Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 06 Februari 2011

S3, PILIHAN DILEMA SEORANG WANITA


Sahabat, berikut ini adalah kisah yang saya dapatkan dari email saya yang tergabung dalam keanggotaan mailing list teman-teman Ikatan Alumni ITB (IA-ITB). Sebuah kisah yang menunjukkan pilihan yang sulit dan dilematis sebagai seorang wanita.
Tersebutlah seorang mahasiswi yang datang menemui dosennya, ia menghampiri dosennya itu dengan wajah yang muram, lalu berkata,
"Pak, beasiswa Program Magister dan Doktor saya lolos".
Hanya itu saja kata2 yang keluar dari mulutnya, tanpa diikuti ekspresi apapun dari wajahnya, mengingat di luar sana berjuta - juta orang memimpikan pencapaian ini. Dan sang dosen tertegun, kemudian dia berkata,
"Bagus dong dik, kamu bisa bikin bangga banyak orang, dan itu merupakan jalan hidup yang sangat baik. Lalu apa yang membuat kamu terlihat bimbang?”
Akhirnya mahasiswi itu bercerita kepada sang dosen,
"Pak, sekolah hingga S2 dan S3 merupakan cita-cita saya sejak kecil, ini adalah mimpi saya, tidak terbayangkan rasa bahagia saya saat memperoleh surat penerimaan beasiswa ini. Tapi pak, saya ini akhwat, saya wanita, dan saya bahagia dengan keadaan ini. Saya tidak memiliki ambisi besar, saya hanya senang belajar dan menemukan hal baru, tidak lebih. Saya akan dengan sangat ikhlas jika saya menikah dan suami saya menyuruh saya untuk menjadi ibu rumah tangga. Lalu dengan semua keadaan ini, apa saya masih harus sekolah? Saya takut itu semua menjadi mubazir, karena mungkin ada hal lain yang lebih baik untuk saya jalani.”
Pak dosen pun terdiam, semua cerita mahasiswinya adalah logika ringan yang sangat masuk akal, dan dia tidak bisa disalahkan dengan pikirannya. Dosen itu pun berfikir, memejamkan mata sejenak, menunggu Allah SWT membukakan hatinya, memasukkan jawaban dari pertanyaan indah ini...
Dan jawaban itu datang kepadanya, masuk ke dalam idenya. Sang dosen berkata seperti ini kepada mahasiswinya. "Dik, sekarang bertanyalah kepada hati kecilmu, apa hati kecilmu masih menginginkan dirimu untuk melanjutkan pendidikan ini hingga puncak nanti?"
Sang mahasiswi bingung, dia menunduk, tak terasa air mata menetes dari kedua matanya, seakan dia merasakan konflik hati yang sangat besar yang saling ingin meniadakan. Dosen itu melanjutkan nasihatnya. "Dik, saya ingin bertanya kepadamu, kapan pertama kali engkau berhadapan dengan seorang S3 dan mendapat ilmu darinya?"
"Sejak saya kuliah di ITB, Pak," Jawab sang gadis.
Kemudian dosen itu melanjutkan ,"Ya dik, betul, saya pun demikian, saya baru diajar oleh seorang lulusan S3 semenjak saya kuliah di kampus ini. Tapi dik, coba kamu pikirkan, bahwa saat engkau memiliki anak, maka orang pertama yang akan membelai rambut anakmu adalah seorang lulusan S3. Orang yang pertama mengajaknya berjalan adalah seorang ilmuwan tinggi, dan sejak dia mulai membaca, dia akan dibimbing dan dijaga oleh seorang Doktor. Itulah peranmu sebagai ibu nanti, apakah engkau bisa membayangkan betapa beruntungnya anak manusia yang akan engkau lahirkan nanti."
Dan itulah jawaban Allah SWT melalui sang dosen tersebut. Mahasiswi itu tersadar dari konflik panjangnya, dan ia tersenyum bahagia, sangat bahagia, air matanya menjadi air mata haru, dan ia berdiri, mengucapkan terima kasihnya kepada sang dosen, dan berkata,
"Pak, terima kasih, akan saya lanjutkan pendidikan ini hingga tidak satupun puncak lagi yang menghalangi saya.”
Sahabat, mudah-mudahan kisah ini bisa menginspirasi kita semua, bahwa betapa berharganya arti pendidikan bagi seorang wanita, bukan semata karena ingin disanjung dan dipuji banyak orang karena prestasinya, tapi karena perannya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknyalah yang menjadikannya mulia di hadapan Tuhannya. Selama kesempatan masih ada, ayo sama-sama kita gunakan kesempatan itu sebaik mungkin, dan akan lebih indah lagi apabila kesempatan tersebut diiringi dengan niat baik dan rasa syukur kepada Sang Pemberi Kesempatan, Allah SWT.


http://www.facebook.com/notes/hembusan-nafas-kehidupan/s3-pilihan-dilema-seorang-wanita/181687775198302

Syndrome Emotional


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
==============================
Dalam riwayat Abu Hurairah dikatakan "Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah" (H.R. Malik).
Rasa kesal saat kita terhadap orang yang serng menyakiti kita dan ada keinginan untuk membalas perbuatan ialah suatu bentuk dari kemarahan. Dampaknya memang cukup mengkhawatirkan nich. Sahabat, ayo kita belajar lebih sabar menjalani hidup ini. Ingat, kalau bisa karena terbiasa. So, Yuk mari kita realisasikan untuk sabar dalam kehidupan kita sehari-hari. Kali ini Nai ingin berbagi tentang cara-cara meredam amarah. Check this out :
1. Langkah awal saat kita merasakan perasaan marah melanda, sebaiknya kita segera Membaca Ta’awwudz. Karena hanya kepada Allah lah kita bisa meminta pertolongan.
"dan jika syetan datang menggodamu, berlindunglah kepada Allah...." (al- a'raf : 200)
Rasulullah bersabda Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim, Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (H.R. Bukhari Muslim).
2. Berikutnya sahabat, segeralah mengambil air wudhu.
Rasulullah bersabda Kemarahan itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah (H.R. Abud Dawud).
Nach jadi kalau sahabat sedang Syndrome emotional. Yach maksud Nai penyakit orang kalau sedikit-sedikit diselasaikan dengan cara kemarahan. Kita langsung saja ambil air wudhu.
3. Masih belum hilangkah perasaan marah sahabat? Jika sahabat marah dengan keadaan berdiri maka duduklah, jika masih belum hilang maka berbaringlah.
Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah (H.R. Abu Dawud).
Sahabat, Setiap emosi memerlukan persiapan tenaga untuk mengekspresikannya. Misalnya marah, takut, atau ragu-ragu memerlukan kinerja organ dalam yang berbeda untuk dapat menunjang kebutuhan tenaga yang diperlukan. Disini yang berperan mengatur kinerja organ dalam adalah saraf otonom. Yang merangsang saraf otonom paling efektif adalah titik perut (pusar). Jadi sahabat selain sebagai titik tolak ukur yang membagi dua sama panjang antara tubuh bagian atas (dari perut hingga kepala) dan tubuh bagian bawah (dari perut hingga kaki), pusar adalah pusat emosi yang ada pada tubuh kita. Nach, pada saat sahabat duduk maka posisi pusar kita dalam keadaan tertekuk maka itulah insya allah membantu emosi kita meredah.
4. Jika langkah diatas masih belum mampu menghilangkan rasa kesal didiri sahabat. Sebaiknya sahabat, diam. Menjaga perkataan lalu banyak-banyak berzikir atau membaca surut cinta dari Allah (Al qur’an).
Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad).
5. Islam punya solusi kok sahabat untuk meredam amarah. Nggak perlu ke dukun untuk sibuk balas dendam terlalu kuno dan primitif plus konvensional jika sahabat menggunakan cara tersebut. Ingat yach, jika kita yang menyimpan dendam kesumat maka pemiliknyalah yang akan mendapat akibat tersebut pertama kali. Yach penyakit datang dari diri kita sendiri. Fikiran jadinggak beres.
Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud). (H.R. Tirmidzi)
Nai ingat saran sahabatku yang selalu melindungi diri ini dikala setiap masalah menghampiri Nai “Nai, remember! always ikhlas and possitive thinking in this world”. Sempat lelah menghadapi masalah yang seabrek mengunjungi namun Nai selalu ingat pesan sahabat. Jadi, kalau kita ikhlas nggak mungkin kita menghadapi masalah dengan marah apalgi sampai ngambaek sama Allah. Jangan yach, sahabatku!
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Insyirah 5-6 : “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
...
( Surah Al-Baqarah ayat 286 )
 Sahabat, Jangan lagi yach marah. Rugi!
Rugi tenaga, energi tubuh kita habis karena marah-marah.
Rugi waktu, tadinya kita bisa aktivitas yang bermanfaat jadi terhambat gara-gara marah.
Rugi barang, nach bagi sahabat nich yang punya kebiasaan marah terus banting barang. Sayang atuh kalau barangnya di buang-buang mending di sedekahin saja, lebih bermanfaat.
Rugi kesehatan, kesel sendiri kan jadinya kalau terus-terusan marah? Apa lagi kalu lagi ngambek kalau kata orang palembang bilang sich di cugakin alias d kacangin. Waduh, sedih amat yach kalau marah terus nggak ada yang perhatiin. Makanya sahabatku, jangan marah-marah lagi yach? Say stop syndrome emotionial, yes to love. Peace!
Mudah-mudahan kita menjadi sosok yang lebih baik untuk nanti dan esok.
Wassalamulaikum wr. wb


Mengenang Sang Kekasih


Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat.
Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta,
"Ceritakan padaku akhlak Muhammad!".
Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad?
Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata,
"Ceritakan padaku keindahan dunia ini!."
 Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini...."
 Ali menjawab, "Engkau  tak sanggup menceritakan keindahan dunia  padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa  Nabi itu bagaikan Al-Qur'an berjalan.
Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun[23]: 1-11.
Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, "ah semua perilakunya indah."
Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri.
"Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'"
Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.
Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata,
"Mengapa engkau tidur di sini?"
Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu."
Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan,
 "Berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya."
Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.
Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi.
Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita?
Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.
Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama.
Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit.
Tentang Umar, Rasul pernah berkata, "Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain."  Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta'wil) mimpimu itu? Rasul menjawab ilmu pengetahuan."
Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman karena itu Utsman menikahi dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya).
Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. "Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." "Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik."
Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah...ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.


Berani Mencintai, Berani Menikahi


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Duh... Sore ini entah kenapa ingin sekali membahas judul di atas ^_^
Berani Mencintai, Berani Menikahi. Yo, siapa yang siap????
 Sadar gak ya, selama ini mudah kita mencintai.. Namun kita tak berani untuk mengambil langkah pasti?
Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah merupakan persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar.. Lalu apa?Kalau kita berani mencintai, sejatinya kita sedang belajar untuk bertindak dewasa. Mengapa? Karena MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya.
Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya? Harus ada ‘Komunikasi dua arah’, ‘Ada kerelaan mendengar kritik’, ‘Ada keikhlasan meminta maaf’, ‘Ada ketulusan melupakan kesalahan,dan Keberanian untuk mengemukakan pendapat’.
Sekali lagi, apa sudah selesai sampai disini saja dalam hal cinta-mencintai? Salah.
Ketika memutuskan untuk siap mencintai, selanjutnya kita harus bersiap memasuki pintu gerbang cinta yang sebenarnya. Ya. gerbang itu bernama PERNIKAHAN. MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.
MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuhnya cinta, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil……
MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kan diuji sejauh mana pembuktian cinta mereka yang sebenarnya.
Karena MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan kita. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana kita bisa memahami orang lain…?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana kita bisa memperhatikan pasangan hidup…?
Jika berani mencintai,
Harus berani menikahi.
Khususnya bagi para kaum lelaki.
Jangan bisanya cuma obral janji..
Sana-sini banyak yang terlukai.
Akhrnya menumpuk sakit hati.
Karena MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk ‘Menerima’ apa yang ada dan apa adanya.
Siapa yang berani mencintai, maka harus bersiap untuk menikahi...
Bukankah dengan menikah, mereka akan disejajarkan Rasululloh SAW dengan mujahid fii sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongannya! Karena kata beliau, tiga golongan yang menjadi keharusan Alloh untuk membantu mereka adalah orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Alloh. [HR Ahmad, Turmudzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah]
Tuh… Subhanalloh khan? Nunggu apa lagi! Kalau udah siap lahir bathin, ikrarkan cinta dengan menikah saat ini! Jangan beraninya cuma bermain cinta sembunyi, diam-diam tapi gak punya nyali...
*Peace ^_^

*SekAr*
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Laki-laki yang Bernama Ayah


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ayah…
Bagiku seorang yang namanya jarang kusebut. Mengapa? Sebab bagiku, sosok seorang ayah itu tidak memberi definisi apa-apa dalam kehidupanku.
Seseorang yang hampir dikatakan tidak ada rasa kepedulian terhadap anaknya. Entah mengapa begitu dingin seorang yang dinamakan ‘Ayah’ itu.
Bila ditanya, siapakah orang yang paling aku sayang di dunia ini… jawabannya tentulah ibuku. Karena bagiku, sosok ibulah yang paling berperan penting dalam kehidupanku selama ini.
Entah seperti anak-anak lainnya atau tidak.. tapi yang pasti, aku kurang merasakan peran seorang ayah. Ia sering pulang malam, dan ketika sampai rumah pun.. tidak ada kehangatan yang diberikan olehnya.
Sosok yang membuatku geram dan akhirnya tidak ada penghormatan sama sekali padanya. Saat itu ku ingat pasti tatkala usiaku beranjak 9 tahun, aku pernah mencemoohnya dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan seorang anak pada ayahnya. Hanya karena keinginanku tidak bisa dipenuhi olehnya. Aku hanya berfikir, bahwa kalau sudah tidak mendapat perhatian darinya, paling tidak bentuk perhatian itu bisa tergantikan dengan terpenuhinya kebutuhanku. Minta dibelikan mainan, baju baru dan sebagainya. Namun ternyata itu nihil semua.
Semakin jengkel lah aku, bahkan aku tidak ingin dikecup keningnya oleh orang yang dinamakan ayah tersebut pada saat syukuran sederhana di hari ulang tahunku.
Beranjaknya usia, ketika saat itu aku masuk Sekolah Menengah Pertama… itulah pertama kalinya sejarah dalam hidupku, peran orang tua khususnya ayah sangat berarti besar. Betapa paniknya aku, ketika pulang sekolah rok biru seragamku basah oleh cairan yang berwarna merah. Aku pun kaget dan panik luar biasa, padahal saat itu ibuku tengah naik haji ke tanah suci bersama nenekku. Yang ada di rumah, hanyalah aku bersama adik dan sosok yang dinamakan ‘Ayah’.
Ia lah yang menyambutku, tatkala aku menangis tersedu-sedu sampai rumah dalam keadaan sedih dan karena ditambah dengan perutku yang sakitnya luar biasa.Aku malu. Lalu aku masuk kamar tanpa berkata apa-apa terhadap ayahku. Ia menyusul ke kamarku dan menanyakan apa yang terjadi, lalu aku pun luluh dan mau menjelaskan keadaanku padanya saat itu.
Ayahku tersenyum dan berkata, “Gak apa-apa, ini pertanda anak gadis ayah sudah dewasa. Kamu sudah mendapat tamu bulanan. Nanti ya ayah belikan pembalut dulu.”.
Degg… hatiku teriris dengan kata-kata lembut darinya. Ohh Tuhan, di saat kritis dan aku tidak tahu harus berbuat apa, justru ialah yang hadir menemaniku. Ialah yang menenangkanku disaat kondisiku seperti itu, tanpa hadirnya peran ibu disampingku.
Semakin tersadar, ayahku mempunyai peran berarti dalam hidupku. Tidak hanya ibuku. Ialah sosok yang hebat itu, sosok yang hadir disaat aku membutuhkannya.
Pun saat aku menginjak usia dewasa, aku semakin mengerti arti dari hadirnya seorang ayah. Aku melihat beban berat sedang ditanggungnya. Aku melihat segala hal yang menjadi kebutuhanku perlahan terpenuhi.. Satu per satu bisa aku dapatkan. Bersama itu pula satu per satu uban putih muncul diantara rerimbunan rambut ayahku.
Ya. Semakin hari aku tersadar, banyak perubahan yang terjadi pada diri ayahku.. Warna rambutnya yang berubah, kerutan di wajahnya yang tidak lagi tersembunyi dan itu membuatku semakin yakin, bahwa ayahku tengah berjuang keras dalam membahagiakan keluarganya. Seperti tatkala ia telat pulang kerja malam hari karena ada rapat di kantornya, ia selalu membawakan kami makanan yang bersisa dari rapat di kantornya. Melihat wajahnya yang sumringah benar-benar menandakan rasa senangnya ketika bisa membawakan makan malam untuk anak serta istrinya.
Karena ayahku adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…Bahkan ketika ia tidak kuat untuk tidak menangis. Ia harus terlihat tegas bahkan saat ia ingin memanjakanku.
Ayahku ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, dan tidak tergantung pada siapapun tapi selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayahku pernah berkata “Ayah akan selalu memelihara janggut, meski telah memutih,
agar kamu bisa ‘melihat’ para malaikat bergelantungan disini dan agar kamu selalu bisa mengenali ayah.”
Dan ayah juga penah berpesan: "Mbak, jangan cengeng ya meski kamu ini adalah seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecil ayah dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! Seorang laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kamu gantikan posisi Ayah di hatimu."
Ohh ayah. Baru aku meyakini, bahwa betapa beruntungnya aku memiliki ayah sepertimu. Ayah terbaik sepanjang perjalanan hidupku. Seorang ayah yang memberi banyak pelajaran kehidupan.

Ayah..Namamu kan selalu terpatri.
Meski sedikit perhatian yang tercurah.
Bagiku sudah sangat berarti.
Ketika peluhmu mengalir.
Yang begitu agung, maka..
Tercucilah rindu.
Pada alunan kata yang sejuk.
Terima kasih ayahku. Untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk setiap kerut dahimu yang tidak sempat kuhitung, untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk tetes ‘air mata laki-laki’ yang begitu mahal ketika kau mengkhawatirkan aku, untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati. Sungguh tidak akan pernah bisa terbalas segalanya. Dan aku mencintaimu karena-Nya.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Lihat Diri Kita Sendiri


Barangsiapa merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah, maka dia kaya.
Barangsiapa suka memandang harta orang lain, dia akan mati miskin.
Barangsiapa tidak redha (tidak rela) dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, maka dia telah menentang keputusanNya (qadha’Nya)
Barangsiapa memandang remeh kesalahannya, maka dia akan memandang besar kesalahan orang lain.
Barangsiapa memandang besar kesalahannya, maka dia akan memandang remeh kesalahan orang lain.
Barangsiapa membuka aib orang lain, maka aib keturunannya akan tersingkap.
Barangsiapa menggali lubang untuk mencelakakan saudaranya, maka dia sendiri akan terjerumus ke dalamnya.
Barangsiapa bergaul dengan ulama, maka dia akan dimuliakan.
Barangsiapa memasuki tempat-tempat biasa dikunjungi orang-orang bodoh, maka dia akan direndahkan.
Dan barangsiapa memasuki tempat-tempat kemaksiatan, maka dia akan dituduh berbuat maksiat.


http://www.facebook.com/notes/melati/lihat-diri-kita-sendiri/177812935590423

Kecantikan ...


Kecantikan seorang lelaki bukan kepada rupa fisikal tetapi pada murnirohani. Lelaki yang cantik adalah:-
1) Lelaki yang mampu mengalirkan air mata untuk ingatan
2) Lelaki yang bersedia menerima segala teguran
...
3) Lelaki yang memberi madu, setelah menerima racun
4) Lelaki yang tenang dan lapang dada
5) Lelaki yang baik sangka
6) Lelaki yang tak pernah putus asa

Kecantikan lelaki berdiri di atas kemuliaan hati. Seluruh kecantikan Yangada pada Nabi Muhammad adalah kecantikan yang sempurna seorang lelaki..
Kegagahan Wanita

Kegagahan seorang wanita bukan kepada besarny otot di badan, tetapi padakekuatan perasaan. Perempuan yang gagah adalah:-
1) Perempuan yang tahan menerima sebuah kehilangan
2) Perempuan yang tidak takut pada kemiskinan
3) Perempuan yang tabah menanggung kerinduan setelah ditinggalkan
4) Perempuan yang tidak meminta-minta agar di penuhi segala keinginan.
Kegagahan perempuan berdiri di atas teguh iman. Seluruh kegagahan yang adapada Khadijah adalah kegagahan sempurna bagi seorang perempuan.
Sabda Rasulullah SAW:
"Sebarkanlah ajaranku walaupun satu ayat " Surah Al-Ahzab : Ayat 71
"Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimudosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, makasesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.


http://www.facebook.com/notes/melati/kecantikan-/177796115592105

Gombalisasi..........?!


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ini tentang seorang ikhwan.
Ikhwan itu mencoba tetap simpati (simpan dalam hati) terhadap akhwat tersebut. Apabila perasaan itu telah mewujud pada realisasi amal, baik lisan maupun perbuatan, maka tak ayal akan terjadi juga gombalisasi disini.
Sering seseorang ingin mengekspresikan atau menyampaikan perasaannya yang sedang membuncah karena cinta. Hal seperti ini mestinya disimpan rapat-rapat dalam lubuk hatinya, jangan sampai si “dia” memergoki adanya perasaan itu. Gengsi dong!! Namun suatu saat pertahanan itu bisa jebol manakala perasaan itu makin menjadi-jadi sedang keimanan dalam kondisi menurun. Maka lahirlah sebentuk perhatian pada si “dia”, baik berupa nasehat, tausiyah, pujian, menanyakan sesuatu (baik tanya beneran atau pun pura-pura bertanya) atau sekadar menanyakan kabar. Entah itu lewat SMS, telpon, saat chatting, via e-mail dsb (astaghfirulloh)
Makanya… ingat, penyebab awal perlu dicegah, yakni adanya gombalisasi. Kalau si gombal dah nyebar, maka sedikit banyak korban bisa berjatuhan. Baik ‘lecet-lecet’ ringan maupun ‘luka’ berat. Bahkan nanti gak hanya berdampak pada hati, tapi juga fisik. Lha bayangin aja … kalau jadi gak enak makan, gak nyaman tidur karena tiap mau makan .. ingat dia, mau tidur … ingat dia, mau ngapain aja ingat dia, apa gak lama-kalamaan bisa kurus tuh? Trus …siapa korbannya? Siapa lagi kalau bukan kaumku (wanita/akhwat). Wuahh.. gerah banget dengan tipe ikhwan yg gak jelas gini.
So, khususnya bagi para ikhwan yg membaca tulisanku ini.. Tolong jaga diri, jaga hati, jaga gengsi. Jangan asal kirim SMS, lebih-lebih SMS yg gak penting bin gombal bin murahan. Juga .. jangan asal balas SMS, apalagi dengan SMS gombal.
Aku sempat membaca sebuah puisi yg berisi:

Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu

Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah

Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.

Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….

Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu.
***
Dan gantian.. biar aku yg mengirim puisi bagi para ikhwan.

Wahai ikhwan,
Jagalah pandangan..
Jangan kau umbar rayuan..
Sebab hal itu akan mematikan.

Wahai Kaum lelaki.
Kalian tau, akhwat lemah diri..
Sering terbujuk rayu oleh janji.
Maka, jangan kau umbar harapan yg tak pasti..

***
So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji ya. Meskipun gak semua ikhwan bertipe seperti ini.. tentu masih banyak ikhwan yg bisa menjaga izzahnya juga.
Bagi para akhwat, hati-hati binti waspada Ukh … jangan mudah digombali. Jangan percaya dengan kata-kata suka, cinta atau janji-janji. Jangan mudah menambatkan hati, jangan mudah berharap. Stay cool, calm, confident. Perisai izzahmu harus tetap kokoh. Oke oke... ^_^
Ini tentang seorang ikhwan.
Ikhwan itu mencoba tetap simpati (simpan dalam hati) terhadap akhwat tersebut. Apabila perasaan itu telah mewujud pada realisasi amal, baik lisan maupun perbuatan, maka tak ayal akan terjadi juga gombalisasi disini.
Sering seseorang ingin mengekspresikan atau menyampaikan perasaannya yang sedang membuncah karena cinta. Hal seperti ini mestinya disimpan rapat-rapat dalam lubuk hatinya, jangan sampai si “dia” memergoki adanya perasaan itu. Gengsi dong!! Namun suatu saat pertahanan itu bisa jebol manakala perasaan itu makin menjadi-jadi sedang keimanan dalam kondisi menurun. Maka lahirlah sebentuk perhatian pada si “dia”, baik berupa nasehat, tausiyah,
pujian, menanyakan sesuatu (baik tanya beneran atau pun pura-pura bertanya) atau sekadar menanyakan kabar. Entah itu lewat SMS, telpon, saat chatting, via e-mail dsb (astaghfirulloh)
Makanya… ingat, penyebab awal perlu dicegah, yakni adanya gombalisasi. Kalau si gombal dah nyebar, maka sedikit banyak korban bisa berjatuhan. Baik ‘lecet-lecet’ ringan maupun ‘luka’ berat. Bahkan nanti gak hanya berdampak pada hati, tapi juga fisik. Lha bayangin aja … kalau jadi gak enak makan, gak nyaman tidur karena tiap mau makan .. ingat dia, mau tidur … ingat dia, mau ngapain aja ingat dia, apa gak lama-kalamaan bisa kurus tuh? Trus …siapa korbannya? Siapa lagi kalau bukan kaumku (wanita/akhwat). Wuahh.. gerah banget dengan tipe ikhwan yg gak jelas gini.
So, khususnya bagi para ikhwan yg membaca tulisanku ini.. Tolong jaga diri, jaga hati, jaga gengsi. Jangan asal kirim SMS, lebih-lebih SMS yg gak penting bin gombal bin murahan. Juga .. jangan asal balas SMS, apalagi dengan SMS gombal.
Aku sempat membaca sebuah puisi yg berisi:
Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu

Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah

Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.
 Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….

Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu.

***
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Dan gantian.. biar aku yg mengirim puisi bagi para ikhwan.

Wahai ikhwan,
Jagalah pandangan..
Jangan kau umbar rayuan..
Sebab hal itu akan mematikan.

Wahai Kaum lelaki.
Kalian tau, akhwat lemah diri..
Sering terbujuk rayu oleh janji.
Maka, jangan kau umbar harapan yg tak pasti..
***
So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji ya. Meskipun gak semua ikhwan bertipe seperti ini.. tentu masih banyak ikhwan yg bisa menjaga izzahnya juga.
Bagi para akhwat, hati-hati binti waspada Ukh … jangan mudah digombali. Jangan percaya dengan kata-kata suka, cinta atau janji-janji. Jangan mudah menambatkan hati, jangan mudah berharap. Stay cool, calm, confident. Perisai izzahmu harus tetap kokoh. Oke oke... ^_^


http://www.facebook.com/notes/melati/gombalisasi/177785238926526

Wanita .itu ....


oleh Safir Alkatiri
Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku.. Kata teman pengajianku..^^ (sebuah renungan)
Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku.. Kata teman pengajianku..
Ia melanjutkan ceritanya "Begini asosiasinya.. di suatu toko buku, banyak pengunjung yang datang untuk melihat-lihat buku. Tiap pengunjung memiliki kesukaan yang berbeda-beda. Karena itulah para pengunjung tersebar merata di seluruh sudut ruangan toko buku. Ia akan tertarik untuk membeli buku apabila ia rasa buku itu bagus, sekalipun ia hanya membaca sinopsis ataupun referensi buku tersebut. Bagi pengunjung yang berjiwa pembeli sejati, maka buku tersebut akan ia beli. Tentu ia memilih buku yang bersampul, karena masih baru dan terjaga. Transaksi di kasirpun segera terjadi. "
"iya, terus teh ..?" kataku dan teman-teman, dibuat penasaran olehnya.
"Nah, bagi pengunjung yang tidak berjiwa pembeli sejati, maka buku yang ia rasa menarik, bukannya ia beli, justru ia mencari buku dengan judul sama tapi yang tidak bersampul. Kenapa? Kerena untuk ia dibaca saat itu juga. Akibatnya, buku itu ada yang terlipat, kusam, ternoda oleh coretan, sobek, baik sedikit ataupun banyak. Bisa jadi buku yang tidak tersampul itu dibaca tidak oleh seorang saja. Tapi mungkin berkali-kali, dengan pengunjung yang berbeda tetapi berjiwa sama, yaitu bukan pembeli sejati alias pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab. Lama kelamaan, kasianlah buku itu, makin kusam hingga banyak yang enggan untuk membelinya" Ceritanya
"Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati.. Subhanallah..!
Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. Bedanya, Pengunjung yang iseng, yang tidak berniat membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa dikatakan suka pacaran. Menguak-nguak kepribadian dan kehidupan sang wanita hingga terkadang membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang paling fatal adalah ternodai dengan free-sex. Padahal tidak semua toko buku berani menjual buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah toko buku itu adalah toko buku pilihan. Ia ibarat lingkungan, yang jika lingkungan itu baik maka baik pula apa-apa yang ada didalamnya. " katanya lagi
"wah, kalau begitu jadi wanita harus hati-hati ya..!. " celetuk salah satu temanku.
"Hmm, .apakah apapun di dunia ini bakal dapet yang seimbang ya, teh? Kayak itu deh, buku yang tersampul dibeli oleh pembeli yang bertanggung jawab. Itukan perumpamaan Wanita yang baik dan terjaga akhlaknya juga dapat laki-laki yang baik, bahkan insyallah mapan, sholeh, pokoknya yang baik-baik juga. Gitu ya, teh?" kata temanku.
" Benar, Seperti janji Allah SWT, "Wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanit yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (An-Nur:26). Dan, hanya Allah yang tak menyalahi janji. " penjelasan nya.
Menjadi wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang usia ini ada. Pun menjadi wanita baik itu tak mudah. Butuh iman dan ilmu kehidupan yang seiring dengan pengalaman.
Benar. Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tapi KAU yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan aku, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat kulahir kedunia, Ia menjadikanku wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah mengamanahkan ini padaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah atau manusia sehina Fir'aun.
Kalau banyak orang lain merasa bangga menjadi wanita, karena wanita layak dipuja, karena wanita cantik memesona, karena wanita bisa dibeli dengan harta, karena wanita cukup menggoda, dan lain sebagainya, maka justru sebaliknya, dengan lantang aku berkata.. "aku malu menjadi wanita!"
Ya, Aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata dari pandangan dan suara wanita yang tak terjaga sanggup memunculkan syahwat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata tindak tanduk wanita sanggup membuahkan angan-angan bagi pria. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita tak sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya.
Sungguh, aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, Aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah ini. Entahlah, sampai saat ini , saat dimana umur masih dikandung badan ini aku sudah menjadi wanita macam apa. Aku malu.. Bahkan malu ini berbuah ketakutan, kalau-kalau pada hari akhir nanti tak ada daya bagiku untuk mempertanggungjawabkan ini semua.
Padahal, setahuku dari Bunda Khadijah, Aisyah dan Fatimah, wanita itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya, ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari kesholehan akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada.
Allah, maafkan aku akan kedangkalan ilmuku dan rendahnya tekadku. Aku berlindung pada-Mu dari diriku sendiri. Bantu aku Rabb, untuk tak lagi menghadirkan kelemahan-kelemahan diri saat aku ada di dunia-Mu. Hingga kelak aku akan temui-Mu dalam kebaikan akhlak yang kuusahakan. Ya, wanita sholehah.."


http://www.facebook.com/notes/melati/wanita-itu-/177783712260012