinta adalah sebuah ungkapan yang
sangat indah dalam kehidupan manusia, dengan cinta manusia bisa sengsara dan
dengan cinta pula manusia bisa bahagia, bahkan surga bisa diraih dengan cinta,
yaitu cinta yang hakiki kepada manusia terpilih Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa
Sallam.
Cinta kepada Rasulullah Shalallaahu
‘alaihi wa Sallam dengan sebenar-benarnya cinta, merupakan pondasi aqidah
seorang muslim. Kita bisa mencontoh bentuk-bentuk cinta yang benar dan
membuahkan hasil di dunia maupun di akhirat dari generasi As- Salafus Shalih.
Kita bisa menelusuri jejak mereka
dalam bercinta dengan kekasih mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam,
bagaimana mereka mengorbankan jiwa, harta, anak, oranga tua dan asegala apa
yang dimilikinya.
Banyak orang yang mengaku cinta
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tetapi mereka tidak tahu hakekatnya,
bentuk serta konsekuensi dari cinta tersebut. Padahal semua itu telah
dicontokan oleh generasi terbaik, seharusnya manusia yang ingin mendapatkan
kebahagian di dunia dan di akhirat harus mencontoh mereka.
Para sahabat dalam memahami cinta
kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, membuktikan dengan segala
pengorbanan, pembelaan dan konsekuensinya. Mereka tidak segan-segan
mengorbankan harta yang paling mahal yang mereka miliki untuk membela Rasululah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Dan cinta mereka kepada beliau melebihi cintanya
kepada siapapun, sebagai realisasi dari hadits rawayat Imam Muslim dari Anas
bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
" Tidaklah seorang hamba
beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada keluarganya, hartanya dan
seluruh manusia."
Mereka rela kehilangan harta
kekayaan, jiwa, anak-anak, orang tua dan seluruh manusia, bahkan lebih baik
kehilangan segala macam kenikmatan dari pada kehilangan Rasulullah Shalallaahu
‘alaihi wa Sallam.
Bagaimana sikap kaum Anshor pada
perang Hunain, seperti diriwayatkan oleh Abu Said, ia berkata:
"Maka kaum Anshor menangis
hingga air mata mereka membasahi jenggotnya dan mereka mengatakan: kami rela
menerima Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadi bagian dan pemberian
untuk kami."
Begitu juga Abu Thalha yang
telah menjadikan nyawa sebagai taruhan untuk sang kekasihnya sehingga ia
menyatakan kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam pada waktu perang
Uhud:
" Wahai Rasulullah Shalallaahu
‘alaihi wa Sallam janganlah engkau memperlihatkan diri agar tak terkena anak
panah pasukan musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh asalkan leher
engkau selamat."
Hal serupa juga dilakukan oleh
Abu Dujanah sebagaiman yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ishaq berkata:
"Abu Dujanah pernah
menjadikan dirinya sebagai perisai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam
dari panah musuh dengan merangkul Nabi sehingga panah musuh menancap
dipunggungnya dan menghujam seluruh tubuhnya sementara ia tidak bergerak sama
sekali."
Kesenangan dan kegembiraan para
sahabat untuk selalu berteman dan bersama Nabi dalam keadaan suka maupun duka
terkadang diungkapkan dengan tetesan air mata, sebagaimana yang terjadi pada
diri Abu Bakar ra, tatkala diminta untuk menemani beliau dalam hijrah.Abu Bakar
ra, bukannya tidak tahu atau lupa bahaya dan resiko yang akan dihadapi dalam
perjalanan hijrah, tetapi karena besarnya tekanan dan keinginannya untuk
menemani Nabi yang mulia maka ia justru menangis karena bahagia dan gembira
bisa menjadi pendamping Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dalam hijrah
tersebut. Imam Al- Hafidz Ibnu Hajar berkata:" Ibnu Ishaq menambahkan
dalam riwayatnya bahwa Aisyah berkata:
" Saya melihat Abu Bakar
menangis dan saya tidak menyangka ada seorang yang menangis karena
kegirangan."
Tidak hanya pengorbanan cinta
sebatas itu untuk melindungi keselamatan diri Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa
Sallam, tetapi pengorbanan jiwa dan raga para sahabat juga teruji dalam membela
sunnah dan menegakkan ajaran beliau sehingga tidak aneh jika empat ratus
sahabat berjanji untuk mati bersama pada perang Yarmuk.
Prinsip para sahabat dalam membela
agama sang kekasih mereka, terungkap dari pernyataan Ubadah bin shamit tatkala
diutus kepada Muqauqis:
" Tidaklah ada seorangpun
diantara kita yang setiap pagi dan sore melainkan selalu berdoa memohon mati
syahid dan hendaklah tidak kembali ke tanah airnya, bumi pertiwinya,
keluarganya, atau anak-anaknya. Tidak seorangpun diantara mereka yang
memikirkan nasib keluarganya kecuali karena mereka telah memasrahkan keluarga
dan anak-anak mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka hanya
memikirkan apa yang ada didepannya."
Kewajiban mencintai Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam haruslah melebihi cinta kepada :
Pertama: Diri sendiri, ini di riwayatkan oleh Imam Al- Bukhari dari
Abdulah bin Hisyam bahwa ia berkata:
" Kami pernah bersama Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam
sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab r.a, lalu Umar berkata
kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari
segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Maka Nabi Shalallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya!
Hingga aku lebih engkau cintai daripada mencintai dirimu sendiri." Maka
Umar berkata kepadanya:
"Sesungguhnya sekarang engkau
lebih aku cintai dari pada diriku sendiri." Nabi Shalallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda:" Sekarang wahai Umar."
Kedua: Orang tua dan anak, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
" Demi Dzat yang jiwaku ada
ditanganNya, tidaklah diantara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai daripada
orang tua dan anaknya."
Ketiga: Keluarga, harta dan seluruh manusia. Imam Muslim
meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak beriman seorang hamba
sehingga aku lebih ia cintai daripada keluarga, hartanya, dan seluruh
manusia."
Sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu
‘alaihi wa Sallam tidak membutuhkan cinta kita, dan keberadaaan cinta kepada
beliau, kita tidak menambah ketinggian dan kemuliaan beliau serta hilangnya
cinta kita tidak pula mengurangi kedudukan dan kehormatan beliau, bagaimana
tidak, bukankah beliau kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala semesta alam. Tidak
hanya itu, bahkan siapa yang mengikuti Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam,
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintai dan mengampuni dosa-dosanya sebagaiman
firmanNya:
" Katakanlah 'Jika kamu
benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu'.Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Ali Imran : 31).
Oleh sebab itulah mencintai Nabi
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan mendatangkan manisnya iman. Imam Al-Bukhari
dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra, bahwa Nabi talah bersabda:
"Tiga perkara, barang siapa
yang tiga hal tersebut berada dalam dirinya maka ia akan mendapatkan manisnya
iman; hendaknya Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selainnya,
hendaklah ia mencinatai seseorang dan tidak mencintainya kecuali hanya karena
Allah, dan hendaklah ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya
bila dilemparkan kedalam api."
Arti manisnya iman sebagaiman yang
telah disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan
siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi
dunia. Selain akan merasakan manisnya iman, orang yang mencinatai Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan bersama beliau di akhirat. Imam Muslim dari
Anas bin Malik ra, bahwa ia berkata:
“Seseorang pernah datang kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
kapan hari kiamat terjadi?’ Beliau pun bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah
engkau persiapkan untuk menghadapi hari kiamat?’ Dia menjawab, ‘Kecintaan terhadap
Allah dan Rasul-Nya.’ Maka beliau bersabda, ‘Engkau bersama orang yang engkau
cintai.’ Anas berkata, ‘Tidak ada sesuatu pun yang menggembirakan kami setelah
Islam lebih dari ucapan Nabi: ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai’. Aku
mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakr dan Umar, maka aku pun berharap akan
bersama mereka walaupun aku belum beramal seperti amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)
Tanda-tanda mencintai Rasulullah
Tanda-tanda mencintai Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah dibicarakan oleh para ulama, suatu contoh
Ibnu Hajar berkata:
"Termasuk tanda cinta kepada
Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas adalah bahwa seandainya disuruh
memilih antara kehilangan dunia atau bertemu dengan Rasululah Shalallaahu ‘alaihi
wa Sallam kalau itu memungkinkan maka ia memilih kehilangan dunia dari pada
kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan
Rasul Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari pada kehilangan kenikmatan dunia, maka
orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang
tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang
demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka bahkan membela
sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya
termasuk amar ma'ruf nahi munkar."
Pertama : Rindu Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas segalanya. Sudah menjadi hal yang wajar bagi setiap orang, untuk
selalu berhasrat dan berharap serta ingin bertemu dan berkumpul bersama
orang-orang yang dicintainya, barang siapa yang mencintai kekasih yang mulia
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam maka sangatlah rindu dan berharap bisa
bertemu serta menemani beliau baik di dunia maupun di akhirat. Dia menunggu
kebahagian dengan perasaan rindu dan cemas, jika disuruh memilih di antara
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam atau kenikmatan dunia, maka ia lebih
memilih bertemu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, ia sangat bergembira
untuk melihat wajah beliau yang bercahaya dan sangat senang serta bahagia bila
bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan beliau dan sangat takut bercampur
cemas bila terhalang tidak bisa melihat dan bertemu beliau bahkan mengguyur
deras air mata duka tatkala berpisah dengan beliau.
Cintanya kaum Anshor terhadap
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah ditunjukan oleh mereka dengan
cara menyambut kedatangan beliau ke kota Madinah yang digambarkan dalam hadits
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair ra, sebagai berikut :
"Orang-orang Islam di Madinah
mendengar kepergian Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari kota Makkah,
maka mereka hampir setiap pagi pergi keluar kota di padang pasir untuk menunggu
kedatangan Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak pulang ke rumah hingga
terik matahari di siang hari mengusir mereka. Pada suatu hari karena lama
menunggu, mereka kembali ke rumah, setelah mereka sampai di rumah
masing-masing, ada seorang yahudi yang mendaki ke tempat yang tinggi di salah
satu benteng untuk melihat sesuatu, tiba-tiba ia melihat Rasulullah Shalallaahu
‘alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya mengenakan pakaian putih dari
kejahuan menerobos fatamorgana.
Sehingga tanpa disadari ia berteriak
dengan suara yang tinggi:' Wahai oranga-orang Arab inilah pemuka kalian yang
kalian tunggu-tunggu'. Maka dengan serempak mereka berhamburan, membawa pedang
untuk menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di
tengah-tengah padang pasir."
Subhanallah! Betapa dalam rasa rindu
mereka ingin menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam
hingga mereka mondar-mandir setiap pagi ke padang pasir menunggu kehadiran
beliau dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di tengah siang yang
mengusir mereka agar pulang ke rumah masing-masing.
Kedua : Mengorbankan harta dan jiwa
demi Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Orang yang sedang bercinta, semangat membara, senang hati
akan tidak segan-segan mengorbankan segala sesuatu baik berupa jiwa, kesenangan
diri dan sesuatu yang paling berharga untuk sang kekasih. Begitu pula
pecinta-pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia dari
kalangan sahabat, tinta sejarah telah menorehkan catatan emas tentang betapa
tinggi pengorbanan dan pembelaan serta kesetiaan mereka terhadap beliau,
sehingga orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam
setelah merasakan dalam dada mereka kerugian yang tidak terhingga karena tidak
mampu menggapai kebahagian yang teragung dan harapan yang amat mahal.
Imam Ahmad meriwayatkan kepada kita
dari Barra' bin Azib berkata, Abu Bakar Radliyallahu ’anhu pernah berkata:
"Pada waktu kami pergi hijrah,
orang-orang sedang mengejar kita dan tidak ada yang dapat mengajar kami kecuali
Surakah bin Malik bin Ju'tsum dengan mengendarai kuda. Saya berkata kepada
Beliau Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam: ”Wahai Rasululah pencarian telah mampu
mendapatkan kita?” Maka Beliau bersabda, ”Jangan kamu kawatir
sesungguhnya Allah pasti bersama kita.” Hingga dia telah mendekati kita dan
jarak kami dengan dia kira-kira satu atau dua atau tiga tombak, Abu Bakar
berkata: ”Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Orang yang
melakukan pencarian telah berhasil mengejar kita? Maka saya menangis?”.
Beliau bertanya: ”Kenapa kamu menangis?” Saya menjawab: ”Demi Allah,
saya menangis bukan karena takut terhadap keselamatan diriku akan tetapi saya
takut terhadap keselamatan diri Engkau”. Barra' berkata : 'Maka
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mendoakan keburukan atas Surakah
denagan berdoa: "Ya Allah, cukupkanlah dia dari kami dengan sesuatu
yang Engkau kehendaki." Maka tiba-tiba kaki kuda Surakah terperosok ke
dalam tanah yang keras hingga perut kuda menyentuh tanah."
Ketiga : Tunduk terhadap perintah
dan menjahui larangan Rasulullah. Tidak
dapat dipungkiri bahwa orang akan selalu taat kepada orang yang dicintainya,
dia berusaha melakukan apa saja yang diinginkan oleh sekasihnya dan menghindari
segala apa saja yang dibenci olehnya. Ia merasakan kenikmatan dan kelezatan
yang tidak terhingga. Begitu juga orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu
‘alaihi wa Sallam yang mulia, selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mengikuti jejak beliau, bersegera mewujudkan perintah dan bersegera menjahui
larangan beliau. Betapa banyak kita dapatkan sikap-sikap indah yang tercermin
dari perilaku sahabat yang mulia dan jujur dalam mencintai Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Orang-orang pecinta Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bukan hanya sanggup meninggalkan suatu yang
disenangi saja bahkan mereka sanggup meninggalkan kebiasaannya bertahun-tahun
bahkan kebiasan yang mereka warisi secara turun-temurun, namun mereka tidak
menjadikan kebiasan itu sebagai hujjah untuk menentang perintah Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam seperti sikap kebanyakan kaum muslimin zaman
sekarang ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nur ayat 51:
"Sesungguhnya jawaban
orang-orang mu'min bila mereka dipanggil kepad Allah dan RasulNya agar rasul
menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan:'Kami dengar dan kami
patuhi'.
Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung,"
Keempat : Membela sunnah dan
memperjuangkan syariat yang dibawa Rasulullah.
Sangat wajar bila orang selalu mengorbankan waktu, tenaga dan seluruh harta
kekayaannya seperti pengorbanan yang dilakukan oleh kekasihnya. Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah mengorbankan seluruh pemberian Allah
Subhanahu wa Ta’ala baik berupa potensi, kemampuan harta dan jiwa untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam, dari penyembahan hamba
kepada penyembahan Rabbnya hamba. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam
berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh Agar kalimat Allah Subhanahu wa
Ta’ala tinggi dan kalimat kekafiran hancur dan hina dan beliau berperang agar
tidak muncul fitnah dan hanya agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tegak di
muka bumi.Orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam
mengikuti dan mencontoh jejak petunjuk beliau dalam semua itu, dengan suka rela
mereka dengan bantuan dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu siap
mengorbankan seluruh potensi dan kemampuan, mempersembahkan harta dan nyawa
untuk tujuan seperti tujuan yang ditempuh Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa
Sallam, beliau mempersembahkan waktu, harta dan jiwa untuk itu.Allah berfirman:
"Di antara orang-orang mumin
itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kapada Allah,
maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)." (QS Al-Ahzab : 23)
Wallahu a'lam bishshowab…