Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
============================
Note ini memang panjang dari note2
yg biasa saya tulis, karena disini termaktub unsur SEBAB AKIBAT dari apa yg
menjadi dasar tulisan saya ini. Tapi semoga anda tidak bosan membacanya, dan
semoga menjadi satu MOTIVASI bagi sahabat2ku yang mungkin pernah merasakan
PATAH HATI.
----------------------------------------------------------------------
Pelangi = MeJiKuHiBiNiU. Merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tujuh warna yang indah. Pernah kan
kamu melihat pelangi?
Trus, apa hubungannya pelangi dengan
patah hati? Kali ini, saya akan mengajak kalian saudara dan saudariku yg seiman
di jalan Allah, untuk menyusuri lika-liku cinta bahwa patah hati pun bisa
menyisakan pelangi di hati kalo kita tahu menyikapinya.. Terutama kamu yang
habis patah hati.
Kamu Yang Patah Hati
Kamu yang patah hati, kamu yang lagi
bersedih, kamu yang lagi merasa sendiri, kamu yang merasa pingin mati, kamu
yang…pokoknya kamu yang merasa tersakiti, maksudnya kamu yang berstatus ukhti.
Kenapa ukhti? Iya, karena ukhti atau akhwat yang biasanya jadi korban patah
hati. Karena akhwat yang biasanya suka nangis bombay kalo ta’aruf gak jadi,
atau diputusin sepihak sama ikhwan.
Ukhti fillah, Kenapa sih kamu patah
hati? Karena ikhwan idamanmu mutusin kamu? Karena ikhwan yg udah taruf
bertahun2 trnyata memilih akhwat lain drpd kmu? Karena kamu gak sesuai dengan
kriteria yang dia mau? atau karena keluarga nggak setuju? Atau bisa jadi semua
pertanyaan tadi kamu setuju alias emang sedang menimpamu?
KETAHUILAH..Patah hati itu terjadi karena harapan kamu lebih besar
daripada kenyataan yang menimpamu. Ingat , ajang ta’aruf ( dalam islam ) atau
yg namanya pacaran sekalipun, atau apapun istilahnya itu.. tidak harus selalu
terus dan berakhir bahagia di pelaminan. Kemungkinan antara gagal dan terus
sekitar fifty-fifty. Namanya aja sedang dalam proses, untuk saling mengenal
diri satu sama lain. Kalo ada salah satu pihak, atau malah kedua belah pihak
merasa nggak cocok, maka persiapkan hatimu untuk menerima segala kemungkinan.
Termasuk ta’aruf putus di tengah jalan.
Tapi kan pedih. Iya, siapa yang gak
merasa sedih ketika harapan sudah di depan mata dan proses tinggal selangkah
saja? Tapi kalo bukan jodoh, biar kata juga kamu nangis tujuh hari tujuh malam
sampe kering air matamu, atau keluar air mata darah tetep aja gak bakal
nyambung. Jadi, nangis dan bersedih secara wajar boleh. Tapi jangan keterusan.
Rugi banget kalo itu terjadi pada dirimu.
Si ikhwan yang mutusin kamu saat ini
pasti udah lagi asyik proses taaruf sama akhwat lain. Atau bisa jadi ia malah
sudah gak ingat sama sekali sama kamu yang pernah diajaknya ta’aruf. Memang
nggak semua ikhwan kayak gini. Ada juga yang mungkin aja sama-sama lagi
bersedih kayak kamu saat ini. Tapi ikhwan biasanya cepet banget ngelupainnya.
Apalagi bila ini menyangkut perasaan. Dia pasti sudah menyibukkan diri dengan
pekerjaan or aktivitas lain sekedar untuk ngelupain kamu. Maka rugi banget kalo
kamu berlarut-larut dalam masa patah hati.
Nah, daripada kamu cuma manyun
mending kita telaah dan analisa disini…Cuma butuh waktu 20 menit utk membaca
notes ini smpe selesei.
Penyebab Patah Hati
Ada banyak banget sebab-sebab kenapa
sebuah proses ta’aruf menjelang khitbah ( lamaran ), atau bahkan sudah khitbah
itu sendiri, putus di tengah jalan. Tulisan ini dibuat sekedar cermin buat Saudariku
semua agar lebih berhati-hati ke depannya. Agar tidak mengulang kesalahan yang
sama. Bukankah orang buta tak mau kehilangan tongkatnya untuk kedua kali?
Apalagi kamu kan bukan termasuk kategori orang buta ini hihi. Makanya jangan
mau kehilangan hatimu yang kedua kali.
Trus bagi kamu yang belum pernah
patah hati, tulisan ini bisa jadi pelajaran tanpa maksud menggurui. Bukankah
orang bijak itu adalah dia yang bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari
pengalaman orang lain? Sebutir mutiarapun, biarpun jatuh ke lumpur akan tetap
berkilau. Dan kata2 hikmah yg keluar dari mulut si miskin, akan lebih bermakna
drpd kata2 kasar dari si Kaya. Setuju..?
Tujuh ( 7 ) Macam Penyebab Kamu
Patah Hati:
1. Keluarga
Kamu dan si ikhwan sudah sama-sama
setuju untuk proses ta’aruf menuju ke pernikahan. Setelah mantap, si dia datang
menghadap keluargamu. Awalnya baik-baik saja. Tapi ketika ditanyakan Maisyah
alias sumber nafkah, ortu merasa masa depan anaknya akan suram kalo jadi
menikah dengan ikhwan tersebut. Dengan berbagai alasan seperti:
- anak saya masih pingin sekolah
lagi
- adik-adiknya masih butuh banyak
biaya. Biar anak saya cari duit dulu untuk bantu keluarga
- kakaknya belum nikah. Gak boleh
sebagai adik mendahului kakak ( di adat jawa, hal ini msih berlaku ).
- Kalo jodoh gak akan lari ke mana
- Dll
Nah, kalo ortu udah pake kalimat
alasan di atas padahal kamu sudah ngebet banget pengin menyempurnakan separuh
agama, alamat ada batu terjal menghadang langkah kalian berdua untuk proses
lebih lanjut. Kalo kamu gigih meyakinkan ortu trus kemudian mereka luluh tidak
masalah. Tapi kalo ternyata pendirian ortu jauh lebih gigih daripada
perjuanganmu, ini merupakan indikasi bagi kamu untuk patah hati.
Atau mungkin bukan maisyah atau
nafkah yang jadi alasan. Bisa juga karena domisili yang jauh. Kamu di pulau
Jawa, si calon ada di Kalimantan atau Sulawesi misalnya. Ortu kamu gak tega
berjauhan dari putri tercinta. Tapi si dia juga gak mungkin pindah ke Jawa
karena beberapa alasan tertentu.
Atau, alasan lain semisal beda suku.
Kamu dari Jawa, calonmu orang Sunda. Atau sebaliknya. Pokoknya ortu pingin
anaknya dapat jodoh yang sama asal sukunya. Sehingga ta’aruf gak nyambung dan
gak bisa berlanjut menjadi khitbah. Kamu kudu pasrah dengan keputusan keluarga
untuk gak jadi meneruskan proses dengan ikhwan tersebut. Apalagi kalo kamu gak
punya alasan kuat atau daya tawar dalam keluarga.
Misal : kamu selama ini kolokan banget dalam keluarga. Apa-apa mama,
sedikit-sedikit papa, kesana-kemari minta antar, gak mandiri, jadi ortu dan keluarga
gak tega kalo kamu dinikahi ikhwan tersebut. Khawatirnya anak kesayangan mereka
bakal kelaparan. Padahal kamunya udah setengah mati siap lahir batin untuk
hidup sengsara dengan ikhwan pujaan karena menurutmu ia baik dan sholeh. Tapi
apa daya, keluarga juga siap lahir batin untuk tetap menghalangi niatmu jadian
dengan pilihan hatimu.
2. Kelompok Ngaji
Kamu merasa udah “KLIK” sama seorang
ikhwan dan berniat melanjutkan proses ke arah ta’aruf yang lebih serius.
Keluarga pun juga gak ada masalah. Tapi ternyata, ada hal lain yang membuat
proses kalian tersendat. Turut campurnya pembina pengajian tentang siapa yang
akan menjadi jodohmu. Mulai dari anggapan kamu belum cukup siap untuk membina
rumah tangga karena baru aja mengawali ngaji hingga ternyata calonmu ternyata
tidak satu kelompok pengajian. Wejangan-wejangan pun mulai dilancarkan untuk
‘menyadarkan’ kamu.
‘Kamu masih kecil. Umur juga masih
20 tahunan. Ngaji dulu yang rajin, jangan mikirin nikah mulu.’
‘Sudah sampe mana ta’arufnya?’
‘Kamu yakin dengan ikhwan ini? Dia
nggak satu jama’ah dengan kita loh…’
‘Jangan lama-lama prosesnya. Tiga
bulan dari sekarang harus sudah nikah…’
Karena nggak tahan dengan intervensi
ini, proses kalian tak bisa berlanjut. Kamu pun patah hati.
3. Pihak si dia
Kali ini si ikhwan yang berinisiatif
mengakhiri proses ta’aruf atau bahkan khitbah denganmu. Kok bisa? Apa
salahku??? Mungkin itu pertanyaan yang akan menghantuimu ketika diputuskan
sepihak. Bukankah selama ini visi dan misi kita sama? Bukankah tak ada masalah
serius dalam proses ini? Ortu dan keluarga juga udah setuju. Semua kluarga
besar juga udah beri lampu ijo. Lalu apa?
‘Maaf, sepertinya ta’aruf kita
sampai di sini dulu saja.’
‘Sebaiknya kita off dulu aja
ta’arufnya. Masih banyak hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum
dilanjutkan..’
‘Kita tak usah berhubungan dulu
sementara ini. Saya punya banyak hal yang harus dipikirkan.’
Dan banyak alasan lain.
Itu masih mending ada kata-kata yang
mengisyaratkan ‘kita putus’. Karena ada juga beberapa tipe yang inginnya
ta’aruf STOP tapi tak ada cukup keberanian untuk mengatakannya pada
kamu. Yang begini nih malah bikin pusing dan bingung. Dibilang sudah ‘ada yang
punya’ tapi belum jatuh khitbah. Atau bagi yang sudah jatuh khitbah tapi tak
ada kejelasan kapan nikah. Tapi dibilang masih ‘free’, kok sudah proses
setengah jalan. Nah, ribet banget jadinya.!
Ikhwan tipe ini sebetulnya pingin
mutusin kamu tapi dia gak punya keberanian untuk ngomong langsung. Alasan
klisenya, khawatir menyakiti hati perempuan. Padahal dengan sikapnya yang
menggantung ini aja sudah cukup menyakitkan, Jadi kalo kamu ngadepin tipe ini,
kamu yg kudu tegas dan punya sikap.
Secara syar’i, memang tak perlu ada
alasan bagi pihak yang memutuskan lebih dulu untuk memberi penjelasan mengapa
dan kenapa ia memutuskanmu. Bisa jadi, ia merasa kurang cocok selama proses
ta’aruf meski kamunya ngotot sebaliknya. Bisa jadi meski visi dan misi sesuai,
tapi ternyata tak bisa sejalan menurut kacamata si ikhwan. Atau…bisa jadi juga
ternyata ada akhwat yang ternyata jauh lebih segalanya dari kamu yang menerima
panah asmaranya.
Dia lebih cantik, lebih kaya, anak pejabat dan
konglomerat, dan supaya gak terkesan di cap matre, si ikhwan pun pake alasan
kalo nih akhwat dakwah dan pemahamannya jauh lebih kenceng daripada kamu.
Kok bisa? Kan dia sedang proses
denganku. Bahkan ia sudah menemui ortu dan jatuh khitbah. Bagaimana mungkin ia
ternyata dengan enaknya minta putus gitu aja...? Dan yang lebih menyakitkan, sebelum putus dengan kamu, ia
sudah proses ta’aruf dan khitbah dengan akhwat lain! Kamu benar-benar nggak
bisa terima kondisi ini.
Padahal kondisi ini bisa saja
terjadi. Dan sangat bisa. Jadi, ketika kamu akhirnya menjadi pihak yang diputus
karena setelah dibandingkan dan ditimbang memakai kacamata ikhwan tipe ini,
ternyata levelmu kalah jauh dengannya, maka jangan menyesal. Bahkan sebaliknya,
kamu seharusnya bersujud syukur karena Allah telah menunjukkan “bentuk
aslinya” sebelum kalian terlanjur menikah. Meski resikonya kamu jadi patah
hati.
Dan satu lagi, jangan pernah kamu
membenci dirinya, ikhwan yang telah mencuri hatimu.
4. Pihak Kamu
Maksudnya? adalah kamu sebagai pihak
yang memutuskan. Karena ketika kamu memutuskan dia juga bukan tanpa
pertimbangan. Meski konsekuensinya kamu musti menangis lagi.
Kamu akhirnya memutuskan dia meski
dengan rasa berat hati, tapi memang hal terbaik yang menurutmu perlu diambil.
Why? Karena setelah melalui proses ta’aruf ternyata visi misi kalian nggak
cocok. Ambil contoh misalnya dia adalah teman lamamu ketika di SMU dulu. Kamu
mengenal dia sebagai seorang yang cerdas, baik hati dan tidak sombong, serta
menyenangkan.
Ketika ia mengajak serius ke
pernikahan dan kamu mengajukan syarat bahwa ia harus mau berubah dengan mulai
serius mengkaji Islam misalnya, ternyata ia menolak. Ia merasa bahwa waktu dan
energinya sudah terkuras untuk bekerja, jadi mana ada waktu untuk ngaji apalagi
berdakwah.
Masih mending kalau ia mendukung
syariat dan khilafah sebagai bagian dari perjuanganmu, tapi kalo ternyata ia
malah menganggap itu ide gila alias khayal? Kamu pun merasa berat untuk
berjuang seorang diri bila ia yang jadi suamimu nanti ternyata tak bisa diajak
seiring sejalan menggapai cita-cita.
Atau bisa juga visi dan misi sejalan
tapi ternyata kalian berdua tak bisa menjadi mitra yang baik. Sama-sama egonya
gede banget.
Gak ada yang mau ngalah kalo ada masalah.
Misal kamu pingin dia sebagai pihak cowok menghubungi kamu dulu dalam
perencanaan ketemu ortu atau hal-hal persiapan pernikahan. Tapi ikhwannya
sendiri, ia merasa bahwa harusnya kamu yang menghubungi dia kalo emang ortumu
pingin ketemuan sama calon menantu. Satu sama lain merasa ‘yang butuh siapa’.
Waduh…kalo udah kayak gini, kamu pun jadi pusing berat. Mending cukup sekian
saja. Kamu pun mengambil keputusan besar dengan resiko patah hati.
5. Ajal
Masa-masa ta’aruf sudah terlewati.
Khitbah juga sudah dilakukan sang pujaan hati. Hanya tinggal menentukan hari H
menuju pernikahan. Semua hal pun sudah dipersiapkan dengan matang. Menjelang
seminggu pernikahan, ternyata takdir berkata lain. Sang kekasih meninggalkan
dunia fana untuk bertemu dengan sang pencipta. siapa yang bisa menduga kapan
ajal datang?
Kamu pun patah hati. Rasa-rasanya
sebagian hatimu telah dibawanya pergi ke alam baqa. Kamu pun bertekad tak akan
jatuh cinta lagi. sampe sebegitunyakah? Padahal, mempunyai suami atau pun calon
suami seorang pejuang, apalagi ini pejuang bukan sembarang pejuang, tapi
pejuang syariat dan khilafah, salah satu resiko adalah ajal. Terlebih bila
perjuangannya benar-benar di garis yang telah ditentukan, no compromise
terhadap ide dan sistem kufur. Bukannya malah mencari jalan aman dengan alasan
demi perjuangan.
Kembali ke ajal. Semua manusia pasti
akan pernah merasakannya. Bahkan semua makhluk yang bernyawa pasti akan selalu
diintai oleh si ajal ini. Jadi kenapa patah hati? Bukankah itu menunjukkan
bahwa Allah mencintai sang calon-mu daripada rasa cinta yang kamu punya? Kenapa
tak berusaha mengikhlaskan kepergiannya dan mengiringinya dengan doa?
Aku ikhlas kok. Mungkin itu
penyangkalanmu. Kalo ikhlas, lalu kenapa menutup hati bagi yang lain? Bukankah
life must go on? Hidup masih terus berjalan, meski dengan atau tanpa kekasih
hati. Kalo kamu terus menerus menutup diri, ungkapan ikhlas kamu cuma di mulut.
Padahal sikap kamu malah menunjukkan sebaliknya. Ini nggak konsisten namanya.
Siapa sih yang pingin dijemput maut
di saat menjelang hari H pernikahan? GAK ADA !
Si dia pun gak akan rela seandainya
melihat kamu yang terus-menerus bersedih menangisi kepergiannya. Sedih boleh.
Menangis juga boleh. Tapi kalo terus-terusan? Udah nggak bagus untuk kesehatan
fisik dan mentalmu, juga nggak bagus bagi kelangsungan aktifitas dan dakwahmu.
6. Sama-sama Gengsi
Gengsi? ini adalah jenis makanan
mental terburuk untuk ditelan. Kamu punya rasa merah jambu ke salah satu ikhwan
alias kamu pingin banget untuk mendampingi perjuangannya alias lagi, kamu
pingin banget jadi istrinya. Tapi apa daya, kamu merasa kalo jadi akhwat tuh
gak boleh mengungkapkan perasaan duluan. Tabu dan pamali katanya, kalo hukum
social masyarakat diserahkan pada perasaan manusia, memang repot. Bagaimana
kalo akhwat nembak ikhwan duluan. Ada nggak sih contoh teladan kita? Ada..yaitu
ibunda Khatijah yg menginginkan Nabi Saw utk menjdi suaminya..!
Kembali ke gengsi. Kamu gak ada
inisiatif untuk mengungkapkan isi hati ke ikhwan pujaan. Ternyata si ikhwan
juga mengalami hal yang sama. Bukannya gak berani, tapi si ikhwan mengidap
sakit minder yg berlebihan. Si ikhwan pingin nikah tapi apa daya Maisyah (
harta ) yang ia punya pas-pasan. Padahal dalam hatinya ia udah ngebet pingin
banget dapetin Aisyah alias punya istri. Belum apa-apa ia udah minder duluan,
khawatir gak ada akhwat yang mau.
Belum lagi kalo kamu bertipe ‘high’
alias Tajir. Kamu udah cantik, cerdas, ortumu pejabat dan pengusaha
sekaligus, kamu pun berdarah biru di sukumu, dakwahmu oke, jam terbangmu
tinggi, wah…pokoknya tipe ‘Yang semua lelaki inginkan’. Si dia yang
telah memikat hatimu jadi gak PD untuk pedekate atau taaruf. Meski
ikhwan-ikhwan yang lain antri kayak nagih utang, kamu tetap gak bisa ke lain
hati. Nah, kalo kamu tetap bertahan pada gengsimu dan si ikhwan pujaan juga
bertahan pada gengsi dan mindernya, sampe kapan pun kalian sulit bersatu..!
SOLUSINYA: Si akhwat yg harus berkata duluan ! Bukanlah hal yg hina dan
murahan ketika seorg akhwat mengajukan diri utk dilamar ikhwan jika memang si
ikhwan sudah diridhoi dari segi agamanya. Bahkan itu suatu hal yg mulia. Itulah
yg terjadi pada ibunda Khadijah.
7. Dipersulit Segala Sesuatunya
Semua pihak udah oke dari segala
segi. Kamu dan keluarga udah mantap, calon dan keluarga juga sudah siap. Materi
yang biasanya jadi kendala, juga tak ada masalah kali ini. Tinggal menentukan
hari H. Tapi ternyata tak dinyana tak diduga, ternyata kerabat dekat calon ada
yang meninggal. Nenek yang begitu dicintai seluruh anggota keluarga ternyata
dipanggil Allah. Jadwal kalian mundur. Gak mungkin kan pernikahan dilanjutkan
di saat ada kerabat yang meninggal?
Ketika suasana sudah mulai kembali
normal, ternyata ayahnya sakit dan masuk rumah sakit. Kolesterol dan darah
tingginya kambuh. Ketika si ayah sembuh, ternyata calon mendapat tugas kerja ke
luar pulau. Padahal ortu terutama ibu kamu gak ngijinin anaknya dibawa jauh
dari tanah kelahirannya. Kondisi seperti ini silih berganti, ada saja aral
melintang ketika kalian berusaha meneruskan pernikahan.
Seakan-akan ada ‘Tangan’ lain yang
tak terlihat dan jauh lebih kuat kekuatannya yg membuat semua ini terjadi.
Menyalahkan takdir? JANGAN SAMPAI
Saudariku! Takdir tak pernah salah. Ingat..Tuhan tidak pernah salah menuliskan
takdirNya. Tuhan tidak pernah dzalim terhdap hambaNya. Malah sebaiknya,
everything happen for the best alias semua pasti ada hikmahnya. Ini cuma salah
satu tanda kekuasaanNya bahwa ada rencana yang jauh lebih baik daripada yang
kalian punya.
****************************
Nah, setelah kamu baca ketujuh
penyebab itu, kamu bisa menelaah dan menganalisa diri kamu sendiri, golongan
yang manakah saya? Atau, kamu pernah mengalami ketujuh-tujuhnya? Saya ingat
sebuah artikel yang saya baca di internet tentang seorang akhwat yang melalui
masa ta’aruf hingga belasan kali. Semua itu berakhir di tengah jalan tanpa ada
ujung yang bernama pernikahan. Tahu nggak apa reaksi akhwat tersebut? Kesan
yang saya tangkap ia begitu tabah dan tawakal. Ia tak pernah lelah dan bosan
dari satu ta’aruf ke ta’aruf berikutnya. Dan yang utama, ia nggak kenal
yang namanya menangis apalagi patah hati. Subhanallah..beginilah harusnya sikap
seorang akhwat sejati.. Dia menyandarkan nasib jodohnya kepada Allah Yang Maha
Menggenggam hati, tidak pernah sekalipun dia suudzon kepada Rabbnya, karena
kacamata IMAN adalah benteng yg dia pakai, bukan PERASAAN !
Gimana kalo itu terjadi sama kamu
saudariku? Jangankan belasan kali, baru sekali atau dua kali saja kamu udah
tepar alias terkapar parah. Kamu pun mencanangkan plang besar-besar di dadamu
tertulis ‘Pernah dibikin patah hati ikhwan’. Gak keren banget. Apalagi
kalo aktivitasmu ikutan terganggu karena patah hati. Udah kuliah nggak
kelar-kelar, urusan dakwah terlantar. Kalo ini namanya patah hati yang nggak
produktif. Kamu jadi semakin terlihat jadi pecundang dengan cara ini. Padahal,
patah hati juga bisa menjadi energi bermutu tinggi kalo saja kamu tahu cara
menyiasatinya.
Yang saya maksud, kamu tuh kudu jadi
pejuang beneran. Pejuang yang tak pernah lelah apalagi patah hati dalam
menghadapi masalah kehidupan. Patah hati cuma warna-warni saja yang menghias
kehidupanmu. Tapi itu bukan inti dari kehidupan itu sendiri.
=================================================================
Beberapa tips di bawah ini yang
bakal bikin hidup kamu jadi lebih bermutu selepas patah hati. Saya sendiri
punya prinsip yg tetep saya pegang kuat sampe sekarang, yaitu saya tidak akan
prnh membiarkan kesedihan sy lebih dari 3 hari, apalagi itu Cuma soal cinta.
Nangis sih boleh selama dalam batas wajar. Toh, kamu juga manusia. Punya rasa
punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati xixixi. Cuma, nangisnya jangan
kelamaan yah.
Hidup terlalu indah untuk dibikin
terus-terusan merasa merana dan sengsara hanya karena ta’aruf gak jadi.
Tujuh ( 7 ) Cara Mengubah PATAH HATI
menjadi PELANGI :
1. Terima Dengan Lapang Dada
Maksudnya kamu sadari saja kalo kamu
lagi terluka. Nggak perlu membuat penyangkalan-penyangkalan yang hanya bikin
kamu tambah tersiksa. Yah…saya sedang patah hati. Tapi nggak usah
kenceng-kenceng buat pengakuannya. Gak perlu juga kamu meneriakkannya
keras-keras di pasar atau di jalan raya. Bisa-bisa disangka gila karena habis
putus cinta.
Cukup pengakuan itu kamu sadari
untuk diri kamu sendiri. Manusiawi kok. Jangan takut di-cap macam-macam semisal
‘ih…udah tahu hukum syara’ kok bisa patah hati.’ Wah, yang namanya nuansa hati,
entah itu gembira, sedih, kecewa, cemas, jatuh cinta atau pun patah hati, itu
gak ada hubungannya dengan paham hukum syara atau enggak. Orang yang pernah
merasakan patah hati, ia telah menjadi seseorang yang nantinya akan
bermetamorfosa menjadi manusia baru. Ia akan jauh lebih bijak dan lebih
berhati-hati dalam melangkah daripada sebelumnya, insya Allah.
Dengan menerima kondisi patah hati
dengan lapang dada maka akan lebih mudah bagi kamu untuk mencari obatnya. Kalo
kamu masih juga gak merasa lagi patah hati maka kamu pun gak merasa perlu untuk
berobat, betul nggak? Jadi, nikmati saja dengan wajar rasa ini. Kamu nggak akan
tahu manisnya gula kalo belum pernah merasakan pahitnya kopi kan?
2. Sadari Ini Kondisi
Sementara
Dengan menyadari kalo ini kondisi
temporal, maka kamu nggak kan berlarut-larut memanjakan perasaan patah hatimu
ini. Yang namanya temporal bersifat sementara, yang namanya sementara bersifat
tidak tetap. Yang namanya tidak tetap tidak akan singgah terlalu lama. Yang
namanya tidak lama pasti sebentar. Yang namanya sebentar, maka kamu kudu cepat
sembuh.
Yang namanya udah sembuh, satu hari
nanti, beberapa bulan ke depan, kamu pasti bisa mentertawakan dirimu sendiri.
Kok bisa-bisanya kamu yang biasanya periang dan easy going jadi melow bgini
hanya karena patah hati. Padahal ternyata dunia ini begitu luas dan indah untuk
dinikmati. So, asyik saja kan kalo segala sesuatunya nggak perlu
berlarut-larut?
3. Segera Sibukkan Dirimu
Patah hati dengan mengurung diri
dalam kamar dan nangis seharian? Gak jaman lagi! Kamu tuh paham bgt kan konsep
jodoh? Lebih jauh lagi, kamu paham Islam kan? Kalo kamu nggak mau dituduh nggak
paham hukum syara’ atau hukum sunatullah, ayo kamu kudu bangkit. Nangis sih
boleh tapi jangan kelamaan. Jangan pula amanah dakwah jadi terlantar. Ini
adalah moment bagus untuk meluapkan energi kecewa-mu dengan banyak aktifitas.
Tapi ingat, jangan beraktifitas karena pelarian.
Inilah saat kamu memandang dunia
dengan sudut pandang yg berbeda. Patah hati gak bakal bikin kamu mati, kecuali
kalau kamu memang mau bunuh diri. Malah sebaliknya, ini adalah langkah awal
kamu untuk mengejar cita-cita yang sempat tertunda karena sibuk dengan si dia
dalam proses ta’aruf. Kamu yang dulu sempat pingin kursus menjahit or masak,
sekarang saatnya. Kamu yang dulu sempat pingin kuliah lagi, ambillah kesempatan
itu skrg juga. Kamu yang pingin tahu rasanya cari duit sendiri atau bahkan jadi
wirausaha, jangan sia-siakan momen ini. Kesempatan nggak bakal datang dua kali.
Sedih juga nggak bakal hilang dengan
mengurung diri dalam kamar. Tapi kesedihan dan kepedihan bisa terobati dengan
beraktifitas dan membuka diri pada dunia sekelilingmu. Dan yang paling utama,
sibukkan dirimu dengan mengingat Allah. Dan ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati orang-orang mukmin menjadi tenang.
4. Jangan Dendam
Ada kata lelucon: Cinta ditolak
dukun bertindak. Hanya karena cintamu tak berbalas, kamu
jadi dendam kesumat sama ikhwan. Ancaman-demi ancaman pun siap menanti.
Biar bagaimana pun dendamnya kamu,
kalo nggak jodoh, maksa atau kepingin bersanding kayak gimana pun gak bakalan
terkabul. Namanya juga nggak jodoh,. Dendam hanya bikin kamu terlihat sadis dan
jelek. Dan yang pasti nggak sholeh dan sholihah . Ikhlaskan aja si ikhwan atau
akhwat kalo emang sudah gak punya rasa yang sama dengan kamu. Toh, dunia nggak
selebar daun pisang.
Kalo kamu dendam, malah akan bikin
orang itu keGR-an. Kenapa? Ya..karena akan terlihat ternyata kamu cinta mati
sama dirinya, padahal kamu adalah ‘nothing’ baginya. Dendam itu cuma
bakal merugikan diri kamu sendiri. Jodoh seseorang itu berbanding lurus dengan
kualitas dirinya. Ingat kan janji Allah bahwa laki-laki yang baik untuk
perempuan yang baik dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik? Begitu
juga sebaliknya. Kalo ternyata ikhwan itu berpaling darimu, yakin aja ternyata
dia tak sebaik dugaanmu. Dan yang lebih penting, ternyata dia memang bukan yang
terbaik untukmu.
5. Cari Pengganti
Tips yang ini katanya manjur. Tapi,
saya nggak merekomendasikan kamu untuk mengambil poin yang satu ini. Siapa bisa
jamin kamu gak bakal patah hati lagi untuk kedua kali, ketiga kali atau yang
kesekian kali? Jadi daripada jadi ajang coba-coba untuk hal bernilai seumur
hidup dan dunia akhirat, mending kamu cooling down dulu. Karena, ini bukan
ajang coba-coba. Lebih baik kamu perbaiki kualitas dirimu dari hari ke hari,
itu yg lebih penting. Agar pribadimu makin matang dan makin dewasa.
6. Sadari Masih Banyak Orang yang
Sayang Sama Kamu.
Ketika patah hati, kamu pasti merasa
sendiri dan kehilangan kasih sayang. Kamu bahkan berfikiran gak ada orang lagi
di dunia ini yg sayang sama kamu. Begitulah memang kondisi orang yang udah kadung
falling in love trus patah hati. Padahal juga gak begitu.
Saat ini kamu cuma kehilangan calon
suami atau calon istri, Masih calon kan? Dia toh bukan siapa-siapa kamu selain
cuma calon yang sekarang jadi mantan calon. Kalo karena kehilangan dia kamu berfikir
gak ada orang yang sayang sama kamu lagi, itu salah besar. Buka mata dan hatimu
dari yang semula berporos ke si dia, menjadi berporos ke dirimu sendiri. Kalo
udah, kamu bakal tahu bahwa kamu masih tetap ada, hidup dan segar bugar meski
tanpa dirinya.
Kamu cuma lagi melow aja, kondisi
lazim kalo lagi broken heart. Suasana hati kamu, tergantung persepsi kamu. Kalo
kamu manjain terus-menerus, maka lama-lama kamu akan tenggelam dalam suasana
melow yang berkepanjangan. Kalo kamu bertekad untuk bangkit menjadi akhwat atau
ikhwan yg tegar dan tangguh…kamupun pasti bisa.!!
Kamu bakal menyadari bahwa masih ada
orang-orang yang sayang sama kamu. Banyak malah. Yang pasti adalah ortumu. Mama
dan papamu. Mereka pasti akan support dan menyayangi kamu sepenuh hati. Lalu
saudara-saudaramu. Mereka juga pasti sayang dan peduli sama kamu. Mereka bakal
ikut sedih kalo kamu sedih, begitu juga sebaliknya.
Teman-teman kamu. Teman yang
sebetulnya teman dalam suka dan duka. Teman seakidah dan seperjuangan dalam
dakwah. Teman-teman yang disatukan oleh akidah yang sama. Mereka sayang kamu.
Mereka kehilangan kamu kalo kamu jadi berubah hanya karena patah hati. Kamu
yang dulu semangat banget dakwah dan nyebar buletin serta opini di kampus, Kamu
yg dlu periang dgn teman2 sepermainan di kantor, di masjid, teman nge-band,
atau teman curhat di facebook…tiba-tiba jadi loyo hanya karena ta’aruf putus
ditengah jalan.
Kamu yang dulu macan kampus dengan
argumentasi-argumentasi logis mampu mematahkan argumen sekuler sang dosen,
sekarang jadi macan tak bertaring.
Duh…rugi banget deh kalo kamu jadi
kayak gini. Udah kehilangan calon, kamu kehilangan dirimu sendiri lagi atau yg
paling parah kamu kehilangan Jati dirimu yg sebenarnya. Trus kalo kamu sudah
kehilangan diri, siapa dong diri kamu yang sekarang? Bahkan kamu tidak mengenal
dirimu sndiri. Saudariku, naudzubillah..ngeri banget kan?
7. Carilah Sahabat.
Hidup tanpa sahabat, hampa banget
rasanya. Apalagi di saat kamu lagi patah hati bgini. Sahabat bisa jadi tempat
curhatan yang asyik. Bayangkan, kalo kamu udah ditinggal pergi si dia, nggak
punya sahabat untuk berbagi lagi.
Pada sahabat kamu juga bisa
bercermin, apa yang salah dengan proses kamu ta’aruf tempo hari hingga mentok
di tengah jalan. Kalo sahabatmu emang bener-bener sahabat yang baik, ia pasti
akan jujur. Ia pasti akan berada pada posisi netral untuk memberikan penilaian
objektif. So, dia gak bakal memihak sang mantan tanpa alasan atau membela kamu
mati-matian hanya karena kamu adalah sahabatnya. Dia bisa memberikan satu sudut
pandang lain yang itu akan membuka mata dan hati kamu untuk jadi lebih baik.
Saudara dan saudariku fillah,..
Nah..Penyebab patah hati kamu udah
tahu dan bisa antisipasi. Begitu juga dengan tips-tips jitu untuk bikin PATAH
HATI jadi PELANGI. PATAH HATI jadi ENERGI. PATAH HATI jadi
SUMBER INSPIRASI. Yakin saja kalo semua yang telah terjadi memang sudah
qodho’Nya, sudah takdir. Ke depannya kamu kudu lebih hati-hati dalam melangkah
dan mengambil keputusan, apa pun itu.
=============================================
SEMOGA MENJADI SOLUSI:
Patah hati. Patah hilang tumbuh
berganti. Begitu kata pepatah. Maka gantilah dengan sesuatu yang lebih berguna.
Karena tak seharusnya kita patah hati. Karena sesungguhnya ada Yang Maha Menggenggam
Hati. Maka kembalikan segala urusan hatimu padaNya. Yaa…hanya padaNya semata.
Inilah moment kita untuk introspeksi. Moment untuk berkaca diri. Menyembuhkan
patah hati bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil. Ingat-ingat
lagi apakah selama ini kamu udah berusaha berjalan sesuai rel-Nya? Ataukah
masih ada sisa-sisa maksiat pada diri kita?
Semua menemukan moment
masing-masing. Begitu juga dengan kamu. Bila keinginan untuk menyempurnakan
separuh dien (agama) itu sudah begitu menggebu, padahal DIA masih ingin menguji
kamu, maka bersabarlah. Bersabarlah dengan semakin mendekat padaNya.
Kekurangdekatan kepada Allah bisa
menjadi pemicu munculnya patah hati. Tumpahkan seluruh gelisah dan gulanamu
padaNya. Karena sungguh, DIA Maha Penyembuh rasa sakit yang sempat ada karena
proses ta’arufmu yang gagal.
Karena sesungguhnya permasalahan
patah hati kamu cuma hal yang kecil. Sangat kecil sekali. Dibandingkan dengan
permasalahan besar di luar sana yang butuh uluran tangan kita.
Kalo kamu sudah menyadari benar
tentang hal ini, yaitu konsep jodoh dan rizky dengan baik dan benar, maka akan
ringan hatimu menerima keputusan yang terjadi dalam hidup. Kamu pun kudu paham
bahwa selalu ada skala prioritas dalam hidup. Menikah memang memiliki nilai
separuh dari ad-dien, tapi kalo memang belum jodoh, apa bisa dipaksa-paksa?
Menikah memang bagian dari ibadah kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah
SAW, tapi urusan itu tidak harus menjadi poros dan fokus kita selalu.
Bahkan sebaliknya, kalo kamu jeli
permasalahan jodoh dan patah hati itu adalah efek samping saja dari sistem
hidup yang berlaku di masyarakat sekarang ini. Kok bisa? Coba kamu baca lagi
tentang penyebab patah hati di atas. Beberapa poin menyebut tentang
ketidaksetujuan pihak keluarga untuk punya calon menantu miskin dan gak punya
pekerjaan tetap. Lalu ada juga rasa minder dari pihak ikhwan yang merasa gak
pantas secara materi untuk bersanding dengan akhwat pujaan. Trus kriteria yang
masih ada unsur kapitalis dari pihak ikhwan yang lebih memilih akhwat cantik
dan langsing daripada yang bagus agamanya. Untuk akhwat sama juga kapitalisnya.
Gak mau dapetin ikhwan kalo ia gak kaya dan mapan.
Ternyata, secara sadar atau tidak,
sikap kita masih mengikuti pola kapitalis. Karena memang sistem inilah yang
selama ini di pakai Setan utk mempropaganda dan diberlakukan pada kita (
manusia ) dan mau nggak mau, sedikit atau banyak, berpengaruh pada diri kita.
Hanya orang-orang yang yang sadar dan penuh kehati-hatian aja yang bisa selamat
dari perangkap sistem rusak dari Setan durjana ini.
Saudara dan saudariku
fillah..Tulisan kecil ini adalah kaca bagi kita untuk bercermin. Jangan-jangan
kita adalah salah satunya. Kalo memang iya, saatnya sekarang kita introspeksi.
Sistem kapitalis ini telah dengan sengaja atau tidak mempengaruhi sikap dan
perilaku kita tanpa sadar. Semoga ada hikmah dari untaian kata yang ingin saya
bagi dengan teman2 semua. Semoga bermanfaat.
Jabat erat dan salam hangat.
Barakallahufikum, semoga bermanfaat
Wassalamualaikum.