Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Sabtu, 05 Maret 2011

Untuk Akhifillah, Dimanapun kau berada


Kutulis surat ini samata-mata atas dasar cinta karena Allah…
Mohon maaf atas kelancanganku telah berani menuliskan ini untukmu.
Namun aku ingin kau mengetahui, bahwa ada beberapa dari sifatmu yang tidak kami (para akhwat) sukai. Berbesar hatilah untuk mengetahuinya. Kami ingin kau terlihat baik dimata kami dan tentunya di mata Allah juga.
Akhi fillah…
Setiap kaum wanita merindukan sorang ikhwan yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Jangan kau sia−siakan waktu hidupmu dengan tujuan yang tidak jelas, tidak ada pegangan dan berlalu begitu saja dengan percuma. Ingatlah, bahwa laki−laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Berprinsiplah! Komitmenmu pada islam teguhkanlah. Bukankah kau telah mngkajinya tentang ini dalam majlis−majlis kajian Al−Qur’an yang biasa kau ikuti setiap bulannya. Di mana pengamalannya selama ini.
Akhi fillah…
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Oleh karenanya berlaku lembutlah terhadap perempuan. Ingatlkah engkau, dalam sebuah hadits, rasulullah memberitahukan bahwa sebaik−baik manusia adalah yang berlaku lembut terhadap wanita. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki, wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Sudahkah selama ini kau berlaku lembut terhadap perempuan. Adakah kau pernah menyakiti hati seorang perempuan..
Akhi fillah…
Hal selanjutnya yang tidak para akhwat sukai adalah kesombonganmu. Sombong adalah sifat setan laknat. Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Perempuan adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan yang dimiliki perempuan. Jangan kira kekuasaanmu sebagai seorang laki−laki membuat dirimu menjadi sombong. Dengan sifat mengaturmu yang berlebihan, dan sifat tidak ingin di kalahkan oleh perempuan dalam hal apapun. Kami tau, bahwa ada batasan hak−hak antara perempuan dan laki−laki yang telah Allah tetapkan. Kami tidak menuntut emansipasi, tapi sadarlah wahai akhi, bahwa kau sering kali berlaku sombong di mata kami.
Akhi fillah…
Setiap akhwat sangat mendambakan seorang ikhwan yang mempunyai pendirian. Bukan ikhwan yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama dapat bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).
Akhifillah…
Kau adalah penopang kami. Dikala kami membutuhkan penguat dalam situasi kekufuran yang sedang menerjang ini tak pantas bila kau malah ikut gentar atau juga lemah. Akhwat ingin ikhwan yang tegar, bukan ikhwan yang cengeng. Dalam hal ini bukan cengeng menangis ketika mendengar ayat−ayat Allah dilantunkan. Itu adalah kelembutan hati. Tetapi cengeng yang gentar menghadapi tantangan yang ada di depan. Bagaimana kau akan memimpin kami bila kau sendiri bersifat lemah. Ikhwan yang cengeng cendrung nampak serba tidak meyakinkan.
Akhi…
Kututup surat ini sampai disini. Semoga kau bisa mengambil maksud dari kami menuliskan ini untukmu. Salam sejahtera untukmu selalu. Semoga Allah selalu memberi cahaya ilmu−Nya kepada kita semua. Dan semoga Allah selalu menangi kita dalam rahman dan rahim−Nya. Amin.


http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=150573031667578

Ku Pertahankan Kesucian Hatiku Kepadanya untuk Mempertahankan Cintaku KepadaMu (Cerpen)


Assalamualikum warahmatullah
Bismillahirrahmanirrahiim....

Simple Title: Beginilah Caraku Menjaga Hati
Ini adalah sebuah cerita nyata(meskipun ada pengeditan) dari seseorang yang dicerpenkan tentang caranya menjaga hati . Mungkin dengan ini kita mampu mengambil ibrah dari apa yang didapat dari cerita ini. Insya Allah.
***
Telah 5 tahun sudah, ku mencoba untuk mempertahankan hati ini untuknya, walaupun aku belum pernah melihat, mendengar, berinteraksi dan bertemu dengannya secara langsung untuk menjaga kesucian hatiku kepadaNya. Cerita ini berawal ketika hidayah itu telah datang dan dengan datangnya itu mampu mengubah segalanya jadi lebih indah dan terarah untuk ku tempuh.
Dahulu aku adalah seorang anak manusia yang biasa-biasa saja, seperti anak muda normal lainnya. Aku pun terkadang sering jatuh cinta kepada siapa yang aku kagumi. Hampir setiap hari mungkin hidupku terbiasa akan hal itu, hingga hal itu menjadi sesuatu yang lumrah dalam pribadiku.
Namun, pada suatu ketika datanglah Hidayah kepadaku. Hidayah yang didasari dari materi Cinta Kepada Allah yang banyak aku pelajari dari sekelilingku ditambah dengan materi dari guru ngajiku ketika mentoring di sekolah. Hidayah itu menumbuhkan aku untuk mencintai Rabb(Tuhan) sehingga membuatku rela untuk menyingkirkan yang lainnya di hatiku terkecuali aku mencintai yang lainnya karenaNya.
Kedatangan Cahaya itu mampu membuatku membuka mata hatiku dalam mengaplikasikan cinta, tanpa harus membawaku kepada jurang kehancuran. Sehingga akupun mulai berhati-hati terhadap hatiku dalam mencintai agar Cintaku kepada Allah yang telah DikaruniakanNya kepadaku mampu ku jaga karena aku menyadari bahwa hatiku miliknya. Dan Karena akupun juga menyadari bahwa cinta yang salah mampu melumpuhkan kualitas Cintaku denganNya, sedangkan yang aku harapkan adalah CintaNya karena tidak ada yang mampu mencukupiku kecuali Dia.
Sejak kedatangannya, hidayah itu mampu merubah segalanya yang ada pada diriku seperti masalah cara berfikir dan kepribadianku hingga orintasiku dalam mencintai sesuatu. Termasuk masalah ketertarikanku dalam menyukai sesuatu. Jika sebelumnya mungkin aku tertarik kepada wanita yang biasa-biasa saja, maka setelah Hidayah itu datang justru hatiku tertarik untuk menyukai muslimah dengan busana khas dan sikapnya yang cenderung pemalu. Dan oleh karena itu akupun berharap agar Allah menakdirkanku untuk menikah dengan salah satu diantara mereka, muslimah yang shalehah. Insya Allah, Allahuma Amiin. Karena aku mengetahui bahwa menikah adalah Sunnah Rasulullah.
Walaupun demikian, namun Hidayah itupun mampu mengajarkan aku dalam mengendalikan perasanku agar hatiku tidak salah dalam menyikapi apa yang menarik hatiku. Karena bagiku rasa ketertarikanku cukuplah akan aku tumpahkan kepada istriku kelak walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.
Karena sejak awal, hidayah itu mampu membuatku memahami diriku akan hakikat mencintai pasanganku walaupun sebelum aku menikah dengannya tanpa membuat aku cenderung melupakan Allah, lantaran aku memahami bahwa kalau saja Allah menjadikan aku menikah dengan seseorang perempuan yg ditakdirkan Allah kepadaku maka untuk apa aku berharap dan menghabiskan waktuku kepada yang lainnya yang belum tentu akan menjadi istriku kelak, sedangkan hati ini mudah terdominasi dengan sesuatu hal yang lain jika kita tidak mampu mempertahankan hakikatnya dalam mencintai Rabb?.
Dan karena akupun tidak memungkiri bahwa setiap manusia yang normal pasti akan merasakan fitrahnya, termasuk permasalahan ketertarikannya terhadap lawan jenis, maka jika harus demikian, menurutku untuk apa jika hati ini aku tambatkan kepada siapa yang bukan orangnya nanti, jika memang hati ini sangat peka terhadap pengaruh diri yang memilikinya ketika hati itu salah dalam pengelolaannya. Oleh karenanya, aku memahami bahwa: Jika memang aku harus mencintai lantaran mencintai lawan jenis adalah fitrahku sebagai manusia maka aku akan mencoba untuk mencintai siapa yang akan aku nikahi nanti walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, lantaran pasti Allah akan mempertemukanku dengannya, sehingga usahaku yang sia-sia akan cenderung berkurang di dalam lingkup fitrahku. Insya Allah
Sejak saat itu hatiku mulai tersadarkan untuk meninggalkan hal-hal yang sia-sia dalam cinta yang tidak memberikan manfaat kepadaku dalam MencintaiNya dan cinta yang mampu membuat hatiku cenderung meninggalkan Rabb.
***
Waktupun berjalan seiring kegembiraanku atas datangnya hidayah itu. Hingga tanpa aku sadari godaaan-godaan kecilpun datang dari sekelilingku untuk menyukai muslimah yang aku rasa belum saatnya aku harus bersikap demikian kepadanya. Tanpa ku sadari hal itu mampu membuatku sedikit gundah, mungkin karena aku belum mampu mengendalikan fikiranku terhadap apa yang mempesonakanku terhadap mereka.
Kegundahanku itu membuatku khawatir jika dengan demikian maka nikmat karunia yang berupa Hidayah itu akan menyingkir dari diriku lantaran sikapku yang salah. Sehingga, akupun berdoa dan meminta petunjuk kepada Allah agar Allah mengkaruniakanku kefahaman agar aku terus istiqomah untuk menyikapi hatiku ketika ia harus menghadapi fitrahnya.
Singkat cerita, lantaran aku mengetahui bahwa istikharah adalah salah satu cara yang dapat meyakinkan diri kita terhadap suatu pilihan, oleh karenanya setiap godaan itu datang, dan di setiap ketidakmampuanku dalam menjaga diriku dalam mengelola hati, maka akupun berusaha untuk mengistikharahkan siapapun yang mempesonakanku agar aku dapat mengetahui diantara mereka siapakah orang yang aku “cari” sehingga hal itu dapat cenderung membuatku terhindar dari kesia-siaanku dalam pengelolaan hati yang salah yang aku takutkan dapat cenderung mampu melumpuhkan rasa Cintaku kepada Rabbku.
Setelah aku membiasakan diri untuk istikharah di setiap waktu ada yang mempesonakanku, seolah dengan itu hatiku mampu diyakinkan kepada siapa yang akan aku nikahi nanti walaupun aku belum pernah mengenalnya. Sepertinya dirinya telah terkesan di hatiku sehingga hal itu mampu membedakan dirinya dengan yang lainnya, kemudian dengan itu dapat membuatku melepaskan harapan dan keinginan hatiku kepada arah yang salah dalam pengelolaannya terhadap siapa yang bukan orangnya. Mungkin inilah cara Allah dalam meyakinkanku untuk mempertahankan hatiku kepada siapa yang pantas aku cintai nantinya yang salah satunya diperoleh melalui jawaban dari istikharah-istikharah itu.
Walaupun demikian, aku masih tetap seperti dengan manusia normal lainnya, hal ini kubuktikan dengan masih adanya rasa kagum dengan muslimah yang mempesonakanku, namun keberadaan mereka tidak sempat singgah dihatiku lantaran hatiku seolah gelisah ketika aku mendapati orang yang salah jika ku taruh di “sembarang” tempat dihatiku. Namun ketika aku mengingat tentang sosok yang aku yakini akan aku nikahi nantinya, dan ku hadirkan dia di hatiku, meskipun aku belum mengenalnya dan aku belum mengetahui jasadnya, maka entah mengapa perasaanku seolah (cenderung) tenteram karenanya. Mungkin hal itu terjadi karena hatiku telah berfatwa terhadapnya....
Mengenai hati yang berfatwa, aku menjadi teringat dengan sebuah hadist Rasulullah bahwa:
Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah ketika jiwa dan hati menjadi tenang kepadanya. Sedangkan al-itsm (dosa) adalah yg membingungkan jiwa dan meragukan hati. Meskipun manusia memberi fatwa kepadamu." (HR Muslim)
Mungkin karena ketenteraman dan kegelisahan yang aku dapati itulah dapat membuat diriku mengurungkan diri untuk tidak melepaskan tambatan hati ini kepada orang yang bukan dirinya yang akan aku nikahi nanti.
***
Waktu berjalan dengan caraku menjaga hati itu, membuat hidupku lebih tersenyum lantaran kegundahanku itu mengurang seiring usahaku dalam meyakinkan hatiku untuk tidak salah dalam pengelolaannya melalui istikharah-istikharahku kepada Rabb. Semua itu aku lakukan untuk mempertahankan hatiku kepada Pemiliknya karena aku berharap agar Pemiliknya tidak tersingkir dari singgasananya lantaran pengelolaan yang salah.
Namun, cobaan belum begitu saja berakhir hingga pada suatu ketika Allah sibakkan aku bertemu dengan seorang muslimah yang begitu mengagumkan. Dia berbeda, tidak seperti muslimah yang pernah aku temui pada biasanya, lantaran keberadaannya entah mengapa hampir menyerupai perasaanku terhadap sosok yang akan aku nikahi itu.Kemungkinan ini jauh dari apa yang aku bayangkan, karena hal ini sepertinya akan lebih mengancam pertahananku dalam mempertahankan hatiku untuk Rabb. Apalagi aku meyadari bahwa wanita merupakan godaan terbesar seorang laki-laki.
Terkadang fikirankupun terbuai dengan dirinya di saat-saat aku kurang siaga dalam memelihara hati ini untukNya. Hingga akupun kehilangan definisi dalam mempertahankan hatiku untukNya. Mungkin karena terpesonanya aku dengan keserupaannya dengan keyakinanku terhadap sosok yang akan ku nikahi itu, membuatku terlupa untuk mengetahui jawabannya dengan istikharah-istikharahku dalam usahaku meyakinkan diriku atasnya.
Dan tanpa ku sadari...
Hal-hal Rabbani(Ketuhanan(maksudnya: Keislaman)) yang aku kenali seolah menjadi nuansa yang datar di hati, awalnya ku anggap hal itu sebagai futur(menurunnya iman) yang biasa, namun aku mendapati bahwa nuansa khas itu belum kunjung tiba dalam waktu yang cukup lama dan ketika aku telah lelah menunggu kedatangannya kembali.
Hal-hal yang dahulunya begitu peka di relung-relung hati ini seolah berkurang penginderaannya, hingga akupun menyadari bahwa hal ini terjadi karena sikapku yang salah dalam pengelolaan hati terhadap seorang muslimah yang menyerupai sosok yang akan aku nikahi itu.
Ketika aku tersadar , hal itu dapat membuatku takut ketika aku berfikir jikalau Allah mem-futurkanku dengan keadaan yang demikian. Jika demikian aku harus melakukan tindakan pencegahan agar perbuatanku tidak menjadikan keburukan bagiku.
Sesekali ku coba bertanya dalam hati, bahwa jika memang dirinya adalah orangnya maka hal itu seharusnya tidak membuatku jauh dari Allah, lantaran dasarku menambatkan hati kepadanya adalah karena Cintaku Kepada Rabb. Hingga akhirnya aku meyadari dari gerak hatiku bahwa bukan muslimah itulah orangnya.
Hingga keadaanpun mampu menegurku, sehingga dapat membantu menyadarkanku dari kesalahan yang telah aku perbuat, meskipun pesonaku terhadapnya belum pulih.
Pada suatu malam, akhirnya ku coba diri ini memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah aku perbuat, dan memohon pulihnya karunia yang sekiranya enggan terasa indah dihatiku ketika itu. Dan akupun berharap kepadaNya agar hal yang seperti itu tidak terjadi kembali, lantaran aku tidak mau lagi bermain-main dengan hati ini lantaran aku sadari bahwa hati ini milikNya dan hanya kepada dan karenaNyalah seharusnya ku tambatkan. Dan aku berharap agar Allah menguatkan firasatku kepada sosok yang telah aku yakini yang terlahir dari istikharah-istikharahku terhadap siapa saja yang pernah mempesonakanku.
Hingga akupun memberanikah diri untuk berdoa:
"Yaa Allah, Sucikanlah hatiku hanya untuk siapa yang pantas menempatinya dengan keridhaanMu. Cukup dia sajalah yang aku cintai karena aku tidak menginginkan keburukan katika aku berbuat salah terhadap hatiku. “Ya Allah, aku tahu bahwa Engkau Maha Berkehendak dan akupun tidak meragukan KekuasaanMu Karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, maka aku memohon kepadaMu agar Engkau memampukan diriku untuk dapat mengetahui wajah dari siapa yang akan aku nikahi nanti walaupun hanya sekejap saja agar dengan itu aku mampu membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya, agar aku dapat cenderung menjauhkan hati ini dari kesia-siaan. Aku yakin bahwa Engkau mampu menjadikannya, dan aku yakin atas hal yang terbaik bagiku dari segala keinginanku, ku lakukan ini karena aku telah merindukannya dan mensyukurinya lantaran Engkau takdirkan aku kepadaNya. Dan maafkan aku jika aku tersalah. Ku mohon atas KuasaMu, ya Rabb.
Dan pertemukanlah aku dengannya ketika aku hendak menikahinya agar aku tidak berlama-lama menjadikan hati ini terlena dengannya walaupun aku tahu bahwa nantinya dia akan aku nikahi.
Jagalah hatiku untukMu Rabb, karena aku ingin selalu MencintaiMu lantaran Engkaulah Dzat yang pantas aku Cintai sepenuh hatiku.
Allahuma Amiin”
Pintaku penuh harap dan lirih...
Dengan harap-harap cemas ku sadari doa itu lantaran aku takut jika aku telah berbuat kesalahan. Entah hal apa yang mampu membuatku memberanikan diri untuk berdoa seperti itu, mungkin saja karena rasa penasaranku yang telah tertanam terhadap sosok yang kuyakini itu. Namun perasaan yakin bahwa aku tidak melakukan kesalahan membuatku sedikit lega.
Setelah itupun aku tertidur, mungkin karena aku terlelah...
***
Beberapa waktu kemudian, kehidupanku mulai berubah, seeolah aku telah memulai lembaran hidupku yang baru, hal-hal yang telah terjadi seolah telah tersapu oleh air mata pembersihan diri ketika malam itu, membuatku bersemangat untuk mensucikan hati ini kepada siapa yang patut menempatinya.
Perasaanku lebih tenang setelah aku memohon maaf kepadaNya sehingga menjadikan kegundahanku terkikis beserta kecemasan-kecemasan lainnya. Namun, ada beberapa hal yang menurutku ajaib dari peristiwa yang aku alami sejak malam itu, entah mengapa dalam tidurku terkadang aku sering bermimpi didatangi oleh seseorang muslimah yang Insya Allah, shalehah dan baik kepribadiannya yang aku tidak pernah bertemu dengannya namun sepertinya aku mengenalinya, senyum, putih, pemalu, sosoknya menenangkan jiwa, membuat hatiku bergetar tentang kedatangannya.
Hingga akupun berkesimpulan bahwa inikah jawaban Allah atas permintaanku waktu itu?. Aku tak mampu menjawabnya secara mutlak, namun keyakinanku dan gerak hatiku mampu meyakinkanku bahwa kedatangannya itu ada sangkut pautnya dengan keyakinanku kepada Allah akan terkabulnya doa yang pernah ku panjatkan kepada Allah ketika malam itu. Dan hal ini sedikit terbukti ketika aku melakukan istikharah untuknya, perasaan tenag yang tidak aku temukan jika aku meng-istikharahkan yang lainnya. Masya Allah...
Walaupun sosoknya telah tersibakkan, namun Jika aku disuruh menggambarkan wajahnya maka aku tidak mampu, karena aku tidak bisa melihat jelas bagaimana wajahnya, namun sepertinya hanya hatiku-lah yang mampu mendeskripsikannya, hingga gambaran wajah itu mampu membawaku kepada ketenteraman dan ketenangan yang memuaskan hati. Mungkin dengan ini, hatiku telah berfatwa lagi atas dirinya...
Namun, bukan hanya wajahnya saja yang Allah tunjukkan kepadaku, melainkan karakter-karakter khasnya yang diperkenalkan kepadaku agar dengan itu mampu membedakan membantuku dirinya dengan yang lainnya secara lebih tepat. Masya Allah...
Sebelumnya aku mengira-ngira bahwa apa yang aku alami itu merupakan kebisaan fikiranku dalam berimajinasi, namun ketika ku telaah lagi, peristiwa itu dapat mengingatkanku kepada apa yang pernah Rasulullah sabdakan dalam sebuah hadist, meskipun hadist ini telah ditemukan olehku 5 tahun setelah kejadian itu.
"Rasulullah saw bersabda kepada Aisyah, “sebelum aku menikahimu, aku pernah melihatmu dua kali di dalam mimpi. aku melihat Malaikat membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. kukatakan kepadanya, ‘Singkapkanlah.’ Malaikat itupun menyingkapnya. dan ternyata kain itu memuat gambarmu. lalu kukatakan, “jika ini merupakan ketentuan Allah, maka dia pasti akan membuatnya terjadi. ‘Pada kesempatan lain aku kembali melihatnya datang membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. Maka kukatakan kepadanya, ‘Singkaplah.’ Malaikat itupun menyingkapnya. dan ternyata kain itu memuat gambarmu. lalu aku berkata, “jika ini merupakan ketentuan Allah, maka dia pasti akan membuatnya terjadi. (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Subhanallah, aku tidak percaya ini, namun aku tetap bertawakal kepada Allah jikalau aku mendapatkan kesalahan atas apa yang terjadi pada peristiwa tersebut.
Karena aku menyadari bahwa muslimah tersebut ku lihat di mimpiku, maka akupun berdoa kepada Allah agar Allah menghentikan keberadaannya dimimpiku lantaran aku tidak menginginkan apa yang aku mimpikan itu adalah penyerupaan jin, terkecuali di waktu ketika aku membutuhkan kedatangannya. Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian aku tidak memimpikannya lagi, hingga akupun merasa agak lebih legaan lantaran aku takut jika syaitan ikut campur dalam hal ini. Bagiku cukup dengan Ketawakalan dan keyakinan dari hatiku yang terdalamlah yang sekiranya mampu membuatku membedakan dirinya dengan sesuatu yang menyerupai dirinya. Semoga Allah menunjuki kita semua kepada jalan yang benar. Allahuma Amiin
Memang dirinya sudah tidak sering datang di dalam mimpi-mimpiku. Namun, dirinya kadang-kadang datang diwaktu aku perlu ada yang menegurku. Entah mengapa setiap kali aku berbuat zalim seperti halnya aku tidak mampu menundukkan pandanganku, dirinya terkadang hadir dimimpiku beberapa hari kemudian ataupun bisa malam harinya ketika aku tertidur, untuk mengurku dengan bahasa khasnya yang cukup mampu menjadi nasehat dan introspeksiku atas perbuatan yang telah aku perbuat. Bukan hanya itu iapun juga akan terlihat memberikan nuansa kepuasannya yang khas ketika aku mampu mengendalikan diriku. Dia seolah benar-benar telah hidup di dalam diriku meskipun aku tidak mengenali siapa dirinya. Namun aku yakin dia ada.Dan ada pula beberapa hal spesial yang aku alami setelah peristiwa itu terjadi di mana perasaanku merasa tidak nyaman ketika aku menempatkan seseorang wanita untuk aku jatuh cintai jika bukan sosok tersebut, hatiku seolah terasa kering, tidak menenangkan dan mampu meresapi indahnya rasa cinta itu seperti hal yang pernah aku rasakan dahulu terhadap siapa yang mempesonakanku. Seolah hati itu telah menjadi tidak peka terhadap cinta ketika aku sembarangan menempatkan seseorang yang salah di sana.
Namun ketika aku ingat dengan sosok yang pernah hadir dimimpiku itu, entah mengapa seolah hati ini begitu luas dan begitu 'basah' untuk menempatkan dirinya di hati ini. Subhanallah, hal ini benar-benar mampu mengajarkanku untuk mempertahankan perasaanku dengannya demi membantuku untuk mempertahankan Kecintaanku Kepada Allah, lantaran aku menyadari bahwa hatiku hanya satu sehingga aku tidak mampu jika harus mencintai lebih dari satu cinta terkecuali aku mencintai yang lainnya karenaNya. Insya Allah

Mengenai keberadaannya pernah menjadi pertanyaan bagiku, namun hatiku lebih tenteram ketika meyakini bahwa keberadaannya itu memang benar-benar ada, meskipun aku tidak tahu dimanakah ia saat ini. Jika saja muslimah sehebat Aisyah, Fatimah, Khadijah, Asiah dan Maryam pernah hidup di bumi ini, maka hal itu membuatku makin percaya akan keberadaannya .
Persitiwa ini mampu menjadikanku tersadar akan keterbatasan kemampuanku dalam memelihara hati demi menjaga Kecintaanku kepada Allah, membuatku yakin dengan kedatangan seseorang yang akan aku nikahi dan membuatku mengurungkan diri untuk mengira-ngira seseorang disekelilingku sehingga hal ini dapat cenderung membuatku mengurangi kesia-siaan.
Namun seperti dari awal, aku berharap kepada Allah agar Allah mempertemukanku ketika aku hendak menikahinya lantaran aku tidak mau menjadikan hati ini berlama-lama bermain dengan perasaanku terhadapnya walaupun nantinya dirinya akan dinikahkan olehku.
Namun, aku tidak berharap banyak, cukuplah Allah sebagai harapanku, Allah mengajarkanku keikhlasan, dan karenanya aku mencoba ikhlas untuk menerima selain dari yang dicirikan itu, jikalau memang benar dia tidak ada di bumi ini dan diwaktu yang bersamaan denganku ketika aku hidup. Meskipun aku berharap kehadirannya lantaran aku merasakan bahwa dialah belahan jiwaku.
Bisa jadi aku menemukan sosok itu setelah aku menikah dengan seorang muslimah, ataupun bisa jadi muslimah itu adalah anak-anakku nanti yang dimana hal itu akan sangat membanggakan orang tuanya karena mengetahui memiliki anak yang shaleh dan shalehah. Ataupun aku tidak menemukannya di manapun, karena bisa jadi dia adalah diriku sendiri yang memang telah Allah tentukan di dalam diriku agar aku bisa menjadi seperti dirinya dan mengajarkan itu kepada istriku kelak agar apa yang aku dapati dalam yakinku dapat terwujud. Masya Allah
Aku tidak 'jatuh cinta' bukan karena aku tidak seperti laki-laki pada biasanya. Hatiku kupersembahkan kepada Pemiliknya, dan diisi hanya kepada yang halal olehku, siapapun yang mengisinya nanti, dialah bidadariku... Subahanllah...
Insya Allah
Terima kasih kepada siapa yang pernah mengalami peristiwa ini, Semoga Allah senantiasa Merahmati dan mengampunkan segala dosa-dosamu beserta dosa-dosa kita semua dan menjadikan kita semua orang-orang yang dijauhi dari kesia-siaan. Allahuma Amiin
***
Ku coba menuliskannya dengan kerendahan hati dari saudaramu yang memiliki kemampuan yang terbatas,
Akhina Ifa Uhibbukum Fillah

Semoga Allah memaafkan aku ketika aku bersalah
Allahuma Amiin              


http://www.facebook.com/notes/melati/ku-pertahankan-kesucian-hatiku-kepadanya-untuk-mempertahankan-cintaku-kepadamu-c/184016958303354

Ikhlas ....


oleh srikandi wahyuni

Sahabatku...Seseorang yang ikhlas ibarat
orang yang sedang membersihkan beras...
(nampi beras) dari batu-batu kecil dan kotoran2 lainnya di sekitar beras.
Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan.
Tetapi jika beras itu masih kotor...,
ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan kotoran2 yg mau nggak mau kita hrs bersihkan dulu .
Begitu pula... keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat....~»


http://www.facebook.com/notes/melati/ikhlas-/184568254914891

Wahai....


oleh Safir Alkatiri


1. Jangan bersedih… jika tidak ada seorangpun yang mau membantumu
Hmmm ketika banyak orang meminta pertolongan… seringkali…
telinga-telinga tidak mendengar… hati membeku…tangan-tangan enggan terulur…
mata tak lagi ada sorot kasih dan mulutpun lebih mudah menghujat.
Apakah kita harus menyerah???? Mungkin … memang ini adalah JalanNYA…
mengajarkan kita untuk menahan diri tidak mengemis..
mencegah adanya pandangan hina terusap diwajah… Lalu…
apakah kita harus bersedih???? ALLAH S.W.T berniat mengasihi kita…
dengan caraNYA… DIA mengajarkan hanya bergantung padaNYA,
mengajarkan kesabaran yang panjang atas sebuah harapan dan memerintahkan kita untuk terus berdoa…
meningkatkan keimanan kita.
2.Jangan bersedih jika Dizalimi, Dilecehkan atau diHina orang lain
Islam mengajarkan untuk tidak mendendam dan membalas perlakuan yang tidak pada tempatnya pada kita, kenapa?????
Hal itu akan merendahkan dan meletakkan posisi kita sama dengan orang-orang tersebut.
Lalu… apakah kita harus diam??? Ada banyak cara untuk menyalurkan kemarahan…
dari membalas dengan kebaikan… hingga melakukan marah yang ma’ruf…,
yang tidak marah kepada orangnya tetapi marah pada perbuatannya.
sehingga orang tersebut dapat tersadar… Tergantung mana yang akan kita pilih…
3. Jangan bersedih, Jika berhadapan dengan Masalah
Karena masalah menjadikan kita kuat… Masalah menjadikan kita dewasa…
Masalah menjadikan kita makin beriman…
Masalah akan menjadi sumber pahala, jika kita mampu mendampingi orang yang terkena masalah.
Dan… dengan kita hanya menyibukkan diri melihat suatu masalah… dari sisi kesulitannya…
kita tidak akan pernah bisa keluar dari masalah itu…. bahkan akan makin terpuruk dan terkurung.
Bila mungkin ada luka Coba tersenyumlah Bila mungkin tawa
Coba bersabarlah Karena air mata tak abadi Akan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasa Mungkinkah hati merindukan DIA Karena hanya dengan-NYA hati tenang Damai jiwa dan raga
“Dan Jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” QS Yusuf (12) : 87


http://www.facebook.com/notes/melati/wahai/184535991584784

Waspadalah ... ini memang sangat dekat dengan kita...!


Bismillaahirrahmanirrakhiim.....

Waspadalah ... ini memang sangat dekat dengan kita...!
DR. Musthafa As-Siba’i rahimahullah berkata:
Saya tidak mengkhawatirkan diriku digoda oleh syetan melalui maksiat secara terbuka … akan tetapi saya khawatir syetan datang kepadaku dengan membawa maksiat yang dibungkus dengan baju ketaatan
- Syetan menggodamu dengan wanita dengan alasan kasihan kepadanya
- Syetan menggodamu dengan dunia dengan alasan agar tidak menjadi korban gonjang ganjingnya
- Syetan menggodamu untuk berkawan dengan orang-orang buruk dengan alasan demi memberi petunjuk kepada mereka
- Syetan menggodamu untuk bersikap munafik kepada orang-orang zhalim dengan alasan ingin mengarahkan mereka
- Syetan menggodamu untuk mempublikasi keburukan lawan-lawanmu dengan alasan demi melakukan amar ma’ruf nahi munkar
- Syetan menggodamu untuk memecah belah jama’ah dengan alasan lantang menyuarakan kebenaran
- Syetan menggodamu agar tidak memperbaiki orang lain dengan alasan sibuk memperbaiki diri sendiri
- Syetan menggodamu untuk tidak beramal dengan alasan ini sudah menjadi takdir
- Syetan menggodamu untuk tidak menuntut ilmu dengan alasan sibuk beribadah
- Syetan menggodamu untuk meninggalkan sunnah dengan alasan mengikuti orang-orang shalih
- Syetan menggodamu agar otoriter dengan alasan demi tanggung jawab di hadapan Allah dan sejarah
- Syetan menggodamu untuk berbuat zhalim dengan alasan demi memberikan kasih sayang kepada mereka yang terzhalimi
Berabagai cara syetan akan terus melakukan bisikan dan tipu daya untuk menyesatkan manusia, dan setelah berhasil mereka akan berlepas tangan, sehingga manusia itu sendiri yang akan menyesali perbuatan mereka atas kesesatan yagn mereka lakukan.
Dapat kita lihat dalam surat Ibrahim misalnya, bagaimana syetan berlepas diri dengan apa yang telah mereka lakukan, justru manusia yang dianggap bodoh karena telah mengikuti bisikan mereka. Allah berfirman:
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih”. (Ibrahim:22)

Semoga ini bisa menjadi renungan bagi kita semua... Amin


(Surat Terbuka dari Istri yang Dicintai)


Oleh : www.shalihah.com

Gayungpun Bersambut
Kuuntai kalimatku dengan goresan pena ini, untukmu, suamiku yang kucintai, semoga engkau lebih berbahagia.
Membaca suratmu, wahai suamiku, menjadikan aku ingat masa lalu. Aku merasakan makna kalimat-kalimatmu sebagaimana aku rasakan tatkala engkau sampaikan kalimat-kalimat itu saat kita baru memulai hidup bersama dahulu. Kini, setelah semua berlalu, dan setelah aku hampir terlupa akan kalimat-kalimat itu, engkau goreskan kalimat itu untuk kedua kalinya. Kusampaikan jazakallohu khoiran, Suamiku, atas kebaikanmu, dan atas perhatianmu kepadaku, istrimu.
Suamiku yang kucinta…
Mungkin engkau telah begitu sering sering mendengar kata-kata permintaanku. Namun, aku berharap engkau takkan jemu menanggapinya. Saat ini pun, aku katakan padamu, wahai suamiku, bantulah aku menjadi sebaik-baik perhiasan duniamu. Bantulah aku menjadi salah satu dari keempat kebahagiaan hidupmu. Bila engkau meminta agar aku membantumu untuk memperbaiki akhlak dan pergaulanmu kepadaku, maka lebih dari itu, aku begitu berharap engkaulah orang yang akan mengantarkanku ke taman akhlak yang mulia bersamamu.
Suamiku, jika engkau bersungguh-sungguh mengatakan kepadaku apa yang engkau goreskan itu, maka lebih dari itu, aku pun berharap engkau lebih bersungguh-sungguh membimbing, mengayomi, dan menyertakanku dalam seluruh kebaikanmu. Aku ingat nasehat emas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meski itu lebih tepat disebut peringatan. Peringatan bagiku sebagai seorang istri, yang tentunya perlu engkau tahu, meski aku kira engkau pun telah mengetahuinya. Aku ingat saat beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan seorang wanita sebagai istri sepertiku dengan sabdanya shalallahu ‘alaihi wasallam,
 فَا نْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَاءِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَ نَارُكِ
“Maka perhatikanlah, wahai si istri, bagaimana kalian mempergauli suamimu. Sesungguhnya ia adalah surga atau nerakamu.” [HR. Ahmad 4/341 dan 6/419, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami' 1509 dan ash-Shohihah 6/220.]
Begitu jelasnya makna nasihat beliau itu, dan begitu tegasnya pernyataan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan goresan pena kita ini, semoga engkau tahu, wahai suamiku, bahwa aku begitu sangat berharap surga dan tidak ingin terjebak ke neraka sementara aku punya engkau, suamiku. Aku tahu engkau berarti surga, juga berarti neraka bagiku. Namun, aku berharap engkau mau mengerti bahwa aku tidak menginginkan neraka. Engkau pun pasti juga begitu. Maka, bantulah aku, suamiku.
Suamiku, tentunya engkau tahu bahwa jalan menuju surga tidaklah mudah. Namun aku berharap jalan itu akan dipermudah bagiku. Aku berharap jalan surgaku akan dengan mudah kutelusuri bersamaan dengan tetap adanya aku di sisimu. Apakah engkau paham maksudku, suamiku? Aku hanya ingin mengatakan satu pintaku: buatlah aku mampu melakukan apa pun yang membuatmu ridho kepadaku, sebab dengan begitu Allah pun akan meridhoiku.
Sebaliknya, belokkanlah langkahku bila aku melakukan sesuatu yang membuat Allah memurkaiku sehingga engkau pun murka kepadaku. Karena kau tahu aku begitu lemah untuk bisa menunaikan seluruh hak-hakmu. Bahkan tiada mungkin aku menunaikan seluruhnya sebab begitu agung dan tak terhingga hak-hakmu. Bukankah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan:
حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْ جَتِهِ أَنَّ لَوْ كَانَتْ بِهِ قُرْ حَةٌفَلَحِسَتْهَا مَا أَدَّتْ حَقَْهُ
“Hak seorang suami yang harus ditunaikan oleh istri itu (nilainya begitu besar), sehingga seandainya suami terluka bernanah di badannya, lalu istrinya menjilatinya pun belum dinilai ia telah menunaikan haknya.” [HR. Hakim dalam al-Mustadrok 2717 dan beliau mengatakan hadits ini sanadnya shohih, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami' 3148]
Rasanya, sangatlah berat bagiku untuk meraih surga itu. Mengingat betapa untuk menunaikan hak-hakmu saja begitu berat bebannya kurasa.Maka, aku hanya ingin engkau menunaikan sebagian saja dari hak-hakku agar aku bisa menunaikan hak-hakmu dengan seimbang. Semoga engkau mengerti ini, dan semoga engkau sudi menerimanya, istrimu yang lemah ini. Karena aku tahu, seperti engkau juga telah tahu, bahwa Allah Ta’ala tidak mewajibkan kepadamu selain sebagian hak-hakku semata. Bukan seluruh hak-hakku harus engkau tunaikan sehingga betapa akan semakin berat kiranya aku menunaikan hak-hakmu.
Suamiku, sejujurnya aku katakan bahwa kebahagiaan rumahku adalah tanggung jawabku. Menyambutmu dengan senyuman adalah rutinitas keseharianku. Ketenanganmu begitu membahagiakanku. Aku sangat suka kesuksesanmu meski hanya dengan sedikit bantuanku. Saat kutahu apa maumu, begitu ringan hidupku. Semuanya kulakukan karena aku merasa seandainya aku tidak melakukannya, hak-hakmu yang mana lagi kiranya yang kuasa kutunaikan. Maka pintaku, bantulah aku, suamiku.Suamiku, aku tahu, sebagaimana engkau pun tahu, shalat adalah sebuah kunci surga bagiku. Maka bantulah aku, suamiku, sebagaimana aku biasa membantumu untuk bisa bersama-sama menunaikannya dengan baik dan diterima oleh-Nya Ta’ala.
Aku pun tahu, sebagaimana engkau juga tahu, puasa Romadhan adalah satu kunci surga yang lain bagiku. Maka bantulah aku, suamiku, sebagaimana aku biasa membantumu untuk bisa bersama-sama menunaikannya dengan baik, dan semoga ibadah kita diterima oleh-Nya.
Aku tahu sebagaimana engkau juga tahu, bahwa ragaku ini, diriku ini, hanya halal buatmu seorang. Maka pintaku, berilah aku sesuatu yang halal yang bisa kunikmati sebagai nafkah lahir dan batinku. Bantulah aku berlaku pintar menunaikan hakmu, sebagaimana aku akan berusaha menjadikanmu pandai berbaik-baik kepadaku. Dengan begitu, aku berharap agar kita berkesempatan bersama menggapai ridho-Nya.
Aku juga tahu, sebagaimana engkau juga telah tahu bahwa menaati perintah dan ajakanmu melakukan apa pun yang Allah ridhoi adalah salah satu kunci surga yang lain bagiku. Maka pintaku, bila aku tidak kuasa melakukannya, janganlah engkau murkai kekuranganku tapi perintahlah aku dengan sesuatu yang lain yang aku kuasai melakukannya. Dan bila aku telah kuasa melakukan apa yang engkau perintahkan, dan aku telah memenuhi ajakanmu, janganlah lupakan Dzat Yang Maha Kuasa di atas sana.
Bersyukurlah kepada-Nya sebelum kau ucapkan kata terima kasihmu padaku. Dengan begitu, aku berharap ridho-Nya dan juga ridhomu. Karena aku berharap surga-Nya. Semoga engkau memahami ini, suamiku.
Seandainya ada tinta emas dalam pena kita ini, tentu aku akan tuliskan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini sebagai syi’ar yang lebih berarti bagiku, dan semoga akan selalu kita baca dan kita tunaikan bersama. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَ صَا مَتْ شَهْرَهَا وَ حَفِظَتْ فَرْ جَهَا وَأَطَا عَتْ زَوْ جَهَا قِيلَ لَهَا ادْ خُلِي الْجَنَْةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِءْتِ
“Jika seorang istri telah baik shalat lima waktunya, telah baik puasa (ramadhannya), telah baik dalam menjaga farjinya, telah baik ketaatannya kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: “Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu mana pun yang kau suka”.” [HR. Ahmad 1573, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami' 660]
Suamiku, jujur aku katakan, bukan aku belum pernah mendapati bantuanmu. Bukan. Bukan aku belum pernah mendapati engkau penuhi pintaku. Bukan. Namun aku bersyukur kepada Allah Ta’ala, selanjutnya kepadamu, atas semua yang telah engkau berikan sebagai kemudahan bagiku menuju ridho-Nya dan ridhomu. Aku hanya berharap menjadi istrimu yang akan menyenangkanmu di dunia juga di akhiratmu. Bantulah aku, semoga Allah memberkahi kehidupan rumah tangga kita.


http://www.facebook.com/notes/melati/surat-terbuka-dari-istri-yang-dicintai/184253624946354

Surat dari Suami Untuk Para Istri


Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty

Wahai istriku, ku teringat sebuah kewajiban yang harus ku tunaikan sebagai seorang suami, sebagai seorang nahkoda dalam kapal kita, sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga kita, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah ayat dan hadist yang tak hanya sekali ku mendengarnya. Allah Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa :34)
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“ Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami pemimpin dirumahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya”. ( HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah Bin Umar Radiyalallahu ‘Anhu)
Wahai istriku, ku akan berusaha menjadi suami yang baik, yang menyayangimu yang berusaha untuk berta’awun (saling tolong menolong) dalam kebaikan. Semoga aku bisa merealisasikan sebuah ayat yang tak jarang aku mendengarnya
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
” Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan “ ( Qs. Maidah : 2 )
atau ku bisa manjadi seperti seorang hamba yang Allah rahmati, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadist
“ Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan istrinya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air diwajahnya dan semoga Allah merahmati seorang perempuan yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan suaminya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air diwajahnya” (HR. Ahmad, Ahlu sunan kecuali At Tirmidzi Hadist ini shahih)
Wahai istriku, ku akan selalu berusaha membuat dirimu senang, sebagaimana ku senang jika diperlakukan seperti itu. Diantaranya ku akan berusaha selalu tampil rapih, wangi dihadapan dirimu. Sebagaimana ku senang jika ku diperlakukan seperti itu.
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالمَعْرُوفِ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya” (QS.AL-Baqarah : 228 )
Wahai istriku, jika engkau melihat dari diriku rasa cemburu itu bukti rasa cintaku padamu. Yang dengan itu, aku berusaha menjaga dan mencintaimu, semoga dengan sebab kecemburuanku yang syar’i menjadi sebab terjaganya dirimu, ku ingin seperti Sa’ad bin Ubadah bahkan ku ingin seperti Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Berkata Sa’ad bin Ubadah :
“ Seandainya aku melihat seorang bersama istriku, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang yang tajam”, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu dari padanya, dan Allah lebih cemburu dari padaku” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai istriku, engkau dalam pandanganku seorang yang sangat berharga bagi diriku, sosok yang luar biasa, ketaatanmu yang membuat diriku tambah mencintai dirimu. Engkau diantara anugrah yang terbesar yang Allah berikan kepada diriku, sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“ Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah ” (HR Muslim)
Dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda dalam hadist yang lain:
“ Barang siapa yang dikaruniai oleh Allah seorang wanita yang shalihah, berarti dia telah menolongnya atas separuh agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada yang separuh yang kedua “(HR Al Hakim dan dia berkata sanadnya shahih dan disetujui oleh Adz Dzahabi)
Wahai istriku, kebaikanmu begitu besar kepada diriku, kasih sayang dan kelembutanmu, ketaatan dan kesetiaanmu, pelayanan dan pengorbananmu begitu terasa oleh diriku, wahai istriku, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan masukkanmu kedalam surga Nya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Bila seorang shalat lima waktu, puasa pada bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suminya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan ” (HR.Ibnu Nuaim di hasankan oleh syaikh Al AlBani)
Wahai istriku, ingatkanlah jika suamimu keliru, jika ada hakmu yang terlalaikan, wahai istriku jangan engkau ragu untuk menasehati jika suamimu keliru, jika suamimu salah, wahai istriku ku ingin rumah tangga kita dibangun diatas saling menasehati didalam ketaatan kepada Allah, karena atas dasar inilah agama kita dibangun. sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Agama itu adalah nasehat” (HR Muslim)Wahai istriku, ku ingin hubungan kita dibangun atas saling percaya dan saling berkhusnudzan (berberbaik sangka) satu dengan yang lainnya, karena dengan sebab inilah akan menutup celah hal-hal yang akan menimbulkan hubungan kita tidak harmonis.
Wahai istriku, sebagai seorang suami ku ingin mengajarkan perkara agama kepada dirimu, tentang permasalahan tauhid, sholat, puasa dan permasalahan agama yang lainnya, atau mari kita bersama-sama pergi kemajelis ilmu yang membahas perkara agama dengan pemahaman yang benar, karena hal ini adalah diantara kewajibanku sebagai seorang suami, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, pelihara dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At Tahrim:6)
Wahai istriku, ku akan melangkahkan kaki ini, mengerahkan tenaga mencari rezeki yang halal yang Allah tetapkan untuk diriku, sebagai tanggung jawab seorang suami untuk menafkahi anak dan istrinya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللهُ لا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“ Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya “ (QS. Ath-Thalaq : 7)
Wahai istriku, ku akan selalu berusaha bergaul dengan pergaulan yang baik dengan dirimu, dengan kelembutan dan kasih sayang, dengan tutur kata yang sopan dan etika yang baik, dengan mendengar dan menghargai pendapatmu, dengan membantu dan meringankan pekerjaanmu, dengan bersikap yang baik dan menjaga perasaanmu, wahai istriku maafkan suamimu jika masih jauh dari hal itu, ku ingin berusaha berbuat yang terbaik untuki dirmu.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik ahklaqnya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada istrinya “ (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Wahai istriku, ku ingin engkau akrab dengan kedua orang tuaku. Ku ingin mereka menyayangimu seperti anaknya sendiri, wahai istriku mulailah dengan berlaku lemah lembut kepadanya, membantu pekerjaannya, niscaya engkau akan disayang seperti anaknya sendiri.
Wahai istriku semoga Allah menjaga dan melanggengkan rumah tangga kita diatas ketaatan kepada Allah hingga akhir hayat kita, dan memasukan kita kedalam surganya.

Amiin Ya raabbul Alamiin


http://www.facebook.com/notes/melati/surat-dari-suami-untuk-para-istri/184253224946394

(renungan buat swami istri)


duhai istriku.......duhai swamiku .......
(renungan buat swami istri)

oleh Safir Alkatiri

Duhai istriku, wanita yang telah ALLAH SWT takdirkan untuk menjadi ibu dari anakku. Sembahlah ALLAH SWT semata, jangan pernah engkau menyekutukan ALLAH SWT dengan sesuatu apapun yang ada dilangit dan dibumi. Cintailah ALLAH SWT melebihi kecintaanmu kepadaku. Hanya ALLAH LAH yang berhak untuk kita cintai melebihi apapun. Janganlah kecintaanmu kepadaku dan anak kita membuat engkau lalai dari mencintai ALLAH SWT. Cintailah ALLAH SWT karena ALLAH SWT tidak akan pernah menginggalkanmu. ALLAH SWT adalah yang Maha hidup yang akan selalu bersamamu dan tidak pernah akan meninggalkanmu. Sementara aku suamimu adalah makhlukNYA, yang mana aku pasti akan meninggalkanmu, meninggalkan anak kita untuk kembali kepada Dzat yang Maha Kekal. Cintailah ALLAH SWT dengan segenap jiwa dan ragamu, mohonlah kepada ALLAH supaya kelak ALLAH SWT berkenan memberikan RahmatNYA untuk mempertemukan dan menyatukan kita didalam SurgaNYA.Duhai istriku, bilamana ALLAH SWT memberi kehormatan untuk memanggilku kembali terlebih dulu maka janganlah engkau ratapi kepulanganku. Ketahuilah bahwasannya ALLAH SWT menjanjikan surga bagi siapa saja yang iklas dan rela apabila diuji dengan kematian orang-orang yang dicintainya. Ketahuilah bahwa aku berdoa kepada ALLAH SWT untuk menjaga engkau dan anak kita. ALLAH-LAH sebaik-baiknya penjaga amanah. ALLAH SWT tidak akan menyia-nyiakan doa hambaNYA.
Duhai istriku, berbaktilah kepadaku karena ridho ALLAH SWT adalah ridhoku sebagai suamimu. Surgamu adalah ridhoku. jadilah istri yang sholehah karena engkau adalah ibu dari anak kita. Panutan utama bagi anak kita. Engkau sebagai wanita telah diberi kerhormatan oleh ALLAH SWT sebagai tiang (pondasi) agama. Jika rusak akhlakmu sebagai wanita maka rusak pula akhlak keluarga kita, anak kita, bangsa kita dan agama kita. Jagalah selalu kehormatanmu.
Duhai istriku, marilah kita hidup zuhud didunia ini. Kita ambil seperlunya saja kebutuhan kita didunia ini dan ambil sebanyak-banyaknya bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Mari kita belanjakan harta kita dijalan ALLAH SWT. Janganlah kita berlebih-lebihan (bermegah-megah) didunia ini. Sungguh ALLAH SWT telah memperingatkan bahwa bermegah-megah akan membuat kita lalai. Ketahuilah istriku, bahwasanya kelak didalam surga ALLAH SWT akan memerintahkan kepada para Malaikat untuk mengundang orang-orang yang ketika didunia hidup zuhud untuk menghadiri pernikahan Isa putra Maryam. Tidakkah engkau ingin mendapat kehormatan ini?
Duhai istriku, marilah kita senantiasa berusaha menyisihkan harta kita untuk bersedekah. Jangan pernah menolak apabila ada orang yang miskin yang meminta sedekah kepadamu, berikanlah walau hanya seratus rupiah atau bahkan hanya dengan sebentuk senyuman. Ketahuilah istriku, sesungguhnya orang-orang miskin adalah tamu-tamu ALLAH SWT kelak didalam surga. Tidakkah kita merasa terhormat apabila bisa memberikan harta kita kepada tamu-tamu ALLAH SWT? Sungguh ALLAH SWT tidak akan pernah menyianyikan pemberian hambaNya.
Duhai istriku, surga adalah sebaik-baiknya tempat untuk kita kembali. ALLAH SWT telah menjanjikan berjuta kenikmatan didalamnya. Ketahuilah istrikku, bahwasannya kenikmatan-kenikmatan didalam surga tidak ada nilainya dibandingkan dengan kenikmatan ketika kita bertemu langsung dengan ALLAH SWT tanpa hijab. Ketahuilah istriku, bahwasanya kita tidak akan bisa masuk kedalam surga tanpa ijin dan ridho dari ALLAH SWT. Bahwa sesungguhnya segala ibadah kita adalah sekedar untuk mendapatkan ijin dan ridho ALLAH SWT supaya kita dapat memasuki surgaNya. Maka tujukanlah segala amal ibadah kita kepada ALLAH SWT, iklaskan semua hanya untuk ALLAH SWT demi mendapatkan ridhoNNYA.
Duhai istriku, jadilah engkau pribadi yang pandai bersyukur atas segala pemberian ALLAH SWT. Karena sesungguhnya ALLAH SWT telah mencukupkan segala rizki kepada hambaNya. Dan ALLAH SWT akan terus menambahkan kenikmatan dan rizkiNya kepada hamba-hambanya yang pandai bersyukur. Bersyukurkah engkau dengan mengingat ALLAH SWT dan mendirikan sholat.
Duhai istriku, bersabarlah engkau ketika ditimpa musibah. Ketahuilah bahwa ALLAH SWT tidak akan menimpakan suatu musibah diluar kemampuan kita untuk menanggungnya. Bersabarlah engkau dengan mengingat ALLAH SWT, dengan mendirikan sholat. Mohonlah pertolongan ALLAH SWT dengan sabar dan sholat.
Duhai istriku, engkau adalah pakaian untukku, engkau adalah penutup segala aibku. Ketahuilah bahwasannya junjungan kita RasulallahRASULULLAH SHALLAHU ALAIHI WA SALLAM telah bersabda bahwa seindah-indahnya perhiasan didunia ini adalah istri yang sholehah. Maka jadikanlah aku laki-laki yang berbahagia karena memiliki perhiasan yang terindah didunia.
Duhai suamiku... Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku..... Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah ALLAH SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, "Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ALLAH SWT menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS: An Nisa' 19]. RASULULLAH SHALLAHU ALAIHI WA SALLAM yang kita cintai pun berpesan, "Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka." Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah ALLAH SWT yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.
Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALAM, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?" Ali r.a. pun menjawab, "Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada ALLAH SWT, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya." Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.
Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam RASULULLAH SHALLALAHU ALAIHI WA SALLAM telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, "Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian." Janganlah engkau keras terhadapku, karena RASULULLAH SHALLALAHU ALAIHI WA SALLAM pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku... Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari ALLAH SWT di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, "Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya." [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah ALLAH SWT berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada ALLAH SWT.
Wahai ALLAH, Engkau-lah saksi ikatan hati ini... Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku, jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-MU. Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-MU, hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu, jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku, jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-MU. Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-MU, ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-MU.
YA ALLAH, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-MU, telah berjumpa pada taat pada-MU, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-MU. Kokohkanlah ya ALLAH ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-MU yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-MU dan keindahan bertawakal di jalan-MU.

Amin ya rabbal alamin.


http://www.facebook.com/notes/melati/renungan-buat-swami-istri/184249791613404

Teladan kehidupan


M. Agus Syafii

Di dalam kehidupan sehari-hari seringkali tanpa kita sadari apa yang kita lakukan dipengaruhi oleh orang lain. Perilaku yang kuat, memiliki nilai positif senantiasa membekas ke lubuk hati kita. Seperti halnya seorang anak yang menyukai kebiasaan baik dari apa yang disukai oleh sang ayah. Ada seorang dokter tertarik dengan pekerjaannya karena ingin mengikuti jejak ayahnya. Ia tergugah melihat dedikasi ayahnya dalam melayani pasien. 'Menolong orang yang sakit di malam hari, orang yang tadinya sudah putus asa, tidak ada harapan menjadi bangkit dan bersemangat dalam hidupnya,' kenangnya disaat menceritakan awalnya ketertarikan di dunia kedokteran. Disaat ini ia telah menjadi dokter spesialis yang banyak dicari orang, pasiennya berdatangan dari berbagai kota.Teladan kehidupan, disadari atau tidak, memang memiliki dampak yang begitu kuat dalam kehidupan kita, kekuatannya lebih dari proses belajar dan pengajaran. Teladan adalah faktor utama keberhasilan dalam pembentukan pribadi seseorang.
Imam Syafii menyebutkan, 'Tidak ada yang lebih berpengaruh & lebih menentukan dalam kehidupan seorang anak daripada kekuatan mental sebuah teladan yang memberikan kenyamanan dan penuh pengertian.'
Disaat ini tentu saja anda teringat orang yang menginspirasi anda sehingga anda memilih karier seperti sekarang. Mungkin juga orang yang teladannya sangat berpengaruh dalam hidup anda. Bersyukurlah kepada Allah atas karuniaNya atas keberadaan orang tersebut yang telah memberikan teladan yang membuat hidup kita menjadi lebih baik. lantas bagaimana dengan kehidupan anda, sudahkah menjadi sumber inspirasi bagi orang lain?'


http://www.facebook.com/notes/melati/teladan-kehidupan/184248548280195