Nafsu ,dikurniakan Allah kepada makhluk yang bernama manusia dan Allah
telahpun menyediakan jalan diantaranya menuju kebaikan ataukah kejahatan. Nafsu
tidak bisa kita hilangkan ataupun kita bunuh,namun mestilah kita mampu
kendalikan dengan cara yang benar.Dan islam telah mendidik kita bagaimana
mengendalikan nafsu dengan benar.Melalui Islam lah Allah telah menyebar ilmu
NYA,bagaimana kita
mengenal,mendidik,mengawal dan membimbing nafsu,dan
Allah akan memberikan kesejahteraan,di dunia,membuka pintu-pintu syurgaNya,di
akhirat,bagi mereka yang mampu mendidik,dan mengendalikan nafsunya.
Nafsu dijadikan bertujuan untuk mengawal diri manusia,dari
ujian,serangan,tapi bukan untuk menyerang. Dengan nafsu juga manusia akan
berlomba dan bersaing dalam mencapai kejayaan dirinya,namun yang menjadi
isu ialah apabila nafsu itu sudah melampaui batas dan sukar
dikendalikan, perkara inilah yang mengakibatkan seorang manusia selalu terjebak
dalam perangkap
syaitan,karena memperturuti
hawanafsunya sehingga tidak pernah puas,dan akhirnya membawa binasa,karena
Allah mencela orang orang yang melampaui batas. Maka sudah seharusnyalah
kita “
melihat”kedalam diri kita,
intropeksi diri,apakah
kita sudah mengenal kedudukan nafsu dalam diri,apakah sudah mampu
mengendalikannya.Inilah yang sepatutnya untuk kita perbenah sebelum kita
melayakkan diri untuk beramal ibadah ,serta memetik “buahnya” yaitu
Hidayah
dari Allah SWT.
Menurut para ulama,secara garis besarnya,nafsu yang terdapat pada diri
manusia yang akhil balikh itu terbagi
3 tingkatan;diantaranya:
[1] NAFSU AMMARAH;
Kedudukan Nafsu ini adalah yang
paling rendah dan tercela disisi Allah SWT ,bagi mereka yang
memperturutinya.Dari Nafsu amarah inilah tumbuh bibit bibit penyakit hati
,diantaranya dengki iri hati,dendam,tamak,sombong. Mereka suka mencela orang
lain, memperbodohkan kelemahan orang lain dan melihat dirinya sendiri serba
sempurna,akhirnya menjadi takkabur. Mereka tidak dapat tahan lagi untuk menjaga
kehormatan dirinya, walaupun dia orang terkenal, akan jatuh jadi hinalah orang
yang menurutkan nafsu ammarah.
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya"…” (Al-Baqarah : 10) "Sesungguhnya nafsu amarah
itu sentiasa menyuruh manusia berbuat keji(mungkar) , kecuali orang-orang yang
telah diberi rahmat oleh Allah (maka terselamatlah ia dari hasutan nafsu itu).
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”(Qs Yusuf 53)
[2] NAFSU LAWAMMAH
Ialah nafsu yang selalu ragu-ragu,mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu
kejahatan dosa atas dirinya. Nafsu lawamah lebih baik sedikit dari nafsu
amarah. Orang yang sudah ada bunga kesadaran, keinsafan, dia sadar kejahatan
itu berdosa dan kebaikan itu pahala, dia ingin berbuat baik, tetapi tidak tahan
lama, waktu jatuh dalam kejahatan dia resah tak tentu arah, walaupun dia puas
dengan kejahatan tapi hati menderita dengan kejahatan. Rasa berat untuk keluar
dari kejahatan. Timbul perebutan antara nafsu dan akal, nafsu mengajak kepada
kejahatan, akal mengajak kepada kebaikan.Namun terkadang melakukan suatu
perbuatan tanpa pertimbangan dan niat tulus ,dan apabila terlanjur tidak
berhenti menyesal,akhirnya menderita berkepanjangan. Atau tidak dapat istiqomah
dalam berbuat kebaikan. Namun Nafsu Lawamah ibarat taufik dan hidayah
Allah untuk memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran
dan jalan yang lurus.
[3] NAFSU MUTHMAINNAH
Ialah nafsu yang
Redha,tenang
dan tenteram ,dan terbaik diantara nafsu yang disebutkan tadi, sifat
orang-orang yang memiliki nafsu Muthmainnah adalah, bila dia buat amal
kebajikan rasa sejuk hatinya, tenang dan puas. Selalu rasa rindu hendak buat
kebajikan, mereka senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah. Mereka
ini dikatakan penggembala matahari (senantiasa menunggu waktu beribadah)
Hati senantiasa rindu dengan Allah, bila dia baca ayat Allah yang ada
kaitannya dengan Neraka, dia rasa takut, cemas. Dia takut dengan dosa,
seolah-olah gunung akan menimpa kepalanya. Dia akan bersabar dengan ujian dari
Allah kepada dirinya. Doanya mustajab, Allah cepat kabulkan, rezekinya
terjamin, dijamin oleh Allah. Bila selalu diuji dia sabar, akhirnya ia sudah
bisa redha dengan ujian dan sabar itu akhirnya berbuah, kebahagian dunia dan
Akhirat.
Firman Allah; “Hai jiwa yang tenang (bernafsu muthmainah),
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke
dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku” [Al Fajr :
27-30]
Demikianlah diantara tingkatan nafsu yang telah disepakati para Ulama’,dan
Islam menuntut agar diri kita mampu mengendalikan hawa nafsu kita,dan
bukan diri yang dikendalikan Nafsu.Dan yang paling utama untuk kita jaga,dan
yang menjadi
ISU BESAR pada diri kita saat ini
ialah,bermula dari menjaga nafsu amarah,karena inilah yang akan membawa
penderitaan pada diri,dan masyarakat dan sangat dibenci Allah SWT.Nafsu amarah
manusia ialah apa yang dikenali sebagai kemahuannya (keinginan dirinya) yang
berada pada jiwanya sendiri. Ia boleh diumpamakan seperti musuhnya yang
senantiasa menunggu peluang untuk membinasakan dan menyerangnya. Sebab itu
dalam satu hadis Rasulullah SAW memperingatkan bahawa peperangan kita melawan
kaum kuffar itu masih dikira kecil dan mudah jika dibandingkan dengan
perjuangan seseorang menentang nafsunya sendiri yang sentiasa berada
bersamanya.Untuk mendidik nafsu ammarah tersebut amatlah sukar melainkan mereka
yang sanggup melalui perjuangan atau mujahadah bersungguh2,
dengan bantuan rahmat dari Allah SWT. Sehubungan ini Allah berfiman
bermaksud:
Mereka yang berusaha dan berjuang pada jalan Kami, akan Kami
tunjuki jalan-jalan Kami (Surah al-Ankabut ayat 69).Rahmat
Allah senantiasa terbuka dimanapun kita berada,namun akibat penyakit dalam
hatipada nafsu amarah ini,yang menjadikan Rahmat tersebut sukar untuk
menerangi hati dan fikirannya,dan ketika mendapati Rahmat janganlah berhenti
dan jangan berputus asa,bahwa masih banyak lagi pintu Rahmat dibukaNYA,bagi
orang yang memiliki kesungguhan untuk memperbaki diri. .
Terkadang pula seorang yang berada pada
peringkat nafsu amarah ini bergembira bila menerima nikmat tetapi
berdukacita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan. Firman Allah:
"Dan
apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira
dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah akibat kesalahan
tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa."(Surah
Ar Rum 36).
Marah adalah sumber
kegelisahan,kebosanan,dan tergesa-gesa.Marah adalah
bara api,dan
api hanya boleh dipadamkan dengan
air. Amal ibadat boleh jadi
‘penawar’ untuk hati daripada dikuasai perasaan benci, dendam
Baginda Rasul bersabda artinya:
"Kebersihan adalah sebahagian dari
iman."juga sabdanya
"Wudhuk itu senjata orang mukmin"
,Sabda Rasulullah
"Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci
hati ialah zikir kepada Allah "
Ini menunjukkan kebersihan seorang muslim itu
bukan hanya terletak pada zahirnya tetapi bathinnya pun hendaklah
bersih,seperti yang diketahui wudhuk sebelum ibadah sholat adalah pembersih dan
penerang diri dan wajah seorang ,dan pembersih bagi hatinya ialah mengingat
akan Allah dengan
Zikrillah,dan apabila amarah itu datang tiba
tiba, segeralah istighfar,dan mohon padanya agar dikuatkan hati dengan Sabar.
Sabda Rasulullah s.a.w:
"Sesungguhnya syaitan itu telah menaruh
belalainya pada hati manusia, maka apabila manusia itu berzikir kepada Allah ,
maka mundurlah syaitan dan apabila ia lupa, maka syaitan itu menelan
hatinya"
Rasulullah SAW pernah berhadapan dengan kemarahan tatkala Baginda
menyaksikan bagaimana bapa saudaranya, Saidina Hamzah Abu Talib dibunuh dengan
kejam dan di luar batas kemanusiaan dalam perang Uhud. Kemarahan dan perasaan
dendam Baginda akhirnya dilembutkan Allah apabila turunnya ayat Al-Quran yang
meminta Nabi tabah serta bersabar dengan ujian besar yang diterimanya.Allah
berfirman yang bermaksud:
“Kalaulah engkau bersikap kasar dan keras hati
terhadap mereka tentulah mereka akan lari dari kelilingmu. Oleh itu, maafkanlah
kesalahan mereka.” (Surah Ali-Imran, ayat 159)
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. mengatakan,
"Jauhilah
amarah, karena ia mulai dengan kegusaran dan berakhir dengan penyesalan
mendalam”
Namun demikian, harus pula dicamkan bahwa rasa amarah bukan tak ada gunanya
dan selalu berbahaya dalam semua keadaan. Pada saat-saat tertentu, terlepas
juga. Namun harus digunakan secara
BIJAKSANA ketika situasinya
memang menuntut. Naluri ini datang pada waktu seseorang itu hendak melindungi
kehidupan dan hartanya dari para perusak dan unsur-unsur kejahatan. Ketika
seseorang harus melindungi keimanannya, negaranya, atau membela kemanusian
secara umum, naluri kemarahan akan menjadi bagian dari semangat
kepahlawanannya. Tanpa kemunculan naluri semacam ini, seseorang akan berada
dalam kedudukan pengecut yang menundukkan kepalanya di hadapan berbagai
penghinaan atau perlakuan buruk dari selainnya. Bila naluri kemarahan tetap
berada dalam kendali naluri kebijaksanaan, niscaya ia dapat menjadi modal yang
berharga bagi seseorang. Rasa amarah menjadikan seseorang mampu ikut ambil
bagian dalam tugas-tugas yang sulit, seperti berjuang mempertahankan negara,
menghidupkan keimanan
(amar makruf nahi mungkar), serta
melindungi keluarga.
Namun sebaliknya apabila tidak dapat dikendalikan,kemarahan
terus-menerus dapat mempengaruhi jiwa dan urat syaraf seseorang serta
membuatnya lemah dan tak bertenaga. Karena itu, orang yang berupaya menjaga
nama baik, kesehatan, dan kesalehannya harus sekuat tenaga menundukkan rasa
amarahnya yang buruk, kalau tidak, ia (rasa amarah) akan merusak urat syaraf,
nama baik, dan keimanan ,dan akhirnya Allah menutup hatinya .
Namun bagaimanapun tetaplah kita berikhtiar mendidik diri supaya senantiasa
berlembut hati,dalam bermasyarakat jauhi sifat amarah,jadilah seorang
pemurah,karena Allah akan memurahkan Rahmat bagi jiwa kita, serta mudah
memaafkan orang lain.Begitulah sifat Rasulullah SAW yang berjaya menarik ramai
golongan Musyrikin yang keras, sombong dan Jahil hingga akhirnya mampu
dijinakkan dengan kebenaran Islam. Semoga kita bisa menjaga dan mengendalikan
sifat marah dan hawa nafsu kita. Karena marah itu hanya akan membawa bencana
dan murka ALLAH SWT ,dan dapat meneladani akhlaq Rasulullah SAW yaitu
Akhlaqul
Kharimmah,yang mendapat gelar
Al Insan Kamil (Insan
Utama)… amin … Semoga ALLAH menjaga kita dan keluarga kita dari fitnah
kehidupan dunia, fitnah kubur dan adzab di hari kiamat kelak. Karena Allah
telah membuka lebar pintu-pintu syurgaNya, bagi mereka yang mampu
mengendalikannya.
taqabalAllah minaa wa minkum,subhannallah.
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/mengenal-dan-mengendalikan-nafsu/497469066041