Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ============================== Hari ini aku Tiba-tiba terisak. Entah mengapa. Aku sedih sekali hari ini. Kini aku sudah menikah selama lebih dari 5 tahun. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Seharusnya Aku berhak punya suami yang sudah mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan mobil bagus. Bisa membelikan aku baju-baju dan perhiasan, bisa mengajakku menginap di sebuah hotel dan rekreasi dengan anak-anak. Bukannya aku yang harus bingung mengelola uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilan suamiku tidak begitu besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku. "De... Ade kenapa..?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir ketika berkesempatan berdua dikamar. Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Aku melihat ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku. "Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya?” Ucapnya takut-takut. Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membungkus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang. "Maaf ya De, aku cuma bisa ngasih ini. .. Nggak bagus ya De..?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai,menunduk. Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah jam tangan sederhana berwarna putih keperakan. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku. "Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Aku belum mampu membahagiakan kamu dan anak-anak, Maafin aku ya de'..." desahnya. Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk jam tangan ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniaMu masih aku pertanyakan. "Mas..lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyebabkan dia tidak mampu menunjukkan kasih sayangnya secara nyata kepada istri dan anak-2nya selama ini. Hal itu pula yang menyeret dayanya untuk bisa membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... Mas sudah ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Mas ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Mas ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Mas sudah ngasih aku seorang puteri yang cantik, imut dan pandai mengaji karena engkau yg mendidiknya langsung..," senyumku sambil berusaha menahan tangis. "Mas ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, Mas ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya sangat besar padaku. Rabbi... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, belum memberikan rejeki yang melimpah kepada suamiku. Tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang hebat, dan segala fasilitas-fasilitas, serta harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya.. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Tiba-tiba aku teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah: Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Tanpa materi, tanpa cincin berlian, tanpa emas dan permata Aku hanya ingin mencintaimu seperti mawar.., yang mekar bersama fajar, dan sang dara menciumku lalu menyematkanku ke dadanya.. Aku adalah seutas tali kasih bagi cintamu dinda Aku adalah semerbak bunga mawar pernikahan kita Aku adalah setangkup kenangan saat-saat engkau bahagia Aku adalah hadiah terakhir dari kehidupanmu untuk masa depan Barakallahufikum Wassalam 


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-aku-ingin-mencintaimu-dengan-sederhana/166499113378744