Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 15 Februari 2011

Keterbukaan


oleh Yesi Moci Selalu Hepi

Ada kalanya kita harus terbuka. Karena dengan keterbukaan, biasanya
masalah yang sedang kita hadapi akan lebih cepat terselesaikan.
Ketika saya sakit, saya pernah mengalami kebingungan yang berkepanjangan. Masalah yang datang menghimpit sangat mengganggu pikiran, mengubahku menjadi seorang yang pemurung. Semua terjadi karena saya selalu memendam masalah seorang diri. Padahal sebelum masalah itu muncul, meski saya sakit, saya tetap mampu tampil ceria dan penuh semangat.
Waktu dokter menyatakan bahwa saya harus menjalani operasi, bermacam-macam perasaan berkecamuk dibenak saya; sedih, bingung, tegang, dsb. Bagaimana tidak bingung, resiko dari operasi yang harus saya jalani terlalu berat saya rasakan. Saya harus memilih di antara dua kemungkinan;
Pertama, jika operasi berhasil, insya Allah saya bisa berjalan lagi seperti semula. Saya pernah jatuh dari tangga hingga menyebabkan ada kelainan di Tulang Belakang karena Tulang Ekor saya mengalami benturan. Kondisi ini membuat cara berjalan saya tidak normal.
Kedua, jika operasi gagal, kemungkinan penyakit saya menjadi lebih parah lagi dari sebelumnya. Untuk berjalan, mungkin selamanya saya akan terus dibantu kursi roda.
Setelah dokter berkata seperti itu, berbulan-bulan saya hanya melamun dan menangis. Saya menjadi seorang yang pendiam dan tertutup.
Saya tidak mau berbagi tentang masalah saya pada orang lain, karena saya khawatir akan membebani orang lain.
Tapi ternyata, pemikiran dan sikap saya yang seperti itu sangat salah. Ketertutupan diriku membuatku semakin sulit keluar dari permasalahan yang menghimpit.
Waktu itu saya sangat bingung untuk memilih akan operasi atau tidak. Kebimbangan ini semakin menekan perasaan. Baru kemudian saya berfikir, kenapa saya hanya memendam sendiri permasalahan yang sedang saya hadapi, sehingga membuat saya terpuruk dan tidak bisa menyelesaikan masalah apapun. Penyakitku bahkan menjadi bertambah parah, karena syaraf-syaraf menjadi tegang akibat banyak pikiran.
Saat itulah terbertik keinginan untuk membuka diri. Saya ingin mencurahkan segala kepenatan hati saya pada orang lain. Tapi waktu itu saya belum menemukan orang yang tepat untuk diajak curhat.
Hingga suatu waktu saya menemukan gelombang radio MQ FM yang berasal dari Bandung. Saya mendengarkan acara Nuansa Malam yang disiarkan radio Islami ini.
Acara itu menyuguhkan satu permasalahan sehari-hari yang sering kita hadapi namun kadang luput dari perenungan kita. Mungkin karena terlalu di anggap biasa, padahal menyimpan makna istimewa bila kita mau menemukan hikmah didalamnya. Dalam acara itu, penyiar juga mengundang pendengar melalui telpon untuk berbagi tentang masalah yang sedang dibahas.
Kebetulan penyiar radio itu mengangkat topik yang pas sekali dengan permasalahan yang sedang saya hadapi.
Setelah saya curhat lewat telpon pada radio itu, tanpa diduga, ternyata banyak sekali yang memberikan saran pada saya. Saran-saran mereka masih terus terngiang di telinga saya.
Salah satunya adalah saran dari seseorang agar saya melakukan shalat istikharah untuk meminta petunjuk-Nya.
Ada juga yang memberi saran tentang kesabaran. Katanya, sabar itu bermacam-macam. Diantaranya; sabar kala menghadapi ujian, sabar dalam menerima hinaan dan cemooh, serta sabar dalam menerima kenyataan hidup. Ia juga menekankan, bahwa ketika kita mampu menjadi hamba yang sabar, maka insya Allah kita akan menjadi umat yang senantiasa dicintai Allah.
Meski singkat, tapi saran-saran itu memberikan banyak perubahan pada diri saya. Dari ketiga kesabaran itu, yang menjadi pegangan bagi saya adalah “sabar dalam menghadapi cobaan”.
Saya pun bertekad untuk benar-benar bersabar dalam hal ini. Mungkin semua ini adalah cobaan dari Allah untuk menguji keimanan saya. Saya pun berusaha untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Agar saya menjadi hamba yang dicintai oleh-Nya.
Sejak malam itu, saya terus bertekad, saya harus tegar dalam menjalani hidup! Saya tidak boleh menyerah pada keadaan! Saya harus berjuang untuk bisa sembuh, namun harus tetap tawakal kepada Allah, di sertai do’a.
Saya juga melakukan shalat istikharah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah. Sebelumnya tidak pernah terfikir untuk melakukan shalat istikharah. Saya jadi teringat dengan sabda Rasulullah Saw; ,i>“Tidak akan rugi orang yang musyawarah dan istikharah.”
Akhirnya saya mengambil keputusan untuk tidak menjalani operasi.
Usai shalat istikharah, saya merasa yakin untuk tidak mejalani operasi. Selain karena resiko yang saya takutkan, biayanya pun tidak terjangkau oleh keluarga saya. Kata dokter, operasi saya membutuhkan biaya ratusan juta.
 Saya pun hanya melakukan terapi rutin dengan harapan semoga keajaiban datang pada saya. Subhanallah, mungkinkah saya bisa sembuh seperti sedia kala meski tanpa menjalani operasi?
Saya memasarahkan semua ini pada Allah swt, sambil terus berusaha untuk lebih bersabar. Saat itulah saya mulai merasakan ketenangan bathin. Keceriaan diriku yang dulu sempat hilang, kini telah kembali. Saya pun jadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup.
Jadi, tidak ada salahnya kita sedikit terbuka, jika keterbukaan akan membawa perubahan yang baik untuk diri kita. Karena ada kalanya kita membutuhkan untaian nasihat dari orang lain atas persoalan yang sedang kita hadapi.
Dulu, ketika saya mengambil sikap diam dan tertutup, hanya kemurungan yang terlihat dari diri saya. Saya merasa menjadi orang lain, jati diri saya seolah hilang, saya merasa terasing dan tidak punya teman.
Hemat saya, keterbukaan adalah solusi. Karena kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk berbagi. Memang, curhat tidak bisa menyelesaikan masalah sepenuhnya. Tapi paling tidak, dengan curhat, Insya Allah beban pikiran kita bisa berkurang. Apalagi bila kita menyampaikan permasalahan kita kepada orang yang tepat, yang bisa menjaga rahasia kita dan mampu memberi saran untuk mendapatkan solusi terbaik dari permasalahan yang kita hadapi.
Intinya, saya sangat merasakan manfaat dari keterbukaan. Terbuka? Why not?!
(Sumber http://yesimoci-mqlovers.blogspot.com/)
Note ini sudah lama di posting, tapi baru sempat nge-tag kawan-kawan sekarang. Maklum, kalau sudah online suka kelayaban; blogwalking lah, browsing lah, chating lah, dan kadang-kadang download-download juga.
Bagi yang sudah membacanya, terimakasih. Semoga ada manfaat yang bisa di ambil.
Dan bagi yang belum membacanya, silahkan dinikmati. Semoga ada manfaat yang bisa di ambil juga.


http://www.facebook.com/notes/melati/keterbukaan/179785732059810

Membohongi Diri Sendiri


Bismillaahirrahmanirrakhiim.....

Ada sedikit cerita ni, Misal ada 3 pilihan sekolah. Sebagai contoh SMP 1, SMP 4 dan SMP 5. Sebelum daftar dan keterima di salah satu sekolah tersebut, urutan ratingnya adalah SMP 1, SMP 4 baru kemudian SMP 5. Tapi setelah berusaha mendaftar dan akhirnya keterima di SMP 5, kemudian sebulan setelah itu disuruh untuk bikin rating lagi, hampir pasti ratingnya adalah pertama SMP 5, baru kemudian SMP lainnya, kenapa ya bisa seperti ini? Kok berubah ya? Emang manusia seperti itu nggak peduli usia, mereka cenderung didikte oleh pilihan mereka, kenapa? Supaya ada pembenaran terhadap pilihan yang telah dilakukan alias untuk menjustifikasi pilihan yang telah dilakukan dan tidak akan segan-segan berbohong terhadap diri sendiri. Whuiiiihhh.
Disonasi kognitif
Uraian sebelumnya sebenernya adalah salah satu contoh dissonasi kognitif yang sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Eit! Disonasi kognitif apaan yah? Disonasi kognitif adalah istilah yang pertama kali di perkenalkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1954. Disonasi kognitif didefinisikan sebagai “perasaan tidak nyaman secara psikologis yang dihasilkan dari kombinasi dua hal/pemikiran yang saling bertentangan”. Semakin besar rasa tidak nyaman dirasakan, maka semakin besar pula keinginan dari dalam diri manusia untuk meredam ketidak-nyamanan tersebut. Dalam teori disonasi, disebutkan bahwa jika manusia ber-aktivitas/bertindak namun tindakannya bertentangan dengan keyakinannya, maka umumnya manusia akan merubah keyakinan sebelumnya, untuk menyesuaikan dengan pilihan kegiatan yang mereka lakukan ataupun malah sebaliknya.
Sebenernya cukup banyak praktik disonasi kognitif terjadi di sekitar kita, misal seorang perokok tetap akan merokok, walaupun semua penelitian menunjukkan bahwa rokok nggak ada manfaatnya, tapi apa yang kita jumpai dalam masyarakat kita? Berkurang? No! Seorang perokok kalo ditanyain kenapa sih kok masih merokok?
Jawaban standar adalah “Saya sudah berusaha untuk berhenti, cuma berat banget (berat kayak disuruh mindahin truk tronton, kali ya?) untuk bisa berhenti” atau mungkin pendapat lain, “ah ngerokok bikin mati, nggak ngerokok nantinya juga mati, wah mending ngerokok aja”, well you know lah, para perokok akan menjustifikasi kegiatan mereka dengan seribu satu alasan yang dirasionalisasi atau bahkan malah denial (penyangkalan), hal ini merupakan dua hal yang paling sering dilakukan, ketika berhadapan dengan dissonasi kognitif mereka.
Tidak semua orang akan merasakan disonasi kognitif sebagai masalah dalam kehidupan mereka. Bagi mereka yang sudah terbiasa banget ngeboong dan bullshit dalam kehidupan sehari-hari mereka, atau bagi mereka yang sudah terbiasa faking (berpura-pura) dalam keseharian mereka, disonasi kognitif bukan masalah sama sekali. Walau secara fitrah mereka ini tetap tidak bisa diingkari perasaan ketidak-nyamanan tersebut. Dalam agama kita, kita kenal orang-orang seperti ini sebagai orang yang membawa ciri munafik.
Disonasi kognitif merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, yang menjelaskan kenapa manusia lebih memilih suatu opsi dari pada opsi lain, walaupun opsi tersebut salah. Jadi pada prinsipnya manusia tidak suka untuk mempercayai bahwa tindakan mereka salah, bila hal tersebut terjadi, maka biasanya manusia akan mengatasinya dengan cara membatasi diri/membatasi informasi terhadap semua hal yang bisa mengubah opsi/pilihan mereka, mencari justifikasi tindakan mereka dan kemudian penyangkalan, karena semua kegiatan ini sepertinya berulang/standar, bila kita menemuinya, bisa dipastikan itu merupakan tanda-tanda disonasi kognitif.
Contoh yang paling ’seksi dan genit’ saat ini adalah pas musim kampanye . Rame-rame ada kelompok yang mendukung pasangan tertentu (padahal menurut Islam satu pun ngak ada yang memenuhi kriteria untuk dipilih). Meskipun udah tahu tuh yg didukung nggak bener. Eh, malah dibelain juga. Gue yakin tuh orang banyak juga alasannya. Taat pimpinan lah, memilih yang buruknya sedikit daripada yang banyak buruknya. Halah, basi deh loh! Gimana pun juga demokrasi nggak bakalan mau memberikan kesempatan kepada Islam yang bakal membunuh demokrasi itu sendiri..ya iyalah. .^_^
Terus gimana nih ngadepinnya?
Pada prinsipnya disonansi kognitif seperti berbohong terhadap diri sendiri, dan seperti umumnya sifat bohong, satu kebohongan harus ditunjang dengan kebohongan lainnya untuk tetap mempertahankan kebohongan tersebut. Misal kita bohong udah makan, padahal belum tuh. Supaya kuat, kita minta temen-temen kita untuk memberikan afirmasi kalo kita udah makan (kebohongan kedua), dan seterusnya. So, bohong seperti “chained reaction” atau reaksi berantai. Sekali kita mulai, tinggal tunggu kebohongan berikutnya. Rugi dong? Jelaslah. Dosa banget dong? Pastilah. Makanya kebanyakan orang nggak mau dibohongin.
Untuk ngadepin disonasi kognitif cuma ada satu cara, yaitu JUJUR TERHADAP DIRI SENDIRI dan terbuka untuk mau berubah. Memang tidak mudah melakukan perubahan, baik berupa perubahan pola sikap ataupun perubahan pola pikir. Biasanya orang yang bertipe extravert lebih mudah mengatasi disonasi kognitif daripada orang yang introvet. Namun demikian apapun sifat seseorang, kalo dia mau berubah nggak ada masalah sih sebenernya.
Terus gimana kalo nggak bisa berubah? Sebenernya tidak ada yang tidak bisa berubah, cuma ada beberapa kelompok orang yang memang perlu tenaga ekstra untuk menyadarkannya/mengubahnya. Salah satu metode yang bisa ditempuh kalo kita ngadepin orang seperti ini adalah dengan meningkatkan pemahaman dia terhadap obyek yang mengalami disonasi. Misal nggak mau berhenti ngerokok, ya disadarkan dengan cara menjelaskan bahaya merokok. Tentunya tidak bisa langsung menjelaskan bahaya rokok, tapi dimulai dengan menjelaskan mengenai pentingnya hidup sehat secara keseluruhan, jadi nggak cuma berhenti ngerokok saja. Percuma kalo berhenti ngerokok tapi makannya masih ugal-ugalan, istirahat nggak teratur, apalagi ditambah minum khamer, percuma tak berguna dah.
Menyadarkan orang yang tengah mengalami disonasi kognitif emang paling baik dengan meningkatkan/mengkoreksi pemahaman orang tersebut terhadap obyek disonasinya, tergantung obyeknya. Misal contoh lainnya, kita ketemu sama orang yang suka ngelakuin bid’ah, terus kita dakwahi supaya sadar dan berhenti dari kegiatan bid’ahnya, ternyata orang tersebut nggak suka dan terus kita adu dalil, orang tersebut kalah, terjadilah disonasi kognitif, ini ditengarai dengan:
Pertama, rasionalisasi/justifikasi: diindikasikan dengan jawaban seperti “kegiatan ini seperti yang dicontohkan sama guru gue, yang udah pasti jago banget bahasa Arab, jadi udah pastilah nggak akan keliru”, Abu Jahal dan Abu Lahab juga orang Aarab, jago bahasa Arab pula, tapi kok mereka sesat ya? Ada juga yang lahir sampe gede bahkan mati di Arab juga, tapi tidak pernah bisa bahasa Aarab, tanya deh tuh unta, heu heu.
Kedua, membatasi diri: biasanya di tengarai dengan tidak mau/menolak bertemu dengan kita, boro-boro ketemu, telpon, sms dan sebagainya juga nggak mau. Kemudian orang-orang di sekitarnya juga diproteksi terhadap kemungkinan terpengaruh.
Ketiga, penyangkalan (denial): hal ini ditengarai dengan pemutusan hubungan kekeluargaan (kalo masih keluarga), pengucilan dalam masyarakat/kelompok, pengusiran, sampai dengan dituduh sesat dan sebagainya.
***********************************************************
Akhirnya….
Akhi en ukhty, manusia memiliki kemungkinan besar untuk salah, sebagai makhluk yang sangat rentan dengan kesalahan, kita harus sadar kalo kita bisa saja salah, dan bahkan bener-bener salah, dalam kondisi seperti ini lebih baik kita mengakui kesalahan kita. Minta maaf kalo perlu, dan kemudian melangkah ke depan dengan tekad tidak mau lagi mengulangi kesalahan yang sama. Cara seperti ini menghemat cukup banyak waktu, energi dan rasa sakit dalam hati (kalo ada). Belajarlah dari masa lalu, tapi hiduplah untuk masa depan! (cie.. gue ngedadak bijak neh!)
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain.” Catet itu, Gan!
Allah Swt. berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS al-Maidah [5]: 119)
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan tanda keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.


http://www.facebook.com/notes/melati/membohongi-diri-sendiri/179238235447893

Menulis dengan Tangan Lebih Baik Daripada Mengetik di Komputer untuk Anak


Anak-anak dan pelajar yang menulis dengan tangan ternyata lebih cepat belajar daripada anak-anak yang mengetik di komputer.

Hal itu terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor Anne Mangen dari Stavanger University Norwegia dan Jean-Luc Velay dari Marseille University, yang dipublikasikan pada Advances in Haptics journal yang dikutip oleh Vivanews (http://teknologi.vivanews.com/news/read/201490-mengetik-membuat-anak-menjadi-lebih-bodoh).
Riset tersebut membagi dua kelompok, yaitu kelompok yang menulis tangan dan kelompok yang mengetik di atas komputer. Ternyata hasil anak-anak yang menulis tangan lebih baik daripada anak-anak yang mengetik.
Sebab, saat membaca dan menulis, anak-anak melibatkan berbagai indera. Untuk mengenali huruf-huruf, seseorang akan melibatkan bagian otak yang bernama sensorimotor.
Karena menulis dengan tangan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada mengetik di keyboard, maka terdapat bagian pada otak yang terlibat dengan bahasa, yang akan mempengaruhi proses belajar seseorang.
Hal ini tidak dijumpai bila seseorang hanya mengetik pada papan kunci (keyboard), sehingga anak-anak tidak mengalami pengalaman yang mendukung mekanisme pemahaman yang sama dengan ketika ia menulis.
Ini mirip dengan hasil sebuah riset terhadap sebuah bagian otak yang berhubungan dengan aktivitas berbicara, di mana bagian otak itu akan lebih aktif bila seseorang mendengar sebuah kata kerja yang terkait dengan kegiatan fisik ketimbang saat mendengar kata kerja yang lebih abstrak.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150122731380700&id=207244469028&ref=mf

Revolusi ... !!


Parentivasi: Revolusi Pendidikan

oleh Yuk-Jadi Orangtua Shalih

Orangtua Shalih, ini ada artikel yang sangat bermanfaat. Yuk Kita revolusi pendidikan! Tapi jika itu dianggap utopia, insya Allah sedikit demi sedikit dimulai dari keluarga kita, insya Allah bisa. Yuk kita mulai dari merubah pola pikir kita terhadap anak kita.
Entah kenapa saya merasa harus mengungkapkan kejengkelan saya terhadap materi pendidikan di Indonesia, bahkan di dunia, karena kita jadi terpaksa ikut menyesuaikannya.
Pendidikan nampaknya harus direvolusi.

Oleh Isa Alamsyah

Betapa anak-anak menderita stres dengan pelajaran yang di masa depan mungkin tidak bermanfaat sama sekali.
Mereka kadang diangggap bodoh, kurang berpendidikan hanya karena gagal di sekolah.
Semua terjadi karena sekolah menjadi indikator pendidikan,
padahal di sekolah banyak pelajaran yang tidak penting yang dipaksakan untuk dipelajari.
Seharusnya pendidikan tidak selalu identik dengan sekolah,
dan idealnya sekolah bukan satu-satunya yang berhak menilai kadar terdidik atau tidaknya seseorang.
Ilmu dibagi menjadi dua, ilmu murni dan ilmu terapan.
Ilmu murni berarti ilmu untuk ilmu itu sendiri, jadi manfaatnya nanti dulu,
sedangkan ilmu terapan berarti mencakup manfaat ilmu untuk kehidupan.
Karena ada dua sifat tersebut maka dalam pendidikan juga harus dibagi menjadi dua,
ilmu murni karena tidak langsung bermanfaat maka sifatnya bagi siswa HANYA SEKEDAR TAHU.
Jadi tugasnya hanya untuk MEMANCING MINAT untuk ke tingkat yang lebih tinggi.
Karena itu ilmu ini tidak boleh dibebankan ke dalam test.
Kalau ada yang berminat baru ikut penjurusan.
Sedangkan ilmu terapan harus difahami dipraktekkan dan menjadi bekal kehidupan.
Contohnya sederhana.
Ada anak Indonesia, yang berbicara dengan bahasa Indonesia, bermain dengan bahasa Indonesia,
tetapi tidak lulus pelajaran Bahasa Indonesia. Itu aneh, karena esensi bahasa adalah komunikasi.
Bagaimana mungkin kita tidak lulus bahasa Indonesia cuma karena tidak mengerti konsep SPOK, SP, kalimat majemuk, KV, KVK, KKVK, dll, padahal sehari-hari kita berbicara bahasa Indonesia.
Yang bodoh siapa?
Si anak yang lancar berbahasa bahasa Indonesia tapi tidak tahu konsep anak kalimat, kalimat majemuk, dll,
tapi tahu cara memakainya dengan benar,
atau penilai yang mementingkan teori anak kalimat, kalimat majemuk bertingkat dsb, yang bahkan tidak peduli anak-anak tersebut hidup dengan bahasa tersebut dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
Ini sama saja dengan tidak memberi sertifikat renang pada ikan hiu karena ikan hiu tersebut gagal menjelaskan gaya renang apa yang dipakainya.
Menurut saya, pengetahuan  SPOK, kalimat majemuk, dan teori bahasa hanya ditempatkan sebagai ilmu yang perlu diketahui tapi tidak boleh masuk dalam test.
Kalau siswa tidak suka ya sudah jangan dipaksakan, toh tidak terlalu bermanfaat dalam kehidupan.
Lucunya ada anak yang bunuh diri akibat UAN bahasa Indonesianya hancur. Padahal ia menulis surat bunuh diri dalam bahasa Indonesia. Tragis.
Apa yang penting dalam bahasa?
Anak perlu diajar kemampuan menulis.
Kemampuan menyampaikan ide secara tulisan.
Itu yang penting, dan banyak penulis handal yang tidak ngerti SPOK tapi jadi penulis sukses.
Parahnya di daerah anak-anak dibebankan lagi bahasa daerah, please deh.
Cukup bahasa persatuan dan bahasa Internasional.
Coba lihat pelajaran biologi.
Ada SD diajar tentang organ kodok, jenis jaringan tumbuhan, dsb.
Tapi lulus SD mereka tidak mengerti banyak hal yang bermanfaat untuk kehidupan misalnya, survivor (tahu mana pohon yang beracun mana yang tidak kalau terdampar), tahu bagaimana mengatasi gas beracun, P3K.
Mereka tidak tahu betapa bahayanya rokok, bagaimana menghindari narkoba, apa ciri-ciri narkoba,
bagaimana mengatasi demam berdarah, bagaimana penanggulangan dini kalau ada korban luka bakar.
Ini justru penting bagi kehidupan.
Mereka tidak mengerti bagaimana memasak beras agar tidak terbuang vitamin B nya
Mereka tidak tahu kalau susu jangan dicampur air panas karena kalsiumnya rusak, dll.
Yang justru penting untuk kehidupan tapi tidak diajarkan.
Kalau masalah kodok, tikus dan sebagainya hanya untuk memancing minat yang proporsinya hanya sekedar memancing minat saja bukan membebani.
Sedangkan yang bermanfaat untuk kehidupan harus dikuasai.
Anak anak juga diajar tentang planet. Mereka tahu jumlah planet, nama planet dan ukuran planet.
Tapi mereka tidak diberi pelajaran tentang global warming, cinta lingkungan, dll yang justru berkaitan dengan kehidupan. Mereka juga tidak ada pelajaran persiapan bencana tsunami dan gempa dalam kurikulum.
Justru ilmu yang penting ini diberikan oleh pengajar tamu dari PBB (United Nation) dan NGO internasional yang tentu saja tidak menyentuh semua siswa dan bersifat berkala saja.
Tapi urusan planet di tata surya yang kita tidak tahun tahun berapa akan bermanfaat, semua siswa wajib menghapal.
Kalau sekedar minat, ya ajak nonton bareng film tata surya, mereka yang berminat akan memutuskan ke jenjang antariksa.
Kita mungkin butuh beberapa ratus ahli antariksawan, mungkin beberapa ribu,
tapi tidak perlu puluhan juta anak harus menguasainya bukan?
Kalaupun ada yang perlu diketahui dari antariksa adalah justru kemampuan menentukan arah kompas, ini malah tidak diajarkan (tidak didalami). Masih banayak anak tidak tahu mana utara, selatang, tenggara, dsb.
Intinya, kita cuma butuh beberapa ribu ahli fisika.
 Kita cuma butuh beberapa ribu ahli linguistik
Cuma butuh beberapa ahli biologi, dll.
Tetapi kenapa ratusan juta anak wajib mempelajarinya, dan stress karenanya.
Kalau orientasi kita rubah dengan pelajaran yang faktual, actual dan selektif,
sedangkan bangsa lain masih terbelenggu dengan pendidikan simbolis dan konvensional,
maka kita akan menyusul bangsa lain.
Kita perlu mendefinisikan ulang materi pelajaran.
MANA YANG CUMA SEKEDAR PENGETAHUAN dan MANA YANG HARUS DIKUASAI.
Memang untuk beberapa anak yang mau melanjutkan ke LN jadi susah.
Ya sudah di drill saja 6 bulan menjelang ke sana kekejar koq!
Kepada anak-anak saya tidak memaksa mereka belajar.
Yang penting mereka berkarya.
Apalagi dengan adalnya UAN.
6 tahun mati-matian akan sia-sia hanya dengan kegagalan test 3 hari. Sialnya pas test jatuh sakit.
Lebih baik 5 1/2 tahun bahagia, 1/2 tahun siapkan UAN mati-matian.
Seharusnya penjurusan di mulai di SMP saja, jangan di SMA nanti terlalu banyak hal yang tidak penting dipelajari lagi.
Jadi anak lulus SMA sudah produktif.
Dan penjurusan jangan sekedar Fisika, Biologi dan sosial.
Kini harus di tambah Teknologi Informasi.
Buat praktisi IT sebanyak-banyaknya karena segala hal bisa dipermudah dengan IT.
Korupsi biaya tinggi, penyelewengan pajak,  pengajaran online, dll  bisa dibantu IT.
Jika IT maju pemilu tidak perlu sensus, kartu baru dsb. Cukup KTP Smart yang mempunyai data digital.
Banyak orang saat ini bekerja dengan membuang katakanlah 80 - 90% pelajaran yang tidak ada manfaatnya.
Siilahkan hitung sendiri.
Apakah pelajaran PSPB, IPBA, Sastra, dll sangat berpengaruh dengan pekerjaan Anda sekarang.
Coba ingat ingat semua pelajaran kita, mana yang bermanfaat?
Saya mendidik anak-anak lebih pada orientasi ilmu bermanfaat dan karya.
Salsa dan Adam anak saya yang SD sudah bisa photo shop.
Saya bilang ke mereka. Dengan satu keahlian ini saja kamu sudah bisa menghasilkan uang puluhan juta per bulan,
separti om ini, ini, dan ini saya menyebutkan nama desiner grafis yang mereka kenal..
Salsa sudah menulis 5 buku,  Adam menulis 2 buku.
Saya bilang ke mereka, dengan kemampuan ini saja, kamu bisa berpenghasilan puluhan juta per bulan,
seperti ini, ini, dan ini… nama-nama penulis.
Salsa dan Adam kini suka internet. Saya bilang, kalau kamu dalami internet kamu bisa jadi orang terkaya di dunia.
Mereka juga mendalami, olah raga dan musik.
Kalau Salsa atau Adam pulang dengan nilai ujian jelak atau bagus.
Maka saya check kesalahannya.
Kadang saya bilang “Ini pertanyaan penting, kamu harus tahu jawabannya”
Kadang saya bilang “Wah kalau soal ini gak apa salah, nanti juga gak kepakai dalam kehidupan.
Ayah udah puluhan tahun hidup gak pernah pakai pengetahuan ini (saat itu soalnya tentang kota ini lintang berapa derajat bla..bla..bla) saya bilang gak usah hapalin lintang derajat begini, cari yang lebih bermanfaat.
Mungkin saya seperti orang tua ngaco, ya kan?
Tapi itu cara saya mendidik anak untuk menseleksi ilmu.
Saya gak mau anak-anak stres untuk pengetahuan yang menurut saya tidak penting.
Tapi saya juga menantang mereka belajar efektif. Dengan waktu belajar sedikit tapi hasilnya memuaskan.
Kita kembangkan beberapa metode, intinya tangkap semua pelajaran di sekolah, perhatikan, tidak tahu tanya, lalu ulang dirumah, presentasi, dsb.
Alhamdulillah Salsa dan Adam sejauh ini selalu mendapat ranking atas sekalipun belajar banyak hal lain di luar sekolah.
Ya sudah, entah kenapa saya lagi marah dengan pendidikan yang membebankan banyak ilmu yang tidak bermanfaat.
Just an idea (Tulisan ini ada di notes saya sejak Oktober 2010 lalu)
Tapi saya akan melakukan riset dan gerakan serius untuk merevolusi pendidikan!
Just wait and see.
Bayangkan kita mau ke medan perang.
Ada dua kelompok orang yang mau direkrut.
Satu ilmuwan yang tahu berbagai nama senapan, tahu jarak tembak senapan tahu bahan baku senapan,
mereka hapal senapan tersebut ditemukan oleh siapa, tahun berapa, dll.
Tapi dia tidak bisa menembak, tidak bisa menggunakan senjata.
Kelompok kedua adalah kelompok pemuda. Mereka tidak tahu siapa pembuat senapan, tidak tahu tahun berapa dibuatnya.
Mereka tidak bisa menjabarkan alasan kenapa peluru bisa meluncur.
Tapi mereka tahu bagaimana menembak, merakit senapan, merawat dan menggunakannya.
Kira-kira kelompok mana yang kita bawa ikut perang?
Nah generasi kita ke depan menghadapi banyak medan petempuran di bidang ekonomi, teknologi, informasi, dll,
kalau mereka dicekoki sesuatu yang tidak bermanfaat di masa depan, bisa jadi kita akan kalah perang.
Bagaimana menurut Anda?
Anatole France:
The whole art of teaching is only the art of awakening the natural curiosity of young minds for the purpose of satisfying it afterwards
Johann Wolfgang von Goethe: Correction does much, but encouragement does more.
John Dewey:
The aim of education is to enable individuals to continue their education … (and) the object and reward of learning is continued capacity for growth. Now this idea cannot be applied to all the members of a society except where intercourse of man with man is mutual, and except where there is adequate provision for the reconstruction of social habits and institutions by means of wide stimulation arising from equitably distributed interests. And this means a democratic society.

Robert Fulghum: All I really need to know … I learned in kindergarten.
St. Francis Xavier:
Give me the children until they are seven and anyone may have them afterward.
Roger Lewin:
Too often we give our children answers to remember rather than problems to solve.

JADI BAGAIMANA MENURUT ANDA? Abah tunggu ya


http://www.facebook.com/notes/melati/revolusi-/179766002061783

Bahaya ... !!!


Bahaya Minum Langsung dari Kaleng

oleh Abid Masih Belajar

Baru - baru ini ada seorang wanita di Amerika pada saat liburan bepergian dengan perahu boatnya, lalu ia meminum beberapa kaleng minuman Coca-Cola yang biasa dia simpan dilemari pendingin pada perahu boatnya.
Keesokan harinya pada hari Senin, wanita tersebut pingsan lalu dibawa ke rumah sakit dan ditempatkan diruang ICU, pada hari Rabunya dia meninggal.
Untuk mengetahui penyebab kematiannya, maka dilakukan autopsy dan kesimpulannya kematiannya diakibatkan oleh suatu zat yang disebut LEPTOSPIROSIS, setelah diselidiki dan ditelusuri zat ini berasal dari kaleng minuman yang dia minum langsung tanpa menggunakan gelas atau sedotan.

Dan dari hasil test di laboratorium menunjukan bahwa kaleng minuman tersebut terinfeksi oleh zat LEPTOSPIROSIS yang dihasilkan dari air kencing tikus yang mengering dan bereaksi membentuk zat tersebut.
Hasil test Lab. menunjukan bahwa air kencing tikus juga mengandung berbagai racun yang mematikan lainnya, oleh karena itu sangat dianjurkan apabila kita membeli minum - minuman dalam kaleng agar mencuci kaleng tersebut, terutama pada bagian atas tempat membuka minuman tersebut.
Hal ini beralasan karena begitu selesai diproduksi kaleng - kaleng tersebut disimpan didalam gudang dan lalu dikirim langsung ke toko-toko dan langsung dijual kepada pembeli tanpa terlebih dahulu dibersihkan.
Penelitian di NYCU ( New York College Univ.) menunjukan bahwa permukaan minuman kaleng yang terdapat tutup pembukanya lebih tinggi tingkat kontaminasinya dari zat beracun dan mematikan dari pada WC umum yang hanya dipenuhi oleh jamur dan bakteri.
Jadi cucilah dahulu dengan bersih segala sesuatunya, sebelum meletakannya pada mulut kita, untuk mencegah kejadian yang berakibat fatal. 


http://www.facebook.com/notes/melati/bahaya-/179762575395459

Jangan Merasa Hebat


oleh KAng zain

Jika Anda merasa kemarin telah melakukan sesuatu yang hebat,

maka hari ini Anda akan sulit melakukan yang terbaik.
Perasaan HEBAT biasanya hadir karena banyak hadir pujian untuk Anda.
Dan, salah satu hal yang akan menjerumuskan Anda di dunia dan Akhirat
adalah PUJIAN orang lain atas prestasi Anda,
yang mana, kini PRESTASI itu telah menjadi masa lalu.
Mari belajar hidup LEBIH UTUH di hari ini...


http://www.facebook.com/notes/melati/jangan-merasa-hebat/179761748728875

Tip Agar Kita Bisa Di Terima Oleh Orang Lain


12 LANGKAH AGAR ANDA DISUKAI DALAM PERGAULAN

1 — BELAJARLAH mengingat nama seseorang. ketidakefisienan anda dalam hal ini menunjukkan perhatian anda kurang sehingga orang jadi kurang bersimpati pada anda.

2 — JADILAH orang yang menyenangkan dan bersikap luwes. jangan kaku.
3 — MILIKI sikap santai sehingga anda tidak mudah terganggu
4 — JANGAN congkak dan bersikap sok tahu.
5 — KEMBANGKAN sifat menarik dan positif sehingga orang merasa beruntung mendapat pelajaran dengan bergaul dengan anda.
6 — PERBAIKI sikat atas kesalahpahaman yang anda lakukan. buanglah keluhan-keluhan.
7 — BIASAKAN menyukai orang dengan sungguh-sungguh
8 — JANGAN lewatkan kesempatan untuk mengatakan selamat atas prestasi siapapun atau mengucapkan pernyataan simpati atas penderitaan orang.
9 — BERI kekuatan spiritual pada orang lain maka mereka akan memberi kasih yang tulus pada anda
10 — TERIMA kenyataan bahwa no one is perfect. sebagian mungkin mendekati sempurna tetapi tidak ada yang 100% perfect. jika anda melakukan kesalahan, itu hal yang manusiawi.
11 — TERIMA kenyataan bahwa orang lain berhak untuk berbeda. jangan jadi tidak menyukai orang karena kebiasaan dan selera mereka berbeda dari anda.
12 — JANGAN berkata “anda salah!”. Banyak orang yang tidak suka dikatakan salah. belajarlah menyimpan opini anda. katakan dengan cara yang lebih halus dan sopan.


http://www.facebook.com/notes/melati/tip-agar-kita-bisa-di-terima-oleh-orang-lain/179720712066312

Bersyukur & Optimis


By: M. Agus Syafii
Bersyukur & optimis dapat memberi kegembiraan dalam jiwa, membuka cakrawala hati menjadi luas & membuka pintu-pintu kesuksesan juga menjadi motor menggerak kebahagiaan, kegembiraan & produktifitas. Bersyukur dalam hidup ini melahirkan sikap optimis, sikap optimis hanya akan muncul bila kita senantiasa bersyukur karena sikap optimis tertanam keyakinan datangnya kesembuhan ketika sakit, datangnya keberhasilan ketika gagal, datangnya menang ketika kalah, datangnya kebahagiaan ketika bersedih. Membuka pintu harapan, menenangkan hati terhadap rasa takut, menghimpun segala kekuatan & membangkitkan semangat memohon pertolongan & bertawakal kepada Allah. Setiap orang yang beriman yakin akan janji Allah bahwa. 'Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan' (QS. al-Insyiraah : 5-6).
Kemampuan mensyukuri nikmat Allah berarti kita menyakini tidak ada yang disebut dengan keberhasilan terlambat datang, tidak ada kebahagiaan yang bisa tertunda sehingga kita tidak perlu tergesa-gesa atau gelisah menghadapi masa sulit karena segala urusan didalam hidup kita ada didalam genggaman Allah yang mencipta & mengatur segala kehidupan di alam semesta ini. Allah tidak mentakdirkan sesuatu melainkan ada hikmah yang dikehendakiNya karena Allah Maha Bijak & Maha Mengetahui, maka tidak ada yang sia-sia di dalam hidup kita.
Banyak kebaikan yang melimpah ruah yang tersembunyi dibalik peristiwa menyedihkan yang tidak kita sukai, tanpa kita sadari dibalik peristiwa yang menurut kita pahit ternyata manis dikemudian hari. Menurut kita menyedihkan namun membahagiakan dilain waktu, sebagaimana Firman Allah yang berbunyi, 'Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahuinya.' (QS. al-Baqarah : 216).
Yuk, kita senantiasa bersyukur & optimis!


http://www.facebook.com/notes/melati/bersyukur-optimis/179553712083012

Kesejukan Hati


By: M. Agus Syafii

Pada suatu hari ada pengendara sepeda motor yang berboncengan dengan temannya karena terlihat seorang ibu yang menggendong bayinya sedang menyeberang pengendara motor itu mengerem laju motornya. Ternyata dibelakangnya ada bus angkutan kota, Tak pelak lagi, kondektur bus itu turun dan memarahi habis-habisan sang pengendara motor. Setelah kondektur itu memaki-maki, dia berlalu begitu saja. Temannya yang membonceng begitu sangat geramnya sampai mengatakan, 'kenapa engkau tak biarkan aku menghajar kenek itu?'
'Oh, tidak perlu,' jawab pengendara motor itu, 'Jika dia bisa bertahan menghadapi dirinya dengan sikap seperti itu seumur hidupnya, saya yakin, saya bisa menghadapi sikap dirinya seperti itu selama tiga menit saja.'
Teman, akhir-akhir ini orang gampang tersulut marah, di jalanan, di koran, televisi, mudah sekali menyulut kemarahan, bahkan didalam kehidupan sehari-hari kita mudah jumpai hanya perkara sepele bisa membakar sumbu yang meledakkan semua orang dengan kemarahan. Sudah sepatutnya kita sebagai orang yang beriman untuk menjaga sejukkan suasana yang sedang tidak kondusif ini. Yuk, kita ciptakan kesejukan untuk orang-orang disekeliling kita dengan ucapan yang baik dan membangun.


http://www.facebook.com/notes/melati/kesejukan-hati/179545818750468