Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 26 Januari 2011

Jangan Lupa Sholat, Yach…


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
==============================
Muqodimah

Maaf sahabat kemarin Nai nggak hadir untuk menyapa sahabat semua karena  fisik kurang fit, berkat doa sahabat semua alhamdulillah hari Nai kembali menyapa semua sahabat tercinta disini. Syukron buat semangatnya.


Sahabat, sholat adalah tiang agama, jika kita meninggalkan sholat robohlah agamamu. Begitu banyak manfaat sholat yang kita terima saat kita sholat, sahabat. Dari segi kesehatan. Sudah tidak diragukan lagi jika seseorang yang menjaga sholatnya maka akan senantiasa diberi kesehatan. Karena sahabat, setiap gerakan sholat tersebut dapat bermanfaat bagi jantung, darah dan seluruh bagian tubuh kita. Sebenarnya jika kita menyadarinya bahwa manfaat dari sholat tersebut adalah kembali kepada diri kita sendiri. Meninggalkan sholat sama artinya sahabat telah melupakan Allah, Tuhanmu. Maka sahabat jika kita sekali waktu kitapun mendapatkan nisbah tersebut. Check this out :
Adapun NISBAH bagi orangorang yang meninggalkan sholat adalah. . .
SUBUH
Bagi mereka yang meninggalkan sholat subuh,, dia akan disiksa selama 60 tahun di dalam neraka.
Sahabat, jika 1 hari di neraka = 10.000 tahun di DUNIA. Jadi kalau 60 tahun di neraka?!?!  Masya Allah! Jangan sampai dech sahabat kita jadi orang yang lalai mengerjakan sholat subuh.
DZUHUR. .
Bukan main,, yang meninggalkan sholat dzuhur,, Allah akan me-nisbah orang itu dengan dosa yang seperti melakukan pembunuhan terhadap 1000 jiwa muslimin dan muslimah.
Wow, sahabat tahu kan dosa membunuh satu orang muslim saja dosanya?!?! Naudzubillahi min zalik.
.ASHAR,,
Dosanya seperti meruntuhkan ka’bah jika anda meninggalkan sholat ashar ini. .
Nach sahabat, tahu tahu kan orang yang meruntuhkan ka’bah adalah pekerjaan orang kafir. Jadi jangan lagi yach sahabat meninggalkan sholat ashar dengan sengaja.
.MAGRIB
Masya Allah. dosa jika anda meninggalkan sholat ini adalah bagaikan anda berzina dengan orang tua anda. Bagai berzina dengan ibu,, jika anda adalah laki-laki dan bagai berzina dengan bapak anda jika anda seorang perempuan.
Na’uzubillahi minzalik. Jangan lagi yach sahabat tinggalkan sholat maghrib.



ISYA’
Barang siapa meninggalkan sholat isya’,, maka Allah tidak akan ridho anda hidup di bumi Allah ini dan anda akan digesa agar mencari bumi yang lain.
Hmm… Cari tempat lain selain di bumi.?!?!? Adakah manusia yang mampu melakukannya?
Yuk mari sahabat! Jangan pernah kita sedikitpun niatkan di hati untuk meninggalkan sholat. Sholat lima waktu tersebut sangatlah penting bagi kita. Jadikan sholat sebagai kebutuhan.

Mudah-mudahan kita menjadi sosok yang lebih baik untuk nanti dan esok.
Wassalamulaikum wr. Wb…


Melati Tak Ingin Jadi Mawar


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
===========================

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashash 28:83).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhannya, mereka itu penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. “(QS. Hud 11:23)
 -----------------------------------------------------------------------------------------
Ayuning berdecak kagum akan kemampuan sahabatnya menggugah rasa setiap wanita yang menghadiri pengajian “Melati”. Hampir saja ia tak percaya bahwa yang ada di hadapannya itu adalah “Nisa” sahabatnya. Setidaknya bukan dia saja yang berpendapat demikian, sayup-sayup suara sekeliling melontarkan hal senada.


Padahal baru beberapa minggu yang lalu mereka memikirkan bagaimana cara membina akhlak bunga negeri ini, perlahan keinginan itu terwujud. Setelah pengajian usai, para akhwatpun pulang, tinggal mereka berdua yang sibuk membenahi “Taman Belajar”, tempat khusus yang disediakan orangtua Nisa untuk mengaji. Perlahan Ayu mendekati Nisa.
“Kamu hebat, Nisa!, semua begitu terkesan akan nasihatmu, untaian kata-katamu bagai tetesan embun yang menyusup ke kedalaman jiwa, mereka semua kagum padamu, terlebih ketika mendengar syair lagu cinta pada Allah yang....”.
“Nisa mohon, tolong hentikan pujian itu, Ayu..!”.
Perkataan Nisa tak dihiraukan Ayu, ia masih saja menyanjung-nyanjung sahabatnya. Sementara Nisa komat kamit mengucap istighfar.
“Tolong hentikan pujian itu, Ayu..!”. Kali ini nada suara Nisa agak keras, Ayuning heran melihat rona wajah sahabatnya itu menunjukkan ketidaksenangan, dan tatapan mata yang redup itu berubah menjadi tajam.
“Ayu mau tahu, nggak? pujian Ayu itu sama artinya Ayu memenggal leher Nisa?!”.
Ayuning kaget mendengar perkataan itu.
( - Seorang laki-laki memuji orang lain dekat Nabi Saw, lalu Nabi saw berkata: “Celaka kamu! berarti kamu memenggal leher saudaramu. - kata-kata itu Beliau ucapkan berulangkali- Apabila seseorang kamu memuji saudaranya, seharusnya dia berkata: “Cukuplah bagi si Fulan Allah saja yang menilainya. Tidak ada yang lebih pantas menilainya selain Allah Ta’ala sekalipun temannya tahu dia begini dan begitu. (HR. Muslim) - )
“Astaghfirullaahul ‘aziim.. kenapa Nisa bilang begitu..???!!!”.
“Pujian Ayu akan membuat Nisa sombong, Ayu.. dan balasan Allah terhadap makhluk-Nya yang sombong adalah neraka Jahannam! apakah Ayu ingin Nisa masuk neraka Jahannam?..”.
Ayu tersentak!, tiba-tiba ada energi luar biasa yang menyelimuti dirinya, ia mendengar Qalam Allah mengenai kesombongan dibacakan kepadanya, indah dan menggetarkan jiwa, (yang artinya):
“Kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri. “(QS. An Nahl 16:49)


“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’ 17:37)
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (dengan sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman 31:18)
Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, dan kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az Zumar 39:72)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri.” (QS. As Sajadah 32:15)
Tubuh Ayuning lemas seketika, wajahnya pucat, ia menyungkur sujud kepada Allah, “Laa ilaaha illaa anta Subhanaka inni kuntu minazh zhaalimiin”. Berulangkali kalimat itu diucapkannya. Nisa tak tahan melihat sahabatnya seperti itu, secepatnya ia menghampiri,
“Sudah Ayu, bangunlah..!”.
“Maafkan Ayu ya Nisa, Ayu khilaf..”.
“Sudah Nisa maafin, sayang.. maafkan Nisa juga ya.. karena keras pada Ayu. Bukankah tujuan kita semula mengadakan pengajian ini lillaahi ta’ala?.. agar Allah sayang pada kita, agar Allah cinta (ridha) pada kita?.. betapa nelangsanya jiwa ini melihat fenomena kemaksiatan yang terjadi, melihat ketidakmengertian bunga negeri, kita harus merangkul mereka, Ayu.. semua itu tidaklah mudah, semua itu membutuhkan perjuangan!, usaha dakwah ini baru kita mulai perlahan, apakah karena pujian kita menjadi lupa akan niat kita semula? ibarat segelas air, jikalau tercampur noda sedikit, maka keruhlah semuanya. Begitu pula Allah dalam melihat Qalbu dan amalan perbuatan kita.
Sehebat-hebatnya insan, ia tetap hamba Tuhan, tak akan pernah bisa menembus bumi dan sekali-kali tak akan sampai setinggi gunung. Hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, Ayu.. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan suka membangga-banggakan dirinya!.
Ayu, bagaimanakah mungkin kita bisa sombong, sedangkan hidup kita sendiri hanyalah pinjaman dari Tuhan?. Bagaimanakah mungkin kita bisa merasa lebih dari orang lain sedangkan kejadian kita dari unsur yang sama-sama hina?. Jangan pernah lupa dari apa asal kita, jangan pernah lupa bahwa kelak kita akan mati, kembali masuk tanah dan menjadi tanah, tinggal tulang-tulang berserakan dan menakutkan!.

Bukankah Allah murka terhadap Syaithan kerena merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan manusia?, Bukankah Fir’aun, Qarun dan Haman mati binasa karena kesombongannya?
Segala apa yang ada di langit dan semua makhluk melata di bumi dan juga para malaikat, mereka semua bersujud kepada Allah, dan mereka semua tidak pernah menyombongkan diri. Apalah lagi kita ini, malu sama Allah Ayu.., betapa Dia begitu dekat, betapa Dia Maha Menatap!”. Nisa menghentikan kalimatnya. Ayuning yang sedari tadi diam, kemudian ikut bicara,
“Ayu jadi teringat sabda Rasulullah Saw Nisa, bahwa angkuh dan sombong itu adalah pakaian Allah, siapa yang menyaingi pakaian-Nya. Allah Ta’ala akan menyiksanya. (HR. Muslim)
Beliau juga mengatakan: “Tidak ada yang lebih suka dipuji selain dari Allah Swt, karena itu Dia memuji diri-Nya sendiri. Dan tidak ada yang lebih pencemburu dari Allah, karena itulah Dia mengharamkan segala yang keji”. (HR. Muslim)
Dan pernah suatu ketika, Rasulullah berkata pada para sahabat yang menghormati kedatangannya, “Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung-nyanjung Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, “Hamba dan utusan Allah”. (HR. Imam Ahmad).
Keduanya saling berpandangan dan tersenyum. Ayu melanjutkan kata-katanya,
“Yach, kita ini hanyalah seorang hamba, alangkah indahnya jika hanya menghamba pada Allah saja, Laa ilaa haillallaah (Tiada Tuhan selain Allah), segala yang ada di bumi maupun di langit ini akan rusak binasa kecuali Allah! tak pantas kita memuji makhluk-Nya dengan melupakan Siapa Yang Menciptakannya”.
Bahagia sekali kedua sahabat itu kini, mereka saling mengingatkan satu sama lain. Sejenak Nisa memecahkan suasana, “Bunda Ayu, jangan lupa ditunggu anak-anaknya, lho..”.
Ayu tersenyum malu pada Nisa, “Ah Nisa..”. Mereka berdua bersiap-siap untuk ke Panti Asuhan “Rindu Bunda”.
Seperti biasa, anak-anak yatim piatu itu berlari menyambut kedatangan Ayu dan Nisa, Qitri kecil berlari ke arah Ayuning.
“Bunda Ayu..”. ia menghambur kepelukan Ayu, sementara yang lain berebutan mencium tangan Ayu dan Nisa seraya tersenyum senang karena mendapat hadiah kecil. Qitri berusaha keras mendapat perhatian lebih dari Ayuning, maklum gadis mungil itu paling muda di antara anak-anak panti lainnya.



“Bunda.., Qitri kangen ceritanya.., kalau Bunda cerita, baguuus sekali, Qitri seneng deh..”. Anak-anak lain tak kalah berkata, “Ia Bunda Ayu.., kami kangen ceritanya.. kalau Bunda Ayu cerita, kami senaaaaaaang deh”.
Ayu tersenyum melihat tingkah anak-anak manis itu, namun dalam hati ia ber-istighfar, kemudian berkata, “aduuh, aduuh.. pada muji Bunda yaa, kalau kalian memuji seperti itu, sama artinya kalian sedang melihat Bunda ada di puncak gunung yang tinggiii sekali, lalu ada angin yang kencaaang menerpa Bunda, akhirnya Bunda kenapa, anak-anak?!” seketika Ali naik ke atas pohon, seolah-olah naik ke puncak gunung yang tinggi memperagakan apa yang Ayu bilang,
“Seperti ini ya.. Bunda..”. katanya pada Ayu, semua heboh melihatnya. “Aduuh.. Ali turun dong sayang.. nanti jatuh”.
Qitri dan anak-anak panti lainnya juga ikut berteriak, “Turun dong, Ali.. nanti jatuh lho..!!!”.
Ali berusaha turun, ketika kaki kanannya sudah menyentuh tanah, tiba-tiba tubuhnya oleng ke kiri, Gedebukk!. Anak-anak bergegas mengerubunginya, “Kamu nggak kenapa-napa, Ali.. “. Tanya Nisa, sedangkan Ayu bergegas ke dalam rumah untuk mencari obat. Ibu panti tidak enak melihat tingkah anak-anak asuhannya, “Dimaklumi saja ya, nak Ayu.. kalau ketemu Bundanya pasti begitu”. Ayu tersipu malu pada Ibu panti. Setelah mengobati Ali, Ayu berkata pada mereka,
“Nach.. anak-anak, jadi jangan pernah memuji Bunda, ya.. nanti Bunda jatuh kayak Ali, sakit kan, Li..”. Ali meringis seraya menganggukkan kepalanya. Sementara si mungil Qitri berkata pada Ayu, “Tapi bunda.. cerita Bunda bener-bener bagus.., sumpah dech..”. Yang lain berkomentar sama.
“Baiklah kalau begitu, Bunda pingin tanya sekarang, yang menciptakan Bunda siapa, anak-anak?..”. mereka menjawab, “Allah Swt”.
“Nah, Jadi yang pantas dipuji adalah Allah, karena Allah yang menciptakan Bunda, jadi kalau kalian kagum pada seseorang yang mempunyai suatu kelebihan, kalian harus memuji Allah, dengan mengatakan: Subhanallaah (Maha Suci Allah), Walhamdulillaah (Segala Puji Hanya untuk Allah), Walaa illaa ha ilallah (Tidak ada Tuhan selain Allah), Wallaahu akbar (Allah Maha Besar)”.
Anak-anak menirukan satu-satu kalimat tasbih, tahmid, tahlil, takbir yang Ayu ajarkan, setelah itu barulah ia bercerita. Melihat tingkah sahabatnya, Nisa sangat terkesan. Tak terasa cerita Ayupun usai, tiba-tiba mereka berdua saling berpandangan. Dengan sinar mata kebahagiaan Ayu berkata,



“Alhamdulillah, Nisa.. Ayu telah mengajar mereka untuk memuji Allah. Semoga mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mencintai Allah dengan mengikuti akhlak Rasul-Nya, hamba Allah yang senantiasa merendahkan diri di hadapan Rabb-Nya dan setiap makhluk ciptaan-Nya.”
Nisa tersenyum mendengar penuturan sahabat yang sangat disayanginya, “Iya Ayu, Ibarat bunga. Melati Tak Ingin Menjadi Mawar”.
Cukup Allah saja yang menilai setiap hamba-hamba-Nya. Mereka memandang anak-anak panti yang sedang asyik bermain di halaman, dalam hati keduanya berdoa, “Aku berlindung kepadamu Ya Allah, dari sifat-sifat yang tidak Engkau sukai dan dari setiap manusia yang menyombongkan diri, yang tidak beriman kepada hari akhir..”.

Barakallahufik..semoga bermanfaat
Wassalam…


http://www.facebook.com/note.php?note_id=159605624068093&id=137365446278178&ref=mf

Cahaya Mata


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
  ==============================
Teduhkanlah hatiku, lelapkan jiwaku..


Duhai engkau Cahaya Mataku, yang menuntun jalanku..
yang memandu hidupku..
Yang meredupkan sedih penatku..

Tersenyumlah, bahagialah..
Sungguh engkau yang melumpuhkan hatiku..
Yang melipurkan rinduku..
Yang menyejukkan cinta dihatiku
---------------------------------------------------

Apa kabar buat  suamiku..Sang Cahaya Mataku.,
Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkati dirimu yang sudah lama tak kutemui, namun doaku tidak pernah putus mengiringi setiap langkahmu demi meraih keridhaanNya.
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Seindah-indah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah,"
Alhamdulillah, itulah anjuran Islam melalui Rasulullah SAW yang kita cintai. Pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga rumah tangga muslim yang bakal dibina saat menikah nanti. Begitu kan katamu waktu itu..?
Wahai suamiku, Cahaya Mataku..
"Dinikahi seorang wanita karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah agamannya, maka beruntunglah kedua tanganmu".
Itulah sebuah pijakan utama buatmu memilih calon isteri. Dan komitmenmu itu menjadi sebuah pijakan utama yang menjadi hafalanku sejak aku beranjak dewasa, ketika engkau hendak melamarku. Itu kan katamu waktu itu..??
Jika harta yang engkau idamkan, maka ketahuilah diriku bukanlah orang yang berada. Tiada harta yang dapat kupersembahkan dalam ijab-kabul kita. Tiada harta sebagai jaminan bahwa engkau akan menikmati sedikit kesenangan apabila ijab-kabul telah dilafazkan.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS Ar Ruum: 21)
Jika keturunan yang engkau dambakan, ketahuilah bahwa aku hanyalah manusia biasa dari keluarga yang biasa pula. Namun apa yang pasti..? Aku adalah keturunan yang mulia, ayahanda adalah Nabi Adam as dan bunda Siti Hawa as, sama seperti mu.
"…Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali Imran: 159-160)
Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini bahwa engkau juga tidak terlepas seperti manusia yang lainnya. Ketahuilah wahai suamiku, jika kecantikan itu yang engkau inginkan dari diriku, maka engkau telah salah langkah.
Tiada kecantikan yang terlihat orang lain yang dapat kupertontonkan padamu. Telah aku hijabkan  kecantikan diriku ini dengan amalan ketaatan kepada tuntutan agama yang kucintai. Engkau hanya akan sia-sia jika hanya menginginkan kecantikan lahiriah semata.
Dan aku tidak dapat menjanjikan, bahwa aku mampu membahagiakan rumahtangga kita nantinya, karena aku memerlukan engkau untuk bersamaku untuk menegakkan dakwah islam ini, dan aku merelakan diri ini menjadi penolongmu untuk membangunkan sebuah markas dakwah dan tarbiyah islamiyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung, Allahu Rabbi.
Mencari ilmu agama secara bersama, marilah kita jadikan pernikahan ini sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan ilmu agama, tetapi berbekal ilmu agama yang ada ini, aku ingin menjadi isteri yang sentiasa mendapat keridhaan dari Allah dan suamiku.
Hal itu tak lain untuk memudahkan aku membentuk rumah tangga muslim antara aku, engkau dan anak-anak kita nantinya untuk dibina dan diberikan pendidikan dengan ketaatan kepada Allah SWT. Aku pun hanya akan bercita-cita untuk bisa bergelar pendamping solehah bagi sang suami, seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW.
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (QS An Nisa: 1)

Suamiku, Cahaya Mataku..
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka". (QS. An Nisaa: 34.)
Aku yakin bahwa engkau adalah pemimpin untuk diriku dan anak-anakku sebagai pewaris dakwah Islam. Maka, jadikanlah pernikahan ini sebagai asas pembangunan iman, bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai hawa nafsu semata.
Semoga diriku dan dirimu sentiasa didampingi rahmat dan keridhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan nilai kesabaran, dan ketabahan. Semoga kita akan menjadi salah satu daripada jamaah menuju ke syurga, insya Allah.
Ketahuilah wahai suamiku, bahwa aku tidak pernah mendambakan mas khawin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai arti kita dipertemukan Allah atas dasar agama.
Cukuplah  maharku adalah sebuah qalam mulia, Al-Quran, karena aku meyakini qalam itu mampu memimpin rumahtangga kita untuk meraih keridhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat hanya sementara.
Bantulah aku dalam memperjuangkan dakwah Allah ini melalui pernikahan, karena ia adalah tempat untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, insyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada harta duniawi yang ingin kau sediakan untukku.
Kutitipkan sebagian dari pengetahuanku melalui buku "Jalan Dakwah" karya Syaikh Mustafa Masyhur, yang tidak lagi berwujud keborosan dan kebakhilan karena semuanya berada di dalam sikap qana'ah (berpuas hati dengan apa yang ada), ridha dan yakin.
Wahai suamiku, Cahaya Mataku..
Lihatlah rumahtangga Rasulullah SAW, terkadang sebulan pernah dapurnya tidak berasap karena tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Namun, walau begitu susahnya, rumahtangga Rasulullah SAW tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia, yang tidak ada bandingnya hingga hari ini.
Terlalu panjang rasanya aku mencoretkan tulisan ini. Cukup dahulu aku buat tulisan ini, andai diizinkan aku akan kembali menitipkankan lagi kiriman bertintakan hati ini. Akhirnya, saya mohon maaf, biarlah rindu ini ditumpahkan dalam tinta daripada jemu tatkala kita dipertemukan kembali.


Suamiku, tetaplah disana dalam pangkuan tarbiyahNya. Tetaplah menjadi Cahaya Mataku, yang meskipun kini engkau jauh tapi cahayamu tetap menyinariku hingga kita terasa dekat.

Barakallahufikum
Wassalam…


Hidayah Itu Harus Dijemput


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================

Antara aku dan sahabatku.Di halaman kampus, dibawah pohon akasia yang rindang. Sambil menikmati semilir angin dan memandangi para temen2 mahasiswa yg berlalu lalang datang dan pergi kuliah.
“Apa kau tak percaya Allah itu ada??”
“Aku percaya…”
“Lalu mengapa kau tidak sholat??”
“…........???”
“Apa kau tak percaya akan datangnya Hari Pembalasan??”
“Tentu saja percaya..”


“Lantas kenapa tidak sholat??”
“…….......???”
“Tak tahu kah kau, sholat-lah yg membedakan mu’minuun dg kafiruun..”
“Aku tahu itu…”
“Mengapa masih tak kau laksanakan juga sholat-mu??”
“….........”
“Tempat kembali orang2 kafir adalah neraka jahannam..”
“Yaa…aku tahu ”
“Tak takut akan siksaNya??”
“Pertanyaan retorik…”
“Hmmmm….. masih tak mau sholat juga??”
“….......?????”
“Kapan kau akan mulai sholat??”
“Dulu… aku pernah sholat…malam2ku kuhabiskan dengan bersujud pada-Nya…sepenuh hati ku menyembah-Nya…. setiap saat ku memuja-Nya…”
“Hmmmm…. sungguhkah itu??”
“Kau tak percaya padaku??”
“Aku percaya… hanya saja aku mempertanyakan keikhlasanmu…aku tahu… dulu kau amat rajin berdoa… banyak sekali yang kau minta dalam lantunan doamu.. tapi kesemuanya hanya urusan dunia yg semu…Memang benar firmanNya: Berdoalah pada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan doamu’… itu yg kubaca dalam kitab-Nya. Dia tak pernah menyalahi janji”
“Katanya, Dia-lah tempat kita memohon pertolongan… tapi mengapa tak jua Dia menolongku, justru menimpakan musibah yg tak mampu kutanggung??”
“Sahabatku, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dg kesanggupannya.


Dia hanya sedang mengujimu… kurasa, sepertiku.. Dia mempertanyakan keikhlasanmu dalam menerima cobaanNya..”
“……......????”
“Tidakkah kau rindu sholat..??”
“Sekarang ini aku tak-kan bisa konsentrasi pada sholatku… aku tak ingin ketika aku sholat, pikiranku justru tertuju pada yg lain…”
“Jadi, menurutmu lebih baik tidak sholat..begitu ??”
“Aku butuh ketenangan batin terlebih dulu…”
“Justru dengan sholat akan kau dapat ketenangan batin itu…”
“Aku ingin ketika aku sholat, itu atas kemauanku.. bukan karenamu.. “
“Bagaimana jika kemauan itu tak kunjung datang..??.”
“Saat badai ini berlalu, ku yakin kemauan itu akan menghampiriku…”
“Jika waktumu tak sampai? Dan kau meninggal lebih dulu..?”
“Maka itu sudah menjadi takdirku…”
“ Astaghfirullah....” T.T
“ Bersabarlah..semua ini adalah ujian dariNya..”
“ Aku sudah bersabar lebih dari yang kau tahu..”
“Ayolah sahabat, aku mencintaimu… karena itulah aku peduli padamu“
“Begitu pula aku..”
“Sungguhpun kau membenciku, ku tetap harus mencintaimu…”
“Aku akan selalu mencintaimu..”
“Mengapa tak kau cinta Pencipta-ku??”
“ Caranya...?”

“Dengan sabar dan sholat. Yaa..kenalilah penciptamu dengan mulai menegakkan sholat. Dan bersabar atas ujianNya ”
“Entahlah…saat ini aku belum bisa ”.
“Sahabat..aku kasihan padamu, yg bisa kulakukan kini hanyalah berdoa untukmu.. semoga Allah segera melembutkan hatimu..”
Dan kutinggalkan sahabatku dibawah pohon akasia di halaman kampus. Ujian demi ujian hidup datang padanya bertubi-tubi. Mulai dari ayahnya yg pergi dari rumah dan kawin lagi dengan wanita lain. Kemudian ibunya bunuh diri karena tak kuat dengan cobaan hidup. Kakak lelaki satu2nya yg diharapkan sebagai kekuatan terakhir justru stress dan akhirnya masuk rumah sakit jiwa. Dan puncak dari semua itu dia akhirnya melepas hijabnya, meninggalkan sholat dan kewajiban2 lainnya sebagai seorang mulimah. Itu dilakukan karena merasa kecewa dengan Tuhan dan sebagai bentuk protesnya untukNya. Naudzubillah tsuma naudzubillah...T.T
Kini dia sebatang kara dengan bekerja di restoran untuk biaya hidup dan kuliahnya setiap hari. Hidayah Allah memang belum datang lagi kepadanya, tapi tahukah bahwa hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, hidayah itu harus dijemput kembali. Dan aku bertekad untuk membuatnya kembali kejalanNya, dan aku ingin Allah memberiku kekuatan agar diriku menjadi lantaran dirinya kembali menjadi muslimah yg benar2 menjalankan perintahNya. Karena bagaimanapun keadaan kita, sholat bukan lagi sebagai KEWAJIBAN, tapi sudah menjadi KEBUTUHAN !
“Semoga Alloh melancarkan urusanku… hingga kan kudapatkan ketenangan itu, saat itulah ku akan kembali bersimpuh di hadapan Pencipta-mu”
“……”
Pesan yg ingin Icha sampaikan:
Bahwa pada hakekatnya ujian hidup ini adalah sebagai tanda kasih sayang Allah kepada kita. Justru karena Allah sayang ama kita maka Dia memberi ujian. Tinggal bagaimana kita mensikapinya, apakah akan membuat kita lebih mendekatiNya atau justru menyalahkan takdirNya, menganggap Allah telah menzalimi hambaNya.
Jangan mengaku beriman jika hidup kita hanya datar2 saja tanpa cobaan. Justru hidup dengan cobaan akan membuat kita kuat. Menangis dan futur boleh, tapi jangan sampai menghilangkan keyakinan kita bahwa Allah telah menetapkan qadha dan qodarNya atas diri kita, itulah yang terbaik. Tinggal kita bisa menggali hikmahnya atau tidak.
Dan Allah berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, pdhl belum datang cobaan sebagaimana halnya orang2 sebelum kamu?

Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dgn macam2 cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang2 beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’, Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “. ( QS.Al-baqarah; 214 )
Sayangnya, seringkali kekurangsabaran menunggu tibanya pertolongan Allah itu menyebabkan kita berburuk sangka kepadaNya. Kita menganggap seakan-akan DIA tidak mendengar doa yg kita ajukan. Padahal Allah telah menyatakan:
“ Dan apabila hamba2KU bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang AKU, maka jawablah bahwa sesungguhnya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan orang yg berdoa kepadaKU apabila memohon kepadaKU, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKU dan beriman kepadaKU, agar mereka selalu dalam kebenaran ( QS.Al-Baqarah; 216 ).
Oleh karena itu, sikap berbaik sangka kepada Allah harus senantiasa kita tancapkan dalam hati. Sehingga pertolongan itupun akhirnya akan datang seiring dengan memuncaknya tingkat kesulitan yg kita hadapi.

Barakallahufikum..jabat erat dan salam hangat
Wassalamualaikum…


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-hidayah-itu-harus-dijemput/186694788025843

Anugrah Cinta Untuk Mentari


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
===========================
“ Benarkah engkau jodoh yang diberikan Allah kepadaku ? “


Bertanya Mentari pada selembar kertas yang masih terlipat rapi di hadapannya. Pagi tadi Ummi Farah memberikan kertas itu padanya. Hampir empat tahun setelah Mentari ditanya Ummi Farah tentang kesiapannya menggenapkan separuh dien. Kini selembar biodata yang dinanti-nanti, benar-benar berada di hadapannya. Matanya menerawang dalam diam. Menemani lintasan kenangan yang berkecamuk dalam pikirannya …..ia belum berani membuka kertas itu …
Alun-alun kota Solo, menjelang Dhuhur..empat tahun yang lampau.
Beberapa saat yang lalu, serombongan besar wanita muda berjilbab berdemo mengusung tema besar anti pornografi.  Mentari bersama dua sahabatnya, Wida dan Nana, berjalan menuju halte di jalan Slamet Riyadi.
" Tari, Wida.. ana duluan ya… tuh kak Fauzi udah nunggu di depan telpon umum ". Nana pamit sambil menunjuk ke arah seorang pemuda tegap  berbaju rapi ala kantoran.
" Aduh… pengantin baru, nggak sabar nih cepet sampai rumah…", goda Wida sambil melempar senyum simpulya.
"Iya, udah lupa ya sama asrama "Pondok Putri" tempat kita tumbuh dan berkembang  " Tari menimpali.
" Maaf deh saudari-saudariku, makanya pada cepet punya suami..biar nggak ditagih ibu kos lagi tiap bulan…". " Wuuuu…lagaknya !! "
Nana tersenyum penuh kemenangan. Sebentar kemudian ia telah meninggalkan Mentari dan Wida. Panas kota solo di pertengahan tahun memang cukup merepotkan, meski tidak sepanas kota jakarta. Orang-orang malas untuk terus-terusan berdiri mematung dipinggiran jalan. Setiap bus kota yang datang disambut dengan kejar-kejaran dan desak-desakan antar penumpang. Tentu saja Mentari dan Wida selalu ketinggalan. Mereka tak bisa sembarangan melompat dan bergantungan. Bisa-bisa jilbab dan gamis panjang mereka akan jadi korban.
Satu jam berlalu, tak ada kemajuan. Mereka masih setia menunggu Bus antar kota yang akan membawanya ke kawasan Plasa Ambarukmo Jogyakarta. Namun langit berganti warna, panas berlalu tanpa sisa.  Hujan pun mulai turun.  Mentari dan Wida masih terjebak di halte.  Dalam lelah yang berkepanjangan. Mendadak….datang dua orang pemuda. Satu berambut gondrong. Satu lainnya beranting. Keduanya memakai baju khas orang kuliahan. Ada hasrat buruk tergambar dari kilatan mata mereka.
" Halo ceweek .. godain kita doong, dari kampus mana nih ? ", seorang dari mereka mulai menyapa dengan kedipan mata yang genit.
" Eh.. elo yang tadi orasi ya ? yang katanya nolak pornogafi ya ", tambah seorang lagi sambil menunjuk ke arah Mentari. Mentari dan Wida merasa terancam, mereka bergerak menjauh. Tapi dua pemuda itu masih berhasrat mendekat.

" Hei cewek, jangan munafik loo.. gue tahu loe punya pacar dan rutin kencan kan tiap malam minggu di kos-kosan.."
Muka Wida memerah dahsyat mendengar ocehan sang berandal. Jiwa petarungnya sebagai mantan atlit karate tak bisa membiarkan ini terjadi.
" Jangan sembarangan kalau bicara, kalian belum tahu berhadapan dengan siapa." Namun gertakan Wida berlalu begitu saja. Mereka malahan tambah nekat.
" Iya, apa gunanya pake jilbab kalau sudah tidak perawan lagi. Mending jilbabnya di copot saja …., sini biar gue yang copot kalau tidak mau " .
Sreeet !!! Jilbab Mentari menjadi sasaran ! Mereka menariknya dengan paksa. Mentari berusaha mempertahankannya.. " Tolooooong ! Rampook ! " Mentari berteriak meminta pertolongan. Tapi derasnya hujan meredam suaranya. Beberapa orang yang melihat dari jauh diam tak bergerak. Ketakutan.
Buuk ! Tendangan samping Wida tepat mengenai punggung seorang pemuda berandal. Ia sempat terhuyung beberapa saat. Seorang lagi masih menarik kuat jilbab yang dipakai Tari. Buuk ! Sreeet !.Terdengar dua  teriakan yang berbeda sumbernya. Satu teriakan dari pemuda berandal yang menarik jilbab tari. Ia terkena tendangan Wida tepat di titik kelemahannya. Satu teriakan lagi keluar dari mulut dan nurani Tari. Jilbab yang dikenakannya terlepas. Tetesan hujan membasahi rambutnya yang panjang.
" Tolooong …… !!! ", Mentari panik. Ia mendapati dirinya sangat asing dengan rambut yang terurai tanpa penutup. Ia merasa bagai terjebak di sarang penyamun yang haus tubuh wanita.  Wida segera menarik Tari menjauh dari halte itu. Kedua berandal masih sempat mengancam dalam kesakitannya. Beruntung, sebuah Taksi tepat berhenti di depan Tari dan Wida, memberikan tumpangan.
Malam pun menjelang dengan membawa seribu kesan menyakitkan dalam diri Tari. Hari itu begitu berat bagi seorang Tari. Demonstrasi yang melelahkan ditambah kejadian mengerikan di halte siang tadi. Mendadak Tari ingat Nana, sahabatnya yang juga ikut demonstrasi siang tadi. Mentari merenung dalam kesendirian di kamar kosnya …Ah, betapa beruntungnya kau Nana, ada yang menjaga dan memperhatikanmu karena engkau sudah bersuami.… Ucapnya dalam hati " Ya Allah, datangkanlah kepadaku seorang yang Kau janjikan untuk menemani dan meneguhkan hidupku.." Mentari pun tenggelam dalam doa-doa yang tak pernah bosan ia panjatkan.
--------------------------------------------------------------------------------
Asrama Pondok Putri. Pagi hari, tiga tahun yang lalu.


Pintu kamar Mentari di ketuk tiga kali. Sahabatnya, Wida, masuk memberi salam, keduanya berpelukan seolah lama tak bertemu.
 "  Subhanallah, my lovely Wida… bumi bagian mana yang tega menelanmu selepas wisuda Februari, tiga bulan yang lalu.. tak ada kabar, telpon atau surat ? ".
" Afwan Tari, aku pulang ke Bandung. Di sana ternyata banyak proyek yang harus kugarap. Tahu sendiri kan ? Papa memang dari dulu sudah nunggu lama kelulusanku. Beliau ingin aku menjadi manajer akuntan di perusahaannya. "
" its OK ukhti, tapi janji ya kamu nginep lama di sini… ada banyak cerita baru lho di kampus kita ".
" Justru itu Tari.. aku ke sini memang khusus untuk menemuimu. Aku ingin kau mengetahuinya langsung dariku, meski sebenarnya bisa saja kalau aku poskan  undangan ini dari Bandung.. ".
" Undangan ? Walimah maksudnya ? Subhanallah… akhirnya kau menikah juga Wida.Tadinya aku kira aku yang duluan.. selamat ya… mana undangannya  ? " Wida mengulurkan sebuah undangan berwarna merah muda. Indah dan berkesan bagi penerimanya.
Keduanya kembali berpelukan. Isak tangis mulai terdengar pelan. Bahagia dalam haru. " Maaf Tari… aku harus menikah terlebih dahulu. Aku takut jika terlalu larut dalam perusahaan nanti…aku bisa sibuk dan lupa nikah. Lucu ya kedengarannya ? tapi memang begitu kemarin nasehat orangtuaku di rumah. Nah, kamu sendiri gimana kuliahnya ? " Wajah mentari mendadak berubah muram.
" Yaah.. kamu tahu sendiri kan dengan Mr. Kosmo ( julukan untuk dosen paling killer dikampus ) ? Beliau tuh sangat teliti kalo pas ngoreksi. Tapi apapun, aku usahakan September ini aku udah angkat kaki dari kampus ini. Eh… tapi jangan lupa doain ya Wid..! ".
" Jelas dong… mau didoakan cepet wisuda atau cepet nikah ? " .
" Cepet Nikah dong !!! eh…  maksudku kalo bisa dua-duanya dapet gituu.. " .
" Iya non.. aku juga tak tega membiarkanmu menjadi bidadari ketinggalan kereta ! "
Buuk ! Serasa ucapan Wida yang terakhir bagai tendangan karatenya yang tepat mengenai ulu hati Mentari. Sakit memang, tapi Tari sadar sahabatnya itu hanya ingin memberikan motivasi padanya untuk tetap tegar ! Selepas kepergian Wida, Tari kembali merenung dalam kamar. Tangannya asyik membolak-balik undangan Wida. Ah..ini bukan yang pertama bagi Mentari. Bukan yang pertama kali Mentari ketinggalan kereta, seperti kata Wida. Seminggu yang lalu Dina, teman seangkatannya nikah dapat anak Medan.


 Bahkan sebulan yang lalu malahan si centil Tasya, adik kelasnya dua tingkat, sukses di lamar teman satu jurusannya ! Tari menghidupkan PC-nya yang setia menemani hari-hari kuliahnya selama lima tahun terakhir ini. Dibukanya sebuah file di program Corel Draw. Nampak di layar sebuah desain undangan pernikahan  yang anggun dan manis. Tertulis di dalamnya…
Menikah : MENTARI CANDRASARI bin H. RAHMAT  dengan .. MR. MOST WANTED !!! ! Mentari termenung berkaca-kaca. File itu sudah setahun lebih dibuka dan diedit, tanpa tahu kapan  akan diprint dan digunakan.
*******************
Rumah Mentari yang anggun , di sisi utara pulau jawa, dua tahun yang lampau.
Matahari pagi yang cerah menemani keluarga Mentari. Kemarin sore Tari, putri satu-satunya keluarga Haji Rahmat, baru saja datang dari Jakarta. Mereka berkumpul hangat di ruang keluarga.
Hari itu terasa istimewa bagi pak Rahmat, ayah Mentari, dan juga bagi ibunya. Tapi tidak bagi Mentari. ..ada seorang dari masa lalu yang tiba-tiba dibicarakan oleh bapak ibunya. Andri, teman sekolahnyanya saat SMU dulu, sepekan yang lalu menelpon Haji Rahmat. Tari penasaran meski ia tak merasa punya alasan untuk penasaran.
“ Bapak kenal Andri juga ya Pak ? “.
“ Oo.. bukan kenal lagi Tari, Bapaknya itu kan pak Joko toh ? Beliau dulu kawan Bapak semasa masih muda merantau di Jakarta. Kami sama-sama ngontrak rumah di Tanah Abang, sebelum akhirnya Bapak dipanggil kakekmu untuk nikah sama ibumu ini.. “ .
“ Lalu ? apa maksudnya seminggu yang lalu ia menelpon Bapak ?“.
“ Jadi begini… Nak Andri sudah mengutarakan niat baiknya untuk melamarmu. Dan pak Joko juga secara khusus sempat menyinggung masalah ini kemarin saat telepon.. Besok pagi Andri mau ke sini khusus untuk bertemu kamu… “
Wajah Tari berubah. Seolah tak percaya dengan pendengarannya.
“ Tapi Pak ? Tari kan belum tentu menerima…… “ .
“ Huss ! jangan membantah dulu… yang penting besok kau temui dia. Siapa tahu cocok…Bapak dan Ibu sebenarnya terserah kamu, tapi inget Tari.. usiamu sudah tidak muda lagi..Ibumu kemarin nangis karena ada tetangga yang ngomongin kamu calon perawan tua ! “.


Mentari diam. Mencoba untuk teguh meski hatinya tergugu. Dia tahu persis siapa Andri yang dulu. Meski lima tahun ia tidak ketemu, Mentari tidak yakin Andri berubah seperti yang diinginkannya.
Pagi menjelang dengan cahaya yang riang. Mencoba menyinari hati Tari yang masih bimbang. Di ruang depan, bapaknya masih sibuk dengan seorang tamu muda. Andri namanya. Pakaiannya perlente, khas eksekutif. Tumpangannya jauh dari yang Tari perkirakan. Kalau dulu saat sekolah, Andri hobby ganti-ganti motor sport yg bunyinya knalpotnya saja bisa membangunkan orang satu RT. Tapi kini sebuah sedan metalik dengan anggun parkir di depan rumah Tari. Mobil Andri kah ? atau mobil orangtuanya ? Ah.. bagi Tari itu sama sekali tidak penting.
Hati Tari bergetar hebat, apalagi saat ayahnya memanggil, menyuruhnya bergabung di ruang tamu. Tari melangkah pelan. Dengan malu-malu ia tundukkan pandangan dan menuju keruang tamu. Ia merasa sorot mata Andri terarah lurus ke arahnya. Mencoba menelanjangai jilbab lebar dan jubah rapi yang dikenakannya.  Mendadak Tari merasa risih..…
“ Ini Tari ? waah.. sekarang pakai busana muslim ya ? Kapan pergi hajinya Tari ? bareng pak Rahmat ya ? “.
Pergi haji ? Apa hubungannya dengan kewajiban memakai jilbab ? Tapi Tari tidak merasa bingung. Andri masih seperti dulu. Tidak mengenal dan memahami Islam sama sekali.. Tari tambah risih saat Bapak minta ijin keluar sebentar, meninggalkan Tari dalam kungkungan rasa yang menakutkan. Ini khalwat ! bisiknya dalam hati. Yang ketiga adalah setan !
“ Ada perlu apa Andri ? Ada yang bisa di bantu ? “, sapa Tari dengan gaya yang tidak dibuat-buat. Pandangannya masih tertunduk. Tegas, tapi tidak ketus.
“  Hah ! Bapak dan Ibu tidak bilang sama kamu sebelumnya ? Aku datang untuk menyampaikan niat baik melamarmu Tari… kalau kamu berkenan, seminggu lagi keluargaku akan datang melamarmu.. bagaimana Tari, kau setuju kan ? kita akan menyambung kembali cerita dan kenangan cinta kita saat SMU dulu.. “.
Tari merasa terusik dengan kalimat terakhir Andri. Kali ini ia benar-benar muak. Kenangan masa lalu yang sedemikian lama telah terhapus, mencoba menghujam masuk kembali dalam diri Tari. Sejak tamat SMA Tari sudah bertekad mendalami islam secara kaffah. Tidak ada istilah pacaran dalam kamus hidup Tari semenjak itu.
“ Maaf Andri, aku bukan Tari yang dulu…kau salah datang kepadaku ..” Mata Andri melebar. Ia seperti tidak percaya Tari mengatakan hal seperti itu. Tari yang dulu selalu setia menemani hari-hari indahnya saat SMU. Kini dihadapannya bagai sosok asing yang tak pernah dikenalnya.
“ Tari !! aku datang kembali untukmu… lima tahun aku memendam cinta ini Tari…, ingatkah kau saat-saat indah kita dulu Tari…, Tari… bukankah dulu kita pernah berjanji sehidup semati, Tari, lupakah kau dengan semua itu… Tari…. “

“ Tidaaaaaaaaaak ! Kau tidak berubah Andri !Maaf, mungkin  kita tidak jodoh. Titik !! “ Tari bergegas masuk kembali ke ruang dalam. Meninggalkan Andri dalam keheranan yang panjang. Sementara Bapak ibu Tari saling berpandangan heran. Mereka berdua masih menyimpan beban. Kapan putri satu-satunya akan ke pelaminan ?
Tari menangis dalam kamar. Ia menangis bukan karena Andri. Ia sama sekali sudah melupakan masa lalunya yang kelam bersama Andri. Ia menangis, karena baru kali ini ada seorang yang datang untuk melamarnya. Baru kali ini. Tapi mengapa yang datang Andri ? Pacarnya di masa lalu. Seorang lelaki yang sama sekali tidak diharapkan dan tidak disangka-sangkanya.
 Mengapa bukan ustad Agus, Akhi Budi, Mas Hanafi, Pak Irvan, Fajar, Wisnu atau teman-teman lain yang aktif di kegiatan masjid ?.Mengapa bukan mereka-mereka yang hanif dan sholih yang datang? Sehingga Tari bisa semakin teguh mengarungi hidup ini ? Kemana mereka semua ? Kemanaaa ?  Tari berteriak dalam hati, menanti sebuah jawaban.
“ Yaa Allah, kemana hamba2MU yang lainnya yg sholeh ? Andri kah yang Engkau takdirkan menjadi jodoh hamba ? Hamba belum bisa menggali hikmah dibalik takdirMu ini yaa Raab, beri hamba kekuatan..” Rintih Tari dalam munajatnya.
***************************
“ Benarkah engkau jodoh yang telah di janjikan Allah kepadaku ? “ Kembali Mentari bertanya pada kertas bisu dihadapannya.  Dengan hati-hati dibukanya kertas itu pelan-pelan. Seolah didalamnya ada sesuatu yang sangat berharga. Mentari mendapati sebuah nama yang tidak asing baginya…. Agus Budiman. “ Ustad Agus ??? Benarkah ?? Subhanallah … “,
Tari memang harus terkejut. Tentu ia tidak mempunyai alasan untuk tidak menerima Ustad Agus. Ia seorang yang mempunyai pemahaman Islam yang sangat baik. Ia seorang ustad yang sangat terkenal di kalangan teman-temannya di kampus. Buah keikhlasannya dalam membina telah melahirkan banyak kader dakwah dari masjid kampusnya.  Sungguh ! Tari tak mempunyai alasan untuk menolaknya. Apalagi jika mengingat usianya yang sudah dua tahun melewati seperempat abad ! Juga tangisan ibunya terkasih yang selalu memintanya untuk segera bersanding di pelaminan..
Tapi…. Mendadak Tari tertegun. Ingatannya kembali menerawanag. Beberapa bayang wajah anggun mengitari benaknya. Ia mengingat beberapa seniornya di kampus yang belum menikah ; Mbak Rahma, Mbak Santi…dan juga Mbak Zaenab.  Mbak Rahma, pembimbing mentoringnya saat Tari belum berjilbab di tingkat satu. Usianya kini menjelang kepala tiga. Sudah dua tahun ini ia tidak banyak kelihatan. Sakit organ dalam membuatnya harus banyak beristirahat di rumah.
Lain lagi dengan Mbak Santi, dua tingkat di atasnya dulu di kampus. Sekarang sibuk bekerja di perusahaan konveksi, dari pagi sampai sore.


Sesekali saat libur, masih sempat untuk diminta mengisi kajian muslimah di kampus. Mbak Santi memang harus kerja keras mencari nafkah. Ia anak sulung dari delapan bersaudara. Ayahnya sudah tiada sementara ibunya sudah cukup renta untuk bekerja. Mbak Santi adalah tulang punggung di keluarganya.
Cerita tentang Mbak Zaenab lebih memilukan. Suaminya, almarhum ustad Ahmad, meninggal tertembak saat dikirim untuk berdakwah di daerah konflik Ambon.  Ia meninggalkan dua putri yang masih sangat lucu-lucu, Hana dan Aisyah.  Aktifitasnya sekarang menjadi pengajar SD Inpres, untuk mencukupi kebutuhan hidup dua putri kecilnya.
Perlahan-lahan mata Tari berkaca-kaca. Air matanya mengambang tenang. Bayang-bayang wajah ketiga seniornya menari-nari dihadapannya. Mengapa bukan mereka yang dilamar ustad Agus ? Mengapaa ? Mereka jauh lebih berhak dan membutuhkan daripada aku … Tililliiiiiit…..Tililiiiiit .. deringan HP memecah kesunyian lamunan Tari. Suara bijak dan salam akrab Ummi Farah terdengar dari seberang. “ Bagaimana ukhti Tari ? bersedia bukan ? Beliau siap kapan saja  bertemu untuk ta’aruf ..” “ Engg…..begini Mi,  mungkin saya perlu istikharoh dulu.Mungkin seminggu lagi saya baru bisa ambil keputusan… “ “ Baiklah… saya tunggu ya, dan semoga Allah memberi kemudahan..” Suara salam penutup terdengar dari arah seberang. Pembicaraan telah selesai. Namun bayang-bayang Mbak Rahma, Santi, dan Mbak Zaenab masih setia mengiringi langkah Tari.
*****************************
Dua bulan berlalu. Hari yang bahagia. Suasana walimah yang meriah namun  terjaga nuansa kesyahduannya. Tamu laki-laki duduk terpisah dari tamu perempuan. Terdengar aluanan nasyid pernikahan menggetarkan hati pendengar lajangnya.
Tari duduk anggun berseri-seri. Jilbab dan bajunya yang rapi menambah suasana hatinya yang lega dan tenang. Dengan perlahan Tari melangkah, menemui seorang wanita yang jadi pusat perhatian para tamu sedari tadi. Di sisi wanita itu ada dua putri cantik yang masih kecil-kecil. Tari menyalami haru wanita tersebut. Keduanya berpelukan.
“ Mbak Zaenab, Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin… selamat ya Mbak  semoga bahagia dan berkah menyertai keluarga baru Mbak..”.
“ Jazakillah khoiron ya dik, semoga dik Tari juga cepat menyusul ya..Nanti saya minta mas Agus mencarikan khusus buat dik Tari ya.. beliau kan punya kenalan banyak.. “.
“ Amiin… doanya ya Mbak..Tari tunggu lho janjinya.hehe...” .
“Insya Allahdek Tari…. “


Lega dalam rasa bahagia dan syukur yang terpanjatkan. Tari berpamitan dan melangkah pulang. Mencoba merenda hari-hari penantian yang baru. Jiwanya tenang. Tidak ada penyesalan. Ia ingat persis, saat selesai sholat istikharoh dulu, yang muncul  selalu saja bayang-bayang Mbak Rahma, Mbak Santi, dan Mbak Zaenab. Wajah ustad Agus tak pernah terlintas dalam malam-malam istikharohnya.
Kini dalam hari-hari penantiannya, Tari yakin, ia tidak sendiri. Sebagaimana juga ia yakin, akan ada sesosok laki-laki hanif yang akan menyapanya dengan cinta. Entah satu bulan lagi, dua bulan, satu tahun, atau entah saat senja nanti. Ia yakin Allah telah menjanjikan  sebuah cinta yang akan datang menyapanya.
“ Ya Allah, datangkanlah kepadaku seseorang yang akan meneguhkanku dalam hidup ini, dan berikan kesempatan kepadaku untuk berbakti kepadanya, melahirkan dan merawat anak-anaknya untuk menjadi anak sholih dan sholihah. Agar saat kami telah renta atau telah tiada,  akan ada mereka yang senantiasa mendoakan kami berdua“.
Kembali Tari teringat janji Allah dalam firmanNya:” Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (QS An Nur:26).
Janji Allah itulah yang selalu meneguhkan hati Tari. Sedikitpun ia tidak pernah ragu akan kebenaran janji Allah. FirmanNya adalah benar dan janjiNya juga pasti benar.. !
“ Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka aku tidak akan meminta disegerakan datangnya. Biarlah masa depanku datang dgn sendirinya. Allah lebih tahu yang terbaik untukku menurutNya, bukan yang terbaik menurutku. Saat ini aku memang masih sendiri, itu karena Allah masih mengujiku sampai dimana kesabaranku. Lebih jauh lagi diriku masih dibutuhkan oleh teman2 kampus untuk melanjutkan dakwah ini...” Hibur hati Tari menenangkan diri. Sebuah keyakinan yg menancap kuat dalam sanubarinya. Suatu keyakinan kepada janji Allah yg tidak akan runtuh sampai kapanpun. Suatu keyakinan yg dia pegang seyakin-yakinnya.
----------------------------------------------------
2 tahun kemudian..
Umur Tari sudah hampir mendekati kepala tiga. Ayah ibunya tiap hari dirundung kesedihan atas nasib dirinya yg tidak juga menikah. Tapi keajaiban Allah selalu menyertai hamba2Nya yang sabar dan tawadhu’ dijalanNya. Sekali lagi Allah menunjukkan kuasaNya.
Dengan perjuangan yg berdarah-darah dan tanpa lelah,akhirnya Tari diwisuda untuk gelar Master di jurusan Syariah di kampusnya. Seminggu setelah wisuda S2 nya, Tari dilamar kembali oleh Andri untuk kedua kalinya.

Kali ini ia datang tanpa sedan mewah miliknya dulu. Ia datang dengan sepeda motor saja, dan tanpa orang tuanya. Busananya juga berbeda. Ia memakai baju koko dengan bordiran yang sangat indah, dipadu dengan sebuah peci putih di kepala dan celana panjang sedikit diatas mata kaki dari bahan kain halus. Sedikit jenggot tipis tumbuh dibawah dagunya. Wajahnya bersih dan kelihatan bersinar.
“ Tari, kali ini aku datang kepadamu bukan dengan membawa cinta kita yg dulu. Kali ini aku datang dengan cinta yg berbeda dari yg kita miliki waktu SMA. Kali ini aku datang atas nama cinta dari Allah yg telah memberi hidayah kepada diri ini yg dulu sempat jauh dari pangkuan tarbiyahNya. Aku datang kesini bermaksud melamarmu. Dulu engkau pernah berkata padaku bhwa cita2mu adalah engkau hanya mau dikitbah oleh seorang laki2 yg hafal alquran. Jika engkau berkenan, sekarang ini aku ingin mengkitbahmu dengan hafalan alquranku. Engkau bisa membuktikan itu sekarang juga..”
Tari hampir tidak percaya dengan apa yg barusan ia dengar. 2 tahun baginya adalah waktu yg singkat sejak lamaran andri ditolaknya. 2 tahun juga bukan waktu yg singkat bagi seseorg utk menghafal alquran. Tapi kini andri datang melamarnya dengan hafalan alqurannya...??
“Yaa Allah, mukjizat apa yg KAU tunjukkan dihadapanku ini..?” batin Tari dalam hati.
Tapi ketika sekilas ia beranikan menatap paras andri dan kesriusannya, entah kekuatan dari mana yg masuk kedalam hatinya bahwa ia justru yakin seyakin-yakinnya andri-lah kini yg memang ditakdirkan Allah untuknya. Tapi dia bukan andri yang dulu, melainkan andri yg telah berubah menjadi sosok pemuda yg taat kepada Rabbnya.
Sore itu, sehabis sholat asar berjamaah di rumah Tari.. dia, ayahnya dan ibunya, menyimak setiap bait-bait lantunan ayat2 suci dari kitab cintaNya yg dilantunkan dari mulut andri dengan begitu indahnya. Subhanallah..andri benar-benar hafidz Qur’an. Allahu Akbar..tak henti2nya Tari dan keluarga mengucap kebesaran nama Ilahi.
Sore itu juga, lamaran andri diterima kedua orang tua Tari, dan Tari menerima kitbah andri dengan segala keiklasan dan kemantapan hati. Dan satu bulan berikutnya acara walimahan pernikahan antara Tari dan Andri mengejutkan sahabat2nya seperti Wida, Nana, mbak Zaenab, mbak santi dan mbak rahma pun tak ketinggalan dibikin surprise dengan berita pernikahan Tari.
Barakallahu laka wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin…
-- Yaa Allah, aku meminta berikan aku hati yg sungguh2 mencintaiMU, berikan aku tangan yg dengannya aku mampu berdoa untuknya, dan bila akhirnya kita bersatu.. kuharap kami berdua dapat mengatakan betapa “Maha Besarnya ENGKAU” ,karena telah memberikan padaku mutiara berharga yg akan menyempurnakan separuh agamaku dan memenuhi sunah RasulMU --


Pesan yg ingin saya sampaikan cukup 1 kalimat : SABAR ITU BUAHNYA MANIS !

Barakallahufikum..
Wassalam,,,


http://www.facebook.com/note.php?note_id=161217670573555&id=137365446278178&ref=mf

Dijalan Dakwah Aku Menikah


Bismillaahirahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================


Hidup itu penuh perjuangan..
Bekerja membalik tanah, menyingkap rahasia langit dan bumi.
Dakwah itu berat, Cinta juga berat..
Semakin engkau menyelami, semakin engkau tidak mengerti,
Karena keduanya tidak terbatas.
---------------------------------------------
" Lagi ngapain mas? " Dani tersenyum ketika melihat pesan dari HP-nya. oh Dian. Dengan cekatan dia pencet cepat tombol-tombol HP bututnya.
"Mas lagi di bulan sekarang " kembali kedua bibir itu senyum-senyum sendiri.
"Eh jangan senyum-senyum sendiri gitu donk, entar jadi kebiasaan lho. aku nggak mau punya adek di katain orang ‘agak-agak’ gara-gara senyum-senyum sendiri lho." tawa kembali terurai ketika dia pencet send di HP nya.
Memang Dani dan Dian sudah mendeklarasikan diri sebagai kakak dan adek sejak setahun lalu.(walaupun hanya mereka yang tahu). Ngga tahu entah dari mana asal usul itu, padahal nggak ada ikatan darah antara keduanya. Tapi memang kakak dan adek kelas. Kebetulan mereka berdua belajar di kampus yang sama, hanya jurusannya yang berbeda. Kebetulan lagi, Dani adalah mantan pengurus organisasi yang sekarang sedang dihuni oleh Dian.
Organisasi yang paling dihormati seluruh mahasiswa, organisasi yang paling di benci oleh misionaris-misisonaris kristen dan yahudi. Organisasi yang para punggawanya berusaha untuk benar-benar menjaga dan memperbaiki diri.Ya…..organisasi yang paling tidak diminati sejak SMA oleh para mahasiswa jika diamanahinya. Kenapa? tanya kenapa? Ya..itulah Lembaga Dakwah Kampus atau yang paling dikenal sebagai Rohis. Tapi kok Dani…?
" Mas jangan bikin adek penasaran ah ? mas lagi dimana ?" begitu jawaban Dian di HP, mungkin kalo telepon dengan nada sebel.
" Mas lagi di rumah, di kamar, di atas kasur, tiduran sambil baca buku yang baru beli tadi siang..!” balasnya menggambarkan keadaannya sedetail-detailnya.
" Afwan ya, di rumah ? rumah mana mas? Jakarta atau yogya? “ Dian balas lagi dengan pertanyaan. Memang mereka berdua kebetulan melanjutkan kuliah di luar kota, meninggalkan hiruk pikuk Jakarta yang semrawutnya luar biasa.


 Tepatnya kekota gudeg, kota pelajar, kota wisata, kotanya nyi roro kidul ( ue alah….hari gini percaya gituan.hehe..).
" di rumah ! Rumah Cinta..hehe.becanda.!!! "Mas lagi di Jakarta ! lagi baca buku nich, tepatnya novel judulnya "Cinta Yang Terlambat". Bagus dech, mo pinjem ?." Jawabnya terlihat bangga karena bisa membeli buku.
" Jakarta ? kok pulang ngga’ bilang-bilang. tahu gitu kan adek bisa bareng! eh..Bagus tuch kedengarannya. ya dah dech, met bermelankolis aja dech buat mas. Jangan lupa, ntar kalo udah selesai, adek pinjem yach. syukron ba’dahu. Wass…." Dian mengakhiri percakapan SMS-nya.
" Afwan, mas tadi buru-buru. anak isteri dah kangen katanya. hehehe….. Insyaallah nanti kalo dah selesai, pasti aku pinjemin. Wa’alaikum salam.." dan "klik" Dani juga selesai menutup HP-nya. 
Mungkin karena sama-sama jauh dari rumah dan asal yang sama juga, mereka berdua bisa akrab, bahkan kelewat akrab untuk seorang yang mengaku sebagai "penyeru dan aktivis da’wah", sama-sama senasib katanya. Memang sebuah alasan klise untuk hubungan seperti itu. Hubungan yang sangat beresiko membuka peluang bagi para syetan untuk berlomba-lomba menjerumuskan mereka kedalam kubangan dosa berlabel "pacaran"….
" Ah…insayallah aku ngga’ akan ada rasa apa-apa dengannya", gumam dalam hati Dani membenarkan alasannya, sambil melantunkan sebait do’a : " Ya Allah lindungi hamba, jauhkan hamba dari dosa. Dosa untuk mata yang melihat tanpa berusaha memalingkannya. Dosa untuk lisan yang tak terjaga dan berdusta. Dosa untuk telinga yang merasa tenteram mendengar suaranya. Dosa untuk jantung yang berdebar tenteram ketika bertemu dengannya. Dosa untuk wajah yang selalu menebar pesona. Dosa untuk cinta yang hadir sebelum waktu seharusnya. Kabulkanlah Ya Allah. Ami…n."
" SMS dari siapa tuuch….cieeee dari siapa..ce ileeeeh dari siapa siiiiich ….ayo ngaku ayo ngaku cieeeh.." Bunyi ringtone HP disamping bantal yang membuat jantungnya sedikit berdegup meninggi. Dengan cekatan, langsung di ambilnya HP itu…dan…hingga pada sebuah tanda "message" dia pencet "OK". hampir sepuluh detik-an HP itu loading menmpilkan pesan, maklum HP butut. !!! Jantung yang belum lama normal dari kaget kembali harus di paksa berdetak kencang,begitu message itu terbuka …
Saat kumenatap langit
Rasanya ada satu bintang yang hilang dari pandanganku
Bintang yang memiliki sinar sendiri, ketika malam menerangi bumi Dan selalu bersinar dimanapun ia berada


Dan ternyata…..
Seiring berjalannya waktu
Bintang itu telah menghiasi hati seseorang
Dengan cinta , kerinduan dan harapan.
Deg….deg…deg…. suara detak jantung yang mirip suara drum dari nasyidnya IZZIS yang didengarnya lewat earphone MP3. Entah mengapa ketika membaca SMS itu, ada sebuah sensasi yang luar biasa dahsyatnya. Padahal sering kali dia membaca puisi seperti itu ketika melihat-lihat blog internet. Tapi ini beda, apakah karena …DIAN??. Ah….. campur aduk rasa yang ada dalam hatinya kembali bergemuruh. Antara seneng dan sedih, antara suka dan benci bahkan satu rasa yang mungkin ada pada setiap pemuda karena sebuah puisi seperti itu…yach "Gede rasa alias GR". Apakah dia…ehm..ehm…. ataukah cuma ehmmm..ehmmm. " . Pikirannya jadi bertanya dan berprasangka. Dan akhir sebuah tanya itu dia kembali….
" Astaghfirullah!!! ini belom boleh terjadi " kata Dani dalam hati. "Percuma kamu mengaku aktivis dakwah, ngakunya ikhwan, liqo’nya intensif, manusia-manusia ter-tarbiyah, yang seharusnya menjaga ketat hijabnya, dan menyebar kesholihan ke sekitarnya.Ah…..percuma " kembali kesadaran itu muncul, kesadaran ilahiyah yang jelas-jelas petunjuk yang benar.
" Tapi bukankah itu manusiawi. bukankah mencintai itu fitrah manusia. Bukankah mencintai itu hak setiap diri pada makhluk yang Allah namakan An Naas, manusia. Bukankah jika ngga’ mengungkapkannya ngga’ akan terjadi apa-apa. dan bukankah……" kembali jiwa kemanusiaannya menjawab sendiri dan pertentangan hatinya itu terus berlanjut.
" Iya betul, kamu berhak untuk mencintai. tapi, apakah sekarang ini waktu yang tepat untuk itu, apakah kamu mampu untuk menjaga hatimu, angan-anganmu, sikapmu, bukankah selayaknya cinta itu tumbuh setelah ada ikatan indah yang menghalalkanmu " kembali malaikatnya menimpali.
" Tapi semenjak kenal dia, aku jadi tambah rajin ibadah, semangat belajar, kuliah, hafalan juga lumayan, sering baca hadits karena kita sms-annya saling nasehatin kok. trus nambah rajin ke mesjid juga ". masih keukeuh dengan pendiriannya.
" Eit…s. hati-hati Dani !. Sekarang koreksi lagi niatmu melakukan semua itu. Apakah karena Allah atau karena Dian?, sesungguhnya akan sia-sia semuanya kalo kau kotori niatmu karena "dia". Jika karena Allah..Alahamdulillah, tapi tetep juga beresiko, suatu saat nanti terkotori. karena syetan nggak akan menyerah. Awalnya seperti itu, tapi hisablah diri, seberapa lama itu dapat bertahan?..masih perdebatan dalam hatinya semakin berkecamuk.


" Astaghfirullahal ‘adhim. Ya Allah tunjukkan padaku bahwa yang benar itu nampak benar, hingga aku bisa mengikutinya dan yang salah itu nampak salah hingga aku bisa menjauhinya ". sebuah do’a yang akhirnya dia panjatkan.
" Lho… bukankah jelas jalan yang baik dan yang buruk. kenapa masih memohon pada Allah untuk menunjukkannya???. Cinta itu terlarang sebelum ada ikatan suci indah menghalalkan yaitu pernikahan. !!!". malaikatnya masih berusaha
" Ya…. semua ini harus segera di akhiri sebelum semuanya terlambat lebih jauh dan semakin keruh". rasa yakin dengan kebenaran kembali merasukinya. " Ya ..Allah. berikan hamba kekuatan itu."
------------------------------------------------------------------------------------------
Detik berlalu, menit berganti, jam terus berputar dan haripun berubah. Semangat yang tadinya menyala-nyala untuk kembali meluruskan hati itupun sedikit demi sedikit mulai luntur. Ya…… sebuah tekad yang kuat untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Dian terkikis oleh waktu, yang semakin lama membuat pijakan mulai goyah. Satu yang belum ada " keberanian". Ya.. keberanian untuk mengucapkannya, keberanian untuk meniti jalan ilahi yang terbentang lurus. Keberanian untuk menghindari jerat-jerat dosa yang sungguh mudah untuk dilalui. Banyak perasaan-perasaannya sendiri yang membuat itu tidak mudah dan serasa semakin sulit.
" ah entar aku disangkainnya ke-GeEr-an donk, siapa sich kamu Dan, kok bisa-bisanya berpikiran dicintai akhwat sesempurna Dian?. ahh…..sekarang kan baru memasuki masa ujian takutnya kau melukai hatinya, trus belajarnya terganggu, trus nilainya anjlok, kan aku juga yang salah nanti. ‘ mulai perasaan-perasaan itu merasuk kedalam hati dan mengikis tepi-tepi keyakinan hati.
" Tapi kalau tidak kamu katakan, akan lebih sakit dan lebih susah bagi kamu dan dia. Jika rasa itu memang ada , akan sangat sulit bagi wanita untuk segera melupakannya !" kembali perasaannya berkecamuk. Ditengah-tengah kebimbangan yang sangat itu, terus dia berpikir. Bisikan setan dan bisikan malaikat datang berganti-ganti mengobrak abrik dinding pertahanannya. Bagaimana dan bagaimana. Hingga suatu saat keyakinan itu muncul, ketika seorang sahabat memberikan dukungannya. sebuah dukungan yang luar biasa kuatnya.
" Afwan akhi, antum harus sangat bijak , karena memang antum yang memulainya. Jika antum biarkan juga akan berkepanjangan dan tentunya akan lebih sulit bagi antum dan dia. Insyaallah ini waktu yang tepat untuk memutuskan. Jika antum sama-sama siap, Allah sudah memberikan jalan yang begitu indah bagi kita, berupa pernikahan. Tapi jika antum belum yakin bisa menjaga hati, lebih baik segera minta pengertiannya, bahwa hubungan yang antum berdua jalani sungguh besar resikonya, baik bagi antum berdua dan untuk dakwah yang menjadi jalan kita "begitu seorang sahabat itu menasehati.


" Tapi saya takut karena sekarang baru masuk masa ujian,” Dani menimpali.
 " Yakinlah bahwa Allah akan membantu hamba-hambaNya yang ingin tetap menjaga kesucian menempuh jalan-Nya. "kembali sahabat itu meyakinkannya.
" Bersabarlah dan bersyukurlah. bersabar karena antum berhadapan dengan godaan syetan yang sudah masuk kedalam wilayah perasaan. dan bersyukurlah, karena ditengah-tengah godaan tersebut, Allah masih membukakan hati kita atas belenggu-belenggu dosa yang menghijabnya, sehingga Allah menunjukkan jalan lurus kehadirat-Nya. ".. Kata bijaksana seorang sahabat. Memang sahabat adalah orang yang bisa mengingatkan ketika kita telah mulai bahkan belum melamgkah meniti jalan maksiat dan dosa.
-------------------------------------------------
Malam itu seperti malam-malam sebelumnya. Kamar kost yang dia yang dia tempati sejak tiga tahun lalupun belum banyak berubah, karena memang tidak di rubah. Kasur busa yang hanya cukup untuk dirinya dengan sprey yang terlihat kotor ( karena memang malas untuk nyuci) membujur di lantai. Meja belajar rendah dengan tumpukan buku-buku kuliah berserakan masih tetap setia berada di tempatnya, pojok ruangan. Sambil berbaring dia layangkan pandang ke rak buku yang menempel di tembok tepat menghadap ke dirinya. Rak yang penuh dengan buku islam yang memang mulai dua tahun lalu dia koleksi.
Eh… bukan cuma di koleksi, memang dia berencana untuk membuat perpustakaan pribadi. seluruh buku itu dia beli dari hasil uang jajan yang disisihkannya setiap bulan. Target satu buku satu bulan sudah mulai dirintisnya. Sementara matanya melayangkan pandangan ke rak itu, hingga sebuah suara terdengar di telinga. Suara ringtone HP yang menggelikan itu berbunyi. Segera diambilnya HP butut yang ada di meja, dibukanya sambil memilih-milih buku di rak itu, karena memang loading HP-nya lumayan lama. Bersamaan dengan terbukanya massage di telepon genggamnya, matanya terhenti ketika sampai sebuah buku ," Jangan nodai Cinta ", diambilnya buku itu dan kembali ke massage yang telah terbuka. Dengan berbaring di atas kasur sambil ditopang bantal yang agak tinggi dia baca ,
Dinding kesetiaan,
Atap pengorbanan
Jendela kejujuran,
Pintu kepercayaan
Dan…… Halaman kasih sayang.


Ah…rumah cinta "  
‘Subahanallah’ kata yang ada di benaknya, kagum, bangga dan….ah sebuah perasaan yang nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hingga akhirnya selantun do’a terucap dari bibirnya, menutup kembali semangatnya untuk membaca buku yang telah di pilihnya. " Ya… Allah berikanlah rumah cinta itu untukku. jadikanlah barakah itu di rumahku….berikanlah yang terbaik untukku dan untuknya ".    
------------------------------------------------------------------------
Disuatu siang nampak begitu banyak mahasiswa berkumpul di masjid. Ada yang nampak sibuk mondar-mandir, kesana kemari sambil berbicara dengan temannya yang mengikuti di sampingnya. Sebuah name tag kotak agak kecil menggantung di lehernya. Name tag itu bertuliskan " PANITIA". Ya memang hari ini adalah jadwal kajian bulanan rutin di masjid kampus temmpat Dani dan Dian kuliah. Spanduk besar terpampang di dinding, jelas di sana tertulis tema yang begitu menggelitik dan sungguh menarik., " Ketika Cinta Menyapa " dengan pembicara Ustadz  Ilyas Abdullah.
Berjubel banyaknya peserta yang hadir di tempat itu. Memang untuk urusan cinta, pasti banyak peminatnya. bukan cuma mahasiswa umumnya tapi juga ikhwan akhwat pun sangat antusias ketika membahas masalah fitrah manusia ini. Ya cinta…dan ujung-ujungnya nanti akan mengerucut kepada cinta antara sepasang kekasih tanpa harus dimulai membahasnya.
Nampak didepan , menghadap para jama’ah, di meja kecil, jelas terpampang tulisan ‘MC’ , seorang ikhwan berumur kira-kira 20-an, bejenggot tipis khas ikhwah tanpa kumis, dengan kopyah putih dan baju gamis hijau muda, memegang microphone dan mempersilakan jama’ah untuk merapikan shaf duduknya. Ba’da salam dan shalawat, dia memulai acara dan memperkenalkan dirinya. Dari situ bisa di ketahui namanya Dani, dialah yang akan memandu acara kajian siang itu. Kemudian dia segera memperkenalkan seseorang ikhwan di sampingnya, dengan penampilan yang hampir sama dengan dia, hanya bedanya jenggotnya sedikit lebih tebal. Namanya Ilyas Abdullah, beliaulah yang akan memberi tausyiah kajian tersebut.
Dan tanpa menunggu lama, MC-pun mempersilakan pembicara untuk menyampaikan tausyiahnya, setelah sebelumnya, dengan hikmat para jama’ah mendengarkan lantunan kalam ilahi yang di bacakan secara murottal. Dengan suara tegas namun lembut terdengar di telinga, ustadz Ilyas memulai tausyiahnya. Tak lupa salam, syukur dan shalawat ke atas rasulullah SAW, beliau memberikan tausyiah kepada yang hadir. Subahanallah, begitu jelasnya apa yang disampaikan ustadz Ilyas, hingga semua hadirin seakana tersihir oleh kata-katanya. Semua tersampaikan secara sistematis dengan bahasa yang mudah di mengerti terutama untuk kalangan remaja, sesekali dengan kalimat puitis dan juga humor yang sewajarnya.



" Akhi wa ukhti fillah, antum sekalian mungkin sudah sangat familiar bahkan hafal di luar kepala dengan firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 21. Bahkan kebanyakan undangan pernikahan yang kita terima, tertulis di sana dengan tinta emas. Namun sayang beribu kali sayang mereka tak mencoba menghayati maknanya:
" Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian dari anfus (jiwa- jiwa) kalian sendiri, azwaaj (pasangan hidup), supaya kalian ber-sakinah kepadanya, dan di jadikan-Nya diantara kalian mawaddah dan rahmah. sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir"
Coba kita periksa betapa indah kata-kata Allah dalam ayat ini. Disini Allah menjelaskan pada kita semuanya, bagaimana seharusnya sebuah alur perayaan cinta. Yaa….sebuah alur perayaan cinta. antum ingin tahu apa itu perayaan cinta. ikuti sesi selanjutnya !" ustadz Ilyas behenti untuk tersenyum sejenak.
" Kata-kata pertama yang dibicarakan alqur’an tentang pernikahan dua orang manusia adalah min anfusikum, dari jiwa-jiwa kalian. Ya…pertama adalah kesejiwaan. Persamaan visi dan misi dalam membangun rumah tangga. apa itu? komitmen kepada Allah dan agamanya,
sehingga rasulullah kita ketika memilih calon pendamping hidup untuk mendahulukan agamanyadaripada harta, tampang dan keturunannya.
Yang kedua dari ayat ini, Allah menjelaskan "azwaajan", yg artinya pasangan hidup. alqur’an mengatakan setelah ada kesejiwaan, tak berlama-lama langsung menunjuk kepada suami istri. inilah komitmen. Jika komitmen kita kepada Allah dan agamanya, insyaallah itulah bekal utama untuk menggapai rumah tangga bahagia. Orang selalu berpikir, bahwa kita harus selalu mencari pasangan yang tepat, sesuai dengan kriteria kita, tetapi kenapa tidak terpikirkan oleh kita untuk menjadikan orang yang ada disamping kita yang memang hebat itu menjadi orang yang tepat. Ya…." Menjadikan" bukan sekedar " Mencari ". Ada dua hal di dunia ini, Menikahi orang yang kita cintai atau mencintai orang yang kita nikahi. Yang pertama adalah kemungkinan namun yang kedua adalah keharusan.
Setelah pasangan hidup, Allah mengajarkan “supaya kalian tentram, tenang padanya”. Litaskunuu ilaihaa. Dalam bahasa arab, huruf  lam disini sebagai ishim maushul ( kata hubung ) yang menunjukkan otomatis. Allah menjamin, pernikahan dimulai dengan kesejiwaan, maka otomatis suami istri akan merasakan ketentraman terhadap pasangannya. Tentram karena gejolak syahwat telah menemukn saluran yang halal dan thayyib, tenang karena ada sahabat lekat yang siap mendukung perjuangan. Itulah mengapa pernikahan disebut separuh agama.
Waja’ala bainakum mawaddatan. Selanjutnya adalah mawaddah. Yang harus di usahakan dan diupayakan serta diproses yaitu mawaddah, cinta, love. Seperti cinta kita pada Allah yang merupakan buah dari ikhtiyar kita, mengapa kita tidak mengupayakan cinta kita pada ‘dia yang di halalkan’ untuk kita.

Ingatlah yang disampaikan oleh Fahri, itu tuch tokoh “Ayat-ayat cinta”-nya ustadz Habiburahman el Shirazy, ketika menjawab suratnya Nurul, sang lentera yang bercahaya diantara cahaya. “ Bangun, proses dan usahakan cintamu pada yang memang seharusnya kamu cintai, suamimu kelak. Karena cinta sejati ada setelah ikatan suci yang menghalalkan, pernikahan.”
Disamping mawaddah, rahmah juga harus diupayakan. Ini juga cinta lho, bukan Cuma kasih sayang. Cinta yang bagaimana? Cinta yang memberi tanpa pinta, berkorban tanpa tuntutan, bersedia tanpa menunggu, pokoknya cinta yang romantis banget kalo bahasa kita sekarang.. Nah akhi wa ukhti fillah… Inilah alur perayaan cinta kita sampai disini. “ panjang lebar ustadz Ilyas mengulas pelajaran dari firman Allah tersebut.
Sungguh mulianya alqur’an, tiada kitab yang mampu menandingi dengan bahasa seperti ini. Dan satu ayat saja beribu-ribu pelajaran bisa di ambil, berjuta manusia bisa merasakan bahagia, beribu Negara aman tenteram dan damai, karena komponen dasar pendukungnya adalah rumah tangga bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah yang di bangun di atas dasar aqidah...
ustadz Ilyas kembali bertausiyah,
“ Lalu kenapa Banyak sekali pernikahan yang error akhir-akhir ini ?” tampak raut muka sedih dan memelas. “ Karena biasanya mereka mulai alur pernikahannya juga error. Plotnya kacau balau. Pernikahan tidak dimulai dengan kesejiwaan tapi justru dengan mawaddah. Sebelum menikah mereka sudah menikmati cinta yang romantis. Entah apa namanya, pacaran, TTM, HTS. Semuanya itu adalah mawaddah. Tanpa sakinah, apalagi rahmah.” Lanjutnya.
 “ Untuk antum, para aktivis dakwah pun harus berhati-hati,”dengan suara tegas beliau berpesan “ Jangan salah, syetan tidak pernah kehabisan cara menyimpangkan manusia dari jalan ilahi sejauh-jauhnya. Jangan sampai niat suci antum terkotori oleh hal-hal yang kurang terpuji. Perhatian, kado, bunga, coklat, kedekatan, khalwat, pandangan. Itu semua mawaddah. Bahkan SMS berisi nasehat “ bertakwalah pada Allah”, misscall tahajud, hadiah buku dan kaset nasyid berjudul “Jagalah Hati”, dan seterusnya, itu juga mawaddah. Bentuknya saja yang beda, yang satu bunga dan coklat valentine yang lain buku dan kaset dakwah. Tetapi sensasi yang dirasakan oleh pemberi dan yang menerima sama : mawaddah.
Nah saudaraku, hati-hatilah dengan mawaddah. Biasanya meski engkau aktivis da’wah, memulai dengan kesejiwaan, coba-coba mencicipi mawaddah sebelum dihalalkan akan mengaburkan kesejiwaan itu dan membuat segalanya berantakan. Celakalah mereka yang menikmati mawaddah sebelum waktunya!!”
“ katakan amii….nnn!” ustadz Ilyas menutupnya serentak seluruh jama’ah yang hadir membalas dengan ucapan “Amiiin” dengan berbagai ekspresi paling banyak yang menunduk, mungkin malu. Tak terkecuali Dani pun menunduk malu.


“ Yang terakhir, bagi antum para ikhwan saya berpesan. Jatuh cintalah pada akhwat manapun, berapapun banyaknya, tapi jadilah gentle dan sportif! Kalau ada ikhwan lain yang lebih siap dating mendahului menjemput sang pujaan hati pengisi sepi, jangan menangisi nasib diri! Persilakan dengan gagah, bahkan bantu dengan segenap pengorbanan kalau perlu! Seperti teladan Sayidina Ali. Cintanya kepada Fatimah sebelum menikah adalah Mempersilakan atau Mengambil kesempatan. Mempersilakan adalah pengorbanan, Mengambil kesempatan adalah keberanian. Mempersilakan artinya bila sudah ada ikhwan lain yg mendahuluimu meminang akhwat pujaanmu, maka ikhlaskanlah. Salah sendiri karena engkau tidak bergerak menjemputnya...hmmm. Dan mengambil kesempatan artinya adalah keberanianmu untuk meminangnya atau menempuh jalan taaruf yg diridhoi Allah.
Begitupun para akhwat, antunna bebas mencintai ikhwan manapun. Tetapi kalau seorang yang baik akhlak dan agamanya datang dan kita tak punya alasan syar’i untuk menolak, jangan sekali-kali menghindar. Atau berbagilah manakala saudarimu yang lebih membutuhkan, bantulah ia untuk segera menggenapkan dien”. Ingatlah “cinta bukanlah segalanya”,dalam hidup selalu ada pilihan, menikahi orang yang kita cintai atau mencintai orang yang kita nikahi. Yang pertama hanyalah kemungkinan namun yang kedua adalah kewajiban yang harus kita laksanakan.”
 Setelah panjang lebar, ustadz Fahri mengakhiri tausiyahnya dengan do’a kafaratul majelis serta salam penutup.
“ subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar. Banyak sekali ibroh yang bisa kita ambil dari tausiyah yang telah disampaikan. Jazakallah khoiron katsir ya ustadz. Semoga kita semuanya terhindar dari godaan syetan yang senantiasa menjerumuskan manusia dari jalan kebenaran kepada gelapnya jalan kesesatan.
----------------------------------------------------------------------------
“ Ya Allah, sungguh aku mohon kepadamu untuk dipilihkan yang terbaik menurut ilmu-Mu, memohon agar diberi keputusan berdasar keputusanMu dan memohon dari karuniaMu yang agung. Sebab sesungguhnya engkau Maha berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkau Maha mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Engkau mengetahui segala hal yang ghaib.
Ya Allah jika engkau mengetahui behwa ‘dia’ baik bagi agamaku kehidupanku dan akhir urusanku, dunia akhiratku, maka tetapkanlah ia untukkudan mudahkanlah aku menggapainya, kemudian berkahilah dia untukku. Jika Engkau mengetahui bahwa ‘dia’ adalah bukan untukku, agamaku, kehidupanku dan akhir urusanku serta dunia akhiratku, maka jauhkanlah ‘dia’ dariku dan jauhkanlah aku darinya. Tetapkanlah kebaikan untukku dan untuknya dimana saja berada, kemudian jadikan aku ridho menerima semua keutusan_Mu. 
                

        Kegundahan itu kembali menyeruak dalam hati. Kegelisahan yang sangat, keresahan yang dahsyat kegalauan hati yang teramat.keberanian yang terkikis oleh ketakutan. Keyakinan dan ketidakyakinan silih berganti mengisi akal dan hati. Ya….perasaan yang sungguh sangat wajar bagi remaja ketika dihinggapi tanggung jawab ini. Menikah.
Banyak sekali yang mengedepankan akalnya, hitung-hitungan secara matematis terutama soal ma’isyah untuk menafkahi keluarganya nanti. Padahal Allah telah menjaminkan bahwa Allah pasti akan membantu, jika mereka miskin, Allah akan menjadikannya kaya. Jika mereka tidak mampu, Allah akan memampukannya. Hanya memang tergantung kita yang menjemputnya. Sebuah kewajaran memang!! Namun sedikit demi sedikit keyakinan itu menguat. Azzam telah terpatri. Keberanian itu tumbuh makin meninggi. Keberanian untuk menempuh jalan ilahi, Tuhan yang pasti akan menolong hamba_Nya jika kita mendekat pada-Nya.
-----------------------------------------------------------------------------------
“ Assalamu ‘alaikum”. Sapa Dani memulai pembicaraan telepon.
“ wa’alaikum salam warahmatullah wabarakaatuh” jawaban diseberang sana.
“ ada apa mas kok tumben-tumbenan telepon, kangen ya? Sebuah pertanyaan centil selanjutnya.
“ hehehe….mas ganggu ya, nggak da apa apa kok. Pingin telepon aja, lagi ngapain dek?” sebuah basa basi
“ nggak kok mas, Cuma lagi baca-baca buku aja. “ jawab Dian singkat “ buku apa, boleh tahu nggak ?” Tanya Dani masih berbasa basi.
“ buku nikah nich, lagi persiapan ilmu. Hehehe.” Jawabannya agak malu. Dan beberapa lama basa basi itu terus berlanjut tentang kabar, kegiatan hari itu, keadaan keluarga, kuliah dan hingga suatu waktu..
“Afwan ya…. Sebenarnya mo bicara tentang kita”. Dani berubah jadi serius
“ tentang kita ? ada pa mas kelihatannya kok serius banget?” Dian bertanya seolah bercanda
“ Ya tentang kita selama ini, kedekatan kita dan mungkin ini sebuah muhasabah diri kita. Entah berapa kali gossip beredar tentang kita menyebar disini, fitnah dari sini. Tadinya mas nggak ingin menanggapi itu, tapi memang kita nggak bisa lepas dari kungkungan kita. Apapun yang kita lakukan mereka tahu hanya bagian luar fisik kita dan sesungguhnya nggak tahu apa yang ada dalam hati kita.” Kata-katanya terhenti sejenak untuk menenangkan hatinya dan lalu memulainya kembali..


“ sebuah resiko memang memulai hubungan seperti ini. Kita mungkin tahu bagaimana perasaan di hati kita masing-masing dan insyaallah belum terkotori niat-niat yang melenakan , tapi kita hidup di tengah-tengah lingkungan, kita adalah makhluk yang belum lengkap tanpa kehadiran orang lain. Dan orang lain tidak mungkin akan tahu hati kita dan itulah yang sehausnya kita jaga “ Dani berhenti menunggu reaksi dari sebelah sana.
“ Astaghfirullahal ‘adhim…. Afwan mas kalau selama ini Dian sudah membuat mas Dani susah “ suara pelan seperti kurang yakin.
“ Dian yang memulai hubungan ini, tapi Dian tulus mas…Dian anggap mas udah seperti kakakku sendiri. Dan semua gossip itu nggak betul mas” lanjut Dian agak tegas, menahan gejolak di hati
“ Alhamdulillah…..mas yakin tentang itu. Tapi kembali lagi Dian, orang lain tidak akan bisa baca apa yang ada dalam hati kita, yang mereka tahu adalah yang mereka lihat” . suara Dani kian bergetar.
“ afwan jiddan kalau mas dah nambah beban fikiran kamu, tadinya mas mau ngomong ini setelah UAS nanti , tapi….mas pikir kalau diperlama malah akan lebih sakit jadinya.
“ Nggak papa kok mas…insyaallah nggak akan mempengaruhi persiapan ujianku.”jawab Dian.
 “ Dian..”!. Getaran kata itu terhenti tiba-tiba, seolah ada sesuatu yang mencekat kuat di tenggorokannya. “ Apa kamu sudah siap untuk membina sebuah keluarga, dimana kau menjadi sebuah guru peradabannya, madrasah kehidupan bagi anak-anaknya ?.” Pertanyaan itu membuat jantung Dian tiba-tiba seakan berhenti sejenak, aliran darah di pembuluh pun seakan tersumbat lemak yang sudah mengeras. Namun pelan-pelan semuapun kembali normal, hingga...
“ insyaallah mas “, jawaban Dian pendek, tak tahu dari mana kekuatan itu, namun terdengar sangat yakin.
“Alhamdulillah, mungkin ini waktu yang tepat untuk menyampaikannya, kembali suara di ujung sana memulai bicara.
“ Waktu yang tepat”. Dian bertanya dalam hati.
Pelan – pelan ia menyiapkan hatinya, seperti seorang terdakwa saat akan menerima vonis dari pengadilan. Campur aduk perasaan. Satu demi satu perasaan dan pikiran muncul bergatian. Dian masih duduk termangu di atas sajadah yang belum sempat dilipatnya seusai sholat isya’nya. Lirih dalam hati dia memohon “ Ya rabb….kuatkan hatiku untuk mendengarnya, “.



“ mas mau curhat nich, maukah kau medengarnya Dian?”. Suara Dani dengan nada memelas meminta
“ insyaallah mas, dengan senang hati”. Dian menjawab yakin
“ Nggak tahu harus darimana memulainya! Yang jelas sebenarnya mas sudah lama memikirkan tentang hal ini, tentang hati ini. Tentang kita!. Mas juga sudah curhat ke temen-temen, murobbi siapa saja yang mas anggap lebih dewasa. Mas juga sudah istikhoroh untuk menguatkan hati dan memohon jalan terbaik dari Allah. Dian , maukah kau jawab pertanyaanku !. “ suara lirih itu terhenti.
Dalam ketidakpastiannya Dian menjawab:“ apa mas ?.”
Kemudian suara di seberang telepon itu kembali terdengar…..
“ insyaallah mas yakin dengan keputusan ini. Maukah kau menjadi ummi bagi anak-anakku, menempuh jalan dakwah ini bersamaku ?” nada yakin terdengar dari Dani. Suara itu terdengar seakan-akan sebuah bom atom tepat meledak di telinga Dian, seakan tak mau kalah suara degub jantungnya.
“ Ya Allah, bintang itu…..bintang yang bersinar paling terang diantara banyak bintang. Bintang yang memancarkan cahayanya sendiri itu….bintang yang selama ini menyenangkan jika kupandang itu…? Ohhh….rabbi bantulah hambaMu. Berikan kekuatan padaku untuk menjawabnya..!” dalam lamunannya Dian mencoba berdoa. Kemudian entah kekuatan darimana… “ ehmmm mas serius dengan keputusan mas ?.” Dian seakan masih tak percaya
“ Dua rius Dek !” jawab Dani penuh keyakinan.
Sejenak suara menjadi hening. Berganti suara aliran nafas mereka sendiri dan degub jantung masing-masing yang terdengar keras. Hampir dua menit mereka memagut diri dalam penantian, saling menunggu. Dani menunggu jawaban kalimat khitbahnya, sedangkan Dian menunggu kekuatan jiwanya. Berpikir dan berdoa, karena terus terang dia belum tahu dan belum mampu menjawabnya. Dan tiba-tiba sebuah kekuatan itu muncul. Entah bisikan darimana. Bisikan dari hati yang bersih dan jiwa yang suci. Bisikan ilahi yang selama ini ia usahakan untuk mendekat kepada-Nya.
“Ehmm mas bolehkah Dian minta waktu untuk istikhroh, menguatkan hat. Terus terang ini hal berat untuk Dian. Dian ingiin, barakah Allah tetap menjadi hal yang ingin Dian raih .” kelu lidahnya berbicara.
“ Insyaallah tetap di jalan dakwah kita menikah, dan istikharoh adalah suatu keniscayaan. Tafaddhol (silahkan) ukhti.” Jawab Dani.


“Afwan mas semuanya insyaallah telah Dian serahkan pada Allah . insyaallah jawaban yang akan Dian berikan adalah hasil istikharoh Dian dan kemantapan hati ini.” Dian mengulangi keyakinannya.
“ Baik ukhti. Insyaallah mas tunggu jawaban segera darimu, memang benar semuanya telah kita serahkan pada Allah. Apapun keputusanmu, insyaallah mas siap menerimanya, dan doakan mas siap juga menjalaninya. Kalau begitu, udah dulu yach…kita mohon pada Allah limpahan barokahNya. Aku tunggu jawabannya..Wassalamu ‘alaikum.” Dani segera mengakhiri pembicaraannya.
“ Amiiin. insyaallah mas. Wa’alaikum salaam.”
------------------------------------------------------
Kuncup bunga-bunga di taman seakan masih malu untuk menyambut hangat mentari yang menghapus beningnya embun pagi ini. Gelap malampun rasanya enggan untuk tergantikan terang cahaya. Namun itulah sunnatullah yang harus terjadi. Waktu harus terus berjalan dan berganti, pagi berganti siang. Malampun menjelang dengan keheningannya. Kemudian sapaan sejuk embun pagi kembali menyapa bumi, berganti hari.
Dan seiring hari-hari yang berganti itupun juga telah dilewati oleh dua orang yang berusaha menemukan jalan tuhannya, Dani dan Dian. Berat bagi Dian untuk memutuskannya, dan Dani dalam masa yang paling kurang menyenangkan, tidak menyenangkan bahkan. Menanti…ya…menanti sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan tentang masa depan, tentang hari-hari yang akan terlewati dan tentang jalan-jalan ilahi. Dan semuanya adalah proses, ya…. Proses yang harus dilewati.
“Tut…tut..tut…tutututut…..” suara HP itu memecah keheningan. Keheningan malam yang khusyu’ untuk berdoa. Mendekat pada-Nya.
“ Bismillaahirrahmaanirrahiim..” bisik Dani sebelum membuka HP. “ Hallo assalamu ‘alaikum”. Segera dia membuka salam mengikuti sunnah nabi.
“ wa’alaikum salaam…” balas Dian lengkap. Semoga keselamatan dan kebahagiaan atas orang-orang yang lebih dahulu membuka salam.
“ Afwan mas, ganggu! Udah selesai qiyamul lailnya?’. Tanya Dian.
Ya memang sebuah kenikmatan tersendiri bisa melaksanakan ibadah nafilah itu
“ alhamdulillah sudah, kenapa?”. Jawab Dani yang baru saja menyelesaikan witir dan dzikirnya.


“Afwan mas ini masalah yang kita bicarakan beberapa minggu lalu”. Suara Dian terhenti di situ.
Ya beberapa minggu lalu , Dani memintanya untuk menjadi teman mengarungi jalan dakwah mereka bersama, berdua. Memulai mahligai indah permikahan, meletakkan dasar-dasar madrasah peradaban.
“ sebelumya, Dian mohon maaf. Bukannya Dian nggak percaya dengan mas. Dian yakin dengan niat mas, begitupun juga keikhlasan mas. Tappi ada beberapa hal yang ingin Dian sampaikan. Dian harap mas Daninggak keberatan?.” Dian kembali menahan suaranya.
“ Jazakillah ukhti.Tafadhol!” jawab Dani singkat.
“ seandainya mas Dani adalah...afwan, seorang akhwat, sesuai fikih dakwah yang kita telah pelajari dalam liqo pekanan kita. Menurut mas ketika ada dua orang ikhwan yang hampir sama keshalihannya datang untuk ta’aruf. Siapa yang akan mas pilih?”
“ Alhamdulillah kita tetep berusaha melaksanakan fikih dakwah kita. Akhwat juga boleh memilih antara dua. Menurut mas kita lihat kondisi backgroundnya dulu. Mana yang lebih mendesak untuk segera menikah?.” Jawab Dani.
“ ikhwan pertama , umurnya 25 tahun, ma’isyahnya sudah ada. Ingin segera menikah karena takut terjerumus ke lembah dosa walaupun karena memang sudah waktunya kalau dilihat dari segi usia. Sedang yang kedua umurnya 20 tahun, masih kuliah, juga sudah punya ma’isyah. Juga ingin segera menikah sama dengan ikhwan yang pertama. Kira-kira mas akan pilih yang mana ?”.
“ Emmm ..bener-bener pilihan yang sulit, tapi dengan mengucap bismillah mas pilih yang pertama. “ jawab Dani yakin.
“ Walaupun ikhwan itu tidak mas cintai?” lanjut Dian minta penegasan.
“ Ya walaupun dia bukan ikhwan yang mas cintai. Hidup memang adalah sebuah pilihan, menikah dengan orang yang kita cintai atau mencintai orang yang kita nikahi. Yang pertama ini adalah pilihan, dan yang kedua adalah sebuah keharusan. Menikah adalah ibadah., untuk Allah. Dan semua yang dilandasi karena Allah, insyaallah semuanya menjadi berkah dan insyaallah akan mudah, hingga Allah akan menumbuhkan cinta antara keduanya, cinta yang sangat indah, yang di bangun dengan dasar-dasar ibadah.” Jawab Dani panjang.
“Aaamiin “ jawab Dian penuh pengharapan. Tapi dengan airmata yg mulai menetes.
“ Nah itu jika mas adalah akhwat. Sekarang mas adalah seorang ikhwan sebenarnya. Jika ada dua akhwat yang juga sama-sama shalihahnya, mengharapkan mas segera mengkhitbahnya gimana. Kasusnya hampir sama, akwat pertama umurnya 19 tahun, masih kuliah,namun kedewasaannya mengalahkan umurnya.

Dan yang kedua, 24 tahun, bekerja. Nah kondisi akhwat pertama masih aktif dan intensif liqo’nya, tapi yang kedua kurang intensif bahkan sangat susah. Karena memang ikhwah di sana sangat kurang, dan juga beban pekerjaan yang kadang memaksanya tidak mengikuti liqo pekanannya. Dia ini sudah beberapa kali ta’aruf, tapi akhirnya tidak jadi karena masalah jarak yang memisahkan keduanya. Nah mana yang akan mas dahulukan?”.
“ Bismillah, inyallah mas mementingkan dakwahnya, mas pilih yang kedua untuk menjadi pendamping mas, karena dia lebih membutuhkan dari yang pertama. !”
“ walaupun akhwat yang pertama adalah yang mas cintai?”.
“ emmmm…insyaallah mas tetep mencoba istiqomah” ada sedikit keraguan dalam hatinya.
“ Alhamdulillah. Jika begitu Dian mantap dengan mas. Dan ini insyaallah yang terbaik. Mas tahu kan mbak Salma, akhwat yang beberapa bulan kemaren biodatanya Dian titipin ke mas ?”. sampai di sini Dani berhenti.
“ iya mas masih inget. Ada apa?” jawab Dani, sedikit keheranan.
Ya…biodata yang beberapa bulan lalu coba dia berikan kepada murobbinya untuk dicarikan ikhwan yang siap untuk mengkhitbahnya, meminangnya. Seorang akhwat yang sudah waktunya untuk menikah namun belum ada ikhwan dating meminangnya. Akhwat yang sedang futur karena banyaknya tekanan menghantamnya. Seorang akhwat yang sudah sangat jarang tersentuh tarbiyah intensif karena jarak yang membentang memisahkannya dari komunitas tarbiyah. Tidak ada ikhwan yang menguatkan hatinya karena memang kader di daerahnya bisa terhitung dengan jari. Seorang akhwat yang mengharapkan uluran tangan ikhwan sholeh, yang membimbing dan menguatkan langkah kakinya. Ah.. sungguh dilematis buatnya.
“ Insyaallah Dian siap dengan sepenuh keyakinan menikah sekarang mas. Tapi sungguh sangat egoisnya Dian, jika menikah sementara saudara kita yang lebih membutuhkan, yang harus kita dahulukan, yang butuh dukungan, merana dalam penantian tanpa kepastian. Yang mulai goyah karena tekanan keluarga dan lingkungan. Yang mulai menurunkan standar criteria ikhwan calon suaminya karena usia yang semakin menua. Yang hampir kehilangan pegangan jika kita tidak segera meraihnya. Mas...Dian ingin, mas adalah ikhwan itu. Yang sedia mengulurkan tangan, meraih jari jemarinya, meneguhkan langkah perjuangannya. Tempat mencurahkan kasih sayangnya. Memberikan bahunya tempat menyandarkan kepalanya ketika penat menghampirinya.!
“ Tapi….” Dani seakan sesak karena gugup tak percaya dengan apa yang di dengarnya. “ bagaiman denganmu?”.
“ Insyaallah Dian ikhlas dan bahagia bisa berbagi kebahagiaan dengan saudara.


Semuanya telah Dian serahkan pada Allah, berat memang sebenarnya, karena tak ada alasan menolak ikhwan seperti mas. Tapi Dian yakin, Allah akan memudahkannya, untuk Dian dan mas Dani sendiri”.
“ Tapi bagaimana mas bisa mencintainya sedang mas belum mengenalnya dan bagaimana juga dengan beliau?.”
“ Afwan mas, seharusnya pertanyaan itu tidak mas tanyakan ke Dian, tapi pada diri mas sendiri. Dimanakah Allah dan karena siapa mas menikah, bukankah kita menikah karena dakwah. Ingatlah janji Allah Barang siapa menolong agama-Ku, maka Aku akan menolongnya”. “ Asytaghfirullahal ‘adhiim”. Dan lirih Dani mohon ampun.
“ Cinta..? cinta akan tumbuh ketika kita mencintai agama-Nya, dakwah dan jihad di jalan-Nya, bersama-sama!. Yakinlah Allah akan menumbuhkannya, jika mas mengupayakannya! Istikharah mas, moga Allah menunjukkan jalan dan keputusan terbaik bagi kita.” Panjang lebar Dian meyakinkan ‘kakak’nya.
“ Syukron..jazakillah ukhti atas semuanya. Sungguh pelajaran yang berharga baru aku dapatkan “.
“ Wa iyyakum. Mas, menikah dengan orang yang kita cintai adalah pilihan, tapi mencintai orang yang kita nikahi adalah keharusan. Pilihlah yang kedua, moga Allah melimpahkan barakah-Nya”.! Pesan Dian untuk kesekian kalinya.
“ Aamiin. Insyaallah. Tapi kita masih tetap saudara kan?”. Giliran Dani mengajukan pertanyaan.
“ Kita sesama muslim adalah saudara dan Dian tetap adik mas. Tapi ada batas-batas syar’i yang harus kita patuhi.” Jawab Dian tegas.
“ Pasti ya ukhti. Jazakillah “ Jawab Dani pendek.
“ Wa iyyakum” setelah memberikan salam dia tutup teleponnya. Ada rasa lega dalam hatinya tapi juga sedikit berat menggelayutinya…hingga tak beberapa saat kembali HP itu berbunyi kembali. Dia sempatkan untuk membukanya.
Cinta…..dimanakah ia berada?
Apakah tersirat di tebaran kata para pujangga?
Syair sebuah tembang asmara atau pesona kuntum bunga kala musim penghujan tiba?
Bukankah cinta yang demikian akan usai bila tlah tiba waktunya? Wahai jiwa….kini ku sadar…..

Cinta sebenarnya ada pada hati yang pasrah seraya meratakan kening pada hamparan sajadah….
Hati yang tak pernah lelah….merengkuh pada Sang Pemiliknya.  
Dan tangan itu segera memencet tombol-tombol untuk membalasnya
Bagi mereka yang mengupayakan cinta
Hanya ada iklim hangat dan iklim sejuk Meski ada goda aurora dan pelangi khatulistiwa
Bagi mereka yang mengupayakan cinta Setiap musim membagi cinderamata Kristal salju, kuntum bunga, pasir pantai, serasah hangat juga payung dan laying-layang
Bagi mereka yang mengupayakan cinta di tiap cuaca cerah berbagi harapan, awan bersulam rahmat hujan menyanyi rizki, badai mengeratkan peluk dan tiba-tiba, syurga mengetuk pintu rumah.
-----------------------------------------------------------------------------------
Mentari telah mulai menyapa pagi. Kabut telah mencair menjadi embun. Kuncup-kuncup bunga di taman semerbak menyebarkan wanginya. Tak kalah, melati di bawah jendela kamar, telah tersenyum manis. Putih mewangi. Dan haripun telah dimulai. Hari-hari untuk kembali menapaki jalan-jalan perjuangan. Tak ketinggalan Dian. Sambil membolak-balikkan pot bunga yang ada di tangannya, sibuk merawat bunga-bunga di taman. Di tengah taman-taman itu, dengan tekun dia bersihkan rumput-rumput di pangkal tanaman. Jilbab hijau muda yang menutup rapat tubuhnya serasi dengan penampilannya. Bagai bunga yang mekar indah, menutup bunga-bunga yang ada. Jika bunga-bunga itu bisa berbicara, mungkin akan iri pada apa yang di karuniakan Allah padanya.

Anggun layaknya bidadari. Ya, karena setiap muslimah yang menjaga ketat hijabnya dan sholihah adalah layak untuk disebut bidadari. Itu Rasulullah tercinta yang mengabarkannya. Dan memang, wanita sholihah adalah bidadari, hingga bidadari syurga pun cemburu padanya. Di tengah-teallahu laka wabaarakallahu ‘alaika wajama’a bainakuma fii khoir. Semoga barakah Allah selalu ,menghiasi rumah tangga kami nanti, dan kebahagiaan kami belumlah lengkap tanpa terlengkapi dengan kehadiran ukhtina, dalam acara walngah keasyikannya bercumbu dengan bunga-bunga, sebuah suara menyadarkannya. Suara yang berasal dari Hpnya. Segera di bukanya dan baca.
“Doakan kami dengan ‘ Baarakimatul ‘ursy kami berdua” -Dani dan Salma-“


“Mas Dani..?” ya kenangan dua bulan yang lalu menyembul kembali ke angan-angan. Hatinya bergemuruh.tapi kenapa, bukankah aku telah mengikhlaskannya?..dan kesadaran telah kembali di dapatnya. Dengan cepat dia pencet HP untuk membalasnya..
“ baarakallahu laka. Alhamdulillah. Kapan mas?” Dian usahain betul-betul datang. Doakan moga ngga’ ada kegiatan di kampus. “
“ insyaallah tanggal 24 bulan depan, acaranya di rumah bidadari yach.”
“ oke dech. Selamat sekali lagi ya mas”. “ Syukron. Kami tunggu ya”. Dan klik…rasa lega bercampur lara. Gelisah yang bertambah resah. Akan tetapi penuh keyakinan yang membuatnya tegar menghadapinya. Allah pasti membantunya dan menyiapkan yang terbaik baginya.
Dan akhirnya, Dijalan Dakwah Aku Menikah !       

TAMAT

Barakallahufikum..semog bermanfaat
Wassalam…


http://www.facebook.com/note.php?note_id=161496163879039&id=137365446278178&ref=mf