Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 27 Februari 2011

Anak Bodoh dari Ohio


   Pria ini lahir di Ohio pada tanggal 11 Februari 1847, anak bungsu dari 7 bersaudara. Ia mempunyai masalah akademis yang parah, bahkan sangat parah.
Masa kecilnya jauh sekali dari kesan cerdas dan berprestasi.Waktu kecil ia dikenal sebagai anak yang bodoh bahkan menjadi langganan mendapat ranking terendah. Kepala sekolah menyebutnya otaku dang dan tidak bisa meyesuaikan diri dengan sekolah.
Pendidikan formalnya hanya bertahan selama 3 bulan dan harus dikeluarkan, setelah sekolah berkesimpulan bahwa anak ini tidak bisa sekolah. Akhirnya ibunya mendidik sendiri di rumah.
Tentang perjuangan ibunya, pemuda ini mengatakan,
“Ibu adalah orang yang membentuk saya. Ia benar-benar percaya pada diri saya dan membuat saya merasa punya alasan untuk hidup. Ibu adalah seseorang yang tidak boleh saya kecewakan.”
Bagaimanakah masa depan kehidupan anak yang hanya mampu sekolah selama 3 bulan ini?
 Pria ini adalah Thomas Alva Edisson, penemu terbesar sepanjang masa. Hasil ciptaanya telah memberi pengaruh besar dalam kehidupan manusia dan masih bisa dirasakan manfaatnya hingga saat ini.

Kini ia tercatat sebagai penemu paling produktif di dunia dengan mengantongi 1.093 penemuan yang dipatenkan atas namanya di Amerika, Inggris, Perancis dan Jerman.
Penemuan fenomenal yang membuatnya mulai mulai terkenal adalah ketika ia menciptakan phonograph yang membuat perubahan dalam dunia musik. Saat itu penemuan ini seperti sihir, karena belum pernah ada yang bisa membayangkan sebuah piringan bisa menghasilkan suara.
Lelaki ini juga mengubah dunia industri dan kehidupan manusia dengan penemuan lampu pijar, sistem kelistrikan, komunikasi dan berbagai penemuan lainnya.
Lebih dari itu semua, pria yang dibesarkan di Michigan iniberhasil mempelopori industri massal hasil penemuannya dan membuat team work untuk mengembangkan penemuannya, sehingga manfaatnya lebih terasa dalam masyarakat dan terbangun kaderisasi.
Hikmah:
Edisson bisa menghasilkan karya penemuan yang nilainya jauh di atas para sarjana dan profesor sekalipun, padahal ia hanya bisa bersekolah 3 bulan selama hidupnya.
Edisson membuktikan sekolah bukan satu-satunya tempat untuk belajar dan menjadi orang sukses.
Edisson telah menjadi salah satu penemu terbesar di dunia, padahal dulu ia dicap berotak udang oleh kepala sekolahnya.  Bagaimanakah dengan kita yang bisa bersekolah lebih lama, lebih baik dan pintar dan mendapat gelar. Apakah kita kini dianggap orang besar sekelas Edisson, atau malah menjadi orang yang biasa-biasa saja di bawah kualitas Edisson?


http://www.facebook.com/notes/spiritz-motivasi/anak-bodoh-dari-ohio/189415661080815

Adu Nyali


Dua orang peneliti biologi sedang mengadakan penelitian lapangan.
Pada sebuah pohon seorang di antara mereka menemukan ulat hijau pemakan daun.
"Hei lihat, ada ulat hijau. Kamu tahu kan ulat ini mengandung banyak protein. Nah kalau kamu berani makan ulat ini, saya akan bayar 1 juta rupiah," seru peneliti pertama menantang temannya adu nyali.
Mendengar tantangan tersebut peneliti kedua balik menantang," Kamu saja yang makan, aku bayar dua juta!"
Tanpa diduga peneliti pertama malah tak gentar, ia segera makan ulat tersebut sekalipun menahan muntah. Selesai memaksakan diri menelan ulat tersebut, ia menagih uangnya.
Dengan berat hati peneliti kedua mengeluarkan dua juta yang baru saja diterimanya sebagai bayaran proyek penelitian.
Tak lama kemudian mereka melihat lagi seekor ulat yang sama.
Peneliti pertama, menantang lagi peneliti kedua.
"Ayo, kalau kamu berani makan ulat seperti aku, aku bayar 2 juta juga," tantangnya.
Kali ini peneliti kedua tak mau kalah ia segera mengambil ulat dan melahapnya. Lalu ia meminta bayaran dua juta.
Impas keduanya sama-sama dapat dua juta.
Lalu keduanya diam, rasanya ada yang salah.
Peneliti pertama berkata." Kita bodoh juga ya, kita sama-sama menyiksa diri memakan ulat tapi tidak ada satupun dari kita yang bertambah kaya"
"Betul juga, uang kita tetap padahal kita sudah melakukan sesuatu yang sangat menantang!" jawab peneliti kedua.
Keduanya lalu sadar baru saja melakukan hal yang sia-sia.
Pernahkan Anda mengalami hal seperti ini?
Anda melakukan sesuatu, Anda merasa berbuat sesuatu, padahal kembali pada kondisi yang itu-itu juga.
Misalnya ada orang yang mendapat proyek penelitian senilai 2 juta.
Tapi untuk mengerjakan proyek tersebut ia harus membayar peneliti, ongkos ke sana kemari dan setelah dihitung total uang yang dihabiskan juga 2 juta. Secara finansial kerjanya sia-sia dan sebenarnya rugi waktu.
Ada juga orang yang ketinggalan barang ketika belanja di minimarket. Ia baru saja sadar sabun ketinggalan di supermarket setelah sampai rumah. Lumayan harganya 8 ribu. Lalu ia menyuruh pembantu naik ojeg mengambil sabun tersebut. Padahal ongkos ojegnya saja bolak balik juga 10 ribu. Justru malah rugi. Sedangkan kalau pembantu disuruh beli di warung dekat rumah ruginya lebih sedikit.
Seringkali kita terjebak pada situasi yang membuat kita melakukan perbuatan yang kelihatannya menghasilkan seuatu padahal tidak menghasilkan apa-apa malah kadang merugi.
Karena itu pikir matang-matang segala tindakan Anda sehingga tidak terjebak pada perbuatan sia-sia atau malah merugi.


http://www.facebook.com/notes/spiritz-motivasi/adu-nyali/189415014414213

Utamakan Learning Bukan Studying


 Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang bisa di pakai untuk kata belajar, yaitu “learn” dan “study”.
            Learn adalah bentuk belajar dari pengalaman kehidupan bukan sekedar dari buku atau text book. Sedangkan study adalah kegiatan belajar dari buku atau dari guru di kelas atau di sekolah.
            Kita bisa sukses jika berhenti sekolah (study), tapi kita tak mungkin bisa sukses jika berhenti belajar (learn).
            Banyak di antara kita yang percaya bahwa pendidikan formal atau sekolah berkaitan erat dengan kesuksesan seseorang. Orang menganggap, prestasi sekolah yang buruk menjadi gambaran masa depan yang buruk, sebaliknya prestasi sekolah yang baik menjadi gambaran masa depan yang baik pula.
            Banyak yang di antara kita pasrah akan nasib, menerima keadaan apa adanya, ikhlas karir terhambat, rela hidup susah dan serba kekurangan, serta merasa keadaan itu pantas kita terima karena pendidikan rendah, bukan sarjana, atau prestasi akademik tidak membanggakan.
            Bagi yang berpikiran seperti di atas terpaksa saya katakana bahwa itu adalah SALAH BESAR dan pemikiran itu juga sangat berbahaya.
            Orang yang mempunyai sudut pandang seperti ini tanpa sadar sudah menghina nabi-nabi dan para pembangun peradaban manusia di masa lalu. Tokoh besar di masa lalu tidak kenal sekolah, bahkan merekalah yang mendirikan atau menemukan sekolah. Banyak juga di antara tokoh besar di masa lalu yang tidak bisa baca tulis.
            Pendidikan dan ilmu sebenarnya bersifat universal, kita bisa belajar kapan saja dan di mana saja.
            Kita tetap mempunyai peluang untuk sukses, sekalipun latar belakang pendidikan yang rendah, syaratnya harus mau belajar (learn) dari kehidupan termasuk dari pekerjaan.
            Orang sukses adalah mereka yang berhasil mengambil hikmah kehidupan dan belajar sebanyak-banyaknya dari pengalaman, dari kegagalan, lingkungan, tantangan, harapan, kejadian atau peristiwa, keadaan dan dari apa saja.
            Orang sukses adalah mereka yang selalu siap belajar sebanyak mungkin dari diri sendiri, orang lain, guru, murid, teman, relasi, pesaing, bawahan, pemimpin dan dari siapa saja.
            Semakin banyak kita belajar (learn), semakin besar peluang kesuksesan.
            Untuk mencapai kesuksesan sejati, orang tidak membutuhkan gelar, karena gelar atau ijazah adalah symbol sedangkan esensinya adalah kemampuan.
            Gelar atau ijazah memang dibutuhkan untuk melamar kerja atau mendapat posisi yang biasa-biasa saja, berkarir secara biasa-biasa saja, dan berpenghasilan biasa-biasa saja. Tapi jika untuk mencapai puncak kesuksesan, maka bukan gelar lagi yang bicara.
            Sebuah riset menunjukkan bahwa paling banyak, IQ berkontribusi 7-20 % sebagai faktor penentu kesuksesan hidup. Sedangkan 80% selebihnya berasal dari kecerdasan lain.
            Apa itu kecerdasan yang lain selain IQ?
            Anda bisa sukses jika mempunyai kekuatan impian, keinginan kuat, untuk mengubah nasib. Anda akan sukses jika punya kemauan, punya keyakinan diri, dan punya daya juang yang kuat, serta antusiasme. Anda dijamin mencapai sukses kalau siap kerja keras, punya komitmen dan siap berkorban.
            Jadi untuk sukses, justru dibutuhkan lebih banyak faktor non akademis dan faktor non intelektual.
            Jadi sekali lagi, pendidikan formal tidak berhubungan erat dengan penghasilan. Walaupun memang ada bidang pendidikan tertentu yang prospektif masa depannya cerah, tapi sangat sedikit marketnya, dan harga pasarnya mahal.
            Jika ingin penghasilan besar, kita harus menjadi entrepreneur dan menjadi pembelajar (learn) dalam bisnis dan kehidupan.
            Mohon catatan ini tidak diartikan sebagai sikap kurang menghargai para akademisi, dosen, guru, doctor atau professor kita. Sebab hidup adalah pilihan. Sukses atau tidaknya kita ke depan, bukan lantaran kelebihan dan kekurangan kita, melainkan kita sendirilah yang menentukan.


http://www.facebook.com/notes/spiritz-motivasi/utamakan-learning-bukan-studying/188610534494661

Fasilitas Menjamin Kesuksesan?


Ada yang bilang masyarakat Indonesia sudah cukup diberi motivasi, mereka butuh saran, fasilitas atau sarana untuk mencapai sukses.
Orang bisa sukses bukan karena fasilitas mereka yang cukup untuk mencapai kesuksesan mereka. Tapi karena impian, tekad, kemauan dan kerja keraslah yang menuntun mereka sampai ke puncak.
Tanpa itu semua, sebesar apapun fasilitas yang diberikan, akan menjadi sia-sia belaka, dan menjadi orang kebanyakan.
Mari kita lihat contohnya.
Buku Harry Potter membuat sang penulis, JK Rowling menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 798 million (Rp. 7,9 triliun).
Padahal sebelumnya ia masuk dalam kategori orang miskin yang layak mendapat santunan.
Saat mengetik naskah pun ia harus mengetik menggunakan mesin tik tua, karena tidak mempunyai computer. Bahkan, karena tak punya uang untuk foto kopi, ia harus mengetik ulang naskahnya beberapa kali agar bisa diserahkan ke beberapa penerbit.
Bahkan ia menerima berbagai penolakan dari pihak penerbit, sebelum akhirnya buku Harry Potter meledak dipasaran.
Ini membuktikan dengan minimnya fasilitas bukan jaminan untuk tidak sukses. JK Rowling telah membuktikannya dengan sikap pantag menyerah dan kerja keras yang luar biasa.
Masih kurang contoh. Mari kita ikuti pergelaran Piala Asia 2007. Timnas Irak, yang saat itu negaranya sedang porak poranda akibat perang, tidak mempunyai uang untuk dana operasional sehingga persiapan mereka dibiayai oleh Asian Football. Sedangkan untuk gaji pemain tidak jelas bagaimana perjanjiannya, sehingga tidak ada jaminan akan mendapat bayaran atau tidak.
Saat latihan pun mereka ke Jordania, karena mereka tidak punya tempat latihan yang layak, dan satu-satunya yang mungkin layak meiliki resiko yang besar.
Masalah belum selesai, pelatih belum bisa membentuk tim yang solid, karena beberapa pemain yang berbeda etnis dan agama tidak mau berbicara satu sama lain.
Setelah lama berinteraksi dan sadar akan pentingnya peran mereka untuk membangkitkan semangat bangsa, mereka baru bersatu.
Sekalipun tanpa fasilitas pendukung yang lengkap, sekalipun tanpa kejelasan gaji, timnas Irak tampil memukau.
Mereka berhasil melibas tim bertabur bintang, Australia di perempatfinal, dan menaklukkan tim kuat Korea Selatan di semifinal dan melaju ke final.
Kemenangan di semifinal ini disambut suka cita rakyat Irak, sayangnya sebuah bom meledak di tengah kerumunan yang menewaskan 50 orang.
Peristiwa tragis ini justru membangkitakn semangat juan mereka bertanding di final. Tim ini semakin bersatu dan bertekad menang, karena mereka sadar kemenangan mereka bisa menjadi semangat baru bangsanya dan mereka tidak ingin kematian para korban menjadi sia-sia.
Akhirnya dengan semangat baja, di partai final timnas Irak berhasil mengalahkan Arab Saudi yang merupakan juara tiga kali Piala Asia. Timnas Irak berhasil menjadi juara Piala Asia 2007, bahkan salah satu pemainnya memegang top scorer.
Sekarang mari kita lihat Negara kita tercinta, Indonesia. Dengan kekayaan yang dimiliki negeri ini, baik kekayaan dari hasil laut, perkebunan, pertambangan, dan kekayaan yang lainnya, membuat Indonesia masih menjadi Negara berkembang. Padahal Negara kita ini hampir memiliki segalanya yang nyaris dimiliki Negara lain.
Sedangkan Singapura yang luas negaranya hanya 400 km2 (cuma seper tiga ribu luas Indonesia yang mencapai 1.922.570 km2) dan tidak memiliki sumber daya alam apapun (hanya memiliki sumber daya manusia) menjadikan Singapura sebagai salah satu Negara terkaya di dunia
Sekali lagi ini membuktikan, tanpa uang, fasilitas, ataupun berbagai kekuatan material lainnya tidak menjanjikan untuk tidak sukses. JK Rowling, Timnas Irak dan Singapura telah membuktikannya. Dan Indonesia pun telah membuktikan dengan kekayaan tidak menjamin untuk aman di puncak kesuksesan.
Memang mudah menyalahkan fasilitas, karena fasilitas adalah benda mati yang hanya diam dan tidak akan membantah kita. Sayangnya ketika kita selalu menyalahkan fasilitas, kita justru terjebak untuk tidak memperbaiki diri.
Orang sukses akan mencari jalan bagaimana caranya bisa menghasilkan prestasi yang maksimal dengan fasilitas yang ada. Jadi yang ada di pikiran mereka adalah menang atau sukses terlebih dahulu, tanpa peduli fasilitasnya.
Orang dengan mental pecundang, ketika melihat minimnya fasilitas akan pasrah dan meyakini bahwa mereka tidak mungkin menang dengan fasilitas yang ada.
Jadi bukan fasilitas yang membuat kita menang atau kalah dalam persaingan tapi mentalitas.


Kesabaran Berujung Kenikmatan


Seorang dokter spesialis luka dalam Riyadh yang bernama Dr. Khalid Al Jubir berkisah tentang dirinya dan sahabatnya. Beginilah kisahnya, selama kuliah dulu dia memiliki seorang teman mahasiswa akademi militer. Dalam semua hal dia memiliki banyak kelebihan disbanding teman-temannya yang lain. Selain baik hati, pemuda ini juga amat rajin shalat malam dan tidak pernah lalai menjalankan shalat lima waktu.
Pemuda ini lulus dengan nilai memuaskan. Tentu saja ia sangat ingin senang. Namun tak ada yang bisa menduga jalannya takdir. Suatu saat pemuda ini terserang penyakit influensa, dan sejak saat itu fisiknya mnejadi lemah hingga mudah terserang berbagai macam penyakit. Hingga karena komplikasi penyakit yang beragam, ia menjadi lumpuh. Tubuhnyatidak mampu lagi digerakkan sama sekali. Semua dokter yang menanganinya mengatakan kepada Dr.Khalid, kalau kemungkinan kesembuhan untuk pemuda itu sekitar 10% saja.
Pada saat Dr.Khalid membesuknya di rumah sakit, ia melihat pemuda itu tak berdaya diatas ranjangnya. Dr.Khalaid datang untuk menghiburnya. Namun Subhanallah, apa yang ia dapatkan justru sebaliknya, wajah pemuda it cerah jauh dari mendung kedukaan. Pada wajah itu jelas sekali terpancar cahaya dan kilauan iman.
”Alhamdulillah, sya dalam leadaan sehat-sehat saja. Sya berdoa kepada Allah Subhanaahuwataa’ala semoga Anda lekas sembuh.” kata Dr.Khalid membuka pembicaraan. Di luar dugaan pemuda itu menjawab,”Terimakasih untuk doamu. Sesunggunya saudaraku mungikn saat ini Allah tengah menghukumku karena lalai dalam menghafal Al-Qur’an. Allah menguji saya, agar saya segera menuntaskan hafalan saya. Sungguh ini adalah nikmat yang tiada terkira.”
Dr.Kahlid terpana mendengar jawaban menakjubkan itu. Bagaimna mungkin cobaan begitu berat yang tengah dialami pemuda itu dianggap sebagai suatu nikmat? Benar-benar ini adalah suatu pelajaran baru yang amat berharga bagi dirinya sehingga ia merasa tak berharga dihadapan pemuda itu.
Dr.kahlid teringat akan sabda Rasulullah Sallallahu A’laihi Wassallam : ” Sungguh menggumkn perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya mengandung kebaikan. Hal ini hanya ada pada seorang mukmin. Ketika ia dikaruniai kesengangan ia bersyukur, maka hal iti baik baginya. Dan ketika ia ditimpa kesedihan, ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, maka hal itu baik baginya.” (Riwayat Muslim)
Jujur saja Dr.Kahalid teramat mengagumi ketabahan pemuda itu. Beberapa pekan kemudian ia membesuk sahabatnya itu, sepupu sang pemuda berkata,”Coba gerakkan kakimu, coba angkat kakimu ke atas.” Peuda itu menjawab,”Sungguh saya amat malu kepada Allah untuk terburu-buru sembuh. Jika kesembuhan itu yang terbaik bai Allah, aku bersyukur. Namun, apabila Allah tidak memberikan kesembuhan padaku hanya agfar aku tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat aku pun bersyukur. Allah Amha Tau yang terbaik untukku.
Allahu Akbar, betapa kaimaat itu sangat menggetarkan. Setelah peristiwa itu Dr.khalid menempuh progrmmagisternya ke luar kota. Beberapa bulan setelah itu ia kembalidan yang pertama diingatnya adalah pemuda sahabatnya itu. Dalam benaknya ia berpikir,”Paling saat ini ia sedang terbaring lemah di atas kasurnya, jika ia kemana-mana pastilah ia digotong.”
Ternyata menurut teman-temannya pemuda itu sudah pindah ke ruang penyiapan untuk mendapatkan pengobatan alami. Pada saat Dr.Khalid menemuinya, ia tengah duduk di kursi roda. Dr.Khalid senagng sekali melihatnya hingga berkali-kali ia mengucapkan syukur.
Pemuda itu dengan spontan menyampaikankabar gembira yang tak terduga ”Alhamdulillah saya telah menyelesaikan bacaan Al-Qur’an.” katanya penuh semangat. ”Subhanallah” Dr.Khalid memekik kagum. Setiap kali membesuknya ia selalu mendapat hikmah yang semakin mempertebal keimanannya.
Tidak lama berselang, Dr.Khalid kembali pergi ke luar kota selama empat bulan. Dan selama itu pula ia tidak pernah bertemu dengan pemuda sahabatnya yang sangat tabah itu. Hingga saat ia kembali, ia menerima kenyataan yang amat sulit diterima oleh akal manusia. Namun, bagi Dzat yang Maha Tinggi, bukanlah hal yang mustahil terjadi. Jangankan hanya sakit, tulang-belulang yang telah hancur pun bisa dihidupka kembali menjadi manusia yang utuh.
Pada waktu Dr.Khalid sedang shalat di mushalla rumah sakit itu. Tiba-tiba ia mendengar sapaan seseorang, ”Abu Muhammad!” Reflek dia menoleh dan pandangan di hapannya membuatnya terpana. Ia tak mapu mengucap sepatah kata pun. Benar, Wallahi (Demi Allah-red) yang berdiri di hadapannya adalah pemuda sahabatnya yang dulu lumpuh total. Namun di hadapannya kini ia dapat berjalankembali dengan normal dan segar bugar. Allahu Akbar, sesungguhnya keimanan lah yang dapat memunculkan keajaiban.
Spontanitas, Dr. Khalid menangis. Pertama dia menangis karena terharu dan senang akan karunia Allah berupa kesembuhan untuk sahabatnya itu. Kedua ia menangis untuk dirinya sendiri yang selama ini lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmatNya.
Ternyata, karunia untuk sahabatnya tidak hanya sebatas itu. Ia diterima sebagai delegasi Universitas Malik Su’ud Riyadh, kerajaan Saudi Arabia untuk melanjutkan studi magisternya. ”Dr. Khalid apa yang saya terima ini justru akan menjadi malapetaka bagi saya jika saya tidak mensyukurinya.” Paparnya kepada Dr.Khalid
Setelah tujuh tahun, pemuda itu mengunjungi Dr. Khalid kembali dalam rangka mengantar kakeknya yang terkena penyakit hati. Dan Subhanallah, ia telah menjadi seorang mayor!
Dr.Khalid kembali meneteskan airmatanya. Ia berdoa kepada Allah agar pemuda itu selalu dalam kebaikan dan selalu istiqomah di dalam iman dan islam. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan permohonan setiap hambaNya.


https://enkripsi.wordpress.com/2010/12/15/kesabaran-berujung-kenikmatan/

Istriku, Aku Mencintaimu


Kendati dirinya telah keliling dunia, bahkan hampir tidak ada negara baru di dalam peta, dan terlalu sering naik pesawat terbang sehingga seperti naik mobil biasa, namun istrinya belum pernah naik pesawat terbang kecuali pada malam itu. Hal itu terjadi setelah 20 tahun pernikahan mereka. Dari mana? Dan kemana? Dari Dahran ke Riyadh. Dengan siapa? Dengan adiknya yang orang desa dan bersahaja yang merasa dirinya harus menyenangkan hati kakaknya dengan semampunya. Ia membawa wanita itu dengan mobil bututnya dari Riyadh menuju Dammam. Pada waktu pulang, wanita itu berharap kepadanya agar ia naik pesawat terbang. Wanita itu ingin naik pesawat terbang sebelum meninggal. Ia ingin naik pesawat terbang yang selalu dinaiki Khalid, suaminya, dan yang ia lihat di langit dan di televisi.
Sang adik mengabulkan keinginannya dan membeli tiket untuknya. Ia menyertakan putranya sebagai mahramnya. Sementara ia pulang sendirian dengan mobil sambil diguncang oleh perasaan dan mobilnya.
Malam itu Sarah tidak tidur, melainkan bercerita kepada suaminya, Khalid, selama satu jam tentang pesawat terbang. Ia bercerita tentang pintu masuknya, tempat duduknya, penerangannya, kemegahannya, hidangannya, dan bagaimana pesawat itu terbang di udara. Terbang!! Ia bercerita sambil tercengang. Seolah-olah ia baru datang dari planet lain. Tercengang, terkesima, dan berbinar-binar. Sementara suaminya memandanginya dengan perasaan heran. Begitu selesai bercerita tentang pesawat terbang, ia langsung bercerita tentang kota Dammam dan perjalanan ke sana dari awal sampai akhir. Juga tentang laut yang baru pertama kali dilihatnya sepanjang hidupnya. Dan juga tentang jalan yang panjang dan indah antara Riyadh dan Dammam saat ia berangkat. Sedangkan saat pulang ia naik pesawat terbang. Pesawat terbang yang tidak akan pernah ia lupakan unuk selama-lamanya.
Ia bercerita sambil tercengang. Seolah-olah ia baru datang dari planet lain. Tercengang, terkesima, dan berbinar-binar. Sementara suaminya memandanginya dengan perasaan heran.
Ia berlutut seperti bocah kecil yang melihat kota-kota hiburan terbesar untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Ia mulai bercerita kepada suaminya dengan mata yang berbinar penuh ketakjuban dan kebahagiaan. Ia melihat jalan raya, pusat perbelanjaan, manusia, batu, pasir, dan restoran. Juga bagaimana laut berombak dan berbuih bagaikan onta yang berjalan. Dan bagaimana ia meletakkan kedua tangannya di air laut dan ia pun mencicipinya. Ternyata asin… asin. Pun, ia bercerita bagaimana laut tampak hitam di siang hari dan tampak biru di malam hari.
“Aku melihat ikan, Khalid! Aku melihatnya dengan mata kepalaku. Aku mendekat ke pantai. Adikku menangkap seekor ikan untukku, tapi aku kasihan padanya dan kulepaskan lagi ke air.
Ikan itu kecil dan lemah. Aku kasihan pada ibunya dan juga padanya. Seandainya aku tidak malu, Khalid, pasti aku membangun rumah-rumahan di tepi laut itu. Aku melihat anak-anak membangun rumah-rumahan di sana. Oh ya, aku lupa, Khalid!” ia langsung bangkit, lalu mengambil tasnya, dan membukanya. Ia mengeluarkan sebotol parfum dan memberikannya kepada sang suami. Ia merasa seolah-olah sedang memberikan dunia. Ia berkata, “Ini hadiah untukmu dariku. Aku juga membawakanmu sandal untuk kau pakai di kamar mandi.”
Ia mengeluarkan sebotol parfum dan memberikannya kepada sang suami. Ia merasa seolah-olah sedang memberikan dunia.
Air mata hampir menetes dari mata Khalid untuk pertama kali. Untuk pertama kalinya dalam hubungannya dengan Sarah dan perkawinannya dengan sang istri. Ia sudah berkeliling dunia tapi tidak pernah sekalipun memberikan hadiah kepada sang istri. Ia sudah naik sebagian besar maskapai penerbangan di dunia, tapi tidak pernah sekalipun mengajak sang istri pergi bersamanya. Karena, ia mengira bahwa wanita itu bodoh dan buta huruf. Apa perlunya melihat dunia dan bepergian? Mengapa ia harus mengajaknya pergi bersama?
Ia lupa bahwa wanita itu adalah manusia. Manusia dari awal sampai akhir. Dan kemanusiaannya sekarang tengah bersinar di hadapannya dan bergejolak di dalam hatinya. Ia melihat istrinya membawakan hadiah untuknya dan tidak melupakannya. Betapa besarnya perbedaan antara uang yang ia berikan kepada istrinya saat ia berangkat bepergian atau pulang dengan hadiah yang diberikan sang istri kepadanya dalam perjalanan satu-satunya dan yatim yang dilakukan sang istri. Bagi Khalid, sandal pemberian sang istri itu setara dengan semua uang yang pernah ia berikan kepadanya. Karena uang dari suami adalah kewajiban, sedangkan hadiah adalah sesuatu yang lain. Ia merasakan kesedihan tengah meremas hatinya sambil melihat wanita yang penyabar itu. Wanita yang selalu mencuci bajunya, menyiapkan piringnya, melahirkan anak-anaknya, mendampingi hidupnya dan tidak tidur saat ia sakit. Wanita itu seolah-olah baru pertama kali melihat dunia. Tidak pernah terlintas di benak wanita itu untuk mengatakan kepadanya, “Ajaklah aku pergi bersamamu!” Atau bahkan, “Mengapa ia tidak pernah bepergian?” Karena ia adalah wanita miskin yang melihat suaminya di atas, karena pendidikannya, wawasannya, dan kedermawanannya. Tapi ternyata bagi Khalid, semua itu kini menjadi hampa, tanpa rasa dan tanpa hati. Ia merasa bahwa dirinya telah memenjara seorang wanita yang tidak berdosa selama 20 tahun yang hari-harinya berjalan monoton.
Ia merasakan kesedihan tengah meremas hatinya sambil melihat wanita yang penyabar itu. Wanita yang selalu mencuci bajunya, menyiapkan piringnya, melahirkan anak-anaknya, mendampingi hidupnya dan tidak tidur saat ia sakit. Wanita itu seolah-olah baru pertama kali melihat dunia.
Kemudian, Khalid mengangkat tangannya ke matanya untuk menutupi air matanya yang nyaris tak tertahan. Dan ia mengucapkan satu kata kepada istrinya. Satu kata yang diucapkannya untuk pertama kalinya dalam hidupnya dan tidak pernah terbayang di dalam benaknya bahwa ia akan mengatakannya sampai kapan pun. Ia berkata kepada istrinya, “Aku mencintaimu.” Ia mengucapkannya dari lubuk hatinya.
Kedua tangan sang istri berhenti membolak-balik tas itu. Mulutnya pun berhenti bercerita. Ia merasa bahwa dirinya telah masuk ke dalam perjalanan lain yang lebih menakjubkan dan lebih nikmat daripada kota Dammam, laut, dan pesawat terbang. Yaitu, perjalanan cinta yang baru dimulai setelah 20 tahun menikah. Perjalanan yang dimulai dengan satu kata. Satu kata yang jujur. Ia pun menangis tersedu-sedu.


https://enkripsi.wordpress.com/2010/12/31/istriku-aku-mencintaimu/

KEIKHLASAN IBU PENJUAL NASI


Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun”. Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.
Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka.
Bukankah demikian seharusnya tugas kita dalam bekerja :
menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.


ANAK-ANAK PEMBAWA HIDAYAH


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan
dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasih tetapi AlIah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendakinNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al-Qoshosh: 56)
Pembaca yang budiman berikut ini, akan kami kisahkan beberapa kisah yangangat berkesan. Kami tuturkan dengan tujuan agar kita bisa mengambil pelajaran serta nasihat dan manfaatnya. Sungguh, setiap muslim tidak boleh meremehkan suatu kebaikan walaupun ringan, karena bisa jadi sebuah kalimat jujur yang dikeluarkan dari lubuk hati yang paling dalam, sekalipun remeh ternyata bisa menjadi sebab hidayah seseorang dan memindahkannya dari jalan keburukan menu jalan kebaikan. lngatlah sebuah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.’ (QS. Yusuf:111)
Sekarang kita mulai dari kisah yang pertama:
Bapak Yang Sesungguhnya
Masuklah seorang ayah ke dalam rumah di permulaan malam sebagaimana biasanya. Tiba-tiba dia mendengar suara tangisan yang bersumber dari kamar putranya. Sang ayahpun masuk ke dalam kamar putranya dengan keheranan dan penuh tanya tentang sebab tangisan putranya. Sang anak menjawab dengan tersengguk, ‘Tetangga kita, si Fulan, kakek Ahmad temanku telah meninggal.”
Sang ayah berkata dengan penuh heran: ‘Apa? Si Fulan telah mati? Biar saja si tua bangka yang telah hidup lama itu mati, dia bukan urusanmu. Engkau menangisinya? Celaka kamu, anak dungu! Engkau telah mengagetkanku, kukira telah terjadi bencana di rumah, ternyata semua tangisan ini hanyalah karena orang tua itu. Bisa jadi seandainya aku mati engkau tidak akan menangisi aku seperti ini.
Sang anakpun melihat kepada ayahnya dengan pandangan penuh air mata dan hati yang berkeping-keping seraya berkata: “Ya, aku tidak akan menangisi ayah seperti aku menangisinya! Dia adalah orang yang memegang kedua tanganku menuju shalat jum’at dan shalat berjamaah pada shalat subuh, dia adalah orang yang memberikan peringatan kepadaku dari teman-teman yang buruk, serta menunjukkanku kepada teman-teman yang shalih dan bertakwa. Dialah yang telah memberikan semangat kepadaku untuk menghafalkan al-Qur‘an, serta mengulang-ulang dzikir.”
Sementara ayah, apa yang telah ayah perbuat terhadap diriku? Ayah hanyalah ayahku dalam penamaan, ayah adalah ayah bagi jasadku. Adapun dia, maka dia adalah ayah bagi rohku. Hari ini aku akan menangisinya, dan aku akan terus menangisinya, karena dialah ayahku yang sejati.” Lalu sang anakpun terisak dan terus menangis.
Saat itulah sang ayah tersadar dari kelalaiannya. Dia terkesima dengan ucapan putranya, merindinglah kulit-kulitnya, dan hampir-hampir air mata berjatuhan dari pelupuk matanya. Serta merta dia peluk dan timang putranya, dan sejak hari itu dia tidak pernah meninggalkan satu shalatpun di dalam masjid.
Sampaikan dariku walau satu ayat
Seorang pemuda hidup di atas kemaksiatan. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang shalihah. Lalu istrinya melahirkan beberapa anak untuknya, dan diantara anak-anak tersebut adalah seorang anak laki-laki yang bisu dan tuli.
lbunya sangat berambisi untuk menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang shalih, dia ajari shalat dan ketergantungan terhadap masjid sejak pertumbuhan kuku-kukunya. Di saat dia telah mencapai usia tujuh tahun dia menyaksikan penyimpangan dan kemungkaran yang dilakukan oleh ayahnya. Sang anakpun mengulang-ulang nasihat kepada ayahnya dengan isyarat untuk meninggalkan kemungkaran dan agar menjaga shalat lima waktu, namun tiada hasil.
Pada suatu hari, datanglah sang anak dengan suaranya tersedu-sedu, disertai aliran air mata seraya meletakkan mushhaf di hadapan ayahnya. Kemudian dia membuka surat Maryam dan meletakkan jari telunjuknya diatas firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Wahai bapakku, Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan’ (QS. Maryam:
45) lantas diapun menangis.
Sang ayahpun terkesan dengan pemandangan ini dan diapun menangis bersama putranya. Lalu Allah pun benkehendak membuka segala pengunci hati sang ayah melalui tangan sang anak yang shalih tersebut. Diapun mengusap air mata dari kedua mata anaknya, menciumnya kemudian berdiri bersamanya menuju masjid. Inilah buah dan istri yang shalihah, maka pilihlah, dan beruntunglah dengan istri yang memiliki agama, jika tidak maka engkau akan meraih penyesalan.


https://enkripsi.wordpress.com/2010/11/26/anak-anak-pembawa-hidayah/

Syukurnya Seorang Buta


Imam Bukhari (hadits no 3464) dan Muslim (hadits no 2964) meriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam pernah bercerita:
”Dahulu ada tiga orang Bani Israil yang masing-masing menderita suatu
penyakit. Orang pertama diserang penyakit kudis disekujur tubuhnya, orang
kedua tidak memiliki sehelai rambut pun di kepalanya (botak) dan orang
ketiga menderita cacat pada matanya sehingga tidak bisa melihat (buta).
Allah ingin menguji mereka dengan mengutus malaikat-Nya.
Malaikatpun mendatangi orang pertama seraya bertanya: ”Apa yang paling
anda inginkan?” Jawabnya: ”Warna dan kulit yang indah serta hilangnya
seluruh cacat di tubuhku yang membuat manusia menjauhiku.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga segala cacat di kulitnya hilang dan berganti warna
kulit yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi: ”Binatang (ternak) apa
yang anda inginkan?” Jawabnya: ”Unta…-atau sapi-” (perawi ragu).
Lantas diapun diberi unta yang sedang bunting dan malaikat berdoa:
”Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu.”.
Selanjutnya malaikat mendatangi orang yang botak dan bertanya: ”Apa yang
paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Rambut yang indah serta hilangnya
seluruh cacat yang membuat manusia lari dariku.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga cacat di kepalanya hilang dan diberi rambut yang
indah. Malaikat lalu bertanya lagi: ”Binatang apa yang paling anda
inginkan?” Jawabnya: ”Sapi”. Lantas diapun diberi seekor sapi bunting
dan malaikat berdoa: ”Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu.”
Kemudian malaikat mendatangi orang ketiga (si buta) dengan pertanyaan yang
sama: ”Apakah sesuatu yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Semoga
Allah menyembuhkan mataku hingga aku dapat melihat.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga dia dapat melihat. Malaikat lalu bertanya lagi:
”Binatang apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Kambing”. Lantas
diapun diberi kambing bunting dan malaikat berdoa: ”Semoga Allah
memberkahimu dengan binatang itu.”
Waktu terus berputar, hari datang silih berganti, bulan terus berganti dan
tahun demi tahun pun berlalu. Ternak mereka makin berkembang biak dan
bertambah banyak, hingga masing-masing mempunyai sebuah lembah yang mereka
pergunakan untuk menggembala ternaknya masing-masing. Lembah unta, lembah
sapi, dan lembah kambing.
Tibalah saatnya bagi Allah untuk menguji mereka.
Malaikat kembali mendatangi orang pertama yang kini adalah orang kaya dan
tidak lagi berkudis. Malaikat tersebut datang dengan wujud dan keadaan
orang tersebut sebelum jadi kaya, yaitu seorang miskin lagi berkudis.
Kemudian mengatakan: ”Saya seorang miskin yang kehabisan bekal dalam
perjalanan, hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah
kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah dikaruniai kulit yang
indah untuk berkenan kiranya memberikan sedikit harta demi kelangsungan
perjalanan saya”. Si kudis menjawab: ”Tidak, kebutuhanku yang lain masih
banyak.” Malaikat berkata: ”Sepertinya dulu saya pernah mengenal tuan.
Bukankah dahulunya tuan adalah seorang yang berkudis lalu Allah sembuhkan?
Dan dahulu tuan adalah seorang fakir lalu Allah cukupkan?” Dia menjawab:
”Harta ini adalah warisan nenek moyang sejak dulu”. Kata Malaikat:
”Jikalau engkau dusta maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan
semula”.
Berikutnya malaikat mendatangi orang kedua. Malaikat menyerupai wujudnya
ketika masih miskin dan botak dahulu seraya mengajukan permintaan yang
serupa dengan orang kedua tadi. Jawaban yang diperoleh pun tak berbeda
dengan jawaban orang pertama. Akhirnya malaikat berkata: ”Jikalau engkau
dusta, maka Allah akan merubah tuan seperti semula”.
Malaikat kemudian mendatangi orang ketiga dengan rupa seorang buta yang
miskin seraya mengatakan: ”Saya orang miskin yang kehabisan bekal dalam
perjalanan. hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah,
kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah disembuhkan oleh Allah
untuk berkenan kiranya memberi saya sedikit harta demi kelangsungan
perjalanan saya ini”. Jawab si buta: ”Dahulu aku adalah seorang buta,
kemudian Allah menyembuhkanku. Maka ambillah apa saja dan berapapun yang
anda mau dan tinggalkan yang anda tidak suka. Demi Allah, saya tidak
merasa keberatan bila anda mengambil sesuatu untuk Allah”. Malaikat
menjawab: ”Tahanlah hartamu, ambillah kembali. Sesungguhnya kalian sedang
diuji. Allah telah meridhoimu dan murka kepada saudaramu”.
Su Buta dengan ikhlas hati memberikan hartanya kepada malaikat tersebut
yang dalam pandangannya adalah seorang yang membutuhkan bantuan. Maka
Allah memberkahinya dan dia tetap memiliki hartanya. Berbeda halnya dengan
kedua rekannya terdahulu yang ternyata dia berubah menjadi seorang bakhil.
Setelah berubah menjadi orang kaya dan berharta, keduanya lupa akan
kewajibannya, yaitu bersyukur kepada Allah dan memberikan hak orang lain
yang juga membutuhkan uluran tangannya. Maka dikembalikanlah keadaan
mereka sebagaimana semula.
Dari kisah di atas kita dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran yang
sangat berharga. Di antaranya:
1. Iman akan adanya para malaikat yang diciptakan Allah dari cahaya.
2. Malaikat dapat menjelma seperti wujud bani Adam.
3. Wajibnya bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
4. Syukur nikmat merupakan sebab keridhaan Allah.
5. Penetapan sifat ”Ridho” dan ”Murka” bagi Allah sebagaimana aqidah
salaf.
6. Sifat bakhil dan dusta merupakan penyebab murka Allah subhanahu wa
ta’ala sebagaimana terjadi pada si kudis dan si botak.
7. Jujur dan dermawan merupakan sifat yagn mulia sebagaimana sifat si buta
di atas.
8. Harta yang sedikit tapi disyukuri itu lebih baik daripada banyak tapi
tidak disyukuri sebagaimana harta si buta yang hanya kambing dibanding
harta si kudis dan si botak yaitu unta dan sapi.
9. Keutamaan shadaqah dan belas kasih terhadap fakir miskin.
10. Pentingnya ilmu kisah karena lebih mendalam di hati manusia.


http://enkripsi.wordpress.com/2010/09/22/syukurnya-seorang-buta/