Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Kamis, 03 Februari 2011

"Keutamaan Meringankan Derita Sesama."


wasaari'uu ilaa maghfiratin min rabbikum wajannatin 'ardhuhaa alssamaawaatu waal-ardhu u'iddat lilmuttaqiina
Artinya:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,"
{QS. Ali-'Imran (Keluarga Imran):[3]:133}


  alladziina yunfiquuna fii alssarraa-i waaldhdharraa-i waalkaatsimiina alghayzha waal'aafiina 'ani alnnaasi waallaahu yuhibbu almuhsiniina
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
{QS. Ali-'Imran (Keluarga Imran):[3]:134}
Spirit meringankan derita sesama pernah dilakukan Nabi Musa 'Alaihissalam, tatkala dia keluar kota dengan perasaan takut dan hati-hati sekali. Dia khawatir tertangkap prajurit Fir'aun karena dituduh membunuh. Lagi pula orang yang tertuduh membunuh akan dibunuh. Pada saat itu Nabi Musa 'Alaihissalam melangkahkan kakinya keluar dan menjauh dari istana 'Fir'aun tanpa tahu jalan yang akan ia tempuh. Dia bermaksud pergi ke negeri Madyan.
Setibanya di negeri Madyan Nabi Musa 'Alaihissalam menjumpai sekelompok orang sedang memberi minum ternaknya. Di sisi lain di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menarik ternaknya. Nabi Musa berkata:"Apakah maksudmu  (dengan berbuat begitu)?. Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat memberi minum ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya."
Nabi Musa memahami apa yang telah dijelaskan oleh kedua orang wanita yang ada dihadapannya, bahwa hanya orang-orang kuatlah yang bisa memberikan minum untuk ternak-ternak mereka terlebih dahulu. Kemudian setelah mereka selesai, barulah orang-orang yang lemah mendapatkan kesempatan mengambil air untuk ternak-ternak mereka. Tentu saja, orang-orang yang mengambil pertama kali akan mendapatkan air yang jernih dan banyak, dan setelah itu orang-orang lemah yang mengambil air setelah mereka (orang-orang kuat) akan mendapatkan air yang tersisa dan keruh.
Nabi Musa 'Alaihissalam tergerak hatinya untuk menolong kedua wanita tersebut dan ia mengambilkan air untuk diminumkan kepada ternak-ternaknya, Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs1379.snc4/163169_196008857080968_151107631571091_867121_5734168_n.jpg
fasaqaa lahumaa tsumma tawallaa ilaa alzhzhilli faqaala rabbi innii limaa anzalta ilayya min khayrin faqiirun
Artinya:
"Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdo'a: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (*) yang Engkau turunkan kepadaku".
(QS. Al-Qashash (Kisah-kisah)[28]:24)
 (*). Yang dimaksud dengan "Khair" (kebaikan) dalam ayat ini menurut sebagian besar ahli Tafsir ialah "barang sedikit makanan".
Ketika kedua orang wanita tersebut pulang ke rumah lebih awal dari biasanya dengan membawa air minum, sang ayah pun bertanya kepada kedua anaknya tentang hal tersebut. Kedua anak gadisnya memberitahukan bahwa yang menolong mereka mengambil air minum untuk ternak mereka adalah Nabi Musa 'Alaihissalam.
Terpesona dengan kebaikan dan ketulusan Nabi Musa  'Alaihissalam yang menolong anak-anak gadisnya, lalu sang ayah yang tua renta itupun mengutus salah satu anak perempuannya untuk mengajak Nabi Musa datang ke rumahnya, untuk menikmati hidangan yang mereka siapkan. Maka Nabi Musa pun menerima ajakan tersebut karena ia merasa lapar dan letih karena perjalanan jauh yang ditempuhnya tanpa perbekalan yang cukup.
Salah seorang dari kedua anak perempuan Nabi Syu'aib mengusulkan kepada ayahnya agar mempekerjakan Nabi Musa guna mengurusi hewan ternak mereka, sehigga dengan demikian beban yang dipikul mereka berdua dalam mengembala ternak menjadi ringan. Nabi Syu'aib menyetujui usulan putrinya untuk mempekerjakan Musa. Tetapi tidak hanya itu Nabi Syu'aib juga menikahkan Musa
dengan salah seorang putrinya. Nabi Musa pun menikah dan tinggal beberapa lama di negeri Madyan....
Di zaman kapitalis saat ini, ada saja  orang mendewakan kekayaan, jabatan dan kehormatan. Tidaklah berlebihan kalau pribadi suka menolong yang mendarah daging dalam diri Nabi Musa 'Alaihissalam menjadi 'tontonan' langka seperti "Snow on the Sahara."(Salju di Gurun Sahara). Sebagian orang ketika dimintai bantuannya menjawab,"Maaf kami tidak bisa apa-apa." Agaknya semangat kebersamaan, gotong-royong, dan tolong menolong yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang kita, telah lama kita tinggalkan, lupakan dan abaikan.
Padahal dulu kata paman di kampung kami: "Bila ada salah seorang warga yang ingin membangun rumah ataupun memanen ladang, seluruh warga kampung turut membantu dengan suka rela." Namun pada generasi kami, tradisi tolong menolong itu 'sudah' hilang lapuk dimakan zaman.
Mungkin pemandangan tolong menolong itu sangat sulit kita temui lagi di masa mendatang. Untunglah masih ada segelintir orang yang peduli terhadap nasib sesama. Misalnya maraknya berbagai macam kegiatan amal, baik di media cetak maupun elektronik yang bertujuan menolong sesama.
Semangat meringankan beban sesama tidak mesti selalu berbentuk barang, uang serta perhiasan. Apapun yang kita punya bisa didermakan untuk kebahagiaan orang lain, sebagaimana pernah sabdakan Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa sallam dalam sebuah Hadits Beliau yang artinya:
"Wajib atas setiap muslim itu mengeluarkan sedekah."
Para sahabat bertanya,"Wahai Nabi Allah, bagaimana?."
Rasulullah menjawab,"Dia harus bekerja dengan tangannya untuk dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan dapat bersedekah."
Mereka bertanya lagi,"Bagaimana bila tidak juga mendapatkan kesanggupan itu?"
Rasulullah menjawab,"Membantu orang yang  kesusahan dan memerlukan bantuan."
Mereka bertanya lagi,"Bila tidak juga mendapatkan?"
 Rasulullah menjawab,"Hendaklah ia berbuat ma'ruf."
Disebutkan dalam sebuah riwayat, "Hendaklah ia menyuruh kepada kebaikan atau kepada yang ma'ruf dan menahan diri dari kejahatan."
(HR. Al-Bukhari, Muslim dan An-Nasa'i).
Intelektual yang diabadikan dengan 'tinta emas' dalam lintasan sejarah adalah mereka yang mendermakan ilmunya untuk kemanusiaan. Konglomerat yang dikagumi adalah mereka yang dengan hartanya meninggalkan amal kebajikan untuk menolong sesama dan kemajuan masyarakat luas. Sesungguhnya apapun yang kita miliki belum memiliki makna kalau belum mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang melapangkan kesulitan orang mukmin saat di dunia, niscaya Allah akan melapangkannya dari kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberikan kemudahan terhadap orang yang dalam kesusahan, maka Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia masih menolong saudaranya."
(HR. Muslim).
Suatu hari sahabat Ali bin Abi Thalib bertanya kepada muridnya,
"Kalau di tangan saya ada uang sepuluh dirham, kemudian tiga dirham saya sedekahkan, lalu berapa sisa uang saya?"
Muridnya menjawab, "Masih tujuh dirham."
"Salah...!", sahut Ali..
Yang benar uang saya masih tiga dirham, karena apa yang saya sedekahkan itulah yang sudah pasti tercatat sebagai amal shaleh, sedangkan selebihnya belum pasti."
Dialog ini mengandung pelajaran yang sangat dalam bahwa, "Apa yang kita miliki adalah apa yang sudah kita belanjakan di jalan kebaikan, bukanlah barang perhiasan yang kita simpan."

Wallahu'alam...


http://www.facebook.com/notes/memetik-hikmah-disetiap-kata-kejadian/keutamaan-meringankan-derita-sesama/192227757470134

Menjaga Pikiran dari Derasnya Ombak Kekalutan Hati


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bila kita pernah ke pantai untuk menyaksikan dan mendengar ombak yang datang silih berganti, memecahkan karang dan memberikan suara yang khas dengan deburannya seperti memainkan musik kehidupan. Sebuah nuansa keindahan alam yang tiada tara.
Banyak yang berkata, bila stress pergilah ke pantai, teriaklah kencang-kencang kalahkan suara ombak yang memecahkan karang, maka setidaknya beban hidupmu akan berkurang.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Benarkah?
Ada yang berkata benar, ada yang mengatakan tidak ada efeknya sama sekali. Ada yang berkata melihat lautan yang terhampar luas, hatinya pun menjadi bebas lepas. Ada yang berkata, pergi ke pantai, semakin mudah mengingat semua kenangan yang tidak ingin dikenang. Ada juga yang semakin merasakan sepinya pantai di sore hari, semakin merasakan kesepian di hatinya.
Jadi sesungguhnya apa yang terjadi?
Mampukah Deburan Ombak membuat kita menjadi tenang? Mampukah suasana pantai membuat kita bahagia? Dapatkah hamparan lautan luas membuat berkurangnya semua beban hidup kita?
Tenyata lautan tetaplah lautan, ombak tetaplah ombak, karang masih juga tetap pada tempatnya.
Tetapi pikiran kita yang menjadi penentu segalanya. Pikiran kita yang dapat menentukan kebahagiaan kita sendiri.
Bila saja dihadapan kita terpampang pemandangan yang indah, suara yang merdu, dan suasana yang tenang, tetapi pikiran ini tidak pernah bisa tenang, maka apa yang dilihat, didengar dan dirasakan tidaklah membantu banyak bagi perkembangan diri kita.
Bila saja dimanapun kita berada, dapat mendengarkan suara hati kita yang damai, yang tenang, yang bahagia, maka apapun yang kita lihat, dengar dan rasakan akan menjadi sebuah keindahan yang luar biasa.
Jadi letak permasalahan sesungguhnya adalah terletak dalam bagaimana cara kita berpikir dan melihat kenyataan yang ada.
 Ada yang jauh lebih penting lagi adalah menjaga pikiran kita. Amati gelombang dan riak dari yang namanya gelombang emosi kehidupan, ombak kekalutan hati, dan riak dari keinginan-keinginan rendah yang selalu datang menganggu kehidupan kita.
Bila kita dapat menjaga hati kita, mengamati suara hati kita, melihat dan mendeteksi datangnya gelombang-gelombang yang hanya membuat permasalahan bagi hidup kita, mengamati setiap proses terjadinya deburan dasyat antara keinginan dengan kenyataan yang ada dan Bila kita mau mendengarkan setiap keluh kesah dari arus kehidupan diri kita sendiri, ternyata sumber kebijaksanaan yang luar biasa terdapat disana. Sumber kedamaian yang luar biasa juga terletak disana.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bijaksana muncul setelah kita mampu melihat, mendengar dan merenungkan dengan jelas setiap suara-suara yang ada dari setiap pergerakan pikiran kita. Menganalisanya apakah bermanfaat atau tidak, apakah merugikan diri sendiri atau tidak, apakah dapat memberikan pencerahan atau tidak, atau sebaliknya hanya menghancurkan diri sendiri, membuat keributan bagi orang lain, dan membuat permasalahan menjadi berlarut-larut. Setelah munculnya kesadaran dari dalam diri tentang apa yang terjadi dalam diri ini, maka barulah seseorang akan mampu bangkit dari segala kerisauan dan masalah yang selalu berkecamuk di dalam hatinya.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/menjaga-pikiran-dari-derasnya-ombak-kekalutan-hati/10150121680816042

Bagi Engkau yg Menjaga Kehormatan


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
”Dia hadir dalam kehidupanku.. mengisi ruang hatiku dan memenuhinya dengan segenap asa serta impian.” Begitu kata seorang temanku..
Ya.. hampir sama dan cukup tuk di pahami apa yg terjadi pada seorang temanku (dan mungkin juga di alamimu).
“Aku tak bisa pergi darinya, meski ku tahu apa yg ku lakukan ini salah. Sebenarnya pun ingin sekali aku melepasnya karna ku tahu tentu akan jauh semakin sakit jika dia yg nanti melepaskanku.”
Aku pun semakin paham dengan apa yg dialami temanku ini.
Sampai pada kesimpulan... temanku ini sedang jatuh cinta. Ya!! Cinta lah yg membuat segalanya menjadi runyam, bila tak di cermati dengan baik!
Ingin pergi.. tapi masih ada hati. Sulit tuk menghindari apalagi jika sudah jauh main hati. Begitulah yg temanku alami dan mungkin juga hal ini pernah terjadi padaku dan juga mungkin terjadi padamu. Itulah rahasia hati, yg mungkin cuma diri yg mengetahui atau hanya orang-orang terdekat yg bisa jadi tempat berbagi.
Banyak sekali, hubungan ikhwan-akhwat yg ilegal. Banyaknya janji serta rayuan manis membuat akhwat jadi kelepek-kelepek tak berdaya. Bahkan yg tadinya akhivis dan ukhtivis banget tapi kalau udah kena virus ini, bisa jadi memble. Ya, begitulah cinta!
Ada seorang ikhwan yg sedang menjalin hubungan dengan akhwat, dia yakin bahwa akhwat itu adalah jodohnya. Maka dia hanya sabar menunggu sampai batas waktu itu tiba, yg indah pada waktunya sehingga dia siap meminang akhwat itu. Seperti memberi harapan-harapan kosong, dan saygnya akhwat itu pun termakan harapan-harapan tersebut. Dia pun ikut meyakini bahwa ikhwan itu pastilah jodohnya juga. Sebab hampir setiap hari mereka melakukan interaksi, mengaku tuk lebih saling mengenal dan akhirnya merasa cocok sehingga tak ingin pindah ke lain hati karena sudah ada keterikatan hati (ta’liful quluub).
Begitulah cinta.. ia membuat yg lemah menjadi kuat, yg tadinya tak bersemangat kuliah atau kerja menjadi bersemangat ketika ada yg menyokongnya. Namun, cinta juga bisa membuat si kuat menjadi lemah. Yg tadinya lagi bersemangat-semangatnya dakwah, tiba-tiba menjadi kendor dan memble gara-gara lebih senang komunikasi atau interaksi dengan si pujaan hati ketimbang menjalankan amanah dakwah.
Gemes juga dengan seorang ikhwan yg menabur benih-benih janji pada akhwat, memberi peluang-peluang setan tuk menggerogoti hati yg berbalut niatan suci tapi terus terundur-undur lagi karena alasan pekerjaan yg belum mapan lah, kuliah belum selesai lah, belum dapat SIM (Surat Izin Menikah) lah dan sebagainya. Kalau memang masih banyak yg menjadi pertimbangan tuk melangkah lebih jauh, seharusnya para ikhwan tak mengobral janji serta rayuan manis dulu pada si akhwat.
Capek juga melihat akhwat-akhwat yg tadinya tangguh menjadi mudah mengeluh dan selalu menitikkan air mata hanya karna, cintanya pada sang ikhwan di gantung. Waktu demi waktu menanti si ikhwan datang ke rumah tuk meminangnya. Dia dengan sabar menanti batas waktu, namun tanpa persiapan yg matang. Seolah Cuma siap menikah sesaat, padahal ini bukan sembarang hal sesaat. Ini adalah mitsaqon gholizo yg tak sembarang orang bisa menjalaninya.
Duh.. akhi. Segeralah datangi rumahnya, jika memang cinta itu telah membuat segalanya menjadi berbeda, karna banyak warna yg di alami. Jangan kau gantung perasaan para akhwat yg telah sabar menantimu di batas waktu!
Duh ukhti.. jangan cuma bisa menangis hanya karna cintamu di gantung oleh si ikhwan. Ayo donk, mana semangat membaramu?? Masa’ karena cinta, kamu malah jadi lemah gini?? Persiapkanlah dirmu, mulailah saat ini bila sewaktu-waktu ada yg mendatangimu, mengetuk pintu hatimu dan akhirnya pun berani singgah di hatimu. Itulah yg halal, yg legal di mata Alloh. Bersabarlah para ukhti, selama engkau bisa menjaga izzahmu, kelak kau akan mendapatkan jodoh yg terbaik dari Alloh. Karena semua indah pada waktunya.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Belajarlah dari kesalahan, agar selalu ada pembenahan..
Tak salah langkah, dalam mengikuti petunjuk arah..
Janganlah salah jalan, apalagi salah tujuan..
Demi Alloh.. kehalalan itu kan tiba sebagai balasan..
Bagi engkau yg menjaga kehormatan ^_^


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/bagi-engkau-yg-menjaga-kehormatan/10150121160456042

Jodoh Tidak Akan Pernah Tertukar


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Aku teringat kisah seorang teman...
Ia adalah seorang muslimah yg senantiasa terjaga. Hari-harinya senantiasa diisi dengan kegiatan bermakna.. Apalagi kalau bukan mengisi kajian, membaca buku, menulis tausyah dan sebagainya.
Suatu hari, ia memiliki permasalahan dakwah yg begitu besar. Bahkan ia bingung, kepada siapa ia harus meminta bantuan... Tak ayal, dia hanya bisa memohon dalam sujud panjangnya agar segera diberi jalan keluar terbaik.
Tak berapa lama... Ia dikenalkan dengan seorang ikhwan, tepatnya terpaut 6 tahun yg pada saat itu, ikhwan tersebut memberikan bantuan berupa masukan-masukan serta solusi mengenai problema dakwah yg sedang dialami temanku itu.

Saat itu temanku benar-benar berterima kasih serta mengucap rasa syukur sedalam-dalamnya... Karena perlahan problema dakwah yg sedang dihadapi menemui titik terangnya.
Namun, setelah titik terang ditemui.. ternyata menambah sebuah problema baru. Bagaimana tidak, kedekatannya dengan sang ikhwan tersebut.. ternyata memunculkan benih-benih cinta dalam hatinya.
Sungguh, sebenarnya temanku itu tak mau memiliki rasa seperti itu, ia pun ingin membuang jauh-jauh bayangan tentang ikhwan tersebut yg sebenarnya sudah dianggap oleh temanku itu sebagai seorang kakak. Ya! hanya sebatas kakak.
Tapi, apa mau dikata... rasa kagum karena kefahaman ikhwan tersebut akan ilmu agama serta keshalihannya ternyata mampu mengalihkan keimanan temanku itu. Ia selalu uring-uringan dan pada akhirnya hidupnya jadi tak bersemangat lagi.. Kalau dulu, ia bersujud panjang karena rasa khouf-nya yg ada.. kini dalam sujud panjangnya selalu terhadirkan genangan air mata, ingin disatukannya ia dengan ikhwan tersebut.
Sampai suatu hari, ia menceritakan semuanya padaku... dan aku pun mencoba menenangkannya. Ia terus menangis dan menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tak tahan lagi terhadap kegalauan perasaannya. Ia takut rasa itu akan semakin mencengkeramnya dengan kuat dan akhirnya terbius oleh hawa nafsu syaitan.
Aku pun mencoba memberikan saran, untuk coba berterus terang terhadap ikhwan tersebut akan perasaan temanku ini yg sebenar-benarnya. Malah kalau perlu langsung menawarkan diri untuk minta dinikahinya. Bukankah Siti Khadijah juga menawarkan diri kepada Rasululloh, hanya saja melalui seorang perwakilan? Apakah menawarkan diri ini disampaikan melalui perwakilan atau secara langsung oleh diri sendiri terserah, asalkan caranya baik & sesuai dengan syariat Islam. Bila ingin maju tanpa perwakilan tentu harus siap dengan satu syarat: harus siap mental!.
Temanku akhirnya paham dan memberanikan diri untuk menawarkan diri terhadap ikhwan tersebut, tentu minta untuk dinikahi.. bukan untuk dipacari. Dan ia sudah siap dengan berbagai kemungkinan yg akan terjadi. Tapi bismillah saja lah, pikirnya. Toh aku bukan meminta pada ikhwan tersebut tapi sebenar-benarnya aku meminta pada Sang Pemilik ikhwan tersebut (red. Alloh), kata temanku.
Dan setelah beberapa lama, aku kehilangan kabar temanku ini. Entah apa yg telah terjadi, namun rasa keingintahuanku begitu membuncah.. Sampai pada akhirnya, aku mendapat kabar darinya.. bahwa ikhwan tersebut telah menikah, dengan akhwat yg lain.
Aku ikut bersedih, tentu ada rasa kekecewaan yg hadir terhadap diri temanku tersebut. Tapi, ketika aku menemuinya, ia begitu tegar.. dan mengatakan "Aku sudah menawarkan diri pada ikhwan tersebut, tapi ikhwan tersebut justru menyerahkan undangan pernikahannya padaku. Aku mungkin telat menawarkan diriku padanya, tapi sungguh aku yakin bahwa jodohku tak akan pernah tertukar oleh siapapun".
Degg... tiba-tiba aku terlemas. Kata-katanya begitu menghujam dalam kalbuku. Ia sungguh wanita sholehah.. Aku yakin, ia akan mendapatkan jodohnya yg terbaik kelak.
Setelah pertemuan itu. Aku tak bertemu lagi dengan temanku tersebut... Kita benar-benar loss contact sama sekali.
***
Kita kembali dipertemukan.. tepatnya ketika aku berkunjung ke toko buku. Ia masih tampak seperti yg dulu, setelah pertemuan terakhirku dengannya setahun yg lalu. Ia pun menghampiriku dan menyapaku, lalu mengajakku untuk mampir ke sebuah rumah makan yg tak jauh dari toko buku itu. Disanalah kita berbincang kembali... kemudian ia menceritakan padaku, bahwa ia sempat ta'aruf namun gagal hingga kedua kalinya. Dengan hanya karena sebuah alasan, bahwa temanku itu adalah seorang "Aktivis".
Aku tak habis pikir mendengar ceritanya, wanita seperti dia, bisa ditolak ikhwan hanya karena alasan itu??!! Huhh..!! aku emosi sekali. Jarang-jarang kan ada wanita yg seperti ini, sudah cantik, sholehah, pemahaman ilmu agamanya banyak dan aktifis dakwah pula. Apalagi sih yg dicari dari para ikhwan tersebut?!
Ahh, itu pasti karena ikhwan tersebut takut menyeimbangi kafaah yg dimiliki temanku ini. Belum maju ke medan perang, ehh.. udah mundur selangkah demi selangkah. Capekkk dah!!
Tapi sekali lagi, tak ada rasa kekecewaan yg muncul dari temanku ini.. meski aku yakin, namanya juga manusia, tentu temanku merasakan sakit yg terdalam di hatinya mengenai kegagalannya berkali-kali dalam menuju gerbang pernikahan.
***
Itu dulu.. ketika 1,5 tahun yg lalu kita bercerita... Tapi lihatlah kini, surat undangan pernikahan berwarna merah telah berada di genggaman tenganku. Akhir dari sebuah perjalanan seorang temanku.
Dan sungguh benar janji Alloh, "Perempuan-perempuan yg keji adalah untuk yg keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yg keji, sedangkan wanita-wanita yg baik untuk laki-laki yg baik dan laki-laki yg baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yg baik…” (QS. An-Nur: 26).
Ternyata apapun yg telah Alloh tetapkan bagi manusia merupakan hak-Nya, pasti ada hikmah besar di dalamnya, tergantung bagaimana kita menyikapi.
Dan sebuah pembelajaran bagiku,  tentu aku harus yakin seperti temanku ini, keyakinan bahwa "Jodoh tidak akan pernah tertukar". Insya Alloh.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/jodoh-tidak-akan-pernah-tertukar/10150121159806042

Jangan Terbuai Oleh Perasaan


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Sebagai kaum yang senantiasa dianggap lemah, wanita harus berjuang keras menampilkan sosok yang patut dihargai dan dihormati.
Masih berbicara tentang wanita. Sebagai seorang wanita, janganlah mudah meminta untuk dikasihani. Wanita yang kuat akan selalu bangkit ketika ada masalah dan tidak terpuruk terlalu lama didalamnya. Dan dalam  menjalankan apapun, hendaknya lebih memilih berpikir dengan logika daripada perasaan meskipun pada kenyataan, kita sebagai wanita cenderung menggunakan perasaan dibandingkan logika.
Sejatinya, kita harus berpikir tentang baik buruknya suatu hal yang sedang dan akan berlangsung di hidup kita. Bila dikatakan hidup itu rumit, melelahkan, sulit dan sebagainya... Hal itu tak sepenuhnya benar. Meski terkadang, saya pribadi suka mengalami kerumitan dalam hidup yang membuat saya down. Namun ternyata jika ditelisik lagi, Hidup ini terlalu singkat untuk dibuat rumit.
Ada hal dimana, kita harus rehat sejenak... Menghirup udara segar, sambil memejamkan mata dan menikmati angin berdesir yang itu semua membuat beban kita terasa lepas. Sekali lagi, kejenuhan dan keletihan dalam menghadapi aktivitas harian rasanya tidak bisa disangkal oleh kita. Siapapun bisa merasakannya... Seperti kita, yang terlahir sebagai seorang wanita. Ada saja yang membuat perasaan gundah gulana, sedih, kecewa, marah dan sebagainya. Terlebih, bila kejenuhan hati tengah kita rasakan... Banyak yang memutuskan untuk "menghilang dari peredaran". Saya mengerti akan hal itu, memang butuh waktu-waktu tertentu untuk kita rehat sejenak. Menghindar dari segala kerumitan yang ada, yang tentu timbul dari sebuah perasaan.
Sekali lagi, saya hanya ingin menjalani sesuatu sesederhana mungkin dan tidak ingin terbuai dengan perasaan saya saja karena saya merasa bahwa kaum wanita kadang menjadi korban dari buaian perasaannya. Semuanya itu boleh saja sih, tapi jangan berlebihan karena sesuatu yang dilakukan secara berlebihan hasilnya belum tentu baik. Betul khan?
Kita harus memiliki standar sendiri untuk memilih hal yang sekiranya baik untuk kehidupan kita. Seperti halnya saya, tentu tidak akan bertahan apabila saya tidak merasa dihargai dengan layak dalam hal apapun. Karena itu sifat dasar manusia. Butuh sebuah penghargaan. Tapi, apa jadinya jika hal yang kita inginkan itu tak bisa terwujud? Kalau mengikuti kata perasaan, tentu yang didapat adalah kecewa dan sakit hati yang ada pada diri. Padahal banyak yang bisa kita hargai dari dalam diri kita. Tanpa perlu mendapat penghargaan dari orang lain.
Percayalah... Keletihan, kerapuhan, kelemahan, kesakitan dan sebagainya... Ternyata bisa kita lalui semua. Meski terkadang semua itu harus kita lalui terlebih dahulu dengan berurai air mata. Tak mengapa, bukankah air mata dicipta untuk mengungkapkan sebuah rasa? Karena tidak hanya bahagia saja yang ada di dunia.
 "Engkau tidak akan bahagia dengan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain... Tapi kembalilah pada rasa yang ada dalam dirimu agar engkau gembira." [Syaikh 'Aidh Al-Qarni]
"Kadang, bukan suasana yang harus diganti... Tapi rasa di dalam hati yang perlu kita perbaiki". [Tarbawi, 6 Mei 2010]
Maka, Sebagai seorang wanita dan pribadi yang mandiri... Kita harus lebih pintar mengontrol perasaan kita, bepikir logis, dan tidak gegabah dalam bertindak. Apabila kita sebagai wanita sudah merasa harga diri kita terlanjur hancur, sebagai akibat dari kurangnya penghargaan terhadap diri kita sendiri, ada baiknya untuk mencoba bangkit kembali dan berusaha lebih menghargai diri kita sebelum kita ingin dihargai orang lain.
Don’t waste your time.
Masih ada kesempatan... Untuk tidak terlalu terbuai oleh perasaan.
*Persembahan untuk saudariku, dimanapun berada... Berhentilah mengeluh dan bersinarlah ^_^
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Tulisan Hati Untuk Hati-hati yang Tengah Sakit


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Saat memandangi hari.. Semakin hening dan makin tunduk merenungi. Setiap episode yang terjadi dalam hidupku, sudah begitu banyak warna yang terlukiskan, dan begitu banyak pula noda hitam mengotorinya.
Ini dinamakan perjuangan, dan setiap perjuangan ada pengorbanan yang harus dikerahkan dengan sungguh-sungguh. Keletihan, kelelahan... Bahkan air mata pun harus dipersembahkan. Demi Alloh, hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Semoga tak ada kesia-siaan di dalamnya.
Dan ketika, semuanya begitu mudah mencerca.. Begitu ringan dalam menghina, dan tak santun dalam memperingatkan. Wahai diri, apa yang telah engkau lakukan... Sehingga ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan. Padahal, demi Allah! Tak sedikitpun aku mencampuri urusanmu. Lalu mengapa engkau terlalu sibuk dengan urusanku?!

 Kukabarkan padamu..... Sebelum akhirnya kau yang menyesal karena terlalu repot dalam kesinisanmu terhadapku. Aku mencintaimu... Dan aku tahu bahwa setitik harap menginginkan sepertiku, muncul dalam dirimu. Lakukanlah apa yang bisa kau lakukan... Jangan terlalu masuk dalam kehidupanku. Karena pasti aku akan memberi rasa sakit yang mendalam kepadamu. Padahal tak semestinya itu terjadi, dan karena engkau saja yang terlalu meributkan hal-hal sepele yang terjadi padaku.
Letih... Menanggapi hal yang tak penting. Tugasku disini hanya berusaha, dan apa yang telah aku hasilkan saat ini sungguh adalah upah dari kerja kerasku. Dan karena Alloh-lah, semuanya bisa kulalui.....
Engkau dan kalian yang disana...
Bila diibaratkan, jangan hanya menjadi penonton bola. Engkau kegirangan ketika pemain andalanmu mampu mencetak gol, namun engkau kecewa dan marah-marah lantaran pemain andalanmu itu tak berhasil mencetak gol. Apalah arti kegiranganmu dan rasa kecewa itu, toh kau hanya PENONTON, bukan pemainnya.
Jangan banyak berkomentar, jangan banyak menyalahkan... Karena saat ini statusmu hanya sebagai PENONTON, penikmat dari apa yang telah disajikan oleh pemain. Maka, apa kau tak malu sama sekali... Saat kau hanya bisa banyak omong, tapi isi omonganmu itu kosong.
Engkau cuma bisa menyalahkan...
Padahal aku tahu, rasa iri tengah membuncah saat ini di hatimu. Kau geram dengan apa yang telah dihasilkan oleh pemain, sedangkan sampai detik ini...
Kau hanya mampu menjadi seorang penonton.
Bagaimana bisa engkau menjadi seperti itu.....
Kau diam saat aku membutuhkanmu, kau tak ada disisiku saat aku terjatuh. Aku bangun sendiri, aku ditolong oleh yang lain, yang masih memiliki rasa cinta terhadapku. Dan sekarang, saat aku berpijak ditempat yang lebih tinggi darimu, kau lemparkan senyum pahitmu kepadaku. Kau kesal dengan apa yang telah aku dapatkan, padahal tak sama sekali aku merugikan dan mengganggu hidupmu.
Sedih rasanya...
Saat semua penonton hanya bisa menikmati hasilnya, sedangkan permain berjibaku dengan segala ujian-ujian yang mengiringinya. Pemain berusaha memberikan yang terbaik bagi penonton, tapi lihatlah penonton... Hanya bisa berujar, hanya bisa mengucap sesuatu yang sebenarnya tak terlalu dibutuhkan oleh pemain. Sebab, pada dasarnya pemain lah yang berjuang... Bukan penonton.
Sungguh tragis, bagi orang-orang yang hanya bisa menyalahkan...Atau dengan dalih menasihati, namun tidak dengan bahasa dan cara yang santun. Padahal sudah jelas, bahwa statusnya hanya sebagai pemain.
 Semoga Allah mengampuni...
Setiap orang yang merasa sudah melakukan terbaik, kemudian menyalahkan orang lain. Sejatinya, penyakit hati tengah menderanya.
Berbenahlah diri.....
Jangan terlalu senang mencampuri. Kesibukan kita berbeda, maka sibukkanlah dirimu dengan urusanmu saja.
Lakukan sebuah proses, niscaya kau akan menikmati hasilnya...
Betapa berat yang diperjuangkan, betapa sulit proses yang dilalui...
Namun janji Allah, pastilah benar...
Bahwa siapa yang menolong agama Alloh, maka Allah akan menolongnya pula dan akan meneguhkan kedudukannya (QS Muhammad: 7)
Teman... Jangan jadi tong kosong nyaring bunyinya.
Malu lah... kalau ternyata sampai detik ini, kita hanya baru menjadi penonton, belum menjadi pemain.
Sedangkan kita sudah sok menjadi pemain. Astaghfirulloh!
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Semoga aku selalu bisa membalasmu dengan kebaikan... Meski keburukan yang tengah kau lemparkan padaku :)

*Ditulis, ditengah kerisauan hati terhadap hati-hati lain yang tengah sakit.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/tulisan-hati-untuk-hati-hati-yang-tengah-sakit/10150121163991042

Karena Berubah Itu Pilihan…


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Lagi-lagi dapat inspirasi dari seorang saudara..
Ia bertanya padaku, apakah percaya bila ada seseorang yg dulunya jahiliyyah kemudian hijrah menjadi lebih baik?? Aku jawab, “percaya”.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sebab tak ada yg tak mungkin jika Alloh telah berkehendak. Maka segala kemungkinan akan terjadi. Aku teringat dengan firman Alloh dalam surah Al-Qashash:56, “ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah sekalipun kepada orang-orang yg kamu cintai. Tetapi Alloh lah yg memberikan hidayah pada kepada orang-orang yg di kehendaki-Nya …”. Subhannalloh. Perubahan itu karena adanya hidayah dari Alloh, bukan karena tuntutan seseorang, karena cinta kepada makhluk-Nya atau karena bantuan dari keluarga, teman dsb.
Setiap orang pasti punya masa lalu, tak terkecuali aku yg dahulu pun pernah jahiliyyah. Saudara/iku.. sungguh tak ada yg sempurna di dunia ini, sekali pun seorang ustadz/ah atau ulama atau umaro’ dsb semua tak luput dari salah dan khilaf dalam kehidupannya.
Setiap kita terlahir dengan begini adanya. Jangan pernah mengeluh.. bahkan sekali pun ter’jatuh’ tetaplah teguh. Hidayah Alloh amatlah mahal. Ia tak ternilai dengan apapun.. meski kau cari hingga ke ujung dunia untuk mendapatkannya, namun Alloh belum berkehendak pastilah perubahan takkan pernah terjadi, nihil.
Kini, hidayah itu telah menyapamu.. dari jutaan hamba-Nya, ternyata kau adalah salah satu yg beruntung memenangkan hidayah tersebut. Kau adalah insan pilihan Alloh yg telah di gariskan dalam Lauh Mahfudz-Nya untuk menjadi hamba-Nya yg Robbani. Masihkah kau akan berpaling, atau malah kau mundur ke belakang karena tak siap dengan segala konsekuensi yg akan di hadapi pasca penerimaan hidayah tsb???
Saudara/iku.. yakinilah. Bahwa garis yg telah Alloh takdirkan adalah yg terbaik bagimu. Jangan pernah lengah sedikitpun, sebab hidayah itu bisa saja berpindah tangan ke orang lain. Dan kelak kau akan menyesal selamanya.
Apapun yg terjadi, apapun yg akan kau hadapi.. yakinlah Alloh akan selalu menemani. Bahkan ketika dalam ketidaksadaranmu pula, Alloh senantiasa berada di sisimu. Ia selalu menanti kau mengucap syukur “Alhamdulillah ya Robb, Kau masih izinkan aku memperoleh hidayah dari-Mu, yg tak bisa sembarang orang mampu memilikinya.”
Karena berubah itu pilihan…


Kenapa Wanita Enggan Berhijab/Kerudung ...?


Bismillaahirrahmanirrakhiiim.......
ALASAN DAN JAWABAN
 KENAPA WANITA ENGGAN BERHIJAB/KERUDUNG
KE-1 : MENAHAN GEJOLAK SEKSUAL
ALASAN :
Kalo pake hijab, nanti kecantikannya ketutup donk, terus laki-laki yang ingin melihat wajah asli kita, akan menahan nafsunya, kalo terus ditahan nafsunya itu bisa meledak dan ia melampiaskannya dengan melakukan pelecehan! Nah,pemecahannya khan, ya kita harus buka hijab, bener gak ?
JAWAB:
Seandainya jalan pemecahan itu benar, tentu Amerika dan negara-negara barat akan menjadi negara yang paling kecil kasus perkosaan dan pelecehan terhadap wanita di dunia. Namun pada kenyataannya tidak demikian, bahkan menurut buku "Crime in USA" terbitan FBI, dikatakan bahwa setiap enam menit sekali terjadi kasus pemerkosaan disana. Ihhh seremm..!
Jadi, Kepada orang yang masih mempertahankan dan meyakini kebenaran alasan tersebut, kita bisa mencari jawaban atas kesalahan mereka melalui 3 hal:
Pertama, berbagai data statistik telah mendustakan cara pemecahan yang mereka tawarkan;
Kedua, hasrat seksual terdapat pada masing-masing pihak, pria dan wanita;
Ketiga, yang membangkitkan nafsu seksual laki-laki adalah tatkala ia melihat kecantikan wanita, baik wajah, atau
anggota tubuh lain yang mengundang syahwat. Jadi itu bukan alas an lagi, OK
KE-2 : BELUM MANTAP DENGAN HATI
ALASAN :
Khan berhijab itu harus dengan hati bicaranya, Ya, kalo misalnya kata hati saya belum mantap untuk berhijab,
gimana?
JAWAB:
Ukhti yang berdalih dengan alasan ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Allah dengan perintah manusia. Jika perintah itu datangnya dari manusia, maka bisa salah dan bisa benar. Adapun jika perintah itu dari Allah, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan "saya belum mantap". Bila ia masih
mengatakan hal itu dengan penuh keyakinan bisa saja dikatakan bahwa keislamannnya juga belum mantap dan itu
melanggar ajaran Allah, padahal ia mengetahui perintah tersebut dari Allah,maka hal tersebut bisa menyeretnya pada bahaya yang sangat besar, yakni keluar dari agama Allah, sementara dia tidak menyadarinya. Sebab dengan begitu
berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Perintah untuk berhijab/ kerudung (QS: Al-Ahzab: 59)
KE-3 : ALLAH BELUM MEMBERIKU HIDAYAH
TANYA:
Sebenarnya aku sich pengen banget pake hijab, tapi kalo Allah belum memberiku hidayah. Aku mesti gimana?
JAWAB:
Ukhti yang berdalih seperti ini telah terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Kami ingin bertanya:
"Bagaimana kamu tahu bahwa Allah belum memberimu hidayah?"
Jika jawabannya, "Aku tahu", maka ada satu dari dua kemungkinan:
Pertama, dia mengetahuinya dari ilmu ghaib, sehingga ia tahu apa yang ada di dalam kitab yang tersembunyi (Lauhul Mahfuzh). Dia pasti mengetahui pula bahwa dirinya termasuk orang-orang yang celaka dan bakal masuk Neraka.
Kedua, ada makhluk lain yang mengabarkan tentang nasib dirinya, bahwa dia tidak termasuk
wanita yang mendapatkan hidayah. Mungkin bisa jadi yang memberitahu itu malaikat, jin atau pun manusia. Namun, ketika jawaban tadi tidak ada pada dirinya, bagaimana dia tahu Allah belum memberi hidayah?
Hidayah itu datangnya dari Allah, namun kita wajib berusaha untuk mendapatkannya. Tanpa ada usaha tidak mungkin ada hasil. Oleh karena itu, kalo masih beralasan seperti ini, itu tidak masuk akal. Berusahalah untuk mendapatkan hidayah itu.
KE-4 : TAKUT TIDAK LAKU NIKAH
ALASAN :
Saya takut, kalau saya pake hijab, nanti nggak laku nikah. Cowok khan biasanya suka liat fisiknya dulu, wajahnya,rambutnya, bodinya, segalanya dech! gimana tuch?
 JAWAB:Kecantikan memang merupakan salah satu sebab pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan segalanya sebab. Rosul pernah bersabda, bahwa wanita dinikahi karena 4 hal: kecantikannya, hartanya, keturunan dan agamanya. Tapi yang menjadi prioritas adalah agamanya.
Kaum laki-laki tidak hanya melihat unsur kecantikan semata, tetapi ada hal lain yang menyatu dengan kecantikan
yaitu sholeha yang dijadikan pertimbangan dalam memilih isteri. Bisa jadi sikap gadis yang biasa memperlihatkan aurat -yang dimaksudkan untuk menawan hati pria- menjadi bumerang bagi dirinya. Bisa saja tindakan itu malah membuat para
pemuda enggan menikahinya. Sebab mungkin para pemuda beranggapan, jika wanita tersebut berani melanggar perintah Allah berhijab, tidak menutup kemungkinan dia akan berani melanggar perintah lain bahkan suami. Karena setan memiliki banyak kiat. Meskipun terkadang kenyataan yang ada tidak selalu sesuai dengan pendapat ini, tetapi memang begitulah keadaan mayoritas pemuda kita di zaman sekarang. Pemuda yang menyunting gadis ber-hijab, namanya akan menjadi harum, meskipun ia sendiri tidak termasuk orang-orang yang dinilai ta'at menjalankan perintah agama.
KE-5 :BELUM DEWASA
ALASAN:
Saya belum cukup umur untuk dihijab,hijab khan khusus untuk orang dewasa!
JAWABAN:
Kebanyakan berpendapat bahwa kedewasaan seorang gadis dimulai saat berumur 20 tahun. Dan menganggap yang dibawah 20 tahun itu masih anak-anak meskipun ia sudah haid. Padahal itu adalah pendapat yang keliru. Dalam Islam kewajiban seorang wanita untuk menjalankan perintah Allah adalah ketika ia sudah baligh (sudah haid dalam usia 9 tahun, atau sempurna umurnya 15 tahun), maka ketika ia sudah baligh, ia juga bisa dibilang dewasa dan sudah ada kewajibannya untuk berhijab. Jadi tidak ada alasan lagi kalo usia sudah renta tapi masih bilang belum dewasa. Dan apakah kamu bisa menjamin umurmu masih panjang? Coba bayangkan, banyak khan teman-teman kita yang masih belia tapi sudah mendahului kita. Makanya buruan dech kamu pada insyaf.
KE-6 : GAYA, MENGHALANGI BERHIAS DAN BUKAN HIJAB
ALASAN :
Ach, banyak ko wanita yang berhijab malah dia lebih parah dalam melanggar ajaran agama, misalnya pacaran dan ia menggunakan hijab hanya untuk gaya, lalu kalo nanti saya berhijab kecantikan saya tidak bisa dilat orang donk!
 JAWABAN:
Hijab memang bukan segi penilaian baik buruknya seorang wanita, namun dengan berhijab setidaknya
orang tidak akan berburuk sangka kepadanya dan cowok juga tidak akan berani menganggunya. Itu sudah jaminan Allah (coba buka QS. Al-Ahzab: 59) jadi sebaiknya mengenakan hijab itu bukan untuk mode atau gaya, tapi semata-mata
karena Allah dan kita mesti merasa yakin untuk berhijab karena itu memang sudah menjadi keharusan. Kalo itu sudah dilaksanakan, maka kita akan merasa hidup ini teratur dengan aturan Allah tidak seenaknya. Ia tidak akan berani melanggar perintah Allah termasuk pacaran dan lain-lain.
Lalu, terlebih dulu patut kita pertanyakan: "Untuk siapa engkau pamer aurat? Untuk siapa engkau berhias?
Jika jawabannya:
"Aku memamerkan tubuhku dan bersolek agar semua orang mengetahui kecantikan dan kelebihan diriku,"
maka kembali kita perlu bertanya:
"Apakah kamu rela, kecantikanmu itu dinikmati oleh orang yang dekat dan yang jauh darimu?"
"Relakah kamu menjadi barang dagangan yang murah, bagi semua orang, baik yang jahat maupun yang terhormat?" "Bagaimana engkau bisa menyelamatkan dirimu dari mata para serigala yang berwujud manusia?".
"Maukah, jika dirimu dihargai serendah itu?"
Saudariku, engkau amat mahal dan berharga sekali. Pernahkah terlintas dalam benakmu, bagaimana seorang pembeli
membolak-balik barang yang ingin dibelinya? Jika ia tertarik dan berniat membelinya, ia akan meminta kepada sang penjual agar ia diambilkan barang baru sejenis yang masih tersusun di atas rak. Ia ingin agar yang dibelinya adalah
barang yang belum pernah tersentuh oleh tangan manusia.
Renungkanlah perumpamaan ini baik-baik. Dari sini, engkau akan tahu betapa berharganya dirimu, yakni jika
engkau menyembunyikan apa yang harus engkau sembunyikan sesuai dengan perintah Allah kepadamu.
 SAUDARIKU,ALASAN APALAGI YANG MENGHALANGIMU UNTUK BERHIJAB ???
KALU BUKAN HARI INI, MAU KAPAN LAGI?
DAN APA BESOK KITA MASIH HIDUP DI DUNIA INI ???
RENUNGKANLAH !


http://www.facebook.com/notes/melati/kenapa-wanita-enggan-berhijabkerudung-/177494152288968

*** 'Jangan Biarkan Amalan Berlalu Sia-Sia' ***


Salah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala dari Allah ta’alla, lantas bagaimana jika amalan yang sangat diharapkan sebagai tabungan diakherat ternyata ‘kopong’ alias sia-sia dan tak tertulis sabagai amalan?
Bagaimana mungkin amalan akan diterima tatkala kita tidak mengetahui cara agar amalan bisa diterima dan mendapat ridho dari Allah? Apalagi jika barometer kesuksesan dalam beramal tatkala mendapat pujian belaka. Tak dapat diragukan lagi walaupun lisan ini mengatakan ‘Aku ikhlas’ namun ikhlas tak semudah hanya ucapan saja dan malahan perlu dicek lagi arti keikhlasannya. Baiklah marilah kita berusaha mengetahui kaidah-kaidah dalam beramal agar amalan kita tidak sia-sia. Dan ingatlah tak ada satu detik waktupun menjadi sia-sia dan berakhir penyesalan jika segera diikuti dengan taubat dan membenahi cara beramal dengan benar.
Amalan tidak lepas dari 2 hal yaitu ikhlas dan ittiba’.
  1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya,
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” (Muttafaqun’alaihi)
  1. Yang kedua adalah ittiba’. Iittiba’ adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ittiba’ ini laksana jiwa bagi amalan. Allah ta’ala berfirman,
“Kataknlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran:31)
Kedua syarat tersebut jangan sampai tercecer, karena jika salah satu syarat hilang maka ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah, diantara dalil yang memperkuat pernyataan tersebut,
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (Qs. AL Kahfi: 110)
Tidak Ikhlas Namun Ittiba’
Misalnya, melakukan shalat sesuai dengan rukun-rukun shalat yang telah dicontohkan Rasulullah, namun ditengah perjalanan shalat tersebut, ada orang yang melihat dan hati timbul rasa ingin memperbagus gerakan, memperlama waktu shalat, dll. Nah inilah perlu dipertanyakan keikhlasan shalatnya. Apakah shalat hanya mengharap wajah Allah ataukah disertai pula mengharap pujian orang lain?
Ikhlas Namun Tidak Ittiba’
Misalnya, mencari berkah dikuburan, mengkhususkan membaca surat yasin selama 7 hari setelah kematian. Mungkin mereka ikhlas melakukannya, namun sayangnya tidak ada contoh dari Rasulullah dan perbuatan tersebut bisa dikatakan bid’ah.
Pada artikel ini penulis akan lebih memperinci mengenai syarat yang pertama yaitu berkaitan dengan keikhlasan. Hendaknya dalam beramal selain mengetahui syarat-syarat beramal juga mengetahui bagaimana caranya agar dapat mewujudkan syarat-syarat tersebut dengan mudah.
Untuk mewujudkan keikhlasan dalam beramal ada beberapa cara :
  1. Do’a.  Berdo’alah agar setiap amalan ikhlas karena Allah. Sebagai manusia tak lepas dari riya’, pamer dan suka dipuji. Khalifah besar seperti Umar Ibnul Khattab radhiyallahu’anhum yang merupakan shahabat Rasul dan sudah dijanjikan surga kepadanya  pun masih saja berdoa agar ikhlas dalam beramal. “Ya Allah jadikanlah amalku shalih semuanya dan jadikanlah ia ikhlas karena-Mu dan janganlah Engkau jadikan untuk seseorang dari amal itu sedikitpun.”
  2. Menyembunyikan amal. Sembunyikan amal seperti menyembunyikan keburukan, seperti perkataan Bisyr Ibnul Harits berkata, “Jangan kau beramal supaya dikenang. Sembunyikanlah kebaikanmu seperti kamu menyembunyikan kejelekanmu.”
  3. Memperhatikan amalan mereka yang lebih baik. Bacalah biografi-biografi dari para shahabat, tabi’in serta orang-orang terdahulu, sebagai suri teladan dalam beramal. Karena hidup di jaman sekarang ini terkadang dari penampakan terlihat bagus dan banyak yang meneladani, namun ternyata amalan-amalan bid’ah yang dilakukannya. Na’udzubillahi min dzalik
  4. Memandang remeh apa yang telah diamalkan. Terkadang manusia terjebak dengan godaan setan, yaitu melakukan sedikit amal dan merasa kagum dengan sedikit amal tersebut. Dan akibatnya bisa fatal, karena bisa jadi satu amal kebaikan bisa memasukkan manusia ke neraka. Seperti perkataan Sa’d bin Jubair, “Ada seseorang yang masuk surga karena sebuah kemaksiatan yang dilakukannya dan ada yang masuk neraka karena sebuah kebaikan yang dilakukannya. Seseorang yang melakukan maksiat setelah itu ia takut dan cemas terhadap siksa Allah karena dosanya, kemudian menghadap Allah dan Allah mengampuninya karena rasa takutnya kepada-Nya dan seseorang berbuat suatu kebaikan lalu ia senantiasa mengaguminya kemudian ia pun menghadap Allah dengan sikapnya itu maka Allah pun mencampakkannya ke dalam neraka.
  5. Khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima. Poin ini berkaitan dengan poin sebelumnya, bahwa lebih baik menganggap remeh amal yang telah diperbuat agar dapat menjaga hati ini dari rasa kagum terhadap amal yang telah diperbuat.
  6. Tidak terpengaruh dengan ucapan orang. Orang yang mendapat taufik adalah orang yang tidak terpengaruh dengan pujian orang. Ibnul Jauzy (Shaidul Khaathir) berkata, “Bersikap acuh terhadap orang lain serta menghapus pengaruh dari hati mereka dengan tetap beramal shaleh disertai niat yang ikhlas dengan berusaha untuk menutup-nutupinya adalah sebab utama yang mengangkat kedudukan orang-orang yang mulia.”
  7. Senantiasa ingat bahwa surga dan neraka bukan milik manusia. Manusia tidak dapat memberikan manfaat maupun menimpakan bencana kepada manusia, begitu pula manusia bukanlah pemilik surga maupun neraka. Manusia tidak bisa memasukkan manusia lain ke surga dan mengeluarkan manusia lain keluar dari neraka,lantas untuk apalagi beramal demi manusia, agar dipuji atasan, agar disanjung mertua, atau agar datang simpati dari manusia lain?
  8. Ingatlah bahwa Anda akan berada dalam kubur sendirian. Jiwa akan menjadi lebih baik tatkala ingat tempat ia kembali. Bahwa ia akan beralaskan tanah dikuburnya sendiri, tak ada yang menemani, ingat bahwa manusia tidak dapat meringankan siksa kuburnya, seluruh urusannya berada ditangan Allah. Ketika itulah ia yakin bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali dengan mengikhlaskan seluruh amalnya hanya kepada Allah Yang Maha Pencipta semata.
Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah untuk mengamalkan ilmu dengan disertai keikhlasan dalam mengamalkannya tersebut. Ingatlah bahwa hanya Allah yang dapat membolak-balikkan hati hamba-Nya.
Disusun ulang oleh: Ummu Hamzah Galuh Pramita Sari
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Rujukan:
Ikhlas Syarat Diterimanya Ibadah, penerbit Pustaka Ibnu Katsir
Langkah Pasti Menuju Bahagia, penerbit Daar An Naba’
Sucikan Iman Anda dari Noda Syirik dan Penyimpangan, penerbit Putaka Muslim

***