Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Senin, 07 Maret 2011

Nantikanku di Pintu Surga


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Seorang wanita di hadapanku memang tak secantik Cinderela dengan sepasang sepatu kacanya ataupun semempesona Nirmala dengan tongkat ajaibnya. Tapi dia adalah orang yang paling aku cintai. Istriku.
“  Mas, kok malah ngelamun, pertanyaanku gak di jawab “ aku terkejut dengan cubitan istriku. Aku hanya tersenyum.
“ Orang tua mu masih enggak suka juga ya mas sama aku, aku memang belum bisa ngasih cucu buat mereka “ dia pun melanjutkan pertanyaannya.
“ Kata siapa Dik ?? mereka sayang kok sama kamu “
Keluargaku memang sejak awal tidak menerima kehadirannya, istriku sangat sensitif dengan keluargaku. Ketidak setujan utama keluargaku karna mereka memandang istriku “ jelek “ itu kata mereka. Dengan tubuh pendek dan gendut, menurut mereka dia tak pantas denganku.
Ahh..itu kan kata mereka, buatku dia wanita yang mempesona. Jilbabnya yang membuatnya selalu terlihat anggun, suaranya yang sering melantunkan Al Quran selalu membuatku gemetaran, kesabarannya dalam kesulitan ekonomi kami yang memang karna ketidak setujuan keluargaku, maka kami bagai terasingkan. Buatku, tak apalah aku ingkar pada orangtuaku yang mengajakku pada kebatilan, mereka lebih memilih tahta,kecantikan dan harta. Sedangkan aku ingin seorang wanita yang bisa menuntunku dan mengajakku selalu mengingat Allah.
“ Duh, mas. Enggak usah beliin aku yang macem-macem deh mas. Ini baju kan mahal banget, mendingan buat sedekah atau buat simpanan kita “ katanya.
“ Aahh..kamu ini. Selalu mikirin itu, sekali-kali aku ini pengen buat kamu seneng, malah di protes “ aku pura-pura cemberut di hadapannya.
“ Iya..iya.. maaf yaa sayang . Aku coba ya bajunya “ dia pun melesat masuk ke kamar.
“ Gimana mas ?? “ katanya. Aku hanya terbengong melihatnya.
“ maasss… “ katanya sedikit berteriak. Aku hanya cengengesan tanpa bisa berkata apapun.
“ Kita makan yuk mas, aku siapkan dulu “ katanya.
Baru beberapa langkah, aku melihat istriku memegang perutnya seperti kesakitan yang luar biasa. Lalu terjatuh.
Terdengar suara berdebam kuat di lantai.Aku panik. Aku bingung. Aku segera telpon Ambulance.
Istri ku koma. Sudah 3 minggu dia dalam keadaan seperti ini. Dia terkena Kanker di rahimnya. Kanker yang sudah lama di deritanya. Kenapa..kenapa aku sampai tak tahu dia sedang sakit ?? suami macam apa aku ini.
Laptop kesayanganya aku bawakan untuknya. Dia tak pernah bisa lepas dari laptopnya. Aku paham dengan keadaannya yang selalu sendiri, karna aku bekerja dari pagi hingga malam menjelang.
Aku buka laptopnya. Aku mainkan ayat-ayat suci yang selalu dia nyalakan setiap pagi. Aku begitu sayu untuk mampu menatapnya lekat-lekat. Aku buka satu persatu folder ku buka. Sampai aku menemukan sebuah judul “ CatatanKu “. Aku segera membukanya.
Aku tersenyum membaca ceritanya, di mulai ketika kita ta’aruf. Aku menatapnya sambil berharap dia segera sembuh agar dia bisa menjadi seorang penulis. Matakupun mulai serius ketika kisah kita di mulai dari ketertekanannya. Aku menitikkan air mataku.
Aku membaca dengan lamat-lamat ketika dia menuliskan setiap detik rasa sakitnya. Air mataku makin deras ketika ku membaca bagaimana dia menutupi sakitnya.
“Aku tak mungkin memberitahunya, sedangkan ekonomi kami belum membaik. Aku tak mau sampai suamiku ikut menanggung kesulitanku. Aku juga enggak mau aku tambah buruk di hadapan keluarganya. Aku yang belum di karunia anak,sekarang harus di timpa musibah sakit seperti ini. Belum tentu keluarganya kasihan padaku, aku takut nanti suamiku yang kena imbasnya. Biarlah sakit ini hanya aku dan Allah yang tahu. Karna aku yakin setelah musibah ini, aku akan di berinya sebuah keindahan yang luar biasa.”
Tak sanggup aku untuk meneruskan membaca kalimat-kalimat yang ada di hadapanku. Aku memilih menutupnya dan aku ingin segera mengadu padaNya.
“ Yaa Robb, segera sembuhkan lah istriku dari sakitnya dan ijinkan aku untuk tetap menjaganya untukMu. Namun jika Engkau ingin menghapuskan jiwa istriku dari segala dosa-dosanya, maka aku ikhlaskan dirinya demi diriMu. Biarkan dia menantikanku di pintu surga. Aamiin “
Tak lama suara “ Tiiit” panjang dari indikator denyut jantungnya.
Aku melihatnya tersenyum begitu manis. Bidadariku, nantikanku dipintu surga Nya.
Wallahua’lam bi Shawwab.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/nantikanku-di-pintu-surga/10150137241576042

Cemburu


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Cemburu seringkali menghiasi perkawinan. Andaikan perkawinan tanpa cemburu rasanya sayur tanpa bumbu. Dengan kata lain cemburu adalah bumbu dari perkawinan. Namun bila kecemburuan itu tidak terkontrol, maka hal itu akan menjadi masalah bagi suami atau istri. Karena, suami atau istri bila dicemburui terus akan membuatnya jengkel. Demikian pula bagi suami atau istri pencemburu, sehingga dia selalu dihantui oleh perasaan takuk, gelisah, bahkan bisa membuatnya stress. Bila hal ini terjadi, maka kehidupan dalam perkawinan tidak terasa tentram dan bahagia. Kehidupan suami istri akan tidak harmonis bila salah satu pihak atau kedua-duanya tidak saling percaya,tidak mengerti dan memahami, tidak saling menghargai, dan tidak saling menerima.
Oleh karena itu, penting bagi suami atau istri untuk saling memahami pekerjaan atau profesi masing-masing. Karena dalam suatu pekerjaan atau profesi masing-maing, karena dalam suatu pekerjaan atau profesi slalu berhubungan dengan banyak orang. Misalnya seorang PR (public relations) akan dituntut untuk berhubungan dengan semua orang. Dia harus melayani dan menerima tamu dengan baik sebagai relasi atau rekanan perusahaan.
Ada beberapa perihal cemburu yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Cemburu itu belum tentu betulan,
tapi hanya menginginkan kerinduan untuk disayang.
Ini sering terjadi di masyarakat. Banyak istri atau suami dicemburui merasa muak. Lalu suami atau istri marah-marah. Tidak jarang terjadi percekcokan yang luar biasa. Dampaknya, istri atau suami jadi ngambek. Kalau sudah ngambek secara psikologis akan berdampak pada permasalahan lain. Mungkin istri jadi main sabotase ekonomi. Akhirnya mereka hanya diam dan bungkam. Dampaknya hubungan suami istri terasa dingin. Tak ada lagi canda tawa. Padahal, kalau mendeteksi lebih jauh lagi, cemburu itu belum tentu wujud dari cemburu, tapi pasangan suami istri hanya rindu untuk disayang. Dia juga rindu untuk dibelai, disapa dengan kata-kata lembut dan manis. Dengan demikian, kerinduan terhadap kasih sayang ini akan menimbulkan rasa cemburu. Apalagi jika pasangan suami istri yang semula hangat, tapi mendadak berubah hambar. Tentu si istri atau suami akan curiga, dengan kemungkinan adanya orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
2. Cemburu itu perlu, asalakan tidak buta.
Karena cemburu itu wujud kasih sayang. Karena cemburu yang berlebihan akan menimbulkan raasa tidak percaya pada pasangan. Pernahkah kita mendengar cemburu buta? Artinya, cemburu yang tidak berdasarkan argumentasi yang nyata. Asalkan ada issu langsung saja cemburu. Tanpa check atau recheck. Dampaknya orang seperti itu mudah dipermainkan issu. Dengan kata lain, mereka hanya dipermainkan perasaannya, tiap waktu diombang-ambingkan gelombang. Cemburu buta memang tidak berdasarkan data-data yang akurat.

 3. Cemburu itu menghilangkan kepercayaan diri.
Jika suami atau istri cemburu, bisa dipastikan sekian persen bahwa ia telah kehilangan percaya akan dirinya. Dampaknya, berubah menjadi kecemburuan yang luar biasa. Istri atau suami menganggap dirinya merasa rendah bila dibandingkan dengan si dia. Kondisi ini akan membuat suami atau istri semakin tenggelam dalam kecemburuan.
4. Cemburu itu wujud perasaan takut kehilangan kasih sayang, cinta dan status.
Dalam hal ini, cemburu diisyaratkan sebafai ketakutan yangb berlebihan. Cinta itu memang punya kecenderungan monogamy. Artinya, cinta itu enggan untuk dibagi. Pembagian cinta ibarat dengan penyelewengan. Karenanya wajar jika mereka takut kehilangan yang paling berharga (suami/istri/kekasih). Oleh karena itu, wajar pula jika seseorang yang mempertahankan barang miliknya berupaya dengan segala cara dan upaya untuk tetap mempertahankannya.
5. Merasa senang dicemburuiu.
Bila suami atau istri merasa senang di cemburui, itu berarti pertanda protes. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya punya kelebihan dan terbukti masih ada orang lain yang naksir dirinya. Tingkahlaku yang ditampilkannya merupakan untuk mencari perhatian dari suami atau istri.
Dari semua macam cemburu di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa cemburu adalah salah satu nuansa perkawinan. Cemburu adalah hal normal pada setiap orang, selama cemburu itu masih dalam batas-batas yang wajar dan rasional. Cemburu dapat juga meningkatkan kualitas perkawinan, sehingga hubungan suami istri semakin hangat dan mesra. Justru akan aneh bila suami atau istri tidak mempunyai perasaan cemburu bila melihat suami atau istri dekat dengan seseorang. Itu berarti rasa cinta dan rasa memiliki dari suami atau istri kurang, dan hal ini yang akan merusak ikatan perkawinan. Dan yang terpenting bagaimana kita mengolah cemburu itu jadi energy yang dapat memajukan perkawinan, bukan sebaliknya. Cemburu masih diperlukan, asalkan sebatas untuk memupuk kasih sayang.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/cemburu/10150137237796042

Kepuasan dan Kesederhanaan


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥  
Rasa puas itu relatif bagi setiap orang, ada yang sudah terpuaskan dalam satu sisi masih mencari kepuasan di sini lain. Karena tidak ada satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kadar kepuasan dalam setiap diri manusia.
Ketidakpuasan sesungguhnya akan memacu motivasi seseorang untuk berjuang, dan meningkatkan kadar hidup dan prestasi dirinya. Tetapi bukan berarti ketidakpuasan itu sendiri membelenggu hidup seseorang. Selama seseorang tidak merasa puas dengan keadaannya maka ia akan berusaha untuk memenuhi hasrat keinginannya. Sesungguhnya keinginan itu tidak ada habis-habisnya untuk diikuti dan sangat sulit mengukur tingkat kepuasannya.
 “Merasa puas, mudah di sokong, sederhana hidupnya” kesannya adalah mengajarkan seseorang untuk tidak mengejar materi. tetapi kalau ditelaah lebih dalam lagi sesungguhnya bukan demikian.
Ketika seseorang telah dapat menerima apa yang telah dikerjakannya, apa yang telah diusahakannya, dan apa yang telah di raihnya sesungguhnya inilah kepuasan bagi dirinya, tidak perlu merepotkan orang lain, tidak membuat susah orang lain, dan hidupnya pasti akan jauh dari permasalahan, pikirannya tidak terlalu rumit, makannya pun lahap, tidurnya pun nyenyak. inilah kehidupan yang sederhana.
jadi kesederhanaan bukan hanya dilihat dari sekedar materi.
Dengan memiliki materi dan kehidupan yang kecukupan maupun lebih, kita harus dapat mensyukurinya, merasa puas dengan hasil keringat kita sendiri, dengan tidak melekatinya serta dapat berbagi dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan kesederhanaan. Memiliki bukan untuk sendiri tetapi memiliki untuk berbagi dengan sesama.
Dengan demikian seseorang sudah sewajarnya mengejar prestasi, harus berkerja keras tanpa harus terbelenggu di dalamnya. Hidup ibarat air yang mengalir, yang dapat mengaliri sawah dan ladang disekitarnya, dari dataran tinggi yang akhirnya mengalir ke samudera luas, menguap menjadi awan dan akan turun sebagai hujan, untuk kembali lagi memberi kehidupan pada semuanya.
Memang sulit mengukur tingkat kepuasan seseorang, tetapi biar bagaimanapun kita membutuhkan rasa penasaran dan rasa keingintahuan serta ketidakpuasan yang positif untuk mendorong kita agar dapat bekerja lebih maksimal lagi. Seperti rakit yang masih kita butuhkan untuk menyeberangi sungai atau lautan. ketika telah sampai pada tujuan, sudah pasti kita tidak membutuhkannya lagi. Tidak perlu membawa rakit itu sepanjang perjalanan anda di daratan (kecuali ada banjir hahhahaha) karena hanya akan membawa penderitaan dan beban yang berkepanjangan. Bila kita melekat pada ‘rakit’ maka kita pasti tidak akan menemukan kebahagiaan yang sejati.
Artinya bila kita telah sampai pada level tertentu merasa puaslah dan berbagilah pada sesama kurangi kemelekatan, terimalah apa yang menjadi milikmu dengan hati yang lapang dan sadarilah itu semua hanya sementara, dengan demikian kita akan bahagia dalam menjalani hidup ini. Sederhana dalam pola pikir, sederhana dalam bertindak, sederhana dalam bertutur kata, sederhana dalam kehidupan adalah orang yang bersahaja.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/kepuasan-dan-kesederhanaan/10150137224316042

KESEIMBANGAN


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Keseimbangan…..seimbang……..imbang….. tentunya langsung ingat dengan timbangan atau neraca yang seimbang kanan dan kiri. dimanai semua orang sudah tahu artinya yaitu “tidak berat sebelah”. walaupun keseimbangan belum tentu memiliki bobot yang sama (mungkin ada sedikit lebih berat) namun masih dalam range tertentu yang dianggap seimbang.
Tetapi juga kita harus Bijaksana melihatnya, dan lucunya banyak orang yang salah mengartikan arti tidak berat sebelah itu sebagai “netral”, karena definisi ‘netral’ bagi setiap orang berbeda-beda. Ada yang bilang kalau netral itu berarti melarikan diri atau tidak berani bersikap, atau dikatakan tidak memiliki pendirian. Bahkan ada kalanya orang yang netral itu sering mendapat kecaman dan intervensi.
Padahal bagi mereka yang bijaksana mengerti benar bahwa ada waktu atau saat dimana kita harus bersikap netral, ada waktu kita dapat bersikap tegas, inilah kebijaksanaan para suciwan.
Ahli hukum mengenal benar Neraca Keadilan dan selalu didambakan bagi mereka yang menuntut keadilan. Seorang Hakim yang tenang dan bijaksana tidak mudah terbawa perasaan dan permainan hati nurani, ia harus bersikap netral dalam melihat suatu perkara, dan ketenangan yang seimbang akan membawa hasil yang baik dan bijaksana.
Hidup itu penuh dengan keseimbangan, karena memang kehidupan itu penuh dengan dua hal yang selalu bergantian, ada malam dan ada siang (gelap-terang); ada baik dan buruk; dipuji dan dicela, hitam dan putih, dll.
Keseimbangan hidup itu ternyata sangat dibutuhkan bagi setiap manusia, dari keseimbangan mental atau bathin sampai keseimbangan jasmani. demikian juga dengan keduanya saling berkatian satu sama lainya.
Demikian manusia memiliki Jasmani dan Rohani yang juga harus seimbang
Bila fisik kita sehat maka bathin kita pun harus sehat agar dapat memiliki keseimbangan hidup.
bila bathin ini sakit, sudah pasti jasmani kita pun melemah, denyut jantung dan darah kita bergerak lebih cepat lagi, karena kemarahan, emosi dan gejolak jiwa yang akan mempengaruhi organ indera jasmani kita. Demikian sebaliknya bila fisik ini telah lemah dan lelah sudah tentu membutuhkan istirahat yang cukup untuk menenangkan pikiran kita. Bila fisik sakit, dan selama bathin tidak ikut sakit maka masih mudah disembuhkan, tetapi bila jasmani dan bathin ini sakit, memang agak sukar untuk disembuhkan.
Bagi mereka yang ‘gila bekerja’ sampai kadang melupakan fisiknya sendiri, cobalah untuk berhenti sejenak dan periksalah diri anda sendiri, kenalilah tubuh anda lebih dalam lagi, dan sadarilah selama anda belum terkapar di rumah sakit masih ada waktu untuk kembali menyeimbangkan metabolisme tubuh anda, dan mengurangi beban mental anda. lihatlah keluar jendela, masih banyak keindahan alam yang perlu kita syukuri dan memang mereka hadir untuk kita, tataplah orang-orang yang kita cinta, berikan sedikit waktu untuk mereka, karena selama ini waktu telah banyak terbuang untuk diri sendiri.
Demikian juga dengan maraknya persoalan hidup manusia, membuat kita lupa diri akan kontrol dan kendali dari semua tindakan kita melalui pikiran, ucapan dan perbuatan kita. kita sering terbawa luapan perasaan, dengan lontaran kata yang pedas dan tidak terkendali lagi, maupun perbuatan yang jauh diluar nalar kita. Dengan adanya keseimbangan dalam pola pikir kita, seimbang dalam tingkah laku kita, kita dapat menyadari bahwa segala sesuatunya memiliki dua sisi. Bila selama ini terlalu banyak sisi negatif dalam diri kita, marilah memunculkan sisi positif yang belum muncul.
Tidak seimbang pun dapat menimbulkan dua sisi yaitu kebahagiaan dan penderitaan. Bila Sisi negatif terlalu besar mempengaruhi kita, maka pasti akan lebih berat ke sisi penderitaan, dan perlu segera diambil tindakan preventif untuk menyeimbangkan atau menambah beratnya agar menuju pada kebahagiaan.
Bila kekuatan kebajikan ini begitu berat dan sudah pasti condong ke arah kebahagiaan, ketidakseimbangan ini adalah ketidakseimbangan yang positif dan sangat baik serta bermanfaat. jadi “tidak seimbang” pun tidak selamanya buruk, selama bermanfaat bagi diri kita, bermanfaat bagi orang lain, tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.Pola pikir juga demikian dasyat bekerjanya, ketika nurani seseorang sudah tidak lagi dapat terkendali, gejolak jiwa dapat saja menghancurkan diri sendiri dan orang lain. Mereka yang diliputi oleh kemarahan menyakiti dan menjatuhkan orang lain tanpa disadari mengali lubang untuk dirinya sendiri.
Pola pikir yang sempit hanya membawa ketidaktenangan bagi diri sendiri, dan kurangnya wawasan hanya membawa pandangan yang terpaku pada satu bagian saja, tidak dapat melihat secara keseluruhan dengan baik, seperti orang di dalam benteng yang tertutup rapat, tidak dapat melihat kejadian di dalam dan di luar benteng, ia dapat mengenali dengan benar keadaan di dalam, tetapi tidak pernah tahu kejadian sesungguhnya di luar benteng.
Mereka yang menjadi penjaga menara di atas benteng, selain mengenal dengan baik keadaan di dalam benteng, juga mengenal dan dapat melihat dengan jelas keadaan dan perubahan yang terjadi di luar benteng dengan jelas.
Kenali dulu diri kita baru dapat mengenali orang lain, kendalikan dulu diri kita baru dapat mengendalikan orang lain. Bila kita tidak mau mendapat perlakuan tidak baik dari orang lain, maka perlakukan orang lain seperti apa yang ingin kita dapatkan dari perlakuan orang lain.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/keseimbangan/10150137213826042

Buruk Cermin Jangan Dibelah


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 

Kualitas dan sikap anak-anak kita, too some extent, adalah buah dari model pengasuhan (parenting) dan pendidikan yang kita selenggarakan sehari-hari di rumah. Walaupun semua kita pasti mencintai anak-anak kita, tetapi pada prakteknya apa yang kita lakukan secara praktis kepada anak-anak kita terkadang bukan seperti yang kita niatkan. Niat kita baik, tapi tak jarang apa yang kita ucapkan dan sikapkan kepada anak tanpa sengaja merupakan sebuah hal yang buruk dan mempengaruhi perkembangan kejiwaannya.
Daripada terus mengeluh, menyalahkan anak, atau menyalahkan lingkungan; lebih baik kita melakukan refleksi atas apa-apa yang sudah (bukan sekedar harapan) kita pada anak-anak kita. Dalam refleksi itu, ada baiknya kita mengambil inspirasi kembali dari Dorothy Low Noite ("Children Learn What They Live With"). Thanks Dorothy, it's so inspiring...
Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia belajar menjadi pemberontak
Jika anak hidup dalam ketakutan, ia selalu merasa cemas dalam hidupnya
Jika anak sering dikasihani, ia belajar meratapi nasibnya
Jika anak dibesarkan dalam olok-olok, ia akan menjadi seorang pemalu
Jika anak dikelilingi rasa iri, ia tak akan puas dengan apapun yang dimilikinya
Jika anak dibesarkan dalam pengertian, ia akan tumbuh menjadi penyabar
Jika anak senantiasa diberi dorongan, ia akan berkembang dengan percaya diri
Jika anak dipuji, ia akan terbiasa menghargai orang lain
Jika anak diterima dalam lingkungannya, ia akan belajar menyayangi
Jika anak tidak banyak dipersalahkan, ia akan senang menjadi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dalam kejujuran, ia akan terbisa melihat kebenaran
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan besar dalam nilai keadilan
Jika anak dibesarkan dalam rasa aman, dia akan mengandalkan diri dan mempercayai orang lain
Jika anak tumbuh dalam keramahan, ia akan melihat bahwa dunia itu sungguh indah.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/buruk-cermin-jangan-dibelah/10150136046811042

Andai Lelaki Mengandung.......


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 

Sudah hampir empat bulan ini sang istri mengandung. Seperti biasa, saya harus berperan menjadi lelaki penghibur agar duka berat mengandungnya sirna. Seperti kebanyakan, bila istri mengandung pastilah ada kerewelan-kerewelan yang sebenarnya itu-itu saja. Tetapi dasar lelaki ya tetep aja maunya menang sendiri. Mungkin begitu gumam sang istri. Saya pun tak ketinggalan bertingkah seperti itu.
" Yah...anakmu yang di kandungan ini pengen kue terang bulan..."
Saya jawab, "Sabar ya belum dapat order, ini biaya masih buat kebutuhan pokok...besoklah mungkin ada rejeki datang".
" Nggak kuat nih...pengen...nanti anaknya ngileran lho..."
Saya jawab aja, "Kalau bayi nggak ngiler ya nggak lucu rek ! "...
" Masak anaknya sendiri minta nggak dituruti sih... Ayolah yah, mbok beli yang bikin perut nggak neg ".
" Bunda, makan seadanya dulu. Kalau anak sedari kandungan dikit-dikit sudah dituruti, nanti kalau udah besar kita yang repot. Tentunya yang paling kemakan hati ya ibunya. Sebab dia mulai kecil setiap minta apapun selalu dituruti. Jadi kebiasaan buruk. Manja. Nggak biasa tirakat dan sabar dalam mengejar cita-cita. Egois .Sedikit-sedikit dituruti sedikit-sedikit dituruti, nanti nurutnya dikit loh ".
" Sebenarnya yang kepingin kue itu kan nafsunya bunda. Jabang bayi masih bersih ndhak tahu selera makan. Tuh lihat, kalau bunda marah atau rewel, anaknya langsung protes nendang-nendang. Kan akhirnya ibunya sendiri yang kesakitan. Dia nggak mau kecampuran hal-hal kotor. Apapun alasannya.
Syukuri saja yang ada. Itulah enaknya wanita mengandung... salah dikit langsung ada yang ngingetin.
Apalagi yang ngingetin super bersih nggak punya kepentingan. Meninggal pun di anggap syahid. Karena memang di situ ada penyaksian sejati...."
Wow...saya yang ganti rewel....
" Wah...wah seandainya lelaki merasakan bagaimana beratnya mengandung, baru tahu rasa... ", begitu kata sang istri.
He...he saya cuman melirik sang istri yang agak kecut nggak keturutan. Begitulah kurang lebih sepenggalan kehidupan akhir-akhir ini. Memang enak jadi
komentator. Tak pernah turun lapangan tetapi sudah bisa komentar layaknya superhero.
Sebenarnya sih itu semua mungkin alasan akal-akalan saya karena lagi tongpes. Tapi sesungguhnya tidak sesederhana itu. Kata-kata seandainya laki-laki mengandung itulah yang membuat saya menghibur istri sekaligus menulis hal ini. Bahwa bila seorang lelaki mengetahui apa makna kejadian mengandung, tentulah ia akan rela senang hati mengganti posisi kodrat melahirkan seorang wanita. Bahkan mungkin lelaki siap mengandung berkali-kali demi pengulangan pelajaran kesaksian yang sangat berharga itu.
Namun hanya wanita lah yang bisa mengetahui proses kejadian manusia mulai dari nol sampai procot lahir. Lelaki hanya tahu dari katanya kata. Paling banter
sekedar mengamati. Lelaki tak pernah merasakan sesungguhnya bagaimana sebuah proses pengadaan manusia dari tiada menuju ada. Lelaki tak pernah ikut
mengalami sebuah kesaksian tertiupnya ruh ke dalam daging. Pengalaman yang tak bisa diganti dengan keterangan apapun. Tak heran kaum lelaki lah yang
paling cerewet berdebat soal Tuhan. Sebab para lelaki tak begitu paham dan sudah terlalu lupa akan kejadian di masa oroknya.
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya...( Shaad :72 ).
Grenjel... " Pak anaknya gerak !... ", begitu kata ibu-ibu ketika pertama kali kandungannya bergerak. Saat itu masuklah Ruh ke seonggok daging. Sang ibu menjadi saksi nyata proses itu. Sebuah kebahagiaan dan kerinduan begitu menggelayut dalam sanubari ibu.
Dari perjalanan kerinduan ini, pemahaman ibu secara tak disadari akan terbelah dan terbingungkan sampai akhir hayat. Manakah yang harus ia cintai ? Kemana ia harus merawat, menyanjung puja, menimang-nimang dan mensujudi sebuah kejadian ? Kepada sang Ruh yang menggerakkan daging ataukah ke sebatas jumleger wujud daging yang tak punya kuasa gerak yang kita sebut anak ?
Bila seorang ibu mampu menempuh jalan ruhani, maka ia tidak lagi terikat dengan konsep materi. Rasa sayangnya meluap-luap memenuhi jagad. Ia begitu paham bahwa ruh itu satu walau dikapling terpisah oleh daging yang bernama ibu dan anak. Konsentrasinya hanya pada Sang Penggerak. Sang ibu akan menjadi komandan utama menggiring anak kembali kepada Allah.
Bagi sang ibu sejati, anak adalah wasilah terhebat menuju Tuhan. Karir profesi pribadi pun tak ada apa-apanya bila di banding kemuliaan berkarir menjadi ibu. Sebab bagaimana mungkin karier pribadi yang hanya berisi ambisi perolehan dunia dapat disandingkan sejajar dengan karier bertuhan seorang ibu dalam merawat anaknya ? Sebegitu syirik kah kita saat ini ?
Tak heran kalau Rasulullah menyuruh kita untuk berbakti kepada ibu sampai tiga kali lebih besar daripada ke seorang ayah. Surga pun di bawah tapak kakinya. Tapi bagaimanakah kita memahami dan merealisasikan hadits surga berada di telapak kaki ibu ? Apakah saking kepinginnya surga, ketika ibu lagi enak-enak jalan kemudian kakinya kita tarik-tarik untuk sekedar melihat ada tidaknya surga di tapak kakinya ?
Telapak adalah alat melangkah dimana ia akan meninggalkan jejak yang manunggal. Bila sang ibu sukanya sering menjejakkan kaki ke supermarket, tentu sang anak akan ikut sering ke supermarket. Akhirnya anak merasa terbiasa dengan tempat itu. Di situlah ia akan menganggap supermarket sebagai rumah kedua. Ia akan menganggap supermarket sebagai tempat paling menyenangkan, surga. Rumahku surgaku. Kalau sudah begini, biasanya bapaknya yang berada di neraka. Stress. Jejak tapak kaki sang ibu begitu menentukan model surganya anak.
Proses berbakti seorang anak adalah mengamati langkah kaki sang ibu. Lalu bisakah kita disebut berbakti bila kita melihat sang ibu yang sedang kelelahan hidupnya dalam mencari kerinduan Ruh kemudian langkahnya sempoyongan hampir terjebur jurang tapi kita membiarkan ? Terjeburnya ibu ke tempat yang tak layak akan mempengaruhi seorang anak untuk mengikutinya.
Sebab anak adalah perpanjangan ruhani ibu.
***
Fuihh...Pengorbanan yang tiada tanding tiada banding. Ya Allah, semoga engkau beri khusnul qatimah pada setiap ibu. Tak ada yang bisa saya berikan selain doa
itu. Sebab dari segi apapun ibu saya jauh lebih hebat.
Ikatan batin ibu dengan anak memang luar biasa. Memunculkan kerinduan dan kejengkelan yang sangat hebat. Dua sifat yang luar biasa ini bagaikan mihrab
tersunyi pengantar proses mi'raj. Suasananya begitu sangat surgawi atau sebaliknya. Ibu dan anak adalah dua sinergi yang bahu membahu saling melepaskan keterikatan wujud materi demi mencapai makna hidup. Ruh
Mungkinkah setiap istri kita mengalami hal demikian terhadap anak-anak kita ?
Para lelaki harus mencari tahu terhadap istrinya sendiri - sendiri.
bERGURU kepadanya tentang kalang kabutnya mencari si buah hati sejati. Sang Ruh.
Untuk itu, bersiaplah dicereweti. Anggap saja sang istri sebagai pelatih profesional dalam menundukkan hawa nafsu demi persaksian dengan Ruh. Toh setiap petarung sejati butuh pelatih dan sparring partner yang handal untuk menggapai kemenangan. Daripada berguru ke orang lain bayar mahal kan lebih baik uangnya dikasihkan istri sendiri. Enak lho, sudah dicereweti masih mbayar....
Tak heran kenapa setiap proses ijab kabul harus dengan syahadat. Sebab makna pernikahan adalah menempuh kebaruan hidup menjadi mahluk yang bersaksi atas proses ketuhanan. Memulai mencari asal manusia dan merasakan getaran hebat sampai tahap tersungkur di atas perjalanan Ruh. Sayangnya, dada kita hanya bergetar hebat dag dig dug dan tubuh kita tersungkur K.O hanya sebatas malam pertama saja. Ehhmm...
Ah...bila saja lelaki mengandung..
Ah...bila saja wanita bersyukur terhadap prioritas pengajaran Allah...
Ah...ternyata ibu saya adalah guru tanpa kata...
Mari berkirim Al Fatihah kepada setiap Ibu agar kita
lebih mudah mengingat asal kejadian. Ruh
Wassalam, semoga bermanfaat.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/andai-lelaki-mengandung/10150136616901042

ADAB BICARA RASUL


*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

A'uudzuu bi-Llaahi minasy-syaithaan-ir-rajiim
Bismi-Llaah-ir-Rahmaan-ir-Rahiim
Laa ilaaha illal-Laah Muhammad-ar-Rasulullah
Qul inkuntum tuhibbuunallaaha fat tabi'uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallaahu ghafuurur rahiim.
(artinya) "Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.'" (QS 3:31)
Banyak hal yang dapat diikuti, diteladani dari Rasulullah Shalla-Llaahu 'alayhi wa sallam. Salah satunya adalah Beliau selalu bicara yang baik-baik, dan selalu berkata benar. Beliau selalu menyampaikan hal-hal yang mendekatkan penyimaknya kepada Allah Subhaana wa ta'aalaa.
Sabda Nabi Saw., "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diam." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurayah ra. dalam Shahih al-Bukhari no.6475, Shahih Muslim no.47 (74), Sunan at-Tirmidzi no.2500, dan Sunan Abu Dawud no.5154.
Tapi syaithan tidak diam diri. Ia berbisik dalam dada anak-anak Adam, "Tak perlulah begitu, sekali-sekali bicaralah yang ngawur, sekali-sekali bicaralah hal-hal yang tidak baik, itu tidak apa-apa." Maka kita harus katakan: Tidak!! (dalam hati) terhadap ajakan halus syaithan itu jika kita memang benar-benar mencintai Allah, maka kita harus ikuti, teladani kekasih-Nya, Nabi-Nya, Rasulullah saw., yaitu berbicara yang baik-baik atau lebih baik diam saja. Atau berdoalah dalam hati:
Qul a'uudzu birabbin-naas malikin-naas ilaahin-naas min syarril-waswaasil-khannaas alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas minal-jinnati wan-naas.
"Katakanlah: "Aku berlidung kepada Rabb (Pemelihara, Penguasai) manusia. Raja (Pemilik) manusia. Tuhan (Yang kepada-Nya) manusia (memohon perlindungan). Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan, keburukan) ke dalam dada manusia, melalui (perantara) jin dan manusia." (QS 114:1-6)
Syaithan selalu mengajak kita dengan sangat-sangat halus. Sehingga banyak dari kita tidak merasa bahwa itu adalah ajakan syaithan yang terkutuk. Itu mengapa perlunya Dzikru-Llaah (Mengingat Allah). Makna dzikru-Llaah bukan melafazkan selalu kalimat-kalimat tahmid, tahlil, tasbih, istighfar dan lain-lain. Tapi dzikru-Llaah adalah selalu ingat dalam hati, pikiran, dan tindakan kita, sadar dalam tiap nafas kita bahwa DIA "Allah" selalu dekat, selalu menyertai, dan selalu mengawasi kita.
Laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaara wa huwal lathiiful khaabiir.
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala sesuatu; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Awas (terhadap segala sesuatu)." (QS 6:103)
Maka jagalah kata-kata kita bila berbicara, berbicaralah yang baik-baik, atau bila belum sanggup, lebih baik diam saja. Sabda Nabi saw., "Siapa yang diam (dari kata-kata dan hal-hal yang tidak baik) pasti selamat (di Hari Akhir nanti)". Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra. dalam Sunan at-Tirmidzi no.2500 dan Sunan Abu Dawud no.5154.Inilah Adab (Etika) berbicara bagi siapa saja yang ingin mendapat syafa'at Nabi saw. di yaumil-akhir nanti. Qul inkuntum tuhibbuunallaaha fat tabi'uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallaahu ghafuurur rahiim.
Sabda Nabi Saw., "Sesungguhnya orang yang paling kucintai dan paling dekat tempat duduknya dariku di antara kalian pada hari kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya." Diriwayatkan oleh Jabir ra dalam Sunan at-Tirmidzi (no.2018), Hadits hasan.
"Tidak ada sesuatu yang diletakan di timbangan yang lebih berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia pasti akan sampai pada derajat orang yang selalu puasa dan shalat." (Shahih Sunan at Tirmidzi no.2003 dari Sahabat Abu Darda' ra).
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa-ilam taghfir-lanaa watarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin (QS: 7:23)
Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wafil-aakhirati hasanah waqinaa 'adzaaban-naar (QS 2:201)
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa shallayta 'alaa Ibrahiima wa 'alaa aali Ibrahiim. Fil 'aalamiina innaka hamiidun majiid.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/adab-bicara-rasul/10150136612416042

RIBUT VALENTINE LAGI DEH :)


Sekali lagi, kita terjebak dalam polemik. Apalagi kalau bukan soal Valentine. Boleh jadi, mungkin dengan catatan ini aku dikatakan latah ikut-ikutan bicara soal valentine. Pada dasarnya, aku pribadi tidak berminat menanggapi hal ini. Tidak penting, karena masih ada masalah yang lebih penting yang harus dipikirkan oleh ummat ini daripada hanya sekedar meributkan valentine.
Namun, karena sebuah kewajiban, maka aku ada keharusan untuk menyampaikan. Sebagai tautsiq bi amanatil ilm, menyampaikan amanah ilmu, sekaligus memanfaatkan momentum.
Tulisan ini tidak akan berbicara apa hukum merayakan valentine, atau bagaimana Muslim yang bervalentine. Meski mau tak mau pasti akan dibicarakan di tengah-tengah tulisan.
Oke, kita tahu pasti bahwa budaya ini tidak ada dalam Islam, dan kita tahu pasti datangnya dari mana, sekaligus sejarahnya yang aku kira sangat banyak diposting di mana-mana.
Sebelum menulis tulisan ini, saat lagi makan siang bersama (ghoda'), aku ditanya teman, Wy', bagaimana hukum valentine. Aku tanya balik, ini untuk siapa pengucapannya? Antar sepasang kekasih yang sedang berstatus pacaran? Temanku hanya diam. Dan kujawab, kamu jangan langsung ke valentine-nya, pacarannya saja tidak ada dalam islam, dan kamu tahu sendiri bagaimana posisi pacaran dalam syariah kita. Tak ada jawaban.
Dilema, sering sekali saat ini kita terjebak hal-hal kecil (yang dibesar-besarkan) dan kita lupa dengan permasalahan yang lebih besar daripada itu, kita punya banyak qodhiyyah kubro (masalah-masalah besar) yang harus dipecahkan, dari pada sekedar ini.
Tentu saja, akan lebih rumit lagi, saat ada suara lantang menyatakan dengan tegas bahwa yang merayakan valentine bisa-bisa kafir, karena telah menyerupai tindakan orang kafir. Berdalih (Man Tasyabbaha bi qoumin fa huwa minhum). Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka.
Sepintas, benar. Namun jika dicermati dan dianalisa, penggunaan dalil pada tempat yang kurang tepat ini, bisa menjadi boomerang mematikan. Sebab hadits ini adalah hadits aam (umum), yang membutuhkan takhsis (pengkhusus). Hadits mutlaq yang membutuhkan taqyid.
Karena, kesalahan menggunakan dalil, bisa membuat kesalahan memberikan hukum. Yang tentu saja saat itu juga bertentangan dengan ruh syariat sendiri.
Harus dipahami dengan baik, bahwa meniru, menyerupai (tasyabbuh) yang disalahkan dalam islam, adalah meniru yang membabi buta, meniru total sehingga keluar dari norma-norma islam.
Jadi, selama meniru itu tidak keluar dari kaidah, dhowabit, dan tsawabit dalam Islam, maka tidak jadi masalah. Dan teramat banyak sekali kasus ini dalam kehidupan kita. Facebook, ini contoh paling nyata dalam tasyabbuh itu. Tapi tak ada masalah dalam syariah kan? Atau contoh nyata dalam syariat kita, yaitu puasa sunnah 10 asyuro', ini adalah kebiasaan orang Yahudi, tapi ditetapkan dalam Islam.
Makanya, kembali ke valentine, aku tanya lagi pada temanku tadi. Kalau untuk suami istri bagaimana? Kan valentine itu katanya hari memperbaharui kasih sayang. Dalam islam, dituntut apa tidak memperbaharui cinta antar suami istri? Terus jika suami atau istri saling memberi hadiah, bukankah dalam islam sendiri saling memberi hadiah itu sangat dianjurkan, untuk saling memperkuat rasa cinta kan?
Jadi, valentine hanya momentum saja. Adapun ritual dalam valentine sendiri (kasih sayang, memberi hadiah) ada dasarnya dalam islam. Cuma sekarang yang perlu dilihat, penggunaannya untuk siapa, nah itu saja. Bukan penghukuman terhadap valentine-nya.
Pada akhirnya, terus terang, saat ini kita masih banyak terjebak dalam istilah dan selalu ribut dalam istilah. Hampir semua perdebatan yang kita alami saat ini, terbentur pada hal-hal bersifat istilah, tanpa kita melihat masalah lebih penting substansi yang ada di balik istilah itu sendiri. Dan tanpa dengan memahami lebih baik apa definisi dari istilah itu sendiri terlebih dahulu.Kita masih perlu belajar banyak untuk memahami kehidupan, dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam. Jangan sampai kita justru yang menjadi penghancur Islam tanpa kita sadar. Seperti orang membunuh tikus tapi dengan membakar lumbungnya. wallahu a'lam :)
>>>*<<<


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-ribut-valentine-lagi-deh-/10150136587426042

==GURU KU, ORANGTUA KU SANG INSPIRASI HIDUPKU==


Murid (Pemuda/i) dan Guru merupakan dua sosok seseorang yang saling terkait. Ada Guru ada pula Murid (Pemuda/i). Mereka keduanya sama-sama seorang pecinta Ilmu. Sama-sama saling memperkaya ilmu dan sama-sama saling mencintai majelis keilmuan.
Posisi guru terhadap Murid (Pemuda/i) ibarat seseorang yang lebih di..(dihormati,diteladani, dituakan etc). Sedangkan posisi Murid (Pemuda/i) terhadap Guru ibarat seseorang yang mesti lebih me..(menghormati, meneladani).
Guru tidaklah pula semata seseorang yang berada di luar dari hubungan darah dalam tautan sebuah keluarga. Melainkan guru dapat berupa orangtua kita. Kakak kita maupun siapapun seseorang disamping kehidupan kita.
Dalam kenyataan&kebijaksanaan dalam menyikapi sebuah kehidupan. Posisi Murid (Pemuda/i) tidaklah mesti selalu diayomi,dan harus terus berada dibawah bayang-bayang guru.

Seorang Murid (Pemuda/i), pada masa nya dan suatu waktu nanti. ia kelak akan dapat mengaplikasikan ilmu-nya yang telah dipelajari selama ia belajar,berguru dan mengabdi kepada seseorang guru maupun orangtua kita sendiri untuk nantinya dapat diaplikasikan dalam sebuah kehidupan serta untuk kemashlahatan masyarakat maupun ummat.
Saya menyebutnya kesemua hubungan antara seorang murid dan Guru, serta seorang anak dengan seorang Orangtua kesemuanya ini dengan istilah” Guru ku, Orangtuaku sang Inspirasi Hidup ku”.
Inspirasi Hidup adalah merupakan sebuah Keilmuan. Keilmuan bisa didapat dengan belajar sungguh-sungguh bersama siapapun baik dengan Guru maupun Orangtua.
Wahai Guru Ku, Orangtua ku sesungguhnya engkaulah salah satu bagian dari sang Inspirasi Hidupku.
Belajarlah, karena tak seorangpun dilahirkan berilmu! Dan tidaklah orang berilmu spt orang yg bodoh. Biarpun petinggi bangsa,tapi tak berilmu, ia kecil ketika pasukan mengepungnya. Biarpun orang kecil, tapi berilmu, ia besar ketika banyak orang merujuk kepadanya. Tak seorangpun yang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan jujur kecuali ia pasti meraihnya,kalau ia tidak meraih semuanya,ia pasti meraih sebagiannya.
SEJARAH pun Mengisahkan...
#
Kagum mengagumi antara seorang Murid (Pemuda/i) dan guru pernah dikisahkan kala itu, Imam Syafi’i (Seorang Ulama Fiqih (hukum Islam) yang terkenal dan mempunyai pengikut yang ramai di Negara-Negara yang ramai penduduk Islamnya terutama di Indonesia dan Malaysia) terhadap sang guru imam Malik bin Anas
Kala itu, Imam Syafi’i menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.”
Beliau juga menyatakan kekagumannya kepada Imam Malik bahwa “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
Dari berbagai pernyataan beliau dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah.
Sebaliknya, sang guru Imam Malik bin Anas begitu mengagumi tingkat kecerdasan syafi’i. Dikisahkan beliau (Imam Syafi’i) mampu menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’. kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadits pilihan dihafalnya di luar kepala.
Tingkat kecerdasan beliau tampak sejak Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab. Dikisahkan pula saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah.
Imam An-Nawawi pun pernah berkata, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam Asy-syafi’i adalah termasuk manusia pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah islam. Pada diri Imam Asy-Syafi’i terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di antaranya nasab yang suci bertemu dengan nasabnya Rasulullah dalam satu nasab dan garis keturunan yang sangat baik semua ini merupakan kemuliaan paling tinggi yang tidak ternilai dengan materi.
Di kesempatan dan kisah lainnya, keteladanan seorang ibu membuat kagum sang anak. Dikisahkan sewaktu kanak-kanak seorang syeikh Abdul Qadir Jaelani(seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh para syeikh, ulama, dan ahli zuhud. Serta banyak memiliki keutamaan dan karamah) pernah diajari oleh ibunya tentang kejujuran, bersikap benar, dan tidak berbohong dalam aplikasi kehidupan. Pesan sang bunda itu ia pegang teguh selama hidupnya.
Pada usia 8 tahun, Abdul Qadir meninggalkan Jilan menuju Bagdad dengan bekal dari ibunya, berupa 40 keping uang emas, warisan ayahnya, Shalih Musa Zanki Dausath. Begitu jujurnya, di perjalanan ia sempat hendak dirampok, dan dengan jujur ia mengatakan bekal yang ia bawa ada dalam jahitan kain. Kecerdasan beliau (syeikh) pernah dikisahkan bahwa Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Di lain hal, Sayyid Quthb (ulama besar Mesir) pernah mengisahkan kekagumannya terhadap sang Ibu yang telah mencontohkannya dalam cerminan kehidupan sehari-harinya.Di dalam salah satu tulisannya, Sayyid Quthb menulis, “Dimana saja saya bermain, terdengar ibuku sedang membaca Al-Qur’an.” Oleh karenanya saudara-saudara kandung (termasuk) Sayyid Quthb juga merupakan para penghapal Al-Qur’an. Muhammad Quthb, Aminah Quthb dan Hamidah Quthb, semuanya merupakan hafidz Al-Qur’an (hapal Al-Qur’an)
***
Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS.39 : 09)
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadalah: 11)
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu mengatakan “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Murid (Pemuda/i) terkemuka Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, juga menulis sebuah buku berjudul Al-Ilmu. Beliau mengutip ungkapan Abu Darda’ r.a. yang menyatakan: “Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan merupakan jihad, sesungguhnya ia kurang akalnya.” Abu Hatim bin Hibban juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah r.a., yang pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa masuk ke masjid ku ini untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah.”
" Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka " [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 2674]
“ Sesungguhnya, semua pekerjaan itu sesuai dengan niatnya dan setiap yang diberikan ganjaran sesuai dengan niat perbuatannya ” (HR. Bukhari)
“ Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya dilakukan untuk mencari keridhoan Allah SWT, namun ia mempelajari ilmu-ilmu itu untuk memperoleh harta-harta dunia, maka ia tidak akan mencium wewangian surga pada hari kiamat ” (HR Abu Dawud dan Al Hakim)
“Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup rapat ) dan kunci pembukanya adalah pertanyaan.Oleh sebab itu bertanyalah kalian karena sesungguhnya  dalam tanya jawab diturunkan 4 macam pahala,yakni untuk penanya,orang yg berilmu(yg sedang menjawab pertanyaan),para pendengar dan orang yang mencintai mereka.” (HR.Abu Nu’aim).
“Ya Allah, jadikanlah usiaku yang paling baik adalah pada penghujungnya, dan amalku yang terbaik adalah pungkasannya, dan hari-hariku yang terbaik adalah hari-hari saya bertemu dengan-MU.” [al Hadits].


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/guru-ku-orangtua-ku-sang-inspirasi-hidupku/10150136543266042