Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Ayah Membuatku Menangis

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ============================== Pada suatu sore, seorang lelaki paruh baya bersama anaknya yang baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi, duduk santai di halaman sambil memerhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung merpati hinggap di ranting pohon tepat di depan si Ayah dan si anak. Si ayah lalu menunjuk jarinya ke arah merpati sambil bertanya,"Nak, apakah benda itu?“. "Burung merpati", jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun tidak lama kemudian sang ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak mengira ayahnya kurang mendengar jawapannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung merpati ayah!" Tetapi sesaat kemudian si ayah bertanya lagi persoalan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit pusing dengan pertanyaan sama yang diulang-ulang, lalu si anak menjawab dengan lebih kuat, "Burung Merpati..!!!" Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang sedikit membentak si ayah, "Merpati lah ayah.......". Tetapi agak mengejutkan si anak, ternyata si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah. "Ayah..!!! Saya tak tahu apakah ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya persoalan tersebut dan saya sudah pun memberikan jawabannya. Apalagi yang ayah mau saya katakan? Itu burung merpati, dan burung merpati, titik....", kata si anak dengan nada yang begitu marah. Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang emosi. Sebentar kemudian si ayah keluar semula dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih kesal dan tertanya-tanya. Benda itu adalah sebuah diary lama. Coba kamu baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah. Si anakpun mengikuti kata-kata ayahnya dan membaca buku diary yang diberikan... "Hari ini aku di halaman duduk santai dengan anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor merpati hinggap di pohon didepan kami. Anakku terus menunjuk ke arah merpati dan bertanya, "Ayah, apa itu?". Dan aku menjawab, "Burung merpati". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya persoalan yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 45 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangku padanya, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap ini akan menjadi suatu pendidikan yang berharga." Setelah selesai membaca diary yang di berikan tersebut si anak mengangkat muka memandang si ayah dengan mata yang berkaca-kaca. Si ayah dengan perlahan bersuara, " Hari ini ayah baru bertanya kamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah bahkan berani membentak ayahmu", dan anak tersebut terdiam seribu bahasa. ------------------------------------------- ~Betapa mulianya orang tua kita yang telah melahirkan kita, mendidik dan membesarkan kita dengan segala kenakalan dan perbuatan yang tidak menyenangkan, namun mereka senantiasa bergembira, apabila melihat anaknya bahagia. Mereka tidak memperdulikan semua segi negatif kita, dan selalu sabar untuk menasehati dan membimbing kita. Alangkah bijaksananya, apabila kita bisa meniru sikap sabar yang penuh kasih sayang ini kepada mereka, karena kapanpun, dan bagaimanapun caranya, kita tidak akan mampu membalas kebaikkan orang tua kita, namun kita bisa menghormati dan meniru rasa sabar yang mereka berikan kepada kita, dengan penuh kasih sayang, kepada orang tua kita~ Tak tahu kubalas akan kebaikanmu, : Dimana akan kucari Aku menangis seorang diri Hatiku selalu ingin bertemu Untukmu aku bernyanyi Munajatku untukmu Ayahku : “Ya Tuhan, Ampunilah dosa kedua orang tua kami dan lindungi serta sayangilah mereka sebagaimana mereka memelihara dan menyayangi kami sewaktu kecil.” Untuk Ayah tercinta Aku ingin bernyanyi Walau air mata dipipiku. Ayah dengarkanlah Aku ingin berjumpa Walau hanya dalam mimpi Lihatlah hari berganti Namun tiada seindah dulu Datanglah aku ingin bertemu Denganmu aku bernyanyi --- Dan sore tadi, baru saja sepersekian detik yang lalu aku membaca balasan dari Ayah yang membuatku langsung menangis. Balasan Ayah : Alhamdulillah ya Allah…pagi ini Sabtu pkl.07.37 WIB…ku membaca surat kecil dari Anak-ku…surat yang terindah yang pernah kuterima… dan aku menangis karena-nya… Mudah-mudahan tetesan air mataku ini kelak menjadi saksi…bahwa aku sangat bersyukur pada-Mu…Engkau telah karuniakan pada-ku anak yang sholehah… dan atas izin-Mu kini ia telah beranjak dewasa.. Ya Allah… panjangkanlah usianya..cukupkan rizkinya dan berkahilah hidupnya.. karuniakan kelak pendamping yang terbaik baginya…sempurnakan kesehatannya…sempurnakan keimanannya…selamatkan dan bahagiakan di dunia dan akhiratnya… Amiiin ya Allah… yaa Robbal Alamin.. Terima kasih Anak-ku, Ayah.. Hiks, sontak mataku langsung kabur oleh airmata bahkan aku hanya membacanya secara sepintas! Betapa anggapan Ayah, penilaian positif Ayah bahwa aku anak yang baik blablabla belum lah benar adanya! Aku masih menjadi anak yang suka tidak patuh pada Ayah Ibu. Masih suka nyusahin. Bikin marah, nggak nurut, segala macam. Ya Allah, menangis hati hamba membacanya... SMS Ayah, surat kecil Ayah yang kubaca hanya sekilas sambil lalu, tak terbalas. Tapi sikapku itu tidak pernah membuat beliau jadi berhenti untuk mengirimiku SMS terus. Bahkan sekedar 'pamer kenorakkan' beliau (begitu kami biasa suka menyebutnya sambil tertawa bersama) lewat SMS pun ayah lakukan. Ya ALLAH.. Hiks... Ayah bukan tipe keras, Ayahku tipe yang suka bercanda, tapi ada kalanya memang keluar sikap keras dan kritisnya beliau sebagai seorang Kepala Keluarga. Dan sifat itu menurun padaku. Aku dan Ayah sama-sama tipe orang yang tidak terlalu suka menyampaikan isi hati secara langsung. Kami tipe pemendam, berusaha memecahkan itu semua sendiri. Tapi, kalau sudah lewat tulisan, atau SMS, pokoknya kalau nggak ketemu langsung dengan lawan bicara, semua mengalir apa adanya. Makanya aku kaget banget, ternyata Ayahku bisa juga membalas surat seperti itu. Huff, alhamdulillah... dan astaghfirullah untuk diriku yang masih suka bikin Ayah susah... Ya Allah, ampuni orangtuaku, berikan mereka hidup yang berkah lagi panjang usia, bahagia dan selamat dunia akhirat. Aamiin. Dan aku mohon, berilah aku kesempatan, sampai pada waktunya aku dapat membuat mereka bahagia, dan mereka dapat melihatku bahagia pula. Kabulkan Ya Mujib. Aamiin. Barakallahufik Wassalam 


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-ayah-membuatku-menangis/170337106328278