Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 15 Maret 2011

☺Suatu Kisah Kehidupan☺


Hidup ini sekarang koq banyak ribetnya ya??..apa-apa gak boleh, dikit-dikit diprotes..ada apa sebenarnya dengan kita??, apa yang sebenarnya ingin kita cari didunia ini ya??.
itu adalah suatu tanda tanya besar yang sampai sekarang gak mampu untuk kujawab. Semua orang punya hak untuk berpendapat..semua orang berhak untuk mempunyai kesempatan..semua orang punya hak untuk memilih yang terbaik dalam hidupnya dan semua orang juga mempunyai hak untuk bahagia. Namun mengapa disaat seseorang mempunyai kesempatan untuk membuktikan dirinya bahwa dia bisa, mengapa disaat seseorang bahagia dengan kehidupan dan pilihan hidupnya, mengapa disaat seseorang ingin menunjukkan kemampuannya, namun disisi lain orang-orang pada memprotesnya dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal..
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Mengapa ??. Apakah manusia-manusia sekarang sudah tidak bisa lagi menerima kemenangan orang lain dan tidak bisa menerima kekalahan dirinya?, apakah manusia-manusia sekarang sudah tak bisa lagi berfikir dengan akal sehat tanpa mementingkan keegoisannya pribadi??. Setidaknya kita mampu untuk menerima kekalahan diri dengan ikhlas dan berusaha untuk semakin memperbaiki diri, bukannya dengan menghujat, memprotes dan lain sebagainya. Bukankah Allah sudah menciptakan kita dengan segala kelebihan dan keistimewaan daripada makhluk lainnya dimuka bumi, mengapa kita tidak menunjukkan segala kelebihan-kelebihan lainnya yang kita punya. Dari pada bisanya hanya menjelek-jelekkan
orang lain, yang ada rugi diri sendiri.
Aku jadi ingat dengan sebuah pesan dimasa kecilku dulu, pesan dari seorang yang ku panggil kakek :
Melangkahlah dimuka bumi ini dengan baik dan bijak
lakukan yang patut untuk dilakukan
hindari perbuatan itu bila dilarang
berbuatlah yang kamu senangi dan menyenangkan semua orang
jangan melakukan hal yang merugikan banyak orang
perbanyaklah ibadah dan sedikitkan yang membawa mudharat
Ingatlah bahwa suatu saat bumi ini akan berhenti berputar..
Subhanallah..
Pesan ini tentunya bukan dimaksudkan buat menakut-nakutkan aku, namun agar aku lebih mengingat Allah swt..karena ALLAH-lah satu-satunya penolong kita.

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/suatu-kisah-kehidupan/10150148611026042

BETAPA INDAHNYA BERUMAH TANGGA


Ketika melihat pasangan yang baru menikah, saya suka tersenyum. Bukan apa-apa, saya hanya ikut merasakan kebahagiaan yang berbinar spontan dari wajah-wajah syahdu mereka. Tangan yang saling berkaitan ketika berjalan, tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat keengganan saat hendak berpisah. Seorang sahabat yang tadinya mahal tersenyum, setelah menikah senyumnya selalu saja mengembang. Ketika saya tanyakan mengapa, singkat dia berujar "Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri". Aih...
Menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik itu yang saya baca dalam sebuah buku pernikahan. Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang di sukai Nabi. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Allah hanya menyebut nabi-nabi yang menikah dalam kitab-Nya. Hal ini menunjukkan betapa Allah menunjukkan keutamaan pernikahan. Dalam firmannya, "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan rasa kasih sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kalian yang berfikir." (QS. Ar-Rum: 21).
Menikah itu Subhanallah indah, kata Almarhum ayah saya dan hanya bisa dirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan istri. Beliau mengibaratkan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu. Sepoi angin dimaknai begitu dalam, makanan yang terhidang selalu saja disantap lezat. Mendung di langit bukan masalah besar. Seolah dunia milik mereka saja, mengapa? karena semuanya dinikmati berdua. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru saja disusun.
Namun sayang tambahnya, semua itu lambat laun menguap ke angkasa membumbung atau raib ditelan dalamnya bumi. Entahlah saat itu cinta mereka berpendar ke mana. Seiring detik yang berloncatan, seolah cinta mereka juga. Banyak dari pasangan yang akhirnya tidak sampai ke tujuan, tak terhitung pasangan yang terburai kehilangan pegangan, selanjutnya perahu mereka karam sebelum sempat berlabuh di tepian. Bercerai, sebuah amalan yang diperbolehkan tapi sangat dibenci Allah.
Ketika Allah menjalinkan perasaan cinta diantara suami istri, sungguh itu adalah anugerah bertubi yang harus disyukuri. Karena cinta istri kepada suami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga. Dan cinta suami kepada istri menetaskan keinginan melindungi dan membimbingnya sepenuh hati. Lanjutnya kemudian.
Saya jadi ingat, saat itu seorang istri memarahi suaminya habis-habisan, saya yang berada di sana merasa iba melihat sang suami yang terdiam. Padahal ia baru saja pulang kantor, peluh masih membasah, kesegaran pada saat pergi sama sekali tidak nampak, kelelahan begitu lekat di wajah. Hanya karena masalah kecil, emosi istri meledak begitu hebat. Saya kira akan terjadi "perang" hingga bermaksud mengajak anak-anak main di belakang. Tapi ternyata di luar dugaan, suami malah mendaratkan sun sayang penuh mesra di kening sang istri. Istrinya yang sedang berapi-api pun padam, senyum malu-malunya mengembang kemudian dan merdu uaranya bertutur "Maafkan Mama ya Pa..". Gegas ia raih tangan suami dan mendekatkannya juga ke kening, rutinitasnya setiap kali suaminya datang.
Jauh setelah kejadian itu, saya bertanya pada sang suami kenapa ia berbuat demikian. "Saya mencintainya, karena ia istri yang dianugerahkan Allah, karena ia ibu dari anak-anak. Yah karena saya mencintainya" demikian jawabannya.
Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahwa cinta mempunyai tanda-tanda. Pertama, ketika mereka saling mencintai maka sekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, Mereka akan saling setia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka.
Kedua, ketika seseorang mencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintainya, seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akan mengutamakan istri dalam hal perlindungan dan nafkahnya. Mereka akan sama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior.
Ketiga, ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan mau berpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisik berjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung. Ada do'a istrinya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperoleh sukses dalam pekerjaan. Ada tengadah jemari istri kepada Allahi supaya suami selalu dalam perlindunganNya, tidak tergelincir. Juga ada ingatan suami yang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada istri tercinta, sedang apakah gerangan Istrinya, lebih semangatlah ia.
Saudaraku, ketika segala sesuatunya berjalan begitu rumit dalam sebuah rumah tangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilang seiring persoalan yang datang silih berganti. Perkenankan saya mengingatkan lagi sebuah hadist nabi. Ada baiknya para istri dan suami menyelami bulir-bulir nasehat berharga dari Nabi Muhammad. Salah satu wasiat Rasulullah yang diucapkannya pada saat-saat terakhir kehidupannya dalam peristiwa haji wada':
"Barang siapa -diantara para suami- bersabar atas perilaku buruk dari istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa -diantara para istri- bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, istri fir'aun" (HR Nasa-iy dan Ibnu Majah ).
Kepada saudaraku yang baru saja menggenapkan setengah dien, Tak ada salahnya juga untuk saudaraku yang sudah lama mencicipi asam garamnya pernikahan, Patrikan firman Allah dalam ingatan : "...Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah:187)
Torehkan hadist ini dalam benak : "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya rengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya" (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri r.a)
Kepada sahabat yang baru saja membingkai sebuah keluarga, Kepada para pasutri yang usia rumah tangganya tidak lagi seumur jagung, Ingatlah ketika suami mengharapkan istri berperilaku seperti Khadijah istri Nabi, maka suami juga harus meniru perlakukan Nabi Muhammad kepada para Istrinya. Begitu juga sebaliknya.
Perempuan yang paling mempesona adalah istri yang shalehah, istri yang ketika suami memandangnya pasti menyejukkan mata, ketika suaminya menuntunnya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hati dia akan mentaatinya, jua tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjaga harta dan kehormatannya. Istri yang tidak silau dengan gemerlap dunia melainkan istri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau ridha suami.
Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan istrinya. Suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah istrinya. Suami yang menjadi qawwam istrinya. Suami yang begitu tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarga. Suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan istrinya. Suami yang menjadi seorang nahkoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki "Surga". Dia memegang teguh firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)
Akhirya, semuanya mudah-mudah tetap berjalan dengan semestinya. Semua berlaku sama seperti permulaan. Tidak kurang, tidak juga berlebihan.Meski riak-riak gelombang mengombang-ambing perahu yang sedang dikayuh, atau karang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian. Karakter suami istri demikian, Insya Allah dapat melaluinya dengan hasil baik. Sehingga setiap butir hari yang bergulir akan tetap indah, fajar di ufuk selalu saja tampak merekah. Keduanya menghiasi masa dengan kesyukuran, keduanya berbahtera dengan bekal cinta. Sama seperti syair yang digaungkan Gibran,
Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman
Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.
Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian.
Allahumma Aamiin.
Alhamdulillahirrobbil"alamiin.......

Laa Tahzan…


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Untuk Yang Sedang Bersedih
Beramalah karena Allah, agar peluhmu tak sia-sia. Jangan kau hentikan amalmu karena banjir airmata kecewa yang menghadang jalanmu. Sesungguhnya Allah tak pernah luput hitungannya. Ia akan meninggikan setiap hamba yang jatuh bangun menyempurnakan pengabdian padaNya.

Wahai jiwa yang sedang layu…
Perpanjanglah sujudmu di malam-malam sunyi. Agar kau tahu bahwa keindahan tetap bersemayam di hati orang-orang yang mendapati cinta Illahi. dan menangislah sepuasnya… ketika hanya ada kau dan Dia. Adukan saja segala resahmu. Sebab dialah yang memiliki jawabnya.

Wahai jiwa yang sedang dirundung kabut…
Jangan pernah berhenti mendengarnya bertutur. Walau ceritanya merobek-robek harapan yang sedang kau tumbuhkan.Terkadang manusia bahkan tak mengenal dirinya sendiri bukan? Dengarlah nasehat seorang bijak, tentang seseorang yang sedang mencari kebahagiaan. Kebahagiaan hanya akan diperoleh dengan banyak memberi.

Untukmu yang sedang luka..
Jangan pernah engkau hentikan lantunan ayat-ayat cinta. Sekalipun suaranya tenggelam tertelan riuh desakan air mata. Kau tak kan pernah tau siapa yang akan terobati dengan lantunanmu. Maka teruskanlah nyanyian sucimu.

Hai pemilik hati yang patah..
“…yang kau sayang selalu saja terbitkan erammu di perihnya hatimu..” Percayalah bahwa cinta dapat ditumbuhkan dimana saja. Jika hati diumpamakan pintu, adalah wajar jika kita mengetuk pintu yang salah. Insya Allah, Kau yang akan menemukan pintumu. Mintakan pada Dia yang Menebar Cinta!

Kawanku yang dicintai Allah..
Hidup ini hanyalah permainan yang harus kita mainkan dengan sungguh-sungguh. Maka, tak ada gunanya berlama-lama dalam duka. Duka yang menahun hanya akan membuatmu buta akan beragam kebahagiaan yang disajikan Allah padamu. Duka yang kau genggam akan membuatmu jauh dari rasa syukur.

Wallahu a’lam bisshowab

Ini untukmu yang sedang bersedih
Dalam rangka menasehati diri sendiri…

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/laa-tahzan/10150148076106042

Kado Walimah untuk Sahabatku


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sahabatku yg shalehah…..
Sungguh, mendengar kabar pernikahanmu aku sangat bahagia,
Alhamdulillah sahabatku telah menyempurnakan setengah Diennya..
Kini engkau telah menemukan pendamping hidupmu yg senantiasa mencintaimu karena Allah semata..
Yakinlah, bahwa dia adalah seseorang yg terbaik yg telah Allah pilihkan untukmu..
Engkau adalah wanita shalehah yg telah dipertemukan dengan ikhwan yg shaleh..
Semoga Allah memberkahi pernikahanmu..
Dan menjadi keluarga yg Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah..

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
 Sahabatku yg kucintai karena Allah…..
Tak terasa persahabatan kita telah terjalin begitu lama..
Maafkan aku jika selama ini selalu mengecewakan & menyakitimu..
Terima kasih untuk segala sesuatu yg telah engkau berikan untukku..
Terima kasih karena engkau selalu mengingatkan di kala aku lupa,
Menasehati di kala aku salah dan menguatkan di kala aku rapuh..
Engkau adalah sahabat terbaik yg pernah kumiliki dalam hidupku..
Semoga Allah senantiasa mengokohkan persahabatan di antara kita sampai kapanpun..

Sahabatku yg dirahmati Allah…….
Aku tidak bisa memberikan sesuatu yg berharga..
Hanya bisa memberikan do’a untukmu..
“Semoga Allah memberkahi kepadamu & atasmu dan (semoga Allah) mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan.” (H.R. Tirmidzi)
Semoga engkau selalu bahagia bersamanya baik di dunia maupun di akherat..
Di anugerahi oleh Allah Jundi” kecil yg shaleh & shalehah yg akan memanggilmu “UMMI”..
Bersyukurlah..karena engkau telah menjadi wanita yg paling bahagia di dunia ini..
Do’akanlah aku, semoga akupun segera menyusul langkahmu…^_^

Kado Walimah untuk Sahabatku di Bumi Allah..

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•
.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/kado-walimah-untuk-sahabatku/10150148068001042

@}~~ Bersolek Untuk Isteri, Kenapa Tidak?? ~~{@


♥●♥__♥●
Suami perlu bersolek untuk isteri? Pertanyaan yang mungkin jarang sekali mencuat dalam wacana kehidupan pasangan suami-isteri (pasutri). Sebab, mungkin kita sudah terbiasa dengan ungkapan “isteri harus berdandan untuk suami”. Sehingga kita lupa bahwa berdandan bukan hak monopoli isteri. Seolah suami tak dituntut untuk bersolek di hadapan isterinya. Jelas jika pemahaman kita demikian adalah keliru alias kita telah melakukan diskriminasi gender dalam hal bersolek.
Padahal Rasulullah saw adalah seorang suami perlente yang selalu menjaga penampilan dan kebersihannya di depan para isteri beliau. Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a pernah ditanya oleh seseorang; “Apa yang pertama kali dilakukan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam setelah masuk rumah?”
‘Aisyah menjawab; “Bersiwak.” (diriwayatkan Muslim).
Dalam riwayat lain, Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a juga berkata; Rasulullah saw bersabda; “Bersiwak itu mensucikan mulut dan membuat Rabb ridha.” (diriwayatkan Ahmad, An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi).
Riwayat di atas mengisyaratkan bahwa seorang suami sebaiknya tidak berpenampilan kumal dan bau jika berhadapan dengan isterinya. Percayalah, baju yang bau dan (apalagi) mulut yang beraroma tidak sedap akan mengganggu kelancaran komunikasi pasutri. Padahal Al Qur’an memerintahkan para orang beriman untuk menggauli isteri-isteri mereka secara baik. Bahkan Islam memandang perbuatan itu sebagai aktulisasi keimanan seseorang pada Rabbnya (“membuat Rabb ridha,” ujar Nabi saw).
♥●♥__♥●♥
Al Qur’an juga menegaskan; “Dan pergaulilah mereka secara patut/pantas,” (An Nisaa : 19). Pesan ini mengisyaratkan, bahwa kepatutan bergaul dengan isteri, meliputi juga soal penampilan dan kebersihan yang harus dijaga seorang suami. Jadi penampilan diri seorang suami yang segar, bersih, dan harum, bukan hanya akan menambah kemesraan hubungan pasutri. Tetapi juga mewujudkan keluarga sakinah yang produktif melahirkan generasi-generasi Al Qur’an, insya Allah. v Hal ini tentu saja juga berlaku di luar rumah. Ketika suami bersama isterinya menghadiri suatu undangan, atau acara apapun, dia sepatutnya bernampilan necis. Artinya, seorang suami hendaklah berpakaian rapi, rambut yang tidak awut-awutan, menebar keharuman serta mulut yang beraroma segar. Dengan begitu si isteri tidak canggung atau rendah diri ketika mendamping suaminya di tempat-tempat publik.
Maka, jangan dulu menyalahkan isteri ketika dia misalnya, enggan untuk kita ajak jalan ke luar. Atau bahkan jangan dulu berprasangka negatif, ketika tiba-tiba isteri bersikap dingin tatkala menghadapi kita. Lantas kita mengambil keputusan fatal yang berakibat rumah tangga kita gonjang-ganjing. Sebab, jangan-jangan faktor pemicunya ada pada diri kita sendiri.
Sebuah riwayat menceritakan, seorang wanita bersama suaminya menemui khalifah Umar bin Khottob r.a. Dengan wajah penuh harap, si wanita minta pada khalifah agar dia diizinkan bercerai dari suaminya. “Wahai Amirul Mukminin, aku bukan diriku dan bukan pula suamiku ini. Bebaskanlah aku darinya,” ucap si wanita memelas.
Tapi khalifah Umar r.a tidak segera menjawab permohonan itu. Beliau memandangi keadaan suami si wanita, lalu dia memberi isyarat pada lelaki itu. Si pria diperintahkan untuk pergi dan mandi, memotong kuku, mencukur rambut serta menyisirnya dengan rapi.
Maka si lelaki itupun pergi untuk melakukan apa-apa yang diperintahkan khalifah. Tak berapa lama kemudian pria itu kembali lagi. Lalu Umar bin Khottob mengisyaratkan agar dia memegang tangan isterinya yang saat itu melihatnya dengan pangling (tidak mengenalinya lagi – pen). Saat itu si wanita betul-betul sudah tidak mengenali bahwa lelaki perlente yang ada di hadapannya tak lain adalah suaminya sendiri. Sehingga si wanita berontak; “Wahai hamba Allah, subhanallah, apakah engkau lancang bertindak seperti ini di depan Amirul Mukminin?”
Melihat adegan itu Amirul Mukminin tersenyum, lalu menjelaskan pada si wanita bahwa lelaki yang menggenggam tangannya itu adalah suaminya. Dengan tersipu akhirnya si wanita berkata pada khalifah, bahwa ia menganulir keputusan dia sebelumnya. Selanjutnya pasutri itu bergandengan tangan dengan mesra.
“Begitulah seharusnya kalian berbuat bagi isteri kalian. Sesungguhnya mereka (para isteri) senang jika kalian berhias untuk mereka, sebagaimana kalian senang jika mereka bersolek untuk kalian.”
♥●♥__♥●♥
Dalam riwayat lain, Umar bin Khottob r.a pernah mendengar seorang wanita melantunkan syair ketika sedang thawaf. Di antara wanita itu diberi air yang dingin harum mewangi yang membuat mereka senang da pula yang diberi air yang berubah warnanya dan bau u tidak karena takut pada Allah dia akan lari.
Umar faham, bahwa wanita itu mengeluhkan bau mulut suaminya. Maka beliau mengutus seseorang untuk memanggil lelaki bersangkutan. Khalifah kemudian melihat ada kelainan pada mulut pria tersebut. Lalu beliau menawarkan dua opsi pada si pria. Yakni memberikan uang 500 dirham dan dia harus menceraikan isterinya, atau tetap mempertahankan perkawinannya asalkan dia mau membersihkan mulut dan memperbaiki penampilannya. Tapi dalam riwayat itu diceritakan, ternyata si pria memilih opsi pertama dan menerima uang 500 dirham, lalu menceraikan isterinya.

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-bersolek-untuk-isteri-kenapa-tidak-/10150147875526042

@}~~ Bukan Bidadari Dalam Pasungan ~~{@


♥●♥__♥●
Hari itu muncul sebuah e-mail di sebuah milis yang kuikuti. Berita pernikahan seorang alumni. Sebuah artikel singkat menyertai, kisah tentang istri yang dilarang suaminya keluar rumah, sampai ketika orang tuanya sakit dan akhirnya meninggal tidak menjenguk orang tuanya tersebut.
Sebenarnya kisah itu sudah lama kudengar. Namun entahlah, saat membaca kembali kisah itu, membangkitkan "ketakutanku". Akankah suamiku kelak berpedoman pada kisah ini lantas melarangku untuk sering mengunjungi orang tuaku? Akankah suamiku kelak dengan dalih istri harus ta'at pada suami lalu menjegal mimpi-mimpiku? Akankah dengan otoritasnya dia matikan potensiku di ranah publik? Akankah aku dijadikannya bidadari dalam pasungan?
Bukan, bukan aku mengingkari keta'atan seorang istri kepada suami. Tapi lebih pada ketakutan akan sosok suami yang menyalahgunakan wewenangnya.
Ketakutan yang berlebihan? mungkin. Namun membaca dan mendengar banyak kisah kontemporer para bidadari yang (merasa) terpasung menjadikan ketakutan itu terasa wajar. Mau tidak mau takut itu menggundahkan jiwaku, dan gundahku mencoba cari jawab.
♥●♥__♥●♥
Akhirnya, kala melintas sebuah kios koran dan majalah, gundahku terjawab sudah, walau kupikir belum tuntas. Sebuah majalah dengan bahasan utama Kekasihku Pemimpinku, memberi kesadaran kembali (karena sebelumnya pun aku telah memahami hal ini) bahwa kepemimpinan suami bukan rezim, bahwa aplikasi kepemimpinan tidak semata perintah dan larangan namun keteladanan.
Lembar-lembar bahasannya seakan menenangkanku agar aku tidak perlu takut, karena suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga bukan bermakna sebagai pemegang otoritas yang boleh bersikap otoriter. Di situ DR Idris Abdu Somad, Sekjen Ikatan Da'i Indonesia (IKADI) berujar, "Seorang suami yang memiliki istri dengan potensi sosial atau potensi politik, jangan lantas membatasi istrinya dengan hanya memposisikannya dalam basis rumah tangga saja".
Aku sedikit lega..
Tapi aku tahu, kelegaanku akan diuji dan dibuktikan kala hari seseorang menjabat tangan ayahku dan menjawab ijab yang ayah ucapkan. Maka kala itulah gundahku terjawab tuntas.
Biarlah sekarang lebih kudahulukan bekalan-bekalan menjadi istri sholihah. Sementara bagaimana pemimpin rumah tangga yang baik, tetap kuketahui sebagai ilmu.
♥●♥__♥●♥
Teringat ucapan seorang ustadz, "para lelaki sibuk membaca apa saja hak suami, bagaimana istri yang baik dan ideal. Sedangkan perempuan sibuk dengan bacaan tentang hak istri serta kriteria suami baik dan ideal. Lantas ketika keduanya bertemu dalam bahtera rumah tangga, harapan yang terlanjur dibuat tinggi berbenturan dengan realita yang mungkin tidak seindah yang pernah dibaca. Bukan tidak boleh membaca itu semua, namun hendaklah proporsional dan seimbang. Justru dahulukan ilmu tentang kewajiban dan bagaimana menjadi pasangan yang baik dan tepat. Agar menjadi cermin untuk diri kita sendiri"
Walau tak bisa ku nafikkan, sedikit asa terbit di jiwa, mudah-mudahan beliau yang berjabat tangan dengan ayah kelak pernah membaca majalah tadi dan kelak mengamalkan, sehingga aku tidak akan pernah menjadi bidadari dalam pasungan :)

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-bukan-bidadari-dalam-pasungan-/10150147855236042

Do'a nabi Daud AS Memohon Cinta Allah


Nabi Daud ’alihis-salaam merupakan seorang hamba Allah yang sangat rajin beribadah kepada Allah. Hal ini disebutkan langsung oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Nabi Daud ’alihis-salaam sangat rajin mendekatkan diri kepada Allah. Beliau sangat rajin memohon kepada Allah agar dirinya dicintai Allah. Beliau sangat mengutamakan cinta Allah lebih daripada mengutamakan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan air dingin yang bisa menghilangkan dahaga musafir dalam perjalanan terik di tengah padang pasir. Inilah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai doa Nabi Daud tersebut:
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Di antara doa Nabi Daud ’alihis-salaam ialah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.” (HR Tirmidzi 3412)
Setidaknya terdapat empat hal penting di dalam doa ini. Pertama, Nabi Daud ’alihis-
salaam memohon cinta Allah. Beliau sangat faham bahwa di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan diharapkan manusia selain daripada cinta yang berasal dari Allah Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Apalah artinya seseorang hidup di dunia mendapat cinta manusia –bahkan seluruh manusia- bilamana Allah tidak mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi sia-sia sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan seseorang bila Allah mencintainya sementara manusia –bahkan seluruh manusia- membencinya. Semua kebencian manusia tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebab itulah Nabi Daud ’alihis-salaam tidak menyebutkan dalam awal doanya harapan akan cinta manusia. Beliau mendahulukan cinta Allah di atas segala-galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati manusia terhadap Nabi Daud ’alihis-salaam. Tetapi bila Allah sudah mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada Nabi Daud ’alihis-salaam.
Dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.” (HR Bukhary 5580)
Kedua, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah cinta orang-orang yang mencintai Allah. Sesudah mengharapkan cinta Allah lalu Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah kasih-sayang dari orang-orang yang mencintai Allah, sebab orang-orang tersebut tentunya adalah orang-orang beriman sejati yang sangat pantas diharapkan cintanya.
Hal ini sangat berkaitan dengan Al-Wala’ dan Al-Bara’ (loyalitas dan berlepas diri). Yang dimaksud dengan Al-Wala’ ialah memelihara loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Bara’ ialah berlepas diri dari kaum kuffar dan munafiqin. Karena loyalitas mu’min hendaknya kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman, maka Nabi Daud ’alihis-salaam berdoa agar dirinya dipertemukan dan dipersatukan dengan kalangan sesama orang-orang beriman yang mencintai Allah. Dan ia sangat meyakini akan hal ini.
Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR muslim 4773)
Ketiga, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah. Setelah memohon cinta Allah kemudian cinta para pecinta Allah, selanjutnya Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan dan amal kebaikan yang mendatangkan cinta Allah. Ia sangat khawatir bila melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah. Beliau sangat khawatir bila berbuat dengan hanya mengandalkan perasaan bahwa Allah pasti mencintainya bila niat sudah baik padahal kualitas dan pelaksanaan ’amalnya bermasalah. Maka Nabi Daud ’alihis-salaam sangat memperhatikan apa saja perkara yang bisa mendatangkan cinta Allah pada dirnya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mencintai Ash-Shobirin (orang-orang yang sabar). Siapakah yang dimaksud dengan Ash-Shobirin? Apa sifat dan perbuatan mereka sehingga menjadi dicintai Allah?
”Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran ayat 146)
Keempat, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar menjadikan cinta Allah sebagai hal yang lebih dia utamakan daripada dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin. Kemudian pada bagian akhir doa ini Nabi Daud ’alihis-salaam kembali menegaskan betapa beliau sangat peduli dan mengutamakan cinta Allah. Sehingga beliau sampai memohon kepada Allah agar cinta Allah yang ia dambakan itu jangan sampai kalah penting bagi dirinya daripada cinta dirinya terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya sendiri dan terhadap air dingin.
Mengapa di dalam doanya Nabi Daud ’alihis-salaam perlu mengkontraskan cinta Allah dengan cinta dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin? Sebab kebanyakan orang bilamana harus memilih antara mengorbankan diri dan keluarga dengan mengorbankan prinsip hidup pada umumnya lebih rela mengorbankan prinsip hidupnya. Yang penting jangan sampai diri dan keluarga terkorbankan. Kenapa air dingin? Karena air dingin merupakan representasi kenikmatan dunia yang indah dan menggoda. Pada umumnya orang rela mengorbankan prinsip hidupnya asal jangan mengorbankan kelezatan duniawi yang telah dimilikinya.
Jadi bagian terakhir doa Nabi Daud ’alihis-salaam mengandung pesan pengorbanan. Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk dirinya sendiri, keluarganya sendiri maupun kesenangan duniawinya asal jangan sampai ia mengorbankan cinta Allah. Ia amat mendambakan cinta Allah. Nabi Daud ’alihis-salaam sangat faham maksud Allah di dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah ayat 24)

http://www.facebook.com/notes/melati/doa-nabi-daud-as-memohon-cinta-allah/186324981405885

Wanita: Antara Pembela dan Pencela (2)


Bismillaahirrahmanirrakhiim.....

Manfaat Hijab
* Menjaga kehormatan; Hijab adalah benteng syar’i untuk menjaga kehormatan wanita dan menjauhkan mereka dari hal-hal yang akan menimbulkan fitnah.
* Membersihkan hati pemakainya dan kaum laki-laki.
* Hijab melahirkan akhlak mulai dalam diri pemakainya seperti: rasa malu, selalu menjaga kesucian, ghirah (rasa cemburu).
* Hijab adalah tanda kesucian dan kehormatan bagi seorang wanita.
* Menutup segala pintu setan yang selalu mengajak manusia kepada perbuatan keji dan mungkar.
* Menghindarkan wanita dari budaya tabarruj, sufur dan ikhtilath yang sangat marak di masyarakat.
* Hijab adalah benteng terkokoh dari perbuatan zina dan kehidupan yang serba bebas.
* Menjaga rasa malu yang merupakan ciri khas seorang wanita.
* Wanita adalah aurat dan hijab adalah penutupnya.
* Menjaga ghirah.
 Kaidah Keempat: Hukum asal bagi kaum wanita adalah tinggal di rumah, sedangkan keluarnya wanita dari rumah itu adalah rukhshoh yang dibatasi dengan aturan syariat.
Dasar dari kaidah ini adalah firman Allah:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الجَاهِلِيَّةِ الأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ البَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Maksud ayat di atas adalah perintah kepada wanita untuk tetap tinggal di dalam rumah. Walaupun perintah ini ditujukan kepada istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tapi juga mencakup kaum wanita secara umum selain mereka dan meskipun tidak ada dalil yang secara khusus memerintahkan semua wanita untuk tinggal di rumah, tapi syariat islam menegaskan akan pentingnya kaum wanita untuk tetap tinggal di rumah dan melarang mereka untuk keluar rumah kecuali jika ada kepentingan mendesak.” (Tafsir Al-Qurthubi: 14/179)
Al-Imam Abu Bakr Al-Jashshash rahimahullah berkata: “Ayat ini adalah dalil bahwasanya kaum wanita itu diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah dan dilarang keluar rumah.” (Ahkamul Qur’an: 5/229-230)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ”.
Dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wanita itu aurat, maka jika dia keluar rumah maka setanlah yang akan membimbingnya.” (HR. At-Turmudzi no. 1093 dan dishahihkan oleh Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Irwaul Ghalil no. 273)
Adab Seorang Wanita Keluar Rumah:
1. Keluarnya untuk suatu keperluan yang mendesak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: خَرَجَتْ سَوْدَةُ بِنْتُ زَمْعَةَ لَيْلًا فَرَآهَا عُمَرُ فَعَرَفَهَا فَقَالَ إِنَّكِ وَاللَّهِ يَا سَوْدَةُ مَا تَخْفَيْنَ عَلَيْنَا فَرَجَعَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لَهُ وَهُوَ فِي حُجْرَتِي يَتَعَشَّى وَإِنَّ فِي يَدِهِ لَعَرْقًا فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَرُفِعَ عَنْهُ وَهُوَ يَقُولُ قَدْ أَذِنَ اللَّهُ لَكُنَّ أَنْ تَخْرُجْنَ لِحَوَائِجِكُنَّ
Dari Aisyah, ia mengatakan: sudah binti Zam’ah keluar pada waktu malam, Umar melihatnya dan mengenalnya, kemudian ia mengatakan, ‘Wahai Saudah engkau tidak bisa menyembunyikan identitasmu (karena Sudah wanita yang perawakannya besar, mudah untuk dikenali -ed) kemudian Saudahpun pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan permasalahannya, maka Allah ta’ala mengirimkan wahyu kepada beliau, kemudian Rasulullah bersabda, Allah ta’ala telah mengizinkan kalian untuk keluar memenuhi hajat kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 4836)
2. Harus dengan izin walinya (Orang tua atau suaminya), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عن ابن عمر عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أن امرأة أتته، فقالت: ما حق الزوج على امرأته ؟ فقال: «لا تمنعه نفسها وإن كانت على ظهر قتب، ولا تعطي من بيته شيئا إلا بإذنه، فإن فعلت ذلك كان له الأجر وعليها الوزر، ولا تصوم تطوعا إلا بإذنه، فإن فعلت أثمت ولم تؤجر، وأن لا تخرج من بيته إلا بإذنه فإن فعلت لعنتها الملائكة ملائكة الغضب وملائكة الرحمة حتى تتوب أو تراجع » قيل: وإن كان ظالما ؟ قال: «وإن كان ظالما»
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ada seorang wanita yang datang kepada beliau lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apa kewajiban seorang istri kepada suaminya? Beliau menjawab: “Dia tidak boleh menolak suaminya jika menginginkan dirinya meskipun di atas pelana kendaraan, tidak boleh memberikan sesuatupun harta dari rumahnya melainkan dengan izinnya dan jika dia melakukannya maka bagi suaminya pahala dan baginya dosa, tidak boleh dia berpuasa (sunnah) melainkan dengan izinnya dan jika dia tetap berpuasa maka dia berdosa dan tidak mendapatkan pahala, tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali seizin suaminya, dan jika dia melakukannya maka semua malaikat baik malaikat marah ataupun malaikat rahmat akan melaknatnya sehingga dia bertaubat atau kembali”, Wanita tadi bertanya: “Bagaimana kalau dia adalah seorang yang zalim? Beliau menjawab: “Meskipun dia seorang yang zalim.” (Musnad Ath-Thayalisiy no. 2051)
3. Harus memakai hijab yang syar’i, firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ المُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا المُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)
4. Tidak boleh memakai wangi-wangian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا اسْتَعْطَرَتْ الْمَرْأَةُ فَخَرَجَتْ عَلَى الْقَوْمِ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ كَذَا وَكَذَا»
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang wanita memakai wangi-wangian lalu dia keluar rumah melewati sekelompok orang sehingga mereka mencium baunya maka dia adalah begini dan begitu.” (HR. Abu Daud no. 3642 dan Ahmad no. 18757 dan dishahihkan oleh Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Takhrij Misykatul Mashabih no. 1065)
Dalam riwayat yang lain disebutkan:
عَن أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ»
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang wanita memakai wangi-wangian lalu dia keluar rumah melewati sekelompok orang sehingga mereka mencium baunya maka dia adalah seorang pezina.” (HR. Ahmad no. 18879 dan 18912 dan dishahihkan oleh Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’ no. 323)
5. Hendaknya dengan mahramnya atau dengan wanita yang lain dan jangan berdua-duan dengan seorang laki-laki yang asing, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تُسَافِرْ الْمَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ وَلَا يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang wanita tidak boleh bepergian melainkan dengan mahramnya, seorang laki-laki tidak boleh menemui seorang wanita melainkan bersama mahramnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1729)
Keutamaan Tinggal di Rumah Bagi Wanita
Dengan tinggal di rumah seorang wanita bisa mewujudkan beberapa tujuan syariat yang mulia antara lain:
* Terpeliharanya fitrah yang sesuai dengan tiap-tiap dari laki-laki dan perempuan. Di mana Allah telah membagi tugas kepada manusia sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Laki-laki memiliki tugas mencari nafkah di luar rumah sedangkan wanita bekerja di dalam rumah.
* Terpeliharanya ciri khas dari masyarakat muslim yaitu masyarakat fardiy yang terdiri dari satu jenis saja tanpa adanya ikhtilath.
* Wanita lebih terfokus untuk menjalankan tugas utamanya di dalam rumah yang bermacam-macam sekaligus secara penuh memegang tanggung jawabnya sebagai seorang istri, ibu, pendidik dan ratu rumah tangga.
* Memberikan ruangan yang luas bagi kaum wanita untuk melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah.
* Menjaga kemuliaan dan kesuciannya.
Kaidah Kelima: Haramnya Ikhtilath (Bercampurnya Antara Laki-Laki dan Perempuan)
Ikhtilath (Bercampurnya laki-laki dan perempuan) adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan kehormatan wanita tercabik-cabik. Oleh karena itu Islam menutup semua pintu yang mengarah kepada prilaku ikhtilath di masyarakat muslim dengan cara:
* Diharamkan bagi seorang lelaki bertemu dan berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahram, seperti antara seorang wanita dengan supirnya atau dengan pembantunya, seorang wanita dengan dokter laki-laki atau lainnya.
* Diharamkan bagi seorang wanita untuk bepergian sendirian.
* Diharamkan bagi seorang laki-laki memandang wanita yang bukan mahramnya atau sebaliknya.
* Diharamkan bagi seorang laki-laki menyentuh wanita yang bukan mahramnya atau sebaliknya, seperti: bersalam-salaman atau lainnya.
* Diharamkan bagi seorang laki-laki menyerupai wanita atau sebaliknya.
* Seorang wanita dianjurkan untuk melakukan shalat di rumahnya, dan itu yang paling utama baginya. Tapi jika terpaksa dia mau shalat di masjid bersama kaum lelaki, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
o Keadaannya aman untuk dirinya.
o Harus dengan izin walinya (Orang tua atau suaminya)
o Harus memakai hijab yang syar’i.
o Tidak boleh memakai wangi-wangian.
o Jangan sampai menimbulkan fitnah yang lebih besar atau melanggar syariat.
o Tidak boleh bercampur baur dengan kaum lelaki baik di perjalanan menuju masjid atau di dalam masjid.
o Adanya pintu khusus di masjid untuk keluar masuk wanita.
o Menempati shaf yang paling akhir terlebih dahulu, karena inilah yang paling utama bagi wanita.
o Mengingatkan imam dengan menggunakan tepukan tangan bukan dengan tasbih seperti laki-laki.
o Keluar dari masjid sebelum kaum laki-laki. Dan bagi kaum laki-laki hendaknya keluar menunggu kaum wanita keluar terlebih dahulu. Dalam sebuah hadits disebutkan:
عن أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها قالت: أَنَّ النِّسَاءَ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنَّ إِذَا سَلَّمْنَ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ قُمْنَ وَثَبَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ صَلَّى مِنْ الرِّجَالِ مَا شَاءَ اللَّهُ فَإِذَا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ الرِّجَالُ
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Bahwasanya kaum wanita pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah mereka salam dari shalat wajib, mereka langsung keluar sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum laki-laki tetap berdiam di masjid untuk beberapa saat. Ketika Rasulullah berdiri untuk keluar masjid, maka kaum laki-laki juga keluar.” (HR. Al-Bukhari no. 819)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ قَامَ النِّسَاءُ حِينَ يَقْضِي تَسْلِيمَهُ وَيَمْكُثُ هُوَ فِي مَقَامِهِ يَسِيرًا قَبْلَ أَنْ يَقُومَ “. قَالَ: نَرَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّ ذَلِكَ كَانَ لِكَيْ يَنْصَرِفَ النِّسَاءُ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الرِّجَالِ
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salam, para wanitapun langsung pergi keluar masjid sementara beliau sendiri tetap tinggal di masjid untuk beberapa saat lalu beliau keluar.” Az-Zuhri (Salah seorang perawi hadits ini) berkata: Kami berpendapat -WAllahu A’lam- bahwa beliau melakukan hal itu untuk memberikan waktu kepada kaum wanita untuk keluar sebelum kaum laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 823)
Sejarah telah membuktikan bahwa ikhthilath merupakan salah satu sebab hancurnya sebuah bangsa dan peradaban, sebagaimana yang terjadi pada kebudayaan Yunani dan Romawi dan juga bangsa-bangsa yang lain. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Runtuhnya daulah Bani Umayyah salah satunya disebabkan karena factor ikhtilath ini dan juga sebab-sebab yang lain.” (Majmu’ Al-Fatawa: 13/182). Oleh karena itu perlu adanya pembatasan bagi seorang wanita untuk keluar rumah agar tidak terjadi ikhtilath sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau berkata yang intinya: “Pasal: Seorang pemimpin hendaknya melarang adanya ikhtilath antara laki-laki dan perempuan yang sering terjadi di pasar-pasar, jalan-jalan, atau tempat-tempat pertemuan. Dan seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar atas hal ini, karena fitnah yang ditimbulkan sangatlah besar sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Aku tidaklah meninggalkan setelahku satu fitnahpun yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada wanita.” Dan di dalam hadits lain disebutkan: Bahwasanya beliau bersabda kepada kaum wanita: “Hendaklah kalian (kalau terpaksa keluar) berjalan di pinggir jalan.”Seorang pemimpin juga harus melarang para wanita keluar dengan bersolek dan berdandan atau memakai pakaian yang tidak sopan. Dan melarang mereka bercakap-cakap dengan kaum laki-laki di jalan…… Dia juga berhak untuk menghukum kaum wanita yang seringkali keluar rumah lebih-lebih jika dengan memakai make up…. Dahulu Umar ibnu Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu melarang kaum wanita berjalan di jalanan yang banyak laki-laki atau bercampur baur dengan mereka di jalan…

http://www.facebook.com/notes/melati/wanita-antara-pembela-dan-pencela-2/187630601275323

Diantara Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan......


Bismillaahirrahmanirrakhiim...

Diantara Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan :
Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah : 177]

 Orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
“Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran : 146]
 Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. [An-Nahl : 96]
“Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. [Az-Zumar : 10]
 Sabar adalah sifat seorang mukmin
Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”. [Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud]
“Artinya : Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?.
Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya”.[ Isnadnya shahih,ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun”. [Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby]
Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.“Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya”. [Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130]
Perbaharuilah iman dengan lafazh La ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpa. Janganlah sekali-kali mengatakan :”Andaikan saja hal ini tidak terjadi”, tatkala menghadapi taqdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.

http://www.facebook.com/notes/melati/diantara-keutamaan-sabar-menghadapi-cobaan/186333481405035