Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Aku Ingin Jadi Orang Biasa yang Sederhana

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ============================== Ini bukanlah puisi, tapi sekedar renungan dari gelisahnya hati, tentang harta pinjaman yang Allah titipkan pada kami .. Apalagi yang harus dicari di dunia, selain mempersiapkan bekal menuju ke akherat? Jangan pernah mengira mati adalah akhir dari segalanya. Justru mati adlh pintu gerbang menuju alam yg sesungguhnya..yaitu alam keabadian, alam akherat. Aku takut berlimpahnya harta akan menyilaukan mata dan hatiku. Takut nyamannya rumah dan kendaraan membuatku tak lagi mampu meletakkan harta di tangan, tapi telah jauh meracuni hatiku. Dan aku sungguh takut dengan ujian harta ini. Aku bukan tak ingin kaya. Juga tak ingin hidup miskin. Aku hanya ingin memilih selalu hidup sederhana. Aku ingin menjadi orang biasa. Biarlah rumah kami begini, apa adanya, asal keluargaku dapat berteduh dan beristirahat, terhindar dari panasnya matahari dan basahnya hujan. Rumah model kampung dan tak mengikuti tren arsitektur terbaru. Tak harus mewah, tak harus terlihat indah dan artistik. Aku malu pada Rasul yang hanya tidur di atas tikar kasar tiap harinya, sementara di rumahku tersedia kasur spring bed yang kadang terlalu memanjakan punggungku sehingga terlambat sholat berjamaah atau sering kesiangan sholat subuh. Aku malu pada Syekh Ali Ghuraisyah, yang hanya menjadikan krak botol minuman yang ditutup sehelai kain lusuh untuk meja dan kursi tamunya. Sementara di rumahku ada beberapa kursi, meskipun kuno dan bukan sofa tapi cukup enak diduduki. Aku malu pada Usamah Bin Laden, yang tak memiliki satu buah furnitur pun di rumah keempat istrinya, sementara untuk amal sosial dengan mudah dia akan mengeluarkan cek senilai ratusan juta dollar. Mereka bukan orang miskin, tapi mereka adalah orang-orang yang memilih untuk hidup sederhana. Biarlah kendaraan kami biasa saja, sepeda motor yang sudah cukup berumur. Asal dengan itu telah mampu membantuku beraktivitas dan menghemat banyak hal dalam perjalanan. Aku malu pada Rasul dan Abu Bakar, yang menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan berjalan kaki, padahal mudah bagi beliau untuk meminta diperjalankan oleh Allah dengan Buraq sekalipun. Aku malu pada Syekh Hasan Al-Banna & Syaikh Umar Tilmisani, yang lebih memilih naik kereta kelas ekonomi untuk berdakwah di seantero Mesir, meski secara finansial sangat mampu untuk naik kereta kelas di atasnya. Aku malu pada Aid bin Abdullah al-Qarni, yang mampu menjadi penulis paling produktif di Timur Tengah dalam membela agama Allah sampai masuk penjara, sedangkan aku belajar agama di kampus dengan biaya gratis dari orang tua.. Aku malu pada sosok sahabat nabi..Abu Dzar al ghiffari, yg mampu berhijrah dari seorang pemuda yg bodoh menjadi pemuda islam yg cerdas dan dalam ilmu agamanya.. Aku malu pada pemuda Taufiq Wa’i, yang tak mau hanya sekedar naik taxi seperti saran bunda Zainab Al-Ghazali, karena khawatir tak mampu menyikapi fasilitas itu dengan benar. Biarlah kemana-mana aku ingin naik angkutan umum kelas ekonomi, selagi fisik mampu diajak berkompromi. Bukan naik taxi atau kelas eksekutif. Bukan karena sayang mengeluarkan uang, tapi sungguh bersama orang-orang berbagai tipe di kelas ekonomi itu, banyak pelajaran yang dapat kuambil, dan itu mampu melembutkan hatiku. Biarlah aku memiliki baju secukupnya saja, tak harus mengikuti model terbaru. Yang penting masih utuh dipakai dan cukup pantas dilihat orang, serta tidak mengumbar aurat. Aku takut menjadi penganut paham materialis, berburu berbagai koleksi baju, kerudung, tas, alat tulis, perlengkapan elektronik... bukan karena perlu tapi hanya sekedar ingin. Aku malu pada khalifah kelima, Umar bin Abdul Aziz, yang setelah menjadi khalifah justru memilih jenis pakaian yang paling kasar dan paling murah pada pedagang yang sama, hingga membat takjub si pedagang karena sebelumnya sang Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan penampilan. Aku bahagia, saat melihat pak Somat dengan istri dan 2 anaknya yang kecil-kecil dapat berteduh di salah satu rumah kami tanpa bayar sejak 4 tahun lalu. Jujur, melihat kehidupan perekonomian mereka yang makin membaik, kadang tergoda untuk mulai menerapkan prinsip ’profesional’ dengan perjanjian sewa. Tapi, Astaghfirullah.. kembali kutepis keinginan itu. Mungkin, justru lewat wasilah doa-doa tulus pak Somat-lah, Allah selalu memberikan rezki yang berlebih padaku dan keluarga. Ya Rabb, biarkanlah rumah itu menjadi ladang amal pintu pembuka rahmatMu bagi kami. Aku bahagia, meski piutang-piutang kami untuk berbagai keperluan pada beberapa orang tak kunjung terbayarkan sampai berbilang tahun bahkan berpuluh tahun. Aku pun tak ingat lagi persis jumlah nominalnya. Aku percaya, mereka semua bukan tak mau membayar, tapi belum mampu membayar. Tentu mereka malu untuk tiap waktu hanya menghubungi lalu mohon maaf dan meminta penangguhan waktu pembayaran. Mereka juga manusia, yang memiliki izzah. Biarlah, mungkin mereka butuh waktu. Mungkin Allah sedang mengajarkan arti ikhlas pada kami. Biarlah, kalau memang ternyata sampai nanti pun tak mampu terbayarkan, Allah yang akan menggantinya dengan yang lebih baik. Insya Allah.... Bahkan, mungkin dari mulut-mulut merekalah, teman-teman yangn membutuhkan itu, meluncur doa-doa ikhlas untuk kami sekeluarga, yang langsung didengar Allah di Arsy sana, hingga Allah berikan kemudahan rizki pada kami. Aku ingat, salah seorang teman yang sudah cukup lama berhutang yg cuma sekian ratus ribu, aku bahkan sudah melupakannya, tapi demi mengetahui bahwa aku akan menikah beberapa bulan lalu, dia mengirim aku sms: "Semoga pernikahanmu sakinah ya ukhti. Jangan lupa aku titip doa, doakan aku agar semua masalahku terangkat, kehidupanku menjadi lebih baik, sehingga aku cepat menyusulmu, dan aku dapat segera menunaikan kewajibanku padamu yang sudah tertunda sekian tahun. Aku malu sebetulnya bicara begini. Tapi aku tahu, kalian bisa menerima dengan lapang". Hiks, sungguh aku terharu dan menetes air mataku membaca sms itu. Ya Allah, Alhamdulillah telah Kau berikan rizki padaku dan keluargaku, lebih dari yang kami butuhkan. telah Kau karuniai aku dengan suami sholeh, yang selalu mengingatkanku tentang amanah harta dan kendaraan. telah Kau berikan padaku ilmu yang mempermudahkanku menjemput rizkiMu. Ya Allah, mudahkanlah kami untuk selalu berbagi, melalui rizki yang Kau titipkan pada kami. Hindarkan dari hati kami orientasi selalu mencari keuntungan duniawi. Ijinkan dan biarkanlah sebanyak mungkin orang dapat ikut menikmati rizki ini. Kami ingin setiap rupiah yang mengalir lewat tangan kami, juga bermanfaat untuk saudara-saudara kami. Sayup-sayup, kudengar refrain nasyid Antara Dua Cinta-nya Raihan dari Mp3 di ponselku,..ah suami menelpon…kubiarkan nada raihan beberapa bait sebelum aku angkat telpon. Tuhan, leraikanlah dunia yang mendiam di dalam hatiku Karena disitu tidak ku mampu mengumpulkan dua cinta,harta dan dunia.. Hanya cintaMu, kuharap tumbuh dan diibajai bangkai dunia yang kubunuh ... Ya Rabbi, Letakkanlah dunia ditanganku..jangan Kau letakkan di hatiku..!! Barakallahufikum, semoga bermanfaat Wassalam 


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-aku-ingin-jadi-orang-biasa-yang-sederhana/166103773418278