Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 31 Desember 2010

Akhwat Kampung


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
==============================

Dia tetangga saya di Kampung, tepatnya tetangga kampung. Rumahnya dengan rumah saya hanya dibatasi oleh perempatan jalan. Dia memang beda dgn kebanyakan wanita atau gadis2 dikampung saya atau di kampungnya. Dia seorang akhwat. Ya, dia seorang akhwat kampung. Sebut saja namanya Mbak Ais ( samaran ). Karena berdomisili di kampung, tentu saja kehidupan dan aktivitas kesehariannya jauh berbeda dengan akhwat-akhwat kota (kampus). Tak ada yang namanya seminar-seminar, apalagi menenteng tas ransel berlarian ikutan demonstrasi. Hidup di kampung, mau tak mau akrab dengan lumpur.
Tapi kehidupan kesehariannya yg luar biasa bagi pengamatan saya. Setiap minggu sore dia menjadi penceramah pengajian rutin ibu-ibu di kampungnya yg diadakan sepekan sekali. Setiap malam jumat dia diundang menjadi mentor kajian Hadist Nabi dan ‘Tafsir Jallalain’ di pengajian akhwat-akhwat kota. Lebih dari itu, ia kini menghidupi seorang anak yatim yang masih bersekolah SD. Padahal kebutuhannya sendiri jauh dari cukup dan ia sendiri belum punya anak. Subhanallah..Allahuakbar..!
Bagi saya mbak Ais masih sangat muda. Umurnya baru 25-an tahun. Apalagi dia bersuamikan seorang petani, tentu saja harus bahu membahu membantu pekerjaan suaminya untuk bisa mempertahankan hidup keluarganya, agar dapur tetap mengepul dan menghidupi anak yatimnya. Untuk menambah penghasilan hariannya, suaminya bekerja menjadi pemecah batu dan guru ngaji anak2 TPA di kampung sebelah yg bayarannya bukan berupa uang tapi berupa peralatan mandi seperti sabun, pasta gigi, Rinso, sabun cuci, dan barang2 sejenisnya. Lumayan, sebagian barang itu ia jual yg hasilnya untuk menambah biaya sekolah anak yatimnya yang bersekolah di SD Islam Terpadu .
Nah, suatu ketika, disaat saya hendak berangkat bekerja, saya melihat Mbak Ais sedang menggendong pupuk kandang untuk disemaikan di sawahnya. Terlihat telaten memasukan pupuk kesela-sela tanaman. Setelahnya merapikan dan memotong daun-daun yang sudah mengering, membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh, tentu saja agar tak berebut makanan dengan tanaman utama yang kelak akan dipetik hasilnya ketika panen tiba. Sementara sesekali saya melihatnya membenahi caping bambunya yang menutupi jilbab panjangnya, melindungi dirinya dari sengatan matahari yang kurang bersahabat di pagi menjelang siang itu.
Sebuah pemandangan yang berbeda….


Selama ini, interaksi saya memang habis di komunitas lembaga dakwah tertentu atau kuliahan. Pemandangan yang sering saya jumpai pun tentu saja tak jauh-jauh seputar dunia kampus. Kalau di kampus, tentu pemandangannya berbeda. Banyak akhwat-akhwat yang tampil modis, menenteng hand phone, buku-buku, materi-materi kuliah, berpakaiaan selalu rapi, walau ada juga satu dua yang kadang kurang mempedulikan penampilan, misalnya stelan warna antara jilbab dan bajunya kontras dan tidak pas dan (maaf) terlihat agak norak. Tapi kebanyakan, bisa menata diri.
Sepintas penglihatan saya, akhwat kampus, biasanya “hanya” berinteraksi dengan sesama komunitas, kebanyakan para aktivis yang tergabung dalam lembaga dakwah di fakultas, maupun universitas. Homogen sekali. Kalaupun meluaskan jalinan komunikasinya, itu tak banyak dilakukan. Dan kesan yang ada, sering terlalu mengambil jarak yang berlebihan, padahal seharusnya tidak begitu. Idealnya seperti ikan di samudera yang luas. Hidup dilaut yang asin tetapi sang ikan sendiri tetap tawar. Tetap bergaul dengan siapa saja, karena bisa jadi orang-orang diluar sana mempunyai keilmuwan dan pengalaman lebih yang bisa dipetik.
Semua ini bukan apa-apa, kelak toh tidak semua akhwat-akhwat itu akan hidup di kota, karena saya tahu mereka juga dari kalangan pendatang alias merantau ke kota untuk mencari ilmu di bangku kuliah. Setelah kuliahnya selesai, tentu saja banyak yang sepertinya akan pulang ke kekampung halamannya. Jelas, pola komunikasi dan keluwesan pergaulan akan sangat menentukan keberhasilannya hidup dikampung. Termasuk mempersiapkan sisi psikologis karena kehidupan di kampung dan kota jelas berbeda. Mau tak mau dia harus menyesuaikan keadaan yang dialaminya.
Untuk itu, bersiap-siaplah menyandang predikat akhwat kampung.
Kriterianya, memasak harus bisa, luwes dalam bergaul, tak perlu menutup diri, memahami medan dan kondisi sosial masyarakat kampung sehingga bisa akrab dan disenangi masyarakat sekitar. Terus, karena tak selamanya seorang akhwat kampus akan bersuamikan pekerja kantoran, tentu harus membayangkan pemandangan lain. Ketika pulang kampung, dia bisa jadi akan bersuamikan seorang petani biasa, seperti Mbak Ais tadi. Dan, itu artinya, bersiap-siap untuk berteman dan berkawan dengan lumpur. Siap atau tidak…?


Barakallahufikum

Wassalam


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-akhwat-kampung/182280495133939

Pejuang Cinta atau Pecundang Cinta ( ? )


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================

Hohoho.. judulnya aja sudah membuat mata terbelalak walau barang sejenak *GeeR :p*.
Ketemu lagi dengan Icha disini..,udah pada kangen kaaaaannnn ??? ^.^
Yuk kita sambut diriku ini dengan tepuk tangan yg meriah sekaligus dengan pelepasan sepuluh burung onta...plokplokplok...terimakasih. ;)
Icha mau berbagi  cerita sedikit mengenai sebuah ide dan pemikiran di kepala mungil ini *soknye :p*, dimana inspirasi untuk membuat tulisan ini kupetik ketika melihat sebuah acara reality show yang pernah ada di salah satu stasiun TV swasta kita.
Entah kenapa, diriku ini paling ‘gerah’ kalau mendengar kata ‘PACAR’ atau melihat orang ‘BERPACARAN’. Bukan ape-ape yee..daku memang termasuk dalam ‘Komunitas ACAR’ alias ANTI PACARAN. Bukan juga karena diriku yg ketika masih single belum pernah merasakan pacaran selama diriku bernafas. *tapi kan icha dah merid? jadi bisa pacaran setelah nikah? Yup..tul skali..anda pinter..:p *


Tapi aku merasa risih aja dan mata ini sudah sangat jengah melihat segala atribut dan tetek bengek adanya orang2 yg berpacaran disekelilingku yg dengan ‘seenak udele dhewek’ main peluk-pelukan dan pegangan tangan kayak lem besi, kadang melayangkan ciuman curian ke pipi pasangannya, tanpa rasa malu dan risih sedikitpun, dan itu terjadi didepan mataku..:-@. Kalau ditegur dikira icha mencampuri urusan orang lain, kalu dibiarkan icha merasa ikut berdosa karena membiarkan suatu maksiat terjadi didepan mata tanpa aku bisa berbuat apa-apa. Jadinya ya gitu, diriku suka sangat-sangat sebel bin jengah binti senewen kalau melihat orang berpacaran didepan umum.
Apalagi untuk yang satu ini, yaitu adanya suatu  acara Reality Show di TV  atau aktivitas2 yg secara tidak langsung telah mendukung adanya ‘Program Pacaran’ yg khas dengan gaya anak muda jahiliyah yg jauh dari agama dan nilai syar’i . Naudzubillah... :(
Kira-kira setahun yg lalu, kalian tentu masih ingat adanya Reality Show di TV yang acaranya bernama “Katakan Cinta” ( sekarang sudah tidak tayang ). Acara itu biasanya diadakan di sekolah2 atau di kampus2, dimana di acara tersebut ada seorang pemuda yang berjuang dan merayu dengan segala cara, ingin menyatakan cinta kepada seorang wanita yg disukainya untuk dijadikan pacarnya. Sang pemuda dgn dandanan yg rapi, wangi, dengan seikat bunga mawar putih ditangan kanan dan sekantung coklat ditangan kiri, dengan muka malu-malu plus malu-maluin menyodorkan hadiah bunga itu kepada si wanita dgn berkata:
“ Duh bidadariku, aku sungguh cinta padamu dengan tulus, maukah kamu menjadi pacarku..? Jika kamu menerima cintaku, maka ambillah bunga mawar putih ini tanda cintaku yg suci, dan jika kamu menolak cintaku maka ambillah coklat ini...”. *Halaaahhh..pake bunga mawar segala, kenapa gak sekali2 pake bunga kamboja aja..:))*
Baytheway alias ngemeng-ngemeng, Kalau diriku yang jadi ceweknya di acara itu, tanpa pikir panjang walau seganteng apapun cowoknya, setajir apapun dia, aku pasti akan memilih coklatnya dan langsung kaburrrr. Wekekekekkkk..lumayan dapat sekantung coklat gratis..:p
Bayangkan sodara-sodari, dibawah gemerlap lampu kamera crew TV, disaksikan ratusan orang yg menonton secara langsung ditempat acara, dan jutaan pasang mata di seluruh indonesia yg melihat lewat TV, perjuangan cinta dan keberanian si pemuda ini seolah-olah HEBAT dimata kita, apalagi dimata mereka yang masih ABG alias Anak Baru Gendeng..hehehe.
Perjuangan menyatakan cinta kepada si gadis yg ditaksirnya, yg membuang jauh2 rasa malu karena ditonton jutaan mata di tiap rumah yang menonton TV, yg pelaku utamanya disebut ‘Pejuang Cinta’ ini menyedot perhatian pemuda pemudi remaja dan dewasa diseluruh indonesia dengan rating yg cukup bagus mengingat iklan yg disisipkan di acara ini jg berjubel. Bandingkan dengan acara reality show sejenis yg ditayangkan sekarang seperti acara: ‘Tolooongggg atau Jika Aku Menjadi’, sangat kontras bukan..?


Kembali ke cerita diatas, singkat ceritanya..dengan kata2 dan adegan2 yang sok romantis gaya si pemuda, ternyata si gadis yg ditaksir dalam acara tersebut memilih coklat ditangan kiri si pemuda, yg berarti bahwa cinta si pemuda DITOLAK!
Huwaaaaaaa... banyak penonton bengong dengan mata berkaca-kaca karena kasihan kepada si pemuda, tapi diriku yg menyaksikan adegan itu di  depan TV  justru berteriak girang heboh sendiri sampe-sampe tanpa sadar isi makanan kecil di toples yg kupegang berhamburan  jatuh di lantai..*Lebay ach..:))* 
Kenapa daku girang melihat cinta pemuda itu ditolak..?? Bukan karena diriku gak punya perasaan dan rasa kasihan, bukan juga karena aku benci dgn pemuda itu, toh daku jg gak kenal ama tuh orang, bukan jg karena cemburu ama si gadis yg ditaksir pemuda itu ( secoro, lebih imut icha drpd cewek itu..ngapain cemburu, hahaha pedenye..:p ),
Tapi alasan diriku senang karena dengan ditolaknya pemuda itu berarti satu aktivitas maksiat dibumi ini telah digagalkan, paling tidak telah berhasil ditunda. Harusnya pemuda itu bersyukur cintanya ditolak, itu artinya Allah masih sayang padanya agar dia sadar bahwa PACARAN itu tidak baik, hanya akan mengantar dia menuju dosa dengan aktivitas2 berpacarannya jika cintanya diterima si gadis. Betul gak sodara sodari..???
Sekarang mari Icha ingin mengajak sahabat2 RDM-ku untuk menganalisa hal ini lebih jauh..: *sok bijak yee..;-)*
Si pemuda di acara tersebut, bisa saja kita sebut sebagai ‘Pejuang Cinta’ karena memang sudah berjuang menyatakan cinta kepada si gadis. Dikatakan pejuang  karena ia juga sudah berhasil mengalahkan rasa malunya dengan mengatakan cinta kepada seorang anak manusia untuk menjadi pacarnya. ( tapi tapi tapiiiiiiii...Apakah dia merasa malu kepada Allah karena yang pasti DIA cemburu karena ada hambaNya yg lebih mencintai makhluk daripada mencintaiNya ).
Tapi ternyata...??? cintanya ditolak si gadis, maka jadilah ia ‘Pecundang Cinta’ dimata orang banyak. Sejam yg lalu ia dikatakan Pejuang Cinta, dielu-elukan penonton, sedetik kemudian ketika cintanya ditolak, maka iapun disebut ‘Pecundang Cinta’, BUKAN  lagi pejuang. Dan itu juga disaksikan orang banyak. Duh, betapa malu dan mirisnya...!
Dan saking malunya dengan temen2nya, besoknya ia seminggu tidak masuk sekolah atau kuliah, tidak mau makan berhari-hari, dan mengurung diri dikamar kayak ayam kena epilepsi, hohoho kacian banget yak..! Dan emang dasarnya kalo lagi apes, besoknya lagi ketika ia sudah kembali masuk kuliah, ada temennya yang gak simpati dengan kesedihannya justru ngeledekin:
“ Eh, elo dapat salam tuh dari si Eka..”


“ Eka siapa...?” Matanya berbinar girang dan geer. Sedetik ia lupa kalau baru saja ditolak..
“ Itu tuh Eka yg kemarin lo taksir di acara TV dan elo ditolak ama dia..”
“ Yang benerr..? tapi dia namanya bukan Eka. Eh, tapi emang bener dia kirim salam ama gue..?” tanyanya penasaran.
“ Iya. Salam dari si Eka. Maksud gue... Eka sian dech lo...hahaha..” jawab temennya sambil ngeloyor pergi.
Kontan aja tuh cowok langsung lemes. Udah patah hati malah masih ada yg tega ngeledekin pula..*emang enaaakkk..???* ^.^
Sahabat2 RDM-ku yg ganteng2 dan cantik2... *Jarang lho icha muji orang klo bukan kalian..xixixi* ^.^
Kita kembali ke pokok bahasan: Seandainya cinta pemuda tadi diterima si gadis, tentu ia akan lebih dielu-elukan oleh penonton, dan di komunitas teman2nya bisa saja ia djuluki  dengan sebutan inilah si ‘Pejuang Cinta Sejati’. Wuih, predikat yg hebat yee sampe mengalahkan predikat Haji Mabrur..ckckck.

TAPI INGATTTT......
Bagi si cowok yg cintanya diterima: Duhile pakdhe.. diterimanya cintamu oleh si gadis untuk menjadi pacarmu, inikah yg kau namakan Pejuang Cinta...??? Yakinkah dirimu bahwa Allah akan ridho dgn cara yg kau tempuh ini..?? Padahal diterimanya cintamu jadi pacarnya adalah pintu gerbang pertamamu menuju zina dan maksiat. PIKIRKAN !
Bagi si wanita atau ceweknya juga begitu: Duhile mbakyuuuu... JANGAN karena sudah bisa menolak atau menerima cinta si pemuda dan masuk TV lantas menjadikan dirimu Bangga dan Sombong. Justru sebaliknya, dirimu adalah sumber fitnah terbesar bagi laki2. Wanita mulia dan terhormat TIDAK AKAN mau dirinya dijadikan obyek dibawah sorot lampu kamera dan disaksikan jutaan pasang mata di depan TV hanya untuk sebuah cinta manusia yg semu dengan label Pacaran. PIKIRKAN !

Sekarang bandingkan dengan ilustrasi dibawah ini:



Seorang pemuda datang kerumah seorang gadis teman kuliahnya yg sudah dikenal cukup lama dan mereka cukup dekat. Dia tidak membawa kameramen TV untuk meliputnya, tidak membawa penonton yg banyak sebagi saksi, tidak membawa bunga mawar dan coklat, apalagi dengan penampilan yg borju. Si pemuda datang dgn tangan kosong, pakaian sederhana yg bersih dan pantas dipakai, tekad serta niat baik lalu menghadap orang tua si gadis. Setelah sedikit bicara basa basi, si pemuda berkata dengan mantap dan percaya diri:
“Pak, kedatangan saya kesini yg pertama untuk silaturahmi dengan keluarga bapak. Yang kedua, dengan niat Bismillaahirrahmaanirrahiim, saya bermaksud melamar putri bapak yg bernama si fulanah untuk menjadi istri saya. Saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan X, dengan gaji yg tidak cukup besar tapi insaAllah saya akan bertanggungjawab sanggup untuk menghidupi putri bapak...”

Hwaaaaa..JOSSSS..JEMPOLLL... TWO THUMPS UP !!! Menurut Icha inilah potret pemuda dan sang ‘Pejuang Cinta’ yang sebenarnya !
Perhatikan..! Kita misalkan bahwa setelah si pemuda mengatakan maksudnya itu, orang tua si gadis lalu melakukan Tabayyun ( cross check ) dengan keluarga si pemuda. Dan hasilnya, cinta dan lamaran pemuda itu diterima oleh orang tua si gadis. Alhamdulillah wa syukurilah. Ada seribu bahagia dan sejuta bunga-bunga di hatinya. Jalan cinta menuju ridho Allah ternyata gak sesulit yg dibayangkan. Tanpa pacaran, tanpa embel-embel  ‘pernah memegang si gadis atau mencium si gadis’, de el el. Cintanya akan menjadi halal, dan teman2nya akan mengucapkan selamat karena sebentar lagi dia akan menikah.
( Cerita ilustrasi diatas ini bukan fiktif lho, banyak yang sudah terjadi dalam kehidupan nyata sekarang ini. Bukti konkritnya yg paling mahsyur adalah kisah cinta antara Ali dan Fatimah di jaman Rasulullah. Waktu itu Ali melamar fatimah hanya bermodalkan HATI dan PEDANG, ILMU dan IMAN, dan sedikit persediaan gandum dirumahnya serta keyakinan yg kuat bahwa Allah Maha Kaya. Tapi apa yg terjadi..? lamaran Ali  diterima ayah Fatimah, Rasulullah saw, dengan mengatakan kepada Ali : Ahlan wa syahlan ! Subhanallah... *Baca buku berjudul: Jalan Cinta Para Pejuang, dengan chapter asli berjudul: Mencintai Sejantan Ali. Atau bisa dibaca di note RDM dgn mengklik link berikut ini :
Pun seandainya cinta dan lamaran si pemuda tadi ditolak oleh orang tua si gadis, apakah itu akan membuat dia jadi ‘Pecundang Cinta’ seperti yg terjadi dgn cerita sebelumnya..? TIDAK !  Ia akan tetap disebut Pejuang, karena ia telah memperjuangkan cintanya dengan jalan yg benar dan syar’i. Tidak ada kata Pecundang untuk sesuatu yg dilakukan dalam rangka ibadah mengharap ridho Allah. Bukankah melamar si gadis kpd orang tuanya merupakan langkah ibadah...??



So..,tidak ada orang yg akan menyebutnya sebagai pecundang cinta kecuali orang2 yang bodoh dan jauh dari agama. Justru orang2 akan simpati dan terus memberinya semangat:
“ Sabar ya akhi,mungkin belum rejeki...”
“ Terus berjuang saudaraku, sekali ditolak..berarti siap2 menuju perubahan ke arah yg lebih baik..”
“ Kegagalan melamar bukan berarti berakhirnya hidup. Karena Allah sudah menyiapkan gantinya yg jauh lebih baik..yakinlah itu kawan..keep hamasah yach..”
Dan masih banyak ucapan2 simpati dari teman2 dan keluarganya yg memotivasi dirinya agar tidak futur dan sedih. Dan efeknya luarbiasa, si pemuda jadi makin dekat kepada Allah, jadi tambah giat ibadahnya, makin rajin sholat malam dan ibadah2 sunahnya, dan akhirnya ketika tiba waktunya Allah memberinya jodoh seorang gadis manis nan sholehah, semua orang berseru kepadanya: Subhanallah..aku iri padamu !!
Naaaahhhhhh...gimana gimana gimanaaaaaaa...??? ;-)))
Sekarang mana yang kau pilih, jadi Pejuang Cinta atau Pecundang Cinta ?!
-----------------------------------------------------------------------------------

Barakallahufikum..banyak sayang dan cinta, jabat erat dan salam hangat..
Wassalamualaikum
----------------------
- Icha –


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-pejuang-cinta-atau-pecundang-cinta-/182335438461778

*Busuknya Kebencian*


Seorang Ibu Guru Taman Kanak-Kanak ( TK ) mengadakan "permainan". Ibu
Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1
buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama
berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak
ditentukan berapa ... tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam
kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama
orang yang dibenci.


 Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi
kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,
selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid
mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat
baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena
penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?"

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka
tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke
manapun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan.

Ibu Guru : "Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa
apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.


 Sungguh sangat tidak
menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1
minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ?
Alangkah tidak nyamannya ..."


http://www.facebook.com/notes/blog-nya-mas-rully/busuknya-kebencian/181142745238715

Cinta laki laki biasa(2),End


Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.
Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!
Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.
Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.
Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.
Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.
Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.
Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.
Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.
Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.
Dokter?
Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.
Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?
                 

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.
Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.
Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.
Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.
Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.
 Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.
 ***
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.
Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.



Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.
Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.
Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.
Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,
Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.
Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.
Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir.


Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.
Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.
Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.
Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!
Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.
Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!
Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.
Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?
            

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.
Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.
Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..


http://www.facebook.com/notes/blog-nya-mas-rully/cinta-laki-laki-biasa2end/181031155249874