Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Sabtu, 08 Januari 2011

Pelajaran Hidup ...


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Saat kau berumur 1 tahun dia menyuapi dan memandikanmu, sebagai balasannya “KAU, MENANGIS SEPANJANG MALAM.” Saat kau berumur 2 tahun dia mengajarimu bagaimana caranya berjalan, sebagai balasannya “KAU KABUR SAAT DIA MEMANGGILMU.”



Saat kau berumur 3 tahun dia memasakkan semua makananmu dengan penuh kasih sayang, sebagai balasannya “KAU BUANG PIRING BERISI MAKANAN KE LANTAI.”Saat kau berumur 4 tahun dia memberimu pensil warna, sebagai balasannya “KAU CORAT-CORET DINDING RUMAH DAN MEJA MAKAN.”Saat kau berumur 6 tahun dia mengantarkanmu pergi ke sekolah, sebagai balasannya “KAU BERTERIAK NGGA MAU.” Saat kau berumur 7 tahun dia memberikanmu bola, sebagai balasannya “KAU LEMPARKAN BOLA ITU KE JENDELA TETANGGA.”
Saat kau berumur 8 tahun dia membelikanmu ice cream, sebagai balasannya “KAU TUMPAHKAN HINGGA MENGOTORI SELURUH BAJUMU.”
Saat kau berumur 13 tahun dia membayar mahal untuk Les private dan Mengaji, sebagai balasannya “KAU SERING BOLOS DAN JARANG BELAJAR.”
Saat kau berumur 14 tahun dia mengantarkanmu dan teman-temanmu ke bioskop, sebagai balasannya “KAU MEMINTA DIA DUDUK DI BARIS YANG LAIN KARENA MALU.”
Saat kau berumur 15 tahun dia melarangmu melihat acara khusus orang dewasa, sebagai balasannya “KAU TUNGGU DIA SAMPAI KE LUAR RUMAH.” Saat kau berumur 16 tahun dia menyarankanmu untuk memotong rambut, sebagai balasannya “KAU KATAKAN BAHWA DIA GA TAHU MODEL.”
Saat kau berumur 17 tahun dia membayar biaya sekolah, sebagai balasannya “KAU GUNAKAN UANGNYA UNTUK FOYA FOYA DAN MABUK MABUKAN.” Saat kau berumur 18 tahun dia ajarkan kau mengemudi mobil, sebagai balasannya “KAU PAKAI MOBILNYA SETIAP ADA KESEMPATAN TANPA PEDULI KEPENTINGANNYA.”Saat kau berumur 18 tahun dia sedang menunggu telepon yang penting, sebagai balasannya “KAU PAKAI TELEPON SEMALAM SUNTUK.”
Saat kau berumur 18 tahun dia menangis terharu karena kau lulus SMU, sebagai balasannya “KAU BERPESTA DAN MABUK MABUKAN DENGAN TEMANMU SAMPAI PAGI.” Saat kau berumur 19 tahun dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarkanmu ke kampus pada hari pertama masuk, sebagai balasannya “KAU MINTA DITURUNKAN JAUH DARI PINTU GERBANG AGAR KAU TIDAK MALU DI DEPAN TEMAN-TEMANMU.”Saat kau berumur 20 tahun dia bertanya dari mana saja seharian ini,Apa sudah sholat? sebagai balasannya “KAU MENJAWAB, ‘AH IBU CEREWET AMAT.’”
Saat kau berumur 21 tahun dia bertanya ingin seperti apa karirmu di masa depan, sebagai balasannya “KAU BERKATA, AKU TIDAK INGIN SEPERTI IBU.’”
Saat kau berumur 23 tahun dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi, sebagai balasannya “KAU TIDAK USAH DATANG KARENA SAYA HANYA LULUS D3.”


Saat kau berumur 25 tahun dia memelukmu dengan haru saat kau diterima bekerja, sebagai balasannya “KAU HABISKAN UANG GAJIMU UNTUK TEMAN2 TANPA TERPIKIR UNTUK MEMBANTUNYA.”
Saat kau berumur 30 tahun dia membantu membiayai pernikahanmu, sebagai balasannya “KAU PINDAH KE KOTA LAIN YANG JARAKNYA LEBIH DARI 500 KM.”
Saat kau berumur 31 tahun dia menitipkan uang warisan hasil penjualan rumah, sebagai balasannya “KAU PAKAI UNTUK MODAL USAHA TANPA MEMBERITAHUNYA”
Saat kau berumur 32 tahun dia menelepon untuk memintamu untuk mengantarkan ke undangan salah satu kerabatnya, sebagai balasannya “KAU JAWAB, ‘IBU SAYA SIBUK SEKALI.’”
Saat kau berumur 50 tahun dia terbaring sakit sehingga perlu perawatanmu, sebagai balasannya “KAU BACA SEBUAH ARTIKEL TENTANG PENGARUH NEGATIF ORANG TUA YANG MENUMPANG TINGGAL DI RUMAH ANAK-ANAKNYA.”
DAN HINGGA SUATU HARI DIA MENINGGAL DENGAN TENANG DAN TIBA-TIBA KAU TERINGAT BANYAK HAL YANG BELUM KAU LAKUKAN UNTUK DIA, PERASAAN BERSALAH DATANG MENGHANTAM HATIMU TANPA AKHIR.** 


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/pelajaran-hidup-/10150112503506042

Dalam Hal Apa Aku Harus Ikhlas


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sebagian manusia menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam perkara-perkara ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an , haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun ukhti muslimah, ketahuilah bahwa keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah.
Ketika engkau tersenyum terhadap saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau mengunjungi saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau meminjamkan saudarimu barang yang dia butuhkan, engkau pun harus ikhlas. Tidaklah engkau lakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah, engkau tersenyum kepada saudarimu bukan karena agar dia berbuat baik kepadamu, tidak pula engkau pinjamkan atau membantu saudarimu agar kelak suatu saat nanti ketika engkau membutuhkan sesuatu maka engkau pun akan dibantu olehnya atau tidak pula karena engkau takut dikatakan sebagai orang yang pelit. Tidak wahai saudariku, jadikanlah semua amal tersebut karena Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Perhatikanlah hadits ini wahai ukhti, tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah engkau ingin dicintai oleh Allah wahai ukhti ?
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah,


 bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)
Renungkanlah sabda beliau ini wahai ukhti, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula dengan pengabdianmu terhadap suamimu yang engkau lakukan ikhlas karena Allah ? bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan pahala yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita.
Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata,
“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim).
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/dalam-hal-apa-aku-harus-ikhlas/10150112485076042

Pribadi Berdzikir


Dzikir menjadi kepribadiaannya
Allah tujuannya
Rasulullah saw menjadi teladan dalam hidupnya
Dunia inipun menjadi surga sebelum surga sebenarnya
Bumi menjadi masjid baginya


Rumah, kantor bahkan hotel sekalipun menjadi mushola baginya
Tempat ia berpijak, meja kerja, kamar tidur hamparan sajadah baginya
Kalau dia bicara, bicaranya dakwah
Kalau dia berdiam diamnya dzikir
Nafasnya tasbih
Matanya penuh rahmat Allah penuh kasih sayang
Telinganya terjaga
Pikirannya baik sangka, tidak sinis, tidak pesimis dan tidak suka memfonis
Hatinya.. Subhannallah diam-diam berdoa, doanya diam-diam
Tangannya bersedekah
Kakinya berjihad ia tidak mau melangkah sia-sia
Kekuatannya silaturrohim
Kerinduannya tegaknya syariat Allah
Kalau memang hak tujuaannya maka sabar dan kasih sayang strateginya
Asmaa amaanii.. Cita-citanya tertinggi teragung syahid di jalan Allah
Dan sungguh menarik..
Kesibukannya ia hanya asyik memperbaiki dirinya, tidak tertarik mencari kekurangan orang lain apalagi aib orang lain..


>>>ust. Arifin Ilham<<<



http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/pribadi-berdzikir/10150112392276042

Cinta Yang Terhalang Jeruji Besi Penjara


Fitnah itu datang menimpa Edi saat hari yang dinantikannya segera tiba. Sebuah fitnah sekaligus ujian yang terjadi sebagai bentuk takdir Allah untuknya.
Edi hanya berprofesi sebagai penjual parfum di sebuah kios kecil di dekat rumahnya. Dia tipe orang yang pendiam, taat dan senang mendalami ilmu agama. Kesehariannya selalu diisi dengan kesederhanaan serta ketekunan dalam mencari nafkah, terutama  dengan niat yang kuat agar bisa membangun pondasi ekonomi yang baik untuk bekalnya saat berumah tangga kelak.
Karena umurnya yang dirasa telah cukup untuk berumah tangga, dia pun coba memberanikan diri untuk berkenalan (ta’aruf) dengan seorang gadis desa. Beruntung, gadis desa tersebut mau, sehingga Edi dan gadis desa itu berencana untuk segera mengatur waktu lamaran dan pernikahan.
Hari yang ditentukan pun tiba. Bersama keluarganya, Edi melamar gadis pujaan hati yang ternyata telah dicintainya itu. Bersamaan dengan momen lamaran, waktu pernikahan pun telah ditentukan pula kapan akan segera dilaksanakan, yaitu beberapa minggu setelah proses lamaran tersebut dilakukan.
Sebagai seorang lelaki, tentu banyak yang harus dilakukan Edi untuk mempersiapkan hajat sebagai penyempurna setengah agamanya itu, menikah, baik dari segi biaya, ilmu, mental, psikologis, maupun berbagai persiapan diri lainnya. Begitu juga dengan gadis yang telah dipersuntingnya, sama-sama mempersiapkan diri untuk hari sakral yang sangat dinantikannya.
Namun sayang, beberapa hari menjelang pernikahannya, Edi mendapat fitnah sekaligus ujian yang terjadi diluar dugaannya. Dia ditangkap polisi dan dipenjara dengan tuduhan telah terlibat dalam tindak pidana terorisme. Suatu fitnah keji yang tidak seharusnya dia terima.
Edi tak bisa berbuat apa-apa. Dia tak kuasa melawan aparat yang menangkapnya. Padahal berbagai hal untuk pernikahannya hampir semua dia lakukan, apapun telah dia kerjakan sebagai persiapannya untuk menikah. Undangan telah beredar, makanan telah dipesan, tempat telah ditentukan, dan pemberitahuan kepada khalayak ramai hal ihwal pernikahannya juga telah disebar. Maka mau tak mau, pernikahan pun harus tetap diselenggarakan.


Pihak keluarga coba melobi polisi agar Edi diperkenankan untuk menikah. Namun sayang, polisi belum mengizinkannya, karena kasus yang menimpanya tergolong kasus berat dan sensitif di negeri ini.
Bingung menghantui diri Edi. Satu sisi pernikahan dengan gadis yang dicintainya harus segera dilaksanakan, tapi di sisi lain keadaan memaksa dirinya untuk menunda atau bahkan membatalkan pernikahan yang telah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya itu. Sedang untuk menunda atau membatalkan rencana pernikahannya, pihak keluarga sang gadis sepertinya keberatan, karena akan menanggung beban malu bila pembatalan itu benar-benar terjadi.
“Din, mas minta tolong ya sama kamu,” ujar Edi kepada Didin, adik kandungnya dari balik jeruji penjara.
“Minta tolong apa mas?” jawab Didin.
“Kamu gantikan mas menikah ya dengan Karimah. Kamu kan tahu rencanaku menikah dengannya sudah dekat, tapi mungkin Allah berkehendak lain. Kan nggak mungkin pernikahan ini dibatalkan.” terang Edi kembali.
“Tapi mas… Karimah kan calon istri mas, gadis yang mas cintai? Mana mungkin aku mengkhianati mas dengan menikahi gadis yang ada di hati mas? Apalagi usiaku masih muda,” tanya Didin lagi.
“Din, cinta itu milik Allah. Adalah hak Allah untuk memberi atau mencabut cinta yang kita miliki di hati, termasuk cinta yang kurasakan saat ini. Kemarin aku sudah bilang ke Karimah dan orang tuanya, dan dia setuju untuk menikah denganmu sebagai penggantiku. Aku nggak mau mengecewakan keluarga kita dan keluarganya. Toh aku juga nggak tahu bagaimana nasibku selanjutnya, bahkan sampai kapan aku harus mendekap di penjara ini, aku nggak tahu. Tolong ya Din, ini demi kebaikan keluarga kita dan keluarga Karimah.
Kalau memang kalian sama-sama belum saling mencintai, maka nanti dengan kebersamaan kalian setelah menikah, cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Allah yang akan menumbuhkan rasa cinta itu di hati kamu dan Karimah, sehingga kalian bisa saling melengkapi dan mencintai selayaknya suami istri,” tandas Edi berusaha ikhlas dengan apa yang disampaikan pada adiknya itu.
“Mas, aku ini belum mapan. Aku takut mas kalau aku nggak bisa menafkahi dia,” lanjut Didin.
“Kamu jangan khawatir dengan rezeki, kalau kamu nggak mampu, insya Allah, Allah yang akan memampukan kamu. Kalau kamu belum kaya, insya Allah, Allah yang akan mengayakan kamu. Bukankah yang memberi kekayaan dan rezeki setiap makhluk adalah Allah? Dan bukankah juga pernikahan sebagai kunci pembuka pintu rezeki?


 Din, kita ini hanya manusia biasa yang wajib untuk berusaha dan mencoba. Allah lah yang menentukan segalanya, termasuk rezeki. Mungkin nanti kamu bisa lanjutkan usaha parfum yang mas punya, siapa tahu setelah kamu pegang, usaha parfum itu akan jauh lebih berkembang, dan akan menjadi salah satu sumber rezeki yang Allah berikan untukmu. Ya kan? Jadi, mau ya?” pinta Edi.
“Kalau memang ini permintaan mas dan demi kebaikan kita semua, insya Allah aku mau mas, asalkan mas ikhlas,” jawab Didin tegas.
“Insya Allah,” sahut Edi menimpali jawaban Didin.
Hari yang dinantikan pun tiba, disaksikan dan dihadiri keluarga dari kedua belah pihak, Didin dan Karimah khidmat melangsungkan pernikahan yang diselenggarakan secara sederhana. Tak tampak kemewahan, keceriaan dan hura-hura selayaknya pernikahan pada umumnya, karena keluarga dari mempelai pria masih berbalut duka akibat masalah yang menimpa salah satu anggota keluarga mereka, Edi.
Sedang dari balik jeruji besi penjara, Edi hanya bisa termenung sedih menerima takdir yang dirasanya cukup berat ini. Dia harus mengikhlaskan gadis yang dicintainya untuk menikah dengan Didin, adik kandungnya, dan harus tegar menghadapi fitnah yang dituduhkan kepadanya. Tak jarang, dari balik jeruji besi itu Edi meneteskan air mata ketegarannya, sebagai bukti lemah dan tak berkuasanya dia sebagai manusia yang berjalan di atas takdir Allah, Tuhannya.
Namun, tak lama….
“Saudara Edi, kemari ikut saya!” perintah salah seorang petugas polisi kepadanya.
“Ada apa Pak?” tanya Edi terkejut.
Dengan tangan terborgol Edi menurut dan berjalan bersama seorang petugas yang memerintahkannya tadi menuju ke sebuah ruangan kecil di luar penjara.
“Silakan duduk! Dari hasil pemeriksaan kami, ternyata Anda bersih dan tidak terlibat dalam tindak pidana terorisme. Jadi Anda kami bebaskan. Tapi Anda tetap kami kenakan wajib lapor apabila mengetahui ada gerakan teroris di sekitar Anda,” ujar salah seorang petugas lainnya memberikan penjelasan.
“Apa, saya bebas Pak? alhamdulillaah…baik Pak, baik, insya Allah!” Edi tak kuasa menahan riang dengan apa yang baru didengarnya, seketika Edi langsung tunduk sujud syukur kepada Allah yang telah melepaskannya dari semua kasus ini.



Ya, selang beberapa hari setelah pernikahan Didin dan Karimah, Edi dibebaskan dari penjara serta dari tuduhan yang dikenakan kepadanya. Sebab, dari hasil pemeriksaan intensif yang dilakukan polisi, ternyata Edi terbukti bersih, tidak bersalah dan tidak terlibat dalam tindak pidana terorisme seperti yang dituduhkan selama ini kepadanya.
Edi bersyukur karena kini dia bisa bernafas lega sembari menghirup udara bebas setelah mencium pengapnya ruang dibalik jeruji besi yang ditempatinya belakangan ini. Namun kesedihan masih membekas dari balik lubuk hatinya, karena gadis yang dicintainya tak jadi menikah dengannya. Berat yang Edi rasakan, tapi dia akan berusaha untuk tetap ikhlas dan ridho atas keputusan dan takdir Allah untuknya.
Kini dia hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa jodoh adalah rahasia Allah. Sebagai manusia dia hanya bisa berusaha tapi Allah jualah penentu segalanya. Baginya jodoh akan hadir bilamana waktunya telah tiba meski tanpa diminta, direncana dan diharapkan olehnya, serta jodoh tidak akan hadir bilamana waktunya belum tepat meski berbagai cara telah dilakukan dan diusahakan, karena Allah lebih tahu siapa, kapan dan bagaimana jodoh yang terbaik untuk semua hamba-hambaNya akan dihadirkanNya, termasuk untuk dirinya.
Kalau saatnya belum tepat, mungkinkah matahari akan terbit mencipta fajar? Kalau waktunya belum tiba mungkinkah jodoh akan hadir menemani diri? Tentu tidak, karena jodoh adalah amanah Allah untuk hamba-hambaNya yang layak dan siap dalam mengemban amanah tersebut.


http://www.facebook.com/notes/hembusan-nafas-kehidupan/cinta-yang-terhalang-jeruji-besi-penjara/177259928974420

“Magnet Hati” Kehidupan


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Kehidupan memiliki misterinya sendiri, Bumi kita memiliki medan magnet yang sangat besar, Alam universe pun memiliki medan magnet dan gaya gravitasinya sendiri, semua berjalan pada orbitnya dan berputar pada porosnya.


Manusia juga memiliki misterinya sendiri, kemampuan yang membuat seseorang bisa menjadi sangat ‘kecil’ maupun bisa sangat ‘besar’… Bila terkukung oleh pikirannya sendiri, manusia menjadi sangat kerdil, Dengan kebesaran hatinya manusia dapat menjadi besar. Kekuatan Pikiran manusia bisa sangat tidak terbatas.
Demikian dengan ‘magnet hati’ akan membuatmu mengenali kemampuan dirimu sendiri..
Mengapa ada yang senang berteman dengan kita, mengapa ada yang menolak kita, mengapa ada daya tarik menarik antara kita, dan ada daya tolak menolak diantara kita. Ini semua karena Magnet Hati yang kita miliki.
Menyadari bahwa gelombang magnet yang kita pancarkan, itulah yang akan menarik kembali apa-apa di sekeliling kita yang sesuai dengan gelombang tersebut.
Medan magnet yang positif, akan membawa kebahagiaan… dengan mengunakan kekuatan gelombang medan magnet plus (cinta kasih, kasih sayang, kebijaksanaan, kedermawanan, keramahan, kesabaran, dll) tentunya akan menghasilkan medan magnet yang dasyat luar biasa… akan terpancar ke semesta alam, dan sebagai gaya tariknya yang luar biasa pula, Ia akan memberikan pada kita hal-hal yang positif pula. Ia akan memberimu kebahagiaan, menarik teman2 yang sejalan, selaras dan baik hati pula…
Memberimu kekuatan dalam menjalankan hidupmu, karena semua hal2 yang positif telah menempel pada dirimu….
Nah medan magnet negatif tidak perlu dibahas lagi.. karena tanpa disadari, kita setiap saat, setiap moment paling sering mengunakan kekuatan medan magnet negatif ini, hasilnya yah seperti yang sering kita rasakan…. derita tiada akhir…
So mau mengubah hidupmu, tinggal switch “on” atau switch “off” medan magnet hati apa yang ingin kita gunakan………
Hidup ini penuh dengan suka dan duka… silih berganti seperti magnet dengan dua sisi…
jangan terlalu banyak mengunakan medan magnet negatifmu… sudah saatnya mengunakan kekuatan dari medan magnet yang positif….
Hayooo berjuanglah!!!!!
Semua ada dalam dirimu.. Gunakan dan rasakan manfaatnya!
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/magnet-hati-kehidupan/10150112201261042