Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Hamba mencari istri sempurna. Lelah hati dan jiwa. Hamba mencari
kemana-mana, alhasil hamba tak sanggup temukan belahan jiwa itu. Setiap hari
hamba berdoa, namun belum juga terkabul. Mungkin inilah perjuangan. Lama-lama
hamba mulai menikmati kehidupan ini. Walaupun jemu pernah hinggap dalam kamus
kehidupan hamba, meraung-raung dalam sunyi.
Sungguh, di dunia yang maya ini, hamba mencoba menghindar dari gundukan
dosa, namun laron-laron dosa itu sesekali berduyun mendekati hamba. Sekuat ruh
hamba berlari-berlari menuju cahaya, dan konon, salah satu kendaraan untuk
mendekatkan diri dengan cahaya itu adalah mendapatkan seorang istri. Ya, hamba
mencari istri sempurna, agar hamba bisa menyempurnakan niat hamba, bercengkrama
dengan cahaya sejati.
Hamba bergelut dengan hari-hari, mencari secercah cahaya untuk bisa hamba
huni dari kegelapan yang semakin gandrung menyelimuti hati hamba lagi. Hamba
akui di setiap arah jam yang bergulir ada terpendam berjuta rahasia yang tak
bisa hamba singkap keberadaannya, tak mampu hamba kuliti satu persatu apa
gerangan yang diinginkan Allah. Tadinya hamba berpikir bahwa hamba telah mampu
meredam satu niatan hamba itu,
mengubur riak-riak kehidupan yang
hamba bangun dengan pondasi rapuh. Rupanya detak suara jarum jam semakin besar
menghentak-hentak dan memekakan telinga hamba, lalu hamba kembali terpuruk,
pikiran hamba terhuyung-huyung melangkahkan kaki tak tentu arah.
Suatu hari, hamba bertemu dengan mawar. Di taman itu ia hidup sendiri.
Warnanya yang merah merekah membuat mata terkagum-kagum. Ingin rasanya hamba
mempersuntingnya, memetik segala hasrat yang mulai basah kuyup dengan segala
keinginan.
Sang mawar tak sadar bahwa ada yang mengamatinya. Ya Tuhan harum sekali. Ya,
ketika pagi merambat, hamba merasakan keharuman yang luar biasa. Merambat ke
seluruh ubun-ubun, keharuman yang menakjubkan. Hamba memberanikan diri untuk
menyapanya.
"Selamat pagi, Mawar." Mawar tersenyum, senyum yang
menyejukkan.
"Selamat pagi. Ada apakah gerangan, sehingga pagi-pagi begini anda
bertamu ke taman yang sepi ini?"
"Hamba berniat mencari istri yang sempurna. Setiap hari tanpa
sepengetahuan anda, hamba mengamati anda, lalu tumbuhlah sejumput rasa tertentu
yang tak bisa terdefinisi. Anda telah menyampaikan keharuman itu lewat
wewangian yang disampaikan angin. Hamba pikir andalah yang hamba cari, belahan
jiwa yang sekian lama memikat hamba untuk hidup dalam kembara."
"Betulkah aku yang anda cari? Tak malukah anda menikah dengan bunga
sederhana sepertiku? Apa yang membuat anda terkagum? Tak banyak yang bisa aku
berikan untuk anda."
"Mawar, sudah lama hamba mencari istri yang sempurna. Mungkin inilah
harapan terakhir. Melihat warnamu yang memerah, hamba terkesima. Jika anda
mengizinkan, hamba ingin melamar anda. Mari kita arungi bahtera hidup
ini."
"Kalau betul itu yang anda inginkan, baiklah. Tunggu barang satu
minggu, setelah itu jenguklah aku kembali."
"Terimakasih mawar. Ternyata hamba tak salah pilih. Seminggu lagi hamba
akan kesini."
Hamba lantas meninggalkannya sendiri di taman itu. Hamba pergi diiringi
senyum yang dramatis. Hati hamba seketika terbang ke langit. Sebentar lagi
penantian hamba berakhir, hamba akan mendapatkan istri yang sempurna.
Seminggu berlalu, hamba mendatangi taman itu. Langkah kaki bersijingkat
dengan sempurna, cepat dan gemulai. Ketika hamba tiba di tempat itu, tiba-tiba
hati hamba melepuh, berterbanganlah harapan yang sempat mewarnai relung hati
yang basah dengan tinta penantian.
Mawar yang akan hamba persunting, yang akan hamba petik ternyata tak lagi
berada di tangkainya.Ia telah luruh ke tanah merah, beserakan tak karuan, tak
jelas lagi juntrungannya. Hamba tak habis mengerti, mengapa semua ini harus
terjadi? Warna yang tadinya memerah, kini berubah kecoklat-coklatan, menjadi
keriput, tak sesegar seperti minggu kemarin. Hamba menghampirinya, duduk
termenung seperti seorang bocah yang merengek meminta mainan yang telah rusak.
Dengan terbata-bata hamba berusaha menyusun kata-kata, menuai kalimat-kalimat.
Namun mulut hamba teramat kelu, tak bisa lagi dengan sporadis menelurkan
deretan huruf.
"Selamat pagi. Masihkah ada keinginan untuk menikah dengan
ketidaksempurnaanku? Inilah aku, sang mawar yang sempat membuatmu terkagum.
Mengapa wajah anda tercengang dan seolah tak memahami hakikat
hidup?"
"Mengapa anda menjadi seperti ini? Apakah gerangan yang
salah?"
"Tak ada yang patut disalahkan. Ini adalah siklus kehidupan. Hamba
hanya bisa bertabah menghadapi takdir yang membelenggu. Ini jalan yang harus
hamba jalani."
"Tapi hamba mencari istri yang sempurna, Mawar."
"Jika demikian, aku bukanlah belahan jiwamu."
Hamba beranjak dari tempat itu. Kekecewaan menghantui setiap langkah yang
hamba bangun. Air mata menderas. Mawar yang sempat mencengkram jiwa, kini hanya
onggokan ketakutan yang tak pernah hamba mimpikan sebelumnya.
***
Kini hamba berjalan lagi menyusuri waktu, mencari istri yang sempurna. Di
tengah perjalanan, hamba melihat merpati yang terbang, menari di udara.
Sayap-sayapnya ia sombongkan ke seluruh penjuru alam. Sungguh cantik ia,
membuat cemburu para petualang. Lagi-lagi terbersit sebuah keinginan. Keinginan
klasik: Inilah istri yang sempurna, semoga hamba bisa mendapatkannya. Merpati
itu hinggap di ranting pohonan. Hamba memberanikan diri untuk memulai
percakapan.
"Wahai merpati, tadi hamba melihatmu bercengkrama dengan angin. Bulu
putihmu yang kudus, menjadikan harapan dalam batin kembali tumbuh."
"Apa yang hendak anda inginkan?"
"Hamba mencari istri yang sempurna. Andalah yang hamba
cari."
"Betulkah aku yang anda cari?"
"Ya tentu. Hamba ingin anda terbang bersama hamba, membangun sebuah
keindahan, mengarungi bahtera kehidupan."
"Jika demikian, silahkan tangkap aku. Apabila anda berhasil menangkap
diriku, aku berani menjadi belahan jiwa anda. Aku akan belajar menjadi apa yang
anda inginkan."
"Tapi bagaimana mungkin hamba bisa menangkap anda? Anda mempunyai dua
sayap yang indah dan memesona, sedangkan hamba hanya manusia yang bisa
menerbangkan imajinasi saja, selebihnya hamba adalah pemimpi yang takut dengan
kehidupan."
"Segala sesuatu mungkin saja terjadi, asalkan ada maksud yang jelas dan
lurus. Lebih baik anda pikirkan kembali niatan anda itu. Betulkah aku pasangan
yang anda cari? Maaf, hamba aku bercengkrama dulu dengan angin, sampai
jumpa."
Hamba tak bisa berkata banyak, merpati telah terbang bersama angin. Angin,
oh...rupanya kekasih sejati merpati adalah angin. Hamba tak mau merusak takdir
mereka. Bagaimana kata dunia kalau hamba dengan paksa menikahi sang merpati?
Dunia akan mencemooh hamba sebagai manusia paling bodoh yang pernah dilahirkan.
Tapi kemanakah lagi hamba harus mencari pasangan jiwa?
***
Itulah kabar hamba dulu. Meniti berbagai penderitaan untuk menyempurnakan
segala beban yang melingkar di dasar palung jiwa hamba. Itulah gelagat hamba
dulu, seperti seorang pecinta yang berkelana tak jelas arah dan tujuan,
menghujani kulit lepuh para bidadari, menjadikan mereka gundah, berenang di
atas lautan hampa. Begitu juga hamba. Ya, kabar hamba dulu! Memekik cinta
yang bergemuruh, membadai, bercengkrama, meraja, bersengketa, meracau seperti
burung kondor yang rindu bangkai-bangkai kematian. Dulu hamba tersesat dalam
labirin sunyi tanpa nama. Hamba nyaris seperti mayat yang bergentayangan di
siang hari, diperbudak angan-angan, bertubi-tubi mulut hamba memukul
angin.
Sampai suatu malam, ketika keheningan mengambang di udara, berderinglah
sebuah telepon selular yang teronggok di atas sajadah harapan. Kala itu hamba
tidur lelap, mencipta mimpi yang samar. Hamba dibangunkan oleh gemuruh suara
ring tone. Anehnya, suara selular itu tidak lagi menggelayutkan melodi seperti
biasanya. Suaranya aneh tapi nikmat dan menyejukkan. Kalau tidak salah seperti
ini: Allahuakbar....Allahuakbar...Allahuakbar... Kontan saja hamba
terhenyak dan sempat kaget. Hamba mencoba memicingkan mata yang berat seperti
terbebani satu ton serbuk besi. Di dinding kamar hamba melihat detak jam yang
mengarah pada nomor tiga. Masih sepertiga malam. Siapa gerangan yang berani
mengusik persemayaman indah ini? Lalu hamba mulai merunut kata-kata.
"Halo, siapa anda? Mengapa membangunkan hamba? Biarkan hamba beristirah
barang sejenak." Hening, tak ada jawaban. Hamba pikir, ini pasti gelagat
orang jahil yang mencoba berimprovisasi. Tapi ketika hamba mau menutup telepon
selular, hamba mendengar suara yang menggelegar. Bukan, suara ini bukan dari
telepon selular, tapi dari segala penjuru mata angin. Keringat mulai
menghujan, ketakutan bersalaman di batin, air mata tak bisa hamba bendung, dan
rasa rindu mencengkram hamba dari belakang, rindu yang tak terdefinisi.
Mungkinkah doa-doa hamba yang terdahulu akan terkabul? Siapakah gerangan yang
bicara? Setelah bermilyar doa berjejalan di udara, hamba harap sejumput cahaya
itu yang bicara Ya, semoga bukan kepalsuan yang bicara. Suara itu makin keras
terdengar. Suara itu berkata seperti ini.
"Betulkah kau mencari istri yang sempurna?" Dengan terbata-bata
hamba bilang,
"Ya...ya..hamba mencari istri yang sempurna. Mampukah anda mengabulkan
keinginan hamba yang belum terwujud ini?" Suara itu kembali berujar.
"Berbaringlah, lalu tutuplah matamu. Bukalah ketika suaraku tak terdengar
lagi." Hamba ikuti keinginannya. Hamba tutup mata hamba, dan
berbaringlah. Riangnya hati hamba, sebentar lagi hamba akan berjumpa dengan
istri sempurna. Jodoh hamba akan hadir. Ah, suara itu hening. Hamba mulai
memicingkan mata. Hamba lihat di sekeliling. Mengapa yang terlihat hanya
gumpalan-gumpalan tanah yang kecoklatan? Mengapa begitu sejuk? Kemudian hamba
melihat pakaian hamba. Putih! Semua serba putih. Bukankah ini kain kafan? Alam
barzah, pikir hamba. Lalu hamba melihat sesosok tubuh datang menghampiri,
begitu bercahaya, cantik rupawan.
"Siapa anda?"
"Hamba adalah amalan anda. Hamba tercipta dari anda, istri sempurna
yang anda ciptakan sendiri. Menikahlah dengan hamba, sambil menunggu semua
manusia kembali ke alam sunyi ini."
Begitulah kabar hamba kali ini. Ada lagi yang mau mencari istri sempurna?
http://my.opera.com/ErwinAgus/blog/2010/03/30/mencari-istri-sempurna
•*´¨`*•.¸¸.•*´¨`*•.¸¸.•*I LOVE YOU RKI
TERKASIH •*´¨`*•.¸¸.•*´¨`*•.¸¸.•*
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/mencari-istri-yang-sempurna-/493907721041