Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 16 Februari 2011

Sabarlah Kakak


Hari yang cukup berat bagiku. Lembaran-lembaran rekening koran terasa memburamkan mataku, ditambah lagi beberapa trouble di program komputer yang baru. Kepala seperti berasap, Alhamdulillah deras hujan siang ini meneduhkanku. Sejenak kubuka HP dan mengirimkan pesan singkat untukmu. Sesibuk apapun aku tak pernah mengabaikanmu.
   Saat ini aku sungguh-sungguh mengkhawatirkanmu. Tadi pagi aku harus berangkat ke kantor lebih awal, sementara engkau, kakakku tersayang berangkat lebih siang. Sebenarnya aku telah memintamu untuk istirahat di rumah tapi engkau bersikeras dan memaksa untuk tetap bekerja. "Kasihan anak-anak," katamu.
~~@~~
   Gerimis belum juga reda, sambil berlari kecil kudekap tas kesayanganku. Langkahku terhenti, urung masuk ke pos satpam yang begitu kental dengan aroma rokok. Aku hanya berdiri di teras, menikmati gerimis sore sambil memperhatikan teman-temanku yang pulang satu persatu. Kuambil telepon genggamku, penuh antusias kutelepon kakakku. Kucoba beberapa kali namun belum juga ada jawaban. Beberapa saat kemudian ada pesan singkat: "Saya sedang mengajar, dek. 5 menit lagi telepon ya." Senyumku pun mengembang.
~~@~~
   "Halo, assalamu'alaikum Kakak," sapaku penuh kelembutan. Terbayang wajah pucat yang tersenyum manis padaku.
   "Wa'alaikum salam, Adekku sayang. Apa kabar matahariku? Semoga senja tak meredupkan sinarmu." dalam suara yang serak pun engkau tak kehilangan kelebayanmu.
   "Alhamdulillah baik. Kakak ada di mana sekarang, kok bising banget?"
   "Sedang menuju ke Pondok Kopi, Dek. Di sini gerimis." Kurasakan kepenatan yang sangat di parau suaramu.
   "Ya sudah, Kak. Kakak hati-hati ya..." belum sempat kuselesaikan kalimatku, tiba-tiba sambungan telepon sudah terputus. Kutelepon kembali sampai berkali-kali tak juga diangkat. Ada rasa perih yang tiba-tiba menyeruak hatiku.
 Dengan lincah kutekan tombol-tombol huruf di HPku. "Segitunya sih, Kak. Aku pikir kakak naik sepeda motor dan bukan naik bus," begitu isi smsku. Sedikit pun tak ada rasa amarah di hatiku, justru rasa khawatir yang makin membelenggu.
   "Bukan begitu etikanya, seperti orang yang baru datang dan langsung mengajak pulang!" keras sekali kau membalas smsku.
   Lantas siapa yang tidak sopan? Engkau yang menutup telepon sementara aku belum menyelesaikan pembicaraan. Tanpa sadar air mataku menetes, menyatu dengan rintik gerimis yang membasahiku. Aku sungguh kecewa, engkau menyalahartikan maksudku. Aku sama sekali tidak ingat bahwa sepeda motornya sedang diservis di bengkel hari ini. Yang kupikirkan saat itu adalah keselamatanmu.
~~@~~
   Beberapa minggu ini kau uji kesabaranku. Aku menyayangimu, tak hendak kucampur dengan amarah dan kecewaku. Aku sungguh berharap engkau pun begitu. Sabarlah, Kakak....


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-sabarlah-kakak/10150112200646042

Belajar Dan Terus Belajar


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Cinta kasih dan kasih sayang tidak akan muncul begitu saja, tanpa kita mau belajar untuk mengembangkannya. Kesabaran dan Ketenangan Hati tidak akan di dapat begitu saja, tanpa mau merenungi diri untuk terus berubah dan berubah. Menyadari segala sesuatu adalah proses.
Proses perubahan dan proses pembelajaran. Tidak ada anak SD yang langsung mengerti pelajaran SMP, dan Anak Kuliahan mengerti Pelajaran Profesor. Semua ada prosesnya, semua ada pembelajarannya.
Sakit hati, kesedihan, kemalangan, kegagalan, ketimpangan semua adalah bentuk-bentuk dari bagian pelajaran kehidupan yang sangat berharga. Dengan mempelajari, mengamati, menganalisa semua itu diatas, maka akan kita akan mampu menghargai sebuah bentuk pengorbanan, perjuangan dan perngendalian diri dari semua hal yang tidak akan pernah sia-sia.
Hasilnya adalah ketegaran, kematangan, kedewasaan, kemajuan, kesuksesan, dan keseimbangan diri dan kebahagiaan dengan kebijaksanaan baru dalam diri.
Orang yang tidak pernah sakit, biasanya jarang menghargai kesehatan.
Orang yang tidak pernah miskin, tidak akan mengerti arti perjuangan.
Orang yang tidak pernah gagal, tidak akan mengerti arti dari keterpurukan.
tetapi karena ada kesakitan, kemiskinan, kegagalan disana ada harapan untuk berubah,
disana dapat munculnya semangat hidup baru untuk bangkit dari keterpurukan,
ada sinar terang akan akan selalu membimbing menuju jalan keluar yang terindah.
Dengan menyadari hal ini, maka bangkitlah, semangatlah dan majulah
melangkah tidak perlu langsung berlari, tetapi pelan-pelan berjalan dengan mantap.
Seperti anak kecil yang belajar berlari, belajar bermain, dan belajar untuk dewasa.
Tiada kata terlambat semua dimulai dri tekad dan kemauan,
sebuah tekad untuk melangkah maju, tekad untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi,
tekad untuk melangkah dengan sejuta harapan, dan sejuta kerja keras, dengan segenap perjuangan baru dan pengorbanan demi mendapatkan masa depan yang jauh lebih ceria…
Perhatikan duniamu, perhatian dunia orang lain, dan perhatikan dunia seluruhnya. Disana masih penuh dengan hal-hal baru yang menanti untuk di jangkau, menanti untuk di jalani, menanti untuk di rasakan, menanti untuk di buktikan.
Tiada jalan yang akan berakhir bila kita sendiri tidak berhenti untuk berjalan.
Marilah melangkah dalam suka cita, melangkah dalam semangat, melangkah dengan penuh kemantapan dan kematangan potensi diri.
Ayo Belajar dan Ikuti pelajaran Hidupmu
Cari guru yang tepat untuk membimbingmu, Lihatlah dan bacalah semua buku yang bermafaat,
carilah sahabat yang tidak pernah meninggalkanmu dan selalu membimbingmu keluar dari tempat yang gelap. Dan selalu memberikanmu tempat yang terang dan nyaman untuk dirimu.
Mari belajar dan terus belajar……..

 
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/belajar-dan-terus-belajar/10150126333926042

A Letter for my Lover


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Mungkin engkau sering bertanya-tanya dalam hati atau mungkin menerka-nerka mengenai perasaanku kepada dirimu untuk saat ini.
Inilah jawaban atas pertanyaanmu itu………….
Kekasihku yang aku cintai karena Allah,
Andaikan engkau tahu seandainya memandang mu tidaklah dosa maka aku akan terus memandang mu.
Andaikan rindu ini adalah halal maka aku akan menghubungimu hingga berjam-jam dan meminta mu untuk datang menemuiku.
Andaikan di saat engkau memegang tanganku, memelukku, dan menciumku ini adalah halal bagi kita berdua. Maka akulah orang yang paling bahagia.
Tetapi ketika kau memegang tanganku dan memelukku dalam hati ku bercampur baur antara bahagia dan takut akan dosa, Andaikan aku bukan orang yang paham akan hukum Allah maka akulah orang yang ingin selalu engkau sentuh dan engkau peluk. Tapi aku sudah tahu hukumnya:
“Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: Muslim]
“Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283, lihat Ash Shohihah 1/447/226)
Apakah engkau tahu setiap hari, setiap menit aku ingat padamu dan berharap engkau menghubungiku.
Tapi yang aku bisa hanya menatap wajahmu dari sebuah foto yang terpajang dalam jejaring social.
Mungkin engkau menganggapku kolot, tapi aku mengetahui satu hal :
”Melepaskan pandangan kepada yang haram akan mengakibatkan kecemasan, kesedihan dan luka di hati. Orang yang bahagia adalah orang yang dapat menundukkan pandangannya dan takut kepada Tuhannya”Mungkin engkau merasa aku bukanlah orang yang romantis, aku tidak perhatian dan kau tidak pernah aku perdulikan.
Mungkin untuk saat ini aku memanglah begitu karena aku takut akan hukum Allah, bukan hanya aku yang akan Allah beri balasan tetapi kita berdua dan kedua orang tua kita yang membiarkan kita.
Sudah seminggu ini engkau sulit menghubungiku dan ketika engkau tahu nomer telepon ku yang baru, engkau bertanya kenapa aku tidak memberitahumu…
Aku berusaha agar kau tidak menghubungiku sehingga engkau bosan dan dapat meninggalkan aku cepat.
Tapi apakah engkau tahu di dalam hati kecilku….engkaulah orang pertama yang paling ingin aku beritahu. Dan memberikan solusi kenapa nomerku tidak aktiv lagi.
Hari jumat aku sakit demam dan flu,
Tahukah kamu aku ingin sekali engkau datang dan menghawatirkan aku.
Malam itu engkau mengirimiku sebuah pesan bahwa kau tidak datang,…
Tahukah kau, aku ingin sekali membalas pesan mu dan mengatakan aku sedang sakit.
Dan berharap engkau akan datang cepat dengan mencemaskan aku atau setidaknya engkau akan mengirimiku atau menelepon mencemaskan aku.
Berkali-kali aku baca pesanmu dan mencoba membalasnya. Ketika aku mengetik sebuah kata kemudian aku menghapusnya dan terjadi berulang-ulang.
Apakah engkau tahu mengapa aku tidak membalas pesanmu
karena dua buah kata yaitu tidaklah halal. Ya karena hubungan kita tidak halal jadi aku takut Allah akan marah.
Inilah jawaban atas tanyamu………
Engkau datang memberikan aku kebahagiaan dan sekaligus memberikan aku sebuah kecemasan.
Oleh karena itu aku menuliskan surat ini untuk mu kekasihku…….
Dan inilah yang ku rasakan………..
Untuk kekasihku mungkin aku tidak tahu seberapa besar cintamu kepadaku dan apakah aku lah seorang yang berada di hatimu.
Tetapi aku sangat tahu bahwa aku cinta padamu, aku rindu padamu, dan untuk saat ini engkaulah seorang yang berada di hatiku.
Aku berterima kasih kepada Allah telah mempertemukan kita berdua. Dan aku berterima kasih kepadamu sudah menjadi bagian yang menempati ruang kosong di hatiku. Semoga allah merahmati kita berdua. Dan apabila kau tidak bisa bersabar untuk menungguku, mungkin itulah jalan terbaik yang diberikan oleh Allah sehingga kita berdua akan menemukan pasangan yang terbaik untuk kita.
Semoga Allah mengganti kecemasan dan kekecewaan ini dengan sesuatu yang dapat menenangkan di kemudian hari. Amin..
Inilah surat dari hatiku untuk kekasihku yang aku cintai karena Allah.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥



http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/a-letter-for-my-lover/10150126326641042

MERENUNGI KEBODOHAN


Bisa jadi, semakin hari, kita semakin tidak mengerti dan semakin bingung dengan segala yang terjadi di depan mata kita. Semakin hari semakin banyak terjadi ketidakberesan yang terjadi di lingkungan kita, di masyarakat kita, dan secara umum, dalam tubuh bangsa kita.
Ketidak beresan sosial.
Ketidak beresan moral.
Ketidak beresan politik.
Ketidak beresan dalam beragama.
Ketidak beresan bermasyarakat.
Dan sebagainya, yang kita hanya bisa mampu terenyuh, menghela nafas, dan mengelus dada saja, miris, tanpa bisa berbuat apa-apa. Hanya mampu kelu dan layu.
Kita pasti bertanya-tanya dalam hati, apa sebab semua fenomena ini? Fenomena ketidakseimbangan moral yang sangat parah, degradasi drastis terjun bebas ke dasar jurang, sampai kehilangan identitas dan karakter sebagai sebuah bangsa timur. Kecuali cuma tinggal katanya dan konon. Hanya dalam tempo beberapa belas tahun saja.
Freesex, atau kriminalitas moral yang lain, pelan namun pasti seolah menjadi hal yang biasa, meski belum menjadi budaya.
Istilah orang kampung lugu yang tidak pandai menganalisa kasus, jika menilai hal ini adalah, semakin hari dunianya semakin rusak, tidak karu-karuan. Itu kata mereka. Simpel dan langsung menuju pada poin masalah.
Kalau boleh frontal mengatakan dan menilai, sebenarnya yang sedang dialami bangsa kita saat ini adalah : semakin meratanya kebodohan.
Kemiskinan yang kini justru terjadi di mana-mana, salah satu pemicunya adalah kebodohan ini sendiri.
Mungkin bisa jadi kita protes, hati kita menolak, tidak terima dikatakan bodoh. Kan saat ini pendidikan kita semakin maju, bertaraf tinggi, sekarang semua orang rata-rata kuliah, tidak ada lagi buta huruf, di mana-mana ada sarjana, jendela ilmu dan informasi pun terbuka lebar, bangsa kita semakin cerdas dan kritis. Serta lain sebagainya ketidak terimaan-ketidak terimaan dikatakan bodoh.
Well, oke, bisa jadi dari sudut "Tatsqif", kulturasi, penambahan pengetahuan, kita semakin membaik. Tetapi kita lupa satu hal, kita tidak tahu cara menggunakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu sendiri sesuai target dan tata cara yang digariskan. Ketidak tahuan dan ketidak mampuan ini adalah bagian dari kebodohan itu sendiri.
Jadi, pengetahuan yang ada, hanya sebatas jadi pengetahuan, wacana saja. Atau ada penerapan, namun tidak didukung oleh sarana yang lengkap dan sistem yang sempurna, selalu setengah-setengah.
Atau jangan-jangan, mungkin kita sendiri masih belum tahu dan belum paham apa sebenarnya kebodohan itu sendiri? Ironis.
Kita pasti mendengar istilah "zaman Jahiliyyah", zaman kebodohan pra pengutusan Nabi Muhammad S.a.w menjadi Nabi. Era yang dialami hampir seluruh bangsa di muka bumi, tak hanya arab.
Apakah saat itu semua orang begitu bodoh? Tak berpakaian? Tak punya peradaban? Tidak bisa baca tulis? Terbelakang? Apakah itu yang terlintas di benak kita setiap mendengar kata jahiliyyah?
Sekedar catatan, bangsa arab sendiri pada masa itu, sedang mencapai puncak masa keemasan di dunia sastra. Tak ada bangsa di muka bumi ini dalam hal sastra yang mampu menandingi bangsa arab, yang sedang dalam puncak peradaban. Dan dalam puncak piramida, adalah bangsa arab terpelajar yang berkomunitas di Makkah, tempat Nabi lahir dan diutus.
Lantas apa yang dimaksud dengan "jahiliyyah" itu? Adalah kebodohan bersikap, kebodohan menempatkan diri, kebodohan bertindak, kebodohan tata cara berpikir, yang menyebabkan terjadinya kekacauan moral luar biasa yang berimbas pada kesalahan tatacara beribadah.
Abu Jahal, mendapat julukan itu bukan karena si doi ini goblok dan tolol luar biasa, bahkan masa itu dia adalah budayawan, ilmuwan dan pemikir terkemuka bangsa arab. Tetapi dia mendapat julukan sebagai bapaknya orang bodoh karena keegoisan dan kebodohan dia menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Sama halnya Fir'aun di era Nabi Musa (pikir, mana ada raja bodoh?)
Sebab, jika seseorang tak mengerti cara menggunakan pengetahuan dan ilmu yang ia miliki, baik agama ataupun umum, tak punya dzauq (kepekaan), kecerdasan emosional yang baik, tak punya kesadaran, maka semakin tinggi pengetahuannya, semakin tinggi split personality-nya, saat itu pula justru dia semakin terjun bebas dalam jurang kebodohan.
Karena yang mengerikan, terkadang kebodohan itu mengambil strata dan tingkat yang sangat tinggi sekali. Semisal ada seseorang yang begitu dalam ilmu agamanya, faham hukum ini hukum itu, tetapi ngotot menolak bahwa bumi itu bulat, tetap bilang bumi itu datar. Hanya berpegang pada tekstual ayat dan dengan sangat bodoh lupa pada ayat lain yang mengindikasikan kebulatan bumi. Itu contoh saja.
Atau orang intelek, menguasai beragam teknologi, mengaku berpengalaman luas, tapi saat yang sama mencoba menipu diri dengan menyatakan ketiadaan Tuhan. Hal paling sederhana yang bahkan kucing pun tahu.
Sederhananya, seseorang mengerti bahwa narkoba itu secara medis merusak kesehatan, tahu secara psikologis bisa berdampak buruk, paham kalau secara agama diharamkan, tetapi dia tetap nenggak sampai OD. Inilah yang disebut kebodohan itu. Bodoh mengaplikasikan program yang dia miliki.
Analogikan pula hal itu terhadap kasus-kasus pelanggaran moral yang terjadi dalam bangsa kita saat ini.
Atau para koruptor itu. Bukankah mereka tahu bahwa yang mereka lakukan secara moral, sosial dan agama adalah salah besar? Bukankah kebanyakan mereka rata-rata kaum terpelajar dengan bermacam-macam ijazah dan gelar di depan juga belakang namanya?
Sebelum melanjutkan catatan, harus kita bawahi, bahwa kita pun masih bodoh dan berusaha menghapus kebodohan itu.
Dalam ilmu ushul fiqh dijelaskan, bahwa bodoh itu ada dua jenis.
1. Bodoh sederhana (Jahl Basith)
2. Bodoh bertumpuk, bodoh kuadrat (Jahl Murokkab).
Jahl basith adalah semisal kebodohan yang dialami orang-orang pedesaan yang lugu, atau anak-anak kecil yang baru belajar, belum tahu apa-apa.
Sedangkan Jahl Murokkab, adalah bodohnya orang pintar, orang berilmu, yang tak pandai menerapkan ilmu sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Hal yang tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh ustadz, kyai, guru, doktor, bahkan profesor sekalipun.
Jenis Kebodohan yang diindikasikan oleh al-Qur'an dan disinyalir agar kita berhati-hati dan menjauhinya, termaktub dalam 20 ayat yang bertebaran di berbagai surat.
Jadi, jangan mudah mengkultuskan seseorang. Sampai jika salah tetap dibenar-benarkan, dicarikan penafsiran, diinterpretasikan yang macam-macam. Ini juga jenis kebodohan. Manusia, selama bukan Nabi, maka tak ada garansi selamat dari kesalahan dan kebodohan.
 Lantas apa (sekali lagi) penyebab daripada meratanya jenis kebodohan kedua (jahl murokkab) atas bangsa kita sehingga terjadinya keamburadulan moral, kerusakan sistem tatanan bermasyarakat, yang luar biasa ini? Sampai bangsa kita masuk 3 besar bangsa terkorup di dunia (apalagi katanya negara muslim terbesar).
Jika boleh menilai dari sudut ilmu tazkiyyatun Nafs (penjernihan jiwa), maka sebenarnya salah satu penyebabnya adalah : Kesalahan niat dalam mencari ilmu.
Baik ilmu umum, ataupun ilmu agama.
Kebanyakan dari kita, masih belum memahami, bahkan tak tahu (lagi-lagi masih bodoh kan?) akan tabiat ilmu. Coba kita tanya diri kita, apa tabiat ilmu? Yang semuanya merupakan cahaya Allah di muka bumi.
Ilmu, ibaratnya pisau bermata dua, dibutuhkan cara yang benar untuk menggunakannya, jika tidak ingin ia menikam balik dan mencabik-cabik tubuh kita, bahkan membunuh.
Harus kita akui, selama ini kita belajar, capek mencari ilmu, hanya untuk dunia bukan? Untuk bisa bekerja, untuk mencari uang, untuk mencari kedudukan dan posisi dalam sebuah institusi.
Oke, benar, jika pekerjaan itu sesuai dengan jurusan masing-masing, dan kita menempuh jurusan tadi untuk pekerjaan itu. Tapi ingat, penataan niat, nah, ini dia.
Ilmu, hanya mau diperoleh dan bisa digunakan untuk keuntungan kita, menghilangkan kebodohan kita jika mengambilnya hanya karena Allah saja.
Sebab tabiat ilmu, ia menolak diambil kecuali harus Lillahi ta'ala saja. Sekali lagi, baik ilmu umum atau terlebih ilmu agama.
Silakan mau jadi apa saja, tapi saat menuntut ilmu, saat mau belajar, niati yang Lillah Ta'ala saja, tidak sulit kan? Karena ilmu itu kepunyaan Allah, dan kita bisa mengambilnya jika karena Allah saja, Lillahi Ta'ala.
Pada akhirnya, sebelum kita menyalahkan orang lain, ada baiknya kita meneliti terlebih dahulu diri kita sendiri. Sebelum kita berkoar menghujat sana sini, membodohkan ini itu, sebaiknya kita memindai ulang, menscanning diri kita, sudahkah kita lepas dari kebodohan itu? Sudahkah kita punya kepekaan dengan lingkungan? Sudahkan kita peduli? Sudahkan niat kita tepat hanya Lillahi Ta'ala saja saat belajar? Bukan money oriented? Tetapi Ridho Allah oriented. Sudahkan seperti itu?
Saatnya bersama-sama bercermin kembali. Key? Semoga. (*)


Wahai Suamiku Ajarilah Aku Untuk Mencintai-Nya


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Wahai suamiku, aku ingin menceritakan bagian dari sejarah hidupku, mau kah engkau mendengarnya…?
“baiklah, aku akan mendengarkannya”
 Aku belum puas dan tidak akan cukup jika engkau datang hanya memberikan aku sebuah surga dunia.
Wahai suamiku, jikalau engkau rela menghabiskan sebagian gajimu untuk mencicil ataupun membeli rumah walaupun RSSSSSS (rumah sangat small sehingga selonjoranpun susah sekali)…maukah kau berjanji mencicil dari sekarang untuk membangunkan aku sebuah rumah di akhirat nanti….?
Untuk saat ini aku rela engkau membelikan RSSSSSS tapi ketika nanti kita memiliki anak, tolong donk “S”nya dikurangi 5 menjadi rumah agak small. Mengenai masalah rumah dunia itu bisa kita negosiasikan. Tapi mengenai masalah rumah akhirat aku tidak ingin bernegosiasi.
 Asal kamu ketahui wahai suamiku, kamu harus membayar waktu-waktu yang telah berlalu karena telah membuat aku menunggu kedatanganmu terlalu lama.
Tahukah engkau wahai suamiku, sebelum engkau datang ada beberapa lelaki yang sempat singgah dan telah mengisi hari-hariku.
 Si fulan yang pertama datang dengan cinta tapi dia berkata untuk tahap pengenalan dia ingin pacaran dengan aku sebagai tahap awal hubungan kami. Tahukah kamu wahai suamiku, si fulan orangnya tampan, orang berada dan berpendidikan. Banyak sekali teman kuliahku yang jatuh hati padanya. Dan tahukah suamiku aku telah menolaknya…
Bukan bermaksud sok jual mahal tapi memang kita…. Eh maksudnya aku sebagai perempuan memiliki aurat yang sifatnya mahal jadi tidak sembarang orang asal tembak dan aku asal terima.
Dan Belum apa-apa si fulan udah megang-megang tangan aku…
“maaf ya suami ku kalau aku pernah di sentuh oleh orang yang bukan muhrimnya…”
Tapi wahai suamiku…ketika dia melakukan itu kemudian aku mengingat Allah dan aku tidak ingin mengulanginya lagi selain dengan muhrimku.
tahukah apa yang aku rasakan pada saat itu, suamiku..
“apa yang kamu rasakan pada saat itu..”
Lelaki itu tidak sayang kepadaku….
“kenapa kamu berpikir seperti itu…bukannya dia bilang cinta sama kamu..”
Lelaki itu tidak sayang kepadaku karena kalau dia benar-benar sayang dan cinta kepadaku dia tidak akan menuruti hawa nafsu dengan menyentuh tanganku yang bukan muhrimnya, kalau benar dia cinta kepadaku ketika dia datang ke rumahku maka temuilah orang tuaku untuk melamarku dan menjadikan aku halal baginya. Bukan sebaliknya dia datang ke rumah untuk bertemu dengan aku dan menjerumuskan aku ke dalam api neraka”
“suamiku…maukah engkau mendengarkan ceritaku yang ke dua…atau kau sudah mengantuk..?
“baik, aku akan mendengarkan ceritamu lagi. Ayo lanjutkan”
Si fulan datang dengan cinta, segala kekurangan si fulan telah aku terima dengan lapang dada, baik mengenai keluarga, ekonomi dan pendidikan. Tahukah kau wahai suamiku aku pernah berencana untuk menikah dengan si fulan. Si fulan sudah menemui orang tuaku.
 Tapi pernah suatu ketika dia menanyakan suatu pertanyaan dan sekaligus permintaan yang sama sekali aku tidak bisa menerimanya..
“pertanyaan apakah itu wahai isteriku..?”
Dia pernah berkata “boleh tidak sebelum kita menikah, kamu membuka jilbab kamu…setidaknya aku ingin mengetahui kondisi fisik kamu.”
Tahukah wahai suamiku apa yang ingin aku ucapkan di hadapan si fulan…inilah yang ingin aku ucapkan “dasar lelaki goblok!!!!”.
Maaf ya wahai suamiku, aku menggunakan kata tidak sopan. Tapi bukankah perbuatan si fulan terhadapku melampaui kata tidak sopan.
Wahai suamiku, ketika dia menanyakan hal itu, aku bagaikan sebuah manakin dimana jilbabku hanya selembar kain yang siap lepas siapapun ingin membeli dan jika tidak jadi maka selembar kain itu siap menempel di kepalaku kembali.
 Si fulan tidak mencintaiku….
bukankah dia pernah mengatakan cinta padamu dan dia sudah menemui orang tua mu untuk menikahi kamu…?”
Yang aku tahu ketika seseorang mencintai orang lain maka orang tersebut akan menjaga kehormatan dan kemaluan orang yang dia cintai.
Tapi apa yang terjadi dengan si fulan…dia malah ingin melihat rambutku yang merupakan salah satu aurat dari seorang perempuan.
Tidakkah itu menghina aku…bukan…bukan aku yang telah si fulan hina…tapi agamaku telah ia hina dengan mengatakan hal tersebut tidakkah itu menginjak-injak kesucianku yang telah dijaga oleh agamaku….
“kemudian apa yang kamu katakana untuk membatalkan rencana pernikahan kalian?”.
“Pertanyaan bagus sekali wahai suamiku…
Seminggu berselang dari pertanyaan bodoh si fulan kami tidak saling bertemu. Dan kemudian aku mengatakan bahwa aku ingin memutuskan untuk batal menikah dan menjelaskan pernyataan-pernyataan klise dan aku ingin melanjutkan kuliahku di luar kota (ga bohong loh) sehingga dia percaya bahwa kami memang tidak sesuai.
Sebenarnya aku tidak marah sedikitpun kepada si fulan. Malah aku berterima kasih kepada Allah telah membukakan pintu sehingga aku bertemu dengan si fulan ke 3….mau tahukah engkau wahai suamiku siapa gerangan si fulan yang ke 3….
 “siapakah si fulan yang ke 3 wahai istriku…?”
Si fulan yang ke 3 tidak banyak cerita…karena motto hidupnya ‘talk less, do more’. Gayanya kampungan banget. Mau nikahin aku tapi malah deketin orang tua dan kakakku. Yang jelas pada awalnya aku tidak menyukainya.
Kalau ketemu aku bukannya tanyain kabar aku malah tanyain kabar orang tuaku.
Kalau ketemu aku, dia malah buang muka.
Kalaupun ngobrol sama aku, si fulan tidak banyak bicara selain itu juga kalau aku berbicara suka langsung ditinggal. Tidak sopan banget kan….
Kalau ketemu dengan aku, si fulan tidak menanyai aku sudah makan apa belum tapi malah Tanya aku sudah sholat apa belum.
Si fulan tidak menanyai aku kerja di mana tapi si fulan menanyai aku…apakah bahagia kerja di tempat aku bekerja…
Selain itu setiap malam gangguin aku tidur lagi… masa jam 3 sering miscall ga jelas…waktu aku angkat eh malah di matiin.
Dan yang paling menjengkelkan tiba-toba datang ke rumah untuk melamarku mendadak banget. Memang sih…si fulan datang hanya bersama kedua orang tuanya tapi mau di taruh di mana mukaku yang panik ini.
Satu dua jam orang tua si fulan dan orang tua ku membicarakan hal-hal yang membuatku sangat tidak aku mengerti pada saat itu.
Kemudian ada sebuah pertanyaan terlontar dari ayahku..
”kalau kami sih setuju saja jika anak kami setuju…bagaimana Ai..kamu setuju tidak”
“anu…a….a…kakak bisa memberikan aku rumah?”tiba-tiba pertanyaan ini terlontar dan memang ini merupakan pertanyaan ampuh untuk menolak lamaran laki-laki. Biarlah aku dibilang perempuan matrealistis.
“insyaallah saya sudah dan sedang mencicil sebuah rumah untuk kelak keluarga saya…selain itu saya ingin membangun rumah ke 2 untuk keluarga saya kelak…” ternyata pertanyaan pertama berhasil dijawab oleh si fulan.
“maksudnya rumah ke 2….kamu mau membangun 2 rumah untuk isteri pertama dan isteri kedua..?”dengan penjelasan si fulan aku langsung melontarkan pertanyaan di luar dugaan selain itu pertanyaan ini sebagai senjata pula untuk menolaknya.
 “O…..bukan..bukan itu maksud saya… maksud saya yaitu 1 rumah untuk kehidupan sekarang dan 1 rumah untuk kehidupan akhirat. Insyaallah saya ingin membahagiakan isteri dan anak kami kelak tidak hanya untuk di dunia tapi untuk di akhirat juga….jadi bagaimana dek Ai…apakah penjelasan saya sudah cukup..”
“apa yang bisa kak Rama janjikan jika kelak aku menjadi isteri kakak?”pada saat itu aku berusaha untuk mencari celah agar dapat alasan untuk menolak si fulan.
“mengenai harta aku tidak bisa menjanjikan apa-apa karena untuk saat ini alhamdulillah aku hanya seorang karyawan biasa di mana aku harus membiayai sekolah adikku dan kehidupan keluargaku. Tapi yang jelas aku ingin menjanjikan kebersamaan di mana kita hidup susah senang bersama. Meraih mimpi-mimpi kita bersama. Dan aku ingin sekali menggenggam tangan isteriku dan anak-anakku ketika memasuki pintu syurga.
Jikalau janji-janji ini memang tidak berkenan di hati dek Ai, saya akan terima dengan ikhlas dan semoga ada seseorang yang bisa memberikan janji yang lebih indah dari pada diri saya.”
memang janji-janji itu tidaklah sesui dengan harapan saya,tahukah kau…aku ingin sekali calon suamiku menjanjikan aku mas kawin yang mahal, pesta pernikahan yang megah, rumah yang siap huni, mobil yang akan terpakir di garasi. Tapi sangat sayang…janjimu sungguh lebih menggiurkan…dari pada itu semua. Baiklah kak, 6 bulan dari sekarang aku ingin menagih janji-janjimu.” tanpa berpikir lama dan panjang lebar lagi seakan-akan pertanyaan jebakanku telah terjawab sempurna oleh si fulan. Sederhana tetapi indah. Pada saat itu yang tergambar di benakku adalah keluarga yang indah tawa dan canda menghiasi perkarangan rumah.
Selama 6 bulan dari masa lamaran si fulan tidak berbuat yang aneh-aneh yang bisa membuat aku membatalkan rencana pernikahan untuk yang kedua kalinya.
Setiap bertemu dengan si fulan ada saja pelajaran untuk lebih mencintai-Nya. Ketidak sukaan kepada si fulan pada saat awal berangsur menjadi mengaguminya.
Sampai akhirnya 6bulan yang di tunggupun datang dengan sempurna akhirnya Aisyah ingin menagih janji-janji Muhammad Rama dalam sebuah pernikahan.
Wahai suamiku, sudah kau lihat kan…untuk menunggu dirimu aku harus melewati si fulan - si fulan itu… ternyata untuk bertemu dengan dirimu, aku harus melewati itu semua.
Tapi Yang jelas wahai suamiku aku belum puas dengan surga dunia yang telah engkau berikan berikanlah aku janjimu yang terakhir yaitu menggenggam tangan ku dan anak-anak kita ke dalam pintu syurga
Dan wahai suamiku untuk menggapai janji mu yang terakhir maka ajarilah aku untuk mencintai-Nya.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/wahai-suamiku-ajarilah-aku-untuk-mencintai-nya/10150125283536042

Bagaimana Menyikapi Hidup


Banyak orang yang bertanya bagaimana menyikapi hidup?
ada yang bilang: “Jalani aja…”
ada yang bilang: “seperti air mengalir, jangan di bendung biar saja mengalir”
“Jangan kau lihat kebelakang… tataplah kedepan”
“Jangan hidup dengan masa lalu… jadikan masa lalumu membuat kau lebih hidup!”
“Jangan Melawan kehendak alam, dengarkan suara hatimu, dan jangan kau tentang nuranimu…”
“Jangan membuat hari-harimu menderita karena pikiranmu”
Semua pesan-pesan diatas, benar adanya.. tetapi semua penuh dengan kata JANGAN….. Jangan ini Jangan itu…. Jangan begini Jangan begitu… Sepintas memang kata-kata yang bijaksana…
Tetapi secara umum, orang yang sedang gundah, tidak senang mendengar kata JANGAN, karena baginya itu adalah larangan. dan siapapun tidak menyukai larangan, walalupun hai itu positif…
Jadi gimana dong?
Diganti kali yah sentuhan kata-katanya:
“Cobalah kita bersama menjalaninya… kamu tidak sendirian, saya pun sedang belajar melangkah dalam kehidupan ini…”
“Hidup ini memang seperti air yang mengalir, biarkanlah ia mengalir ke tempat-tempat yang memerlukannya…”“Memang setiap manusia memiliki masa lalunya, bahagia dan sedih adalah satu proses yang kita jalani, semua itu dapat menjadikan kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan ini… mari melangkah mantap ke depan sana… langkahkan kakimu… satu dua…tiga…”
“Biarlah kau telah menderita kemarin, marilah isi kebahagiaan bagi masa depan nantinya”
Akhirnya:
Bersikap ramah pada siapapun merupakan kewajiban yang perlu kita jalankan…..
Bersikap luwes pada apapun merupakan sikap yang perlu dikembangkan…
Tetapi tidak menjadi lemah dan lemes dalam menghadapi segala persoalan hidup..
Jalani dan isilah hari-harimu dengan hal-hal positif yang membuatmu tegar….


AKU…”AKU”, Siapa “AKU”? AKU pun tak tahu…


Menangis… tertawa.. sedih… bahagia.. tersenyum.. dan cemberut..
adalah satu bentuk ekspresi, tentunya semua tidak lepas dari perasaan, perasaan yang berasal dari bentuk-bentuk pikiran yang diprakasi oleh si “aku”
Bila sesuatu melukai “KU”, menghancurkan”KU”, seseorang menghina “KU”, mencampakan “KU”, pasti “aku” akan berontak, sedih, menagis, menderita dan tidak akan menerima semua itu padahal hanya itulah yang “ku” dapatkan… bertanya-tanya mengapa “HARUS AKU YANG MENJALANI?”
Bila seseorang mencintai “KU”, menyayangi “KU”, mengharapkan “KU”,membahagiakan “KU”… sesuatu membuat “KU” senang, membuat “KU” ada, dihargai, dipuji, Pasti Aku akan berteriak kesenangan, AKU akan menyambut dengan senyuman, kebahagiaan…
dan berpikir semua itu “SUDAH SEHARUSNYA KU DAPATKAN!”
Lucunya kita sering tak menyadari…
SUKA dan DUkA seperti siklus SIANG dan MALAM yang berputar sangat cepat.
Bagaimana bentuk-bentuk pikiran itu bekerja dan berinteraksi satu dengan yang lainnya…… begitu cepatnya HUKUM PERUBAHAN  berlaku, Begitu besarnya HARGA DIRI ini, begitu sulitnya PENGENDALIAN PIKIRAN ini… dengan menyadari hal ini… JANGANLAH PESIMIS…
Marilah bersikap realistis….
pada saat sedih itu datang, nikmatilah rasa sedih itu, tumbuhkan semangat juangmu, dan bersyukurlah karena kau bisa menangis untuk mencuci matamu yang hampir kering… dan yakinlah kebahagiaan itu pasti masih ada untuk membawamu keluar dari Jurang Derita…
Mulailah untuk tersenyum, walau kau baru bisa tersenyum pahit, dan dengan kemantapan hati… senyuman yang manispun akan kau miliki…
Praktek Tidak semudah teori.. tetapi dengan adanya Teori maka Praktekpun bisa dilakukan… mau atau tidaknya saja kita mengubah Pola berpikir kita, mengubah konsep kita, dan pelan-pelan meluluhkan si “AKU”
AKU dapat berubah menjadi lebih “AKU”
dan “AKU” dapat mulai mengerti AKU
sampai AKU dapat mengenali si “AKU”
dan ternyata AKU tidak sama dengan “AKU”
walau “AKU” sesungguhnya adalah AKU…
Bingung? hahahhahaa…. pegangan!
karena AKU pun tidak tahu siapa “AKU”
Hanya puisi Chairil Anwar yang berbisik….
AKU adalah Binatang Jalang…


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/akuaku-siapa-aku-aku-pun-tak-tahu/10150125211541042

Damai Dalam Hati


Damai dalam Hati: “Mudah untuk diucapkan….. tetapi sangat sulit dilakukan!”
ini adalah ungkapan yang biasa klise di ucapkan setiap orang yang merasa sulit menemukan kedamaian.
Bahkan bagi mereka yang merasa sudah memiliki sedikit ketenangan bathin sekalipun, masih sulit mempertahankan ketenangan itu ketika satu “tamparan” mendarat di pipinya. Apalagi tamparan dalam bentuk kasat mata yang menampar harga dirinya dan ke’Aku’annya, akan meledak rasanya dan lenyap sudah raut ketenangan di wajahnya.
Hal ini adalah hal biasa karena kita adalah MANUSIA. seorang manusia biasa yang belum terlepas dari Kekotoran bathin, belum terlepas dari kesombongan, keangkuhan dan keserakahan, serta kebencian.
Masih diliputi oleh keinginan akan nama baik, jabatan, dan pujian. sulitnya untuk menerima kritikan, dan ingin selalu tampil dipermukaan. padahal tanpa disadari kita sering menilai orang lain, menjudge atau menghakimi orang lain tanpa melihat kekurangan dan kesalahan kita sendiri.
Kedamaian tidak akan muncul hanya karena teori diatas kertas, kedamaian juga tidak dapat muncul bila hanya melihat dari kulit luarnya saja. Kedamaian harus dirasakan, dijalani, dipraktekan.
Tidak membuat rugi diri sendiri dan tidak pula membuat rugi orang lain. Tidak menyakiti diri sendiri, dan tidak menyakiti orang lain.
Melatih kesabaran kita , membuat kita dapat melihat segala persoalan dengan lebih jernih lagi.
Praktek yang sulit untuk menciptakan kedamaian, padahal Ajaran universal ini berlaku kepada siapa saja dan mengatasi ruang dan waktu, tetapi sulit diwujudkan, selama kemarahan, kebencian, kebodohan bathin masih menguasai kita semua.
tetapi apapun bentuknya kita bertekad untuk mewujudkan hal tersebut, dimulai dari dalam hati, dimulai dengan mengintrospeksi diri sendiri, dimulai dengan melihat bentuk-bentuk pikiran kita, dimulai dengan semakin membuka diri kita, melihat bahwa setiap orang memiliki dua sisi, sisi baik dan sisi buruk.
Tidak ada orang yang 100% baik dan tidak ada orang yang 100% jahat……… dengan menyadari hal ini semoga hidup kita akan jauh lebih damai.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/damai-dalam-hati/10150125203416042

Sampah Bathin dan Pupuk Kehidupan


Banyak orang yang menderita di dunia ini, dengan berbagai bentuk penderitaan hidupnya sendiri, demikian juga banyak orang yang sering mengeluh dengan derita hidupnya sendiri, tanpa kita sadari inilah yang kemudian menjadi “sampah” bagi hati kita.Dan lucunya sebagian dari kita, begitu mendapat satu masalah, dengan dirinya maka akan secepat mungkin mencari teman untuk meluapkan dan sharing tentang permasalahnya hidupnya… artinya kita tanpa disadari telah membagi “sampah” bagi orang lain juga.
Dan kenyataan yang terjadi adalah kita jarang membagi kebahagiaan atau bercerita tentang hal yang menarik dan hal yang bahagia kepada orang lain, bila Happy biasanya hanya diri sendiri yang merasakannya. Bila senang hanya dirasakan sendiri oleh dirinya. Ibarat menyimpan “permata” hanya untuk dirinya sendiri.
Terus kita harus bagaimana dong? Nah pertanyaan yang bagus.. Tergantung tekad masing-masing orang. Manusia Besar yang penuh dengan Welas Asih, dan Kasih Sayang akan senang menampung “sampah”nya orang lain dan me”recycle” nya menjadi “Pupuk Kehidupan” yang tentu saja bermanfaat bagi kita semua. Dengan turut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan dirinya sendiri, menjadikan deritamu sebagai deritanya…. dan mengubahnya menjadi pupuk yang menyuburkan bibit-bibit cinta kasih dalam diri kita, bibit-bibit kebijaksanaan dalam hati kita.
Bedanya Para Bijaksana  yang menampung “sampah” mereka yang menderita, tanpa harus tercemar olehnya. Demikianlah kita yang memiliki masalah, selama belum dapat menyelesaikan masalah hidup kita sendiri, sudah sebaiknya mencari orang yang cocok dan cukup bijak untuk menyelesaikan semua masalah kehidupan bagi diri kita sendiri.  Karena tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Marilah jaga diri kita dari “sampah bathin” yang mencemari diri kita, buang semua “sampah” dari dalam diri kita, tidak perlu disimpan dan dibawa-bawa karena itu hanya akan membebani hidupmu. Daur Ulanglah “sampah” bathinmu menjadi “Pupuk Kehidupan”


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/sampah-bathin-dan-pupuk-kehidupan/10150125199881042