Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Kamis, 06 Januari 2011

Semarakkan Hidupmu dengan Sedekah, Agar Hartamu Berkah


SEBUT saja Ami, dia mempunyai pengalaman luar biasa mengenai sedekah. Ami telah lama mengidap penyakit kulit yang tidak jelas, dalam suatu waktu penyakit bisa kambuh, gatal-gatal di seluruh badan. Banyak dokter telah dia kunjungi, obat-obatan telah dia beli, namun seakan tidak mempan, sakit itu tidak kunjung sembuh. Ami enggan lagi ke dokter, dalam keadaan hampir frustasi tersebut Ami berkeinginan menyedekahkan uang yang seharusnya untuk berobat, anak yatim dia pilih untuk menerima sedekahnya.



Tidak ada niat lain Ami selain mencari ridha Allah saat bersedekah. Namun sebuah keajaiban Allah muncul, dari hari ke hari setelah bersedekah, sakitnya pelan-pelan membaik, Subhanallah. Kini Ami tidak perlu lagi mengeluhkan sakitnya, karena sudah sembuh total karena berkah sedekah dan atas izin Allah.
Di tempat yang lain, kisah menakjubkan terjadi, sebut saja namanya Vivi. Vivi dilanda gundah karena tidak kunjung mendapatkan kerja, padahal tidak sedikit usaha yang dilakukan. Bingung mendera hati Vivi. Waktu shalat tiba, Vivi segera menunaikan kewajibannya. Selesai shalat, seakan ada petunjuk kuat dari Allah, sebuah ayat terlintas di kepalanya, “Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (yang sempurna) sebelum menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Ali Imran 92).
Vivi lalu mengingat-ingat uang di tabungannya, kemudian mengingat-ingat siapa dalam waktu dekat yang membutuhkan bantuannya. Ingatannya langsung tertuju pada saudaranya yang membutuhkan bantuan. ‘Bismillah, kucari ridha-Mu ya Allah,’ batin Vivi saat itu, bukan mengharap apa-apa selain ridha Allah. Uang di tabungannya ia sedekahkan pada saudaranya yang terbelit kesulitan dikarenakan keluarganya dirawat di rumah sakit. Lega yang dirasakan Vivi, ada kekuatan iman di hatinya, berkah sedekah mampu menenangkan keresahannya. Tidak lama kemudian, dalam hitungan hari, sebuah telpon dari kantor yang dia ajukan lamaran kerja menelponnya, mengabarkan pada Vivi bahwa Vivi diterima kerja, dan agar datang memenuhi panggilan bos perusahaan di kantornya. Saat itulah Vivi langsung sujud syukur.
Sedekah itu perlu keikhlasan, bukan mengharap balasan, sesulit apapun yang terjadi, hendaknya sedekah dilandasi iman dan harapan yang dalam akan ridha Allah.
Balasan sedekah tidak berarti berupa materi, namun bisa saja berkah sedekah tersebut berimbas pada ketenangan hati, khusyuknya ibadah, terjaganya diri dari belanja sia-sia.
....sSedekah menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya....
Selain itu manfaat sedekah juga mampu menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya.
Abu baker RA adalah sahabat Rasulullah yang sangat ringan dalam kebaikan, tanpa pertimbangan menggunakan seluruh hartanya untuk menebus budak yang disiksa kaum Quraisy. Begitupun Khadijah, wanita kaya raya yang sangat peduli terhadap kaum tertindas, tidak pernah memperhitungkan ataupun menimbang-nimbang harta yang diinfakkan di jalan Allah.
Sedekah itu memang berat jika tidak dilandasi iman yang kuat, padahal Allah menjanjikan balasan yang luas bagi insan yang menyedekahkan hartanya untuk kepentingan agama Allah.


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tuju bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-NYA) lagi Maha Mengetahui” (Al Baqarah 261).
....balasan dan berkah melimpah bagi harta yang disedekahkan. Mari berlomba-lomba meraih ridha Allah dengan sedekah....
Subhanallah, melimpahnya balasan dan berkah bagi harta yang disedekahkan, apalagi saudaraku yang kalian tunggu?
Mari berlomba-lomba meraih ridha Allah dengan sedekah, semarakkan dunia kita dengan usaha sedekah, agar harta yang Allah titipkan menjadi berkah.


Belajar Ilmu Ikhlas


"Mari ku ajarkan mu tentang ikhlas," kata seorang guru kepada muridnya.
"Nanti saya ambilkan buku dan pena untuk menulisnya."
"Tak payah, bawa sahaja karung guni."
"Karung guni?" soal anak muridnya, seperti tidak percaya.
"Mari kita ke pasar!"Dalam perjalanan ke pasar mereka berdua melalui jalan yang berbatu-batu.
"Kutip batu-batu yang besar dan masukkan ke dalam guni yang kau bawa itu," kata guru itu memberi arahan.
Tanpa soal, anak muridnya memasukkan batu-batu besar yang mereka temui sepanjang jalan.
"Cukup?"


"Belum, isi sampai penuh karung guni itu. Lebih banyak lebih baik."
Sampai di pasar, mereka berdua tidak membeli apa-apa pun. Gurunya  hanya berlegar-legar, melihat-lihat dan kemudiannya mula beredar ke  luar.
"Tok guru, kita tidak beli apa-apa kah?"
"Tidak. Bukankah karung guni mu telah penuh?"
"Ya, ya..." kata murid itu sambil memikul guni yang berat itu kelelahan.
"Banyak beli barang," tegur seorang kenalan apabila melihat anak murid itu memikul guni yang berisi penuh dengan batu-batu.
"Wah, tentu mereka berdua ini orang kaya. Banyak sungguh barang yang  mereka beli," bisik orang lalu-lalang apabila melihat guru dan anak  murid tersebut.
"Agaknya, mereka hendak buat kenduri dengan barang-barang yang banyak itu," kata orang yang lain.
Sampai sahaja di tempat tinggal mereka, murid tadi meletakkan guni yang berisi batu-batu tadi.
"Oh, letih sungguh... apa yang kita nak buat dengan batu-batu ni Tok?"
"Tak buat apa-apa."
"Eh, kalau begitu letih sahajalah saya," balas anak murid.
"Letih memang letih, tapi kamu dah belajar tentang ikhlas..."
"Bagaimana?" tanya anak murid itu kehairanan.
"Kamu dah belajar apa akibatnya tidak ikhlas dalam beramal."
"Dengan memikul batu-batu ini?"
"Ya. Batu-batu itu umpama amalan yang riyak. Tidak ikhlas. Orang  memujinya seperti orang-orang di pasar tadi memuji banyaknya barang yang  kamu beli. Tapi, kamu sendiri tahu itu bukan barang makanan atau  keperluan tetapi hanya batu-batu..."
"Amal yang tidak ikhlas umpama batu-batu ini?"


"Ya, hanya beratnya sahaja yang terpaksa ditanggung. Dipuji orang,  tetapi tidak ada nilainya di sisi Allah. Yang kamu dapat, hanya penat..."
"Ya, sekarang saya sudah faham apa akibat jika beramal tetapi tidak  ikhlas!" ujar murid itu. Sekarang dia sudah faham apa akibatnya RIYAK  dalam beramal.

Pengajaran:
Ramai manusia tertipu dalam beramal kerana mengharapkan pujian orang.  Padahal kata pujian daripada orang-orang itu  tidak akan memberi manfaat  pun kepadanya pada hari akhirat. Malah, mengharap pujian daripada  manusia hanya akan menyebabkan diri terseksa kerana terpaksa hidup dalam  keadaan yang bermuka-muka. Rugi benar orang yang tidak ikhlas, terseksa  di dunia, terseksa di akhirat.


Berilah Kerena Allah


Seringkali saya berdepan dengan situasi di mana manusia mudah berasa  kecewa apabila jasa baik mereka tidak berbalas. Baik sewaktu berada di  sekolah, pusat pengajian tinggi sehinggalah di tempat kerja, sesama kaum  kerabat, rakan dan jiran.
Sering terdengar kekesalan dan keluhan,  "Dahulu sewaktu dia dalam kesusahan bukan main baik minta pertolongan  kepada kita, kita pun berbesar hati tolong dia; sekarang bila tiba  giliran kita dalam kesusahan langsung dia tidak ingat, apatah lagi  hendak menghulur bantuan."
Seolah-olah timbul penyesalan kerana telah  bersusah-payah memberi pertolongan kepadanya suatu ketika dahulu. "Kalau  tahu perangai dia macam ni, sejak dulu lagi tak patut dibantu."
Seakan-akan  menjadi lumrah manusia, apabila diminta melakukan sesuatu, maka pasti  dia akan menimbang-tara antara kos dan manfaat. Kos yang perlu  ditanggung dan manfaat yang akan diperoleh.
Kadangkala apabila saudara  kita memohon pertolongan, antara perkara pertama yang akan kita fikirkan  ialah adakah kelak bila kita dalam kesusahan dia akan tolong kembali.  Itu yang utama.
Kerana untuk menolongnya, pasti kita terpaksa menanggung  beban masa, tenaga dan mungkin juga wang. Jadi sekiranya kita mencurah  masa, tenaga dan wang untuk membantunya; perlulah kelak menerima balasan  setimpal. Sekurang-kurangnya bila kita susah, dia juga patut melakukan  perkara sama.


Apabila bantuan telah diberi dan tiba kitaran waktu  kita pula dilanda musibah, rasa kecewa memuncak di hati sekiranya  bantuan yang kita pinta dari insan yang telah kita bantu dahulu ditolak.
"Dulu dia susah kita yang tolong, sekarang dah senang dia lupa kita."
Akibatnya  ramai yang menjadi kecewa, dan budaya tolong menolong antara satu sama  lain diganti dengan budaya penting diri sendiri dahulu sebelum orang  lain. Kita akan hanya berkorban jika habuannya setimpal atau lebih  besar. Budaya ini menular hebat dalam masyarakat; daripada  penuntut-penuntut ilmu di pusat pengajian sehinggalah kepada  pemimpin-pemimpin politik.
Adalah menjadi fitrah manusia itu akan  senantiasa pertimbang kos dan manfaat, baik dan buruk sesuatu perkara  sebelum membuat keputusan. Cuma malang sekali apabila manfaat tersebut  dilihat dari neraca duniawi. Habuan yang diharapkan semuanya dalam  perkara keduniaan: harta, pengaruh dan lain-lain.
Sebelum kita memberi  wang bantuan yang dipinta umpamanya, kita akan berfikir kelak apabila  kita susah adakah dia akan memberi wang bantuan juga? Adakah dia akan  meluangkan masa membantu kita pula? Bolehkah dia mengembangkan pengaruh  kita? Dan pelbagai lagi persoalan keduniaan yang bermain.
Kita lupa  kepada ganjaran syurga dan pahala yang jauh lebih hebat. Hati kita lebih  tertarik kepada kesenangan duniawi yang apalah sangat berbanding  kesenangan Akhirat. Apabila tidak pula mendapat kesenangan duniawi itu,  kita merasa kecewa pula. Adakah patut kita kecewa kerana dunia? Lupa  pada Akhirat?
Allah menceritakan keadaan orang-orang baik (al-Abraar) di dunia dan balasan mereka di Akhirat kelak:
\[5] Sesungguhnya  orang-orang yang berbakti (dengan taat  dan kebajikan), akan meminum  dari piala: sejenis minuman yang bercampur dengan  "Kafur", - \[6] Iaitu sebuah matair (di Syurga), yang  diminum daripadanya oleh  hamba-hamba Allah (yang taat); mereka boleh  mengalirkannya (di  tempat-tempat tinggal mereka) dengan aliran yang  semudah-mudahnya dan  menurut kemahuannya. \[7] (Mereka dikurniakan  kesenangan itu kerana) mereka  menyempurnakan nazarnya (apatah lagi yang  diwajibkan Tuhan kepadanya), serta  mereka takutkan hari (akhirat) yang  azab seksanya merebak di sana sini. \[8] Mereka  juga memberi makan benda-benda makanan  yang dihajati dan disukainya,  kepada orang miskin dan anak yatim serta orang  tawanan, \[9] (Sambil berkata dengan lidah atau  dengan hati): "[B]Sesungguhnya  kami memberi makan kepada kamu kerana Allah  semata-mata; kami tidak  berkehendakkan sebarang balasan dari kamu atau ucapan  terima kasih,


\[10] "Kami  sebenarnya takutkan Tuhan  kami, takut Ia kenakan kami azab hari yang  padanya muka orang-orang yang  bersalah: masam berkerut-kerut". \[11] Dengan  sebab  (mereka menjaga diri dari kesalahan), maka Allah selamatkan  mereka dari  kesengsaraan hari yang demikian keadaannya, serta  memberikan kepada mereka  keindahan yang berseri-seri (di muka), dan  perasaan ria gembira (di hati).  \[12] Dan kerana  kesabaran mereka (mengerjakan  suruhan Allah dan meninggalkan  laranganNya), mereka dibalas oleh Allah dengan  Syurga dan (persalinan  dari) sutera.
\[Surah Al-Insaan; 76: 5-12]
Fokus  kepada ayat 8 sehingga ayat 10. Pada ayat 8, Allah menceritakan  bagaimana orang-orang baik ini memberi makanan yang mereka perlu dan  mereka suka kepada orang lain yang lebih memerlukan; iaitu fakir miskin,  anak-anak yatim dan tawanan perang. Lihat bahawa orang-orang soleh ini  memberi apa yang mereka perlu dan suka. Itu baru kebajikan sebenar,  seperti firman Allah:
\[92] Kamu tidak  sekali-kali akan dapat mencapai  (hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang  sempurna) sebelum kamu dermakan  sebahagian dari apa yang kamu sayangi.  Dan sesuatu apa jua yang kamu dermakan  maka sesungguhnya Allah  mengetahuinya.
\[Surah Ali Imran; 3: 92]
Bukan  seperti kebanyakan kita yang hanya memberi apa yang kita sudah tidak  mahu lagi. Kebajikan sebenar ialah apabila kita berkorban apa yang  sangat kita sayangi dan sukai.
Bukan itu sahaja, setelah  orang-orang baik ini memberi apa yang sangat mereka sayangi, pada ayat 9  mereka berkata pula bahawa pemberian mereka adalah kerana Allah  semata-mata, dan mereka tidak sedikit pun mengharap balasan daripada  orang yang telah dibantu, bahkan ucapan terima kasih pun mereka tidak  mahu.
Ramai antara kita yang mudah melatah sekiranya orang yang kita  bantu tidak ucap terima kasih, bahkan ramai yang sebenarnya mengharapkan  balasan sesuatu daripada orang yang dibantu. Sedangkan orang-orang yang  baik itu mereka adalah sebaliknya. Jangankan balasan bantuan, ucapan  terima kasih pun tidak mahu. Itulah semata-mata kerana Allah!
Pada ayat  10, diterangkan bahawa orang-orang soleh ini, apabila memberi bantuan,  mereka hanya mengharap balasan daripada Allah! Mengharap kepada kasih  dan rahmat Allah agar mereka selamat dan mendapat layanan baik dari  Allah pada Hari Pembalasan - pada hari tersebut Allah menimpakan azab di  mana orang-orang jahat akan berkerut wajah mereka kerana pedihnya dan  beratnya azab hari tersebut.



Moga-moga Allah akan kasihankan orang-orang  baik atas segala bantuan yang pernah mereka lakukan dahulu semata-mata  kerana Allah tanpa mengharap apa-apa balasan. Maka pada ayat-ayat  berikutnya Allah menceritakan bagaimana orang-orang baik ini mendapat  ganjaran-ganjaran yang sangat hebat: Syurga dan diceritakan pula segala  isinya yang akan dinikmati mereka.
Aduhai celakalah kita kerana  tertipu dengan dunia. Mata hati kita tertutup daripada melihat kehebatan  Syurga dan kehinaan dunia. Akhirnya berapa banyak persaudaraan dan  persahabatan yang putus kerana kecewa akibat pertolongan yang tidak  berbalas. Marilah sama-sama membudayakan amalan orang-orang baik;  berilah semata-mata kerana Allah!
Lupakan balasan dunia, utamakan  ganjaran Akhirat. Moga-moga kita tidak akan lagi dilanda kekecewaan  dalam hidup, dan moga-moga Allah berasa kasihan kepada kita pada Hari  Pertemuan dengan-Nya nanti.


Panduan Memilih Isteri


"Yang paling kukuh keimanan ialah berkawan kerana Allah, bermusuhan kerana Allah, cinta kerana Allah dan membenci kerana Allah." - Hadis Riwayat Tabarani dari Ibnu Abbas r.a
Mengapakah teruna memilih gadis jelita? Kata orang, gadis seperti ini menyejukkan serta menggembirakan hati. Betulkah begitu?
Gadis itu pada asasnya bererti wanita yang belum bernikah.
Walaupun begitu, perkataan 'gadis' juga digunakan bagi menggambarkan kesucian seseorang wanita.
Wanita yang sudah ternoda sebelum berkahwin digelar 'sudah tiada gadis' atau 'sudah tiada dara'.
Umumnya, pengertian pertama iaitu wanita yang belum bernikah digunakan secara formal sedangkan yang kedua itu adalah gelaran yang diberikan secara berbisik-bisik.
Alam gadis merupakan alam yang paling manis bagi seseorang wanita.
Semasa inilah seseorang wanita itu akan mencapai tahap mekarnya dan keayuannya. Pada masa inilah wanita itu mula dipanggil 'bergetah' jika kita hendak meminjam bidalan Soekarno.
Bila dipandang, banyak hati lelaki akan tergoda.
Ada gadis yang 'boleh tahan' dan ada gadis yang 'tak boleh tahan'. Gadis yang 'boleh tahan' biasanya dianggap manis tapi tidaklah jelita.



Yang 'tak boleh tahan' pula adalah gadis yang sungguh cantik menawan. Ramai lelaki yang tergoda kepada gadis 'tak boleh tahan' ini apatah lagi jika gadis itu sendiri pandai pula menggoda dan mempermainkan perasaan lelaki.
Tidak dapat dinafikan bahawa lelaki teruna sememangnya tertarik pada rupa dan bentuk fizikal gadis.
Itulah yang menjadi asas mengapa mereka lebih memberi perhatian.
Ada orang berpendapat bahawa gadis yang cantik lebih beruntung kerana lelaki melayaninya dengan lebih baik, mesra dan lemah-lembut.
"Janganlah sekali-kali seorang lelaki berduaan saja dengan seorang wanita, melainkan dengan didampingi seorang muhrim." (Hadis riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas r.a.)
Biasanya teruna akan terpikat dan terpesona dengan kecantikan si gadis dahulu, kemudian barulah si teruna menyelidiki perangai si gadis.
Ini menyebabkan ramai lelaki terperangkap, menyesal atau menderita, terutamanya bila sudah terlanjur dan tidak boleh berundur lagi sedangkan baru tahu bahawa si gadis itu teruk perangainya atau sudah ternoda.
Walaupun 'mata yang belum berisi pengalaman' itu tertarik pada rupa yang cantik, sebenarnya jodoh bagi hati adalah hati juga, bukannya rupa.
Maksudnya pada akhirnya gadis yang hatinya paling suci sesuci hatinyalah yang dipilih oleh teruna untuk dikahwini.
Berikut adalah petua-petua sekiranya anda ingin memilih gadis jelita menjadi isteri anda
Elakkan Dari Berkawan Dengannya
Dengan merapati dan berkawan dengan si gadis, kecantikan hati ini sebenarnya sukar untuk dinilai oleh lelaki. Selalunya yang dilihat semuanya 'baik, sopan dan elok' apatah lagi pada masa itu sang teruna sedang mahu, dia hanya nampak yang elok. Si gadis pula mungkin hanya berpura-pura jadi baik dan sopan untuk memikat teruna. Itulah sebabnya ada yang membidalkan bahawa:
'Yang bercahaya tidak semestinya emas' dan 'yang cantik tidaklah semestinya permata'. Maka elakkan dari berkawan dengannya untuk mengelakkan anda dari terpesona dan terpedaya.
Lakukan Risikan Secara Rahsia


Kecantikan hati biasanya boleh dinilai oleh pengamatan rahsia si teruna bersama keluarga teruna terhadap si gadis.
Risikan rahsia ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkahlaku si gadis itu bila dia berada bersama keluarganya sendiri.
Adakah si gadis dari jenis yang suka berjalan, bergaul bebas, atau suka menolong ibunya memasak, rajin berkemas dan taat dalam beribadat akan dapat ditentukan dengan lebih jelas.
Pihak teruna juga boleh mengetahui perihal moral si gadis dengan menyelidiki ke manakah si gadis itu suka pergi di hujung minggu atau di masa lapangnya.
Jika dia gemar pergi ke tempat yang kurang baik, besar kemungkinan dia mempunyai sifat-sifat yang kurang baik pula.
Walaupun pada asasnya cara menyelidik begitu, atau dipanggil 'merisik' ini tidak begitu disukai oleh si gadis sendiri, ia adalah jalan yang dianggap lebih baik dari cara berkawan dengan si gadis, membawanya ke mana suka, dan 'menyelidik' dengan bertanya pada gadis itu atau hasil memperhatikan tingkah lakunya di depan mata.
Cari Yang Pandai Mengurus Rumahtangga
Pada zaman sekarang, masa remaja si gadis bererti masa sebagai pelajar sekolah menengah, pra-universiti dan pusat pengajian tinggi.
Bagi gadis-gadis ini, masa untuk mereka belajar menjadi 'wanita' dari ibu adalah amat terhad, jika ada, praktikannya hanya dalam jangkamasa pendek. Kesempatan untuk berada di dapur amatlah terhad pada hujung minggu serta semasa cuti.
Akibatnya, semakin ramai gadis yang berorientasikan kerja makan gaji dan tidak berorientasikan mengurus rumahtangga.
Cari Yang Hormat Kepada Orang Tua
Selidiklah apakah dia gadis yang tahu menghormati orang tua.
Ini penting kerana dia nanti akan bersua, bertandang ataupun duduk bersama ibu bapa anda.
Walau betapa cantik pun dia, jika dia tidak menghormati ibu dan bapa mertuanya, dia akan menyebabkan anda menjadi serba-salah dalam menangani kehidupan anda.
Cari Yang Pandai Menjaga Kehormatan


Hal ini juga dapat diperhatikan di kalangan gadis-gadis yang tidak begitu berjaya dalam pelajaran. Lebih ramai yang suka bekerja makan gaji dari membantu ibu di rumah atas alasan meringankan beban keluarga.
Bagi gadis yang mudah 'lupa' masa inilah mereka akan jadi rosak.
Mereka akan keluar dengan lelaki tanpa segan silu, mula memakai pakaian yang ketat dan menjolok mata serta belajar berbagai cara dari rakan sebaya untuk memikat lelaki.
lbubapa yang tidak mengawasi gerak-geri anak gadisnya mungkin akan menyebabkan gadis itu menjadi gadis murahan.
Cari Yang Tidak Bebas Dengan Lelaki
Pada zaman dahulu, ada ibu bapa yang sengaja tidak menghantar anak perempuannya ke sekolah.
Takut nanti jadi perempuan jahat akibat dapat bergaul dengan lelaki secara bebas.
Bila zaman semakin moden, pemikiran cara ini dianggap sudah usang.
Ramai pula menganggap adalah lebih baik bagi wanita bersekolah asalkan saja di sekolah dia dilengkapi dengan input tatasusila dan adat apatah lagi agama.
Cari Yang Didikan Agamanya Cukup
Beredarnya zaman perlu mengambil kira faktor sekeliling si gadis. Jelas pada kita bahawa cara hidup gadis sekarang sudah jauh berbeza berbanding gadis satu atau dua dekad silam.
Namun, dari sudut nalurinya adalah sama saja. Zaman gadis adalah zaman mencari identiti dan cuba mengekalkan identiti itu.
Jika terdedah dia kepada yang buruk maka buruklah jadinya.
Walaupun begitu, gadis yang mendapat didikan yang baik besar kemungkinan akan menjadi wanita yang berguna kepada negara dan agama malah boleh menjadi contoh teladan sama ada kepada wanita mahupun lelaki.
Cari Yang Berpegang Teguh Pada Suruhan Agama
Ada empat sebab utama mengapa teruna memilih seseorang gadis, kerana kecantikannya, kerana hartanya, kerana keserasian taraf dan kerana agama.


Yang akan membahagiakan ialah memilih gadis yang beragama.
Dimanakah letaknya nilai gadis yang cantik? Letaknya ialah pada keimanan gadis itu.
Jika dia cantik dan dia pula beriman, berharta dan setaraf pula, maka dialah yang masuk ke dalam kategori gadis yang 'tak boleh tahan'.
Tapi sedarlah, dia akan memilih lelaki yang baik-baik pula!


http://www.iluvislam.com/keluarga/perkahwinan/982-panduan-memilih-isteri.html

Pelangi Patah Hati


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
  
Note ini memang panjang dari note2 yg biasa saya tulis, karena disini termaktub unsur SEBAB AKIBAT dari apa yg menjadi dasar tulisan saya ini. Tapi semoga anda tidak bosan membacanya, dan semoga menjadi satu MOTIVASI bagi sahabat2ku yang mungkin pernah merasakan PATAH HATI.
----------------------------------------------------------------------

Pelangi = MeJiKuHiBiNiU. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tujuh warna yang indah. Pernah kan kamu melihat pelangi?



Trus, apa hubungannya pelangi dengan patah hati? Kali ini, saya akan mengajak kalian saudara dan saudariku yg seiman di jalan Allah, untuk menyusuri lika-liku cinta bahwa patah hati pun bisa menyisakan pelangi di hati kalo kita tahu menyikapinya.. Terutama kamu yang habis patah hati.

Kamu Yang Patah Hati
Kamu yang patah hati, kamu yang lagi bersedih, kamu yang lagi merasa sendiri, kamu yang merasa pingin mati, kamu yang…pokoknya kamu yang merasa tersakiti, maksudnya kamu yang berstatus ukhti. Kenapa ukhti? Iya, karena ukhti atau akhwat yang biasanya jadi korban patah hati. Karena akhwat yang biasanya suka nangis bombay kalo ta’aruf gak jadi, atau diputusin sepihak sama ikhwan.
Ukhti fillah, Kenapa sih kamu patah hati? Karena ikhwan idamanmu mutusin kamu? Karena ikhwan yg udah taruf  bertahun2 trnyata memilih akhwat lain drpd kmu? Karena kamu gak sesuai dengan kriteria yang dia mau? atau karena keluarga nggak setuju? Atau bisa jadi semua pertanyaan tadi kamu setuju alias emang sedang menimpamu?
KETAHUILAH..Patah hati itu terjadi karena harapan kamu lebih besar daripada kenyataan yang menimpamu. Ingat , ajang ta’aruf ( dalam islam ) atau yg namanya pacaran sekalipun, atau apapun istilahnya itu.. tidak harus selalu terus dan berakhir bahagia di pelaminan. Kemungkinan antara gagal dan terus sekitar fifty-fifty. Namanya aja sedang dalam proses, untuk saling mengenal diri satu sama lain. Kalo ada salah satu pihak, atau malah kedua belah pihak merasa nggak cocok, maka persiapkan hatimu untuk menerima segala kemungkinan. Termasuk ta’aruf  putus di tengah jalan.
Tapi kan pedih. Iya, siapa yang gak merasa sedih ketika harapan sudah di depan mata dan proses tinggal selangkah saja? Tapi kalo bukan jodoh, biar kata juga kamu nangis tujuh hari tujuh malam sampe kering air matamu, atau keluar air mata darah tetep aja gak bakal nyambung. Jadi, nangis dan bersedih secara wajar boleh. Tapi jangan keterusan. Rugi banget kalo itu terjadi pada dirimu.
Si ikhwan yang mutusin kamu saat ini pasti udah lagi asyik proses taaruf sama akhwat lain. Atau bisa jadi ia malah sudah gak ingat sama sekali sama kamu yang pernah diajaknya ta’aruf. Memang nggak semua ikhwan kayak gini. Ada juga yang mungkin aja sama-sama lagi bersedih kayak kamu saat ini. Tapi ikhwan biasanya cepet banget ngelupainnya. Apalagi bila ini menyangkut perasaan. Dia pasti sudah menyibukkan diri dengan pekerjaan or aktivitas lain sekedar untuk ngelupain kamu. Maka rugi banget kalo kamu berlarut-larut dalam masa patah hati.



Nah, daripada kamu cuma manyun mending kita telaah dan analisa disini…Cuma butuh waktu 20 menit utk membaca notes ini smpe selesei.

Penyebab Patah Hati
Ada banyak banget sebab-sebab kenapa sebuah proses ta’aruf menjelang khitbah ( lamaran ), atau bahkan sudah khitbah itu sendiri, putus di tengah jalan. Tulisan ini dibuat sekedar cermin buat Saudariku semua agar lebih berhati-hati ke depannya. Agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Bukankah orang buta tak mau kehilangan tongkatnya untuk kedua kali? Apalagi kamu kan bukan termasuk kategori orang buta ini hihi. Makanya jangan mau kehilangan hatimu yang kedua kali.
Trus bagi kamu yang belum pernah patah hati, tulisan ini bisa jadi pelajaran tanpa maksud menggurui. Bukankah orang bijak itu adalah dia yang bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari pengalaman orang lain? Sebutir mutiarapun, biarpun jatuh ke lumpur akan tetap berkilau. Dan kata2 hikmah yg keluar dari mulut si miskin, akan lebih bermakna drpd kata2 kasar dari si Kaya. Setuju..?

Tujuh ( 7 ) Macam Penyebab Kamu Patah Hati:

1. Keluarga
Kamu dan si ikhwan sudah sama-sama setuju untuk proses ta’aruf menuju ke pernikahan. Setelah mantap, si dia datang menghadap keluargamu. Awalnya baik-baik saja. Tapi ketika ditanyakan Maisyah alias sumber nafkah, ortu merasa masa depan anaknya akan suram kalo jadi menikah dengan ikhwan tersebut. Dengan berbagai alasan seperti:
- anak saya masih pingin sekolah lagi
- adik-adiknya masih butuh banyak biaya. Biar anak saya cari duit dulu untuk bantu keluarga
- kakaknya belum nikah. Gak boleh sebagai adik mendahului kakak ( di adat jawa, hal ini msih berlaku ).
- Kalo jodoh gak akan lari ke mana


- Dll
Nah, kalo ortu udah pake kalimat alasan di atas padahal kamu sudah ngebet banget pengin menyempurnakan separuh agama, alamat ada batu terjal menghadang langkah kalian berdua untuk proses lebih lanjut. Kalo kamu gigih meyakinkan ortu trus kemudian mereka luluh tidak masalah. Tapi kalo ternyata pendirian ortu jauh lebih gigih daripada perjuanganmu, ini merupakan indikasi bagi kamu untuk patah hati.
Atau mungkin bukan maisyah atau nafkah yang jadi alasan. Bisa juga karena domisili yang jauh. Kamu di pulau Jawa, si calon ada di Kalimantan atau Sulawesi misalnya. Ortu kamu gak tega berjauhan dari putri tercinta. Tapi si dia juga gak mungkin pindah ke Jawa karena beberapa alasan tertentu.
Atau, alasan lain semisal beda suku. Kamu dari Jawa, calonmu orang Sunda. Atau sebaliknya. Pokoknya ortu pingin anaknya dapat jodoh yang sama asal sukunya. Sehingga ta’aruf gak nyambung dan gak bisa berlanjut menjadi khitbah. Kamu kudu pasrah dengan keputusan keluarga untuk gak jadi meneruskan proses dengan ikhwan tersebut. Apalagi kalo kamu gak punya alasan kuat  atau daya tawar dalam keluarga.
Misal : kamu selama ini kolokan banget dalam keluarga. Apa-apa mama, sedikit-sedikit papa, kesana-kemari minta antar, gak mandiri, jadi ortu dan keluarga gak tega kalo kamu dinikahi ikhwan tersebut. Khawatirnya anak kesayangan mereka bakal kelaparan. Padahal kamunya udah setengah mati siap lahir batin untuk hidup sengsara dengan ikhwan pujaan karena menurutmu ia baik dan sholeh. Tapi apa daya, keluarga juga siap lahir batin untuk tetap menghalangi niatmu jadian dengan pilihan hatimu.

2. Kelompok Ngaji
Kamu merasa udah “KLIK” sama seorang ikhwan dan berniat melanjutkan proses ke arah ta’aruf yang lebih serius. Keluarga pun juga gak ada masalah. Tapi ternyata, ada hal lain yang membuat proses kalian tersendat. Turut campurnya pembina pengajian tentang siapa yang akan menjadi jodohmu. Mulai dari anggapan kamu belum cukup siap untuk membina rumah tangga karena baru aja mengawali ngaji hingga ternyata calonmu ternyata tidak satu kelompok pengajian. Wejangan-wejangan pun mulai dilancarkan untuk ‘menyadarkan’ kamu.
‘Kamu masih kecil. Umur juga masih 20 tahunan. Ngaji dulu yang rajin, jangan mikirin nikah mulu.’
‘Sudah sampe mana ta’arufnya?’


‘Kamu yakin dengan ikhwan ini? Dia nggak satu jama’ah dengan kita loh…’
‘Jangan lama-lama prosesnya. Tiga bulan dari sekarang harus sudah nikah…’
Karena nggak tahan dengan intervensi ini, proses kalian tak bisa berlanjut. Kamu pun patah hati.

3. Pihak si dia
Kali ini si ikhwan yang berinisiatif mengakhiri proses ta’aruf atau bahkan khitbah denganmu. Kok bisa? Apa salahku??? Mungkin itu pertanyaan yang akan menghantuimu ketika diputuskan sepihak. Bukankah selama ini visi dan misi kita sama? Bukankah tak ada masalah serius dalam proses ini? Ortu dan keluarga juga udah setuju. Semua kluarga besar juga udah beri lampu ijo. Lalu apa?
‘Maaf, sepertinya ta’aruf kita sampai di sini dulu saja.’
‘Sebaiknya kita off dulu aja ta’arufnya. Masih banyak hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum dilanjutkan..’
‘Kita tak usah berhubungan dulu sementara ini. Saya punya banyak hal yang harus dipikirkan.’
Dan banyak alasan lain.
Itu masih mending ada kata-kata yang mengisyaratkan ‘kita putus’. Karena ada juga beberapa tipe yang inginnya ta’aruf STOP tapi tak ada cukup keberanian untuk mengatakannya pada kamu. Yang begini nih malah bikin pusing dan bingung. Dibilang sudah ‘ada yang punya’ tapi belum jatuh khitbah. Atau bagi yang sudah jatuh khitbah tapi tak ada kejelasan kapan nikah. Tapi dibilang masih ‘free’, kok sudah proses setengah jalan. Nah, ribet banget jadinya.!
Ikhwan tipe ini sebetulnya pingin mutusin kamu tapi dia gak punya keberanian untuk ngomong langsung. Alasan klisenya, khawatir menyakiti hati perempuan. Padahal dengan sikapnya yang menggantung ini aja sudah cukup menyakitkan, Jadi kalo kamu ngadepin tipe ini,  kamu yg kudu tegas dan punya sikap.
Secara syar’i, memang tak perlu ada alasan bagi pihak yang memutuskan lebih dulu untuk memberi penjelasan mengapa dan kenapa ia memutuskanmu. Bisa jadi, ia merasa kurang cocok selama proses ta’aruf meski kamunya ngotot sebaliknya. Bisa jadi meski visi dan misi sesuai, tapi ternyata tak bisa sejalan menurut kacamata si ikhwan. Atau…bisa jadi juga ternyata ada akhwat yang ternyata jauh lebih segalanya dari kamu yang menerima panah asmaranya.


 Dia lebih cantik, lebih kaya, anak pejabat dan konglomerat, dan supaya gak terkesan di cap matre, si ikhwan pun pake alasan kalo nih akhwat dakwah dan pemahamannya jauh lebih kenceng daripada kamu.
Kok bisa? Kan dia sedang proses denganku. Bahkan ia sudah menemui ortu dan jatuh khitbah. Bagaimana mungkin ia ternyata dengan enaknya minta putus gitu aja...? Dan yang lebih menyakitkan, sebelum putus dengan kamu, ia sudah proses ta’aruf dan khitbah dengan akhwat lain! Kamu benar-benar nggak bisa terima kondisi ini.
Padahal kondisi ini bisa saja terjadi. Dan sangat bisa. Jadi, ketika kamu akhirnya menjadi pihak yang diputus karena setelah dibandingkan dan ditimbang memakai kacamata ikhwan tipe ini, ternyata levelmu kalah jauh dengannya, maka jangan menyesal. Bahkan sebaliknya, kamu seharusnya bersujud syukur karena Allah telah menunjukkan “bentuk aslinya” sebelum kalian terlanjur menikah. Meski resikonya kamu jadi patah hati.
Dan satu lagi, jangan pernah kamu membenci dirinya, ikhwan yang telah mencuri hatimu.

4. Pihak Kamu
Maksudnya? adalah kamu sebagai pihak yang memutuskan. Karena ketika kamu memutuskan dia juga bukan tanpa pertimbangan. Meski konsekuensinya kamu musti menangis lagi.
Kamu akhirnya memutuskan dia meski dengan rasa berat hati, tapi memang hal terbaik yang menurutmu perlu diambil. Why? Karena setelah melalui proses ta’aruf ternyata visi misi kalian nggak cocok. Ambil contoh misalnya dia adalah teman lamamu ketika di SMU dulu. Kamu mengenal dia sebagai seorang yang cerdas, baik hati dan tidak sombong, serta menyenangkan.
Ketika ia mengajak serius ke pernikahan dan kamu mengajukan syarat bahwa ia harus mau berubah dengan mulai serius mengkaji Islam misalnya, ternyata ia menolak. Ia merasa bahwa waktu dan energinya sudah terkuras untuk bekerja, jadi mana ada waktu untuk ngaji apalagi berdakwah.
Masih mending kalau ia mendukung syariat dan khilafah sebagai bagian dari perjuanganmu, tapi kalo ternyata ia malah menganggap itu ide gila alias khayal? Kamu pun merasa berat untuk berjuang seorang diri bila ia yang jadi suamimu nanti ternyata tak bisa diajak seiring sejalan menggapai cita-cita.
Atau bisa juga visi dan misi sejalan tapi ternyata kalian berdua tak bisa menjadi mitra yang baik. Sama-sama egonya gede banget.


 Gak ada yang mau ngalah kalo ada masalah. Misal kamu pingin dia sebagai pihak cowok menghubungi kamu dulu dalam perencanaan ketemu ortu atau hal-hal persiapan pernikahan. Tapi ikhwannya sendiri, ia merasa bahwa harusnya kamu yang menghubungi dia kalo emang ortumu pingin ketemuan sama calon menantu. Satu sama lain merasa ‘yang butuh siapa’. Waduh…kalo udah kayak gini, kamu pun jadi pusing berat. Mending cukup sekian saja. Kamu pun mengambil keputusan besar dengan resiko patah hati.

5. Ajal
Masa-masa ta’aruf sudah terlewati. Khitbah juga sudah dilakukan sang pujaan hati. Hanya tinggal menentukan hari H menuju pernikahan. Semua hal pun sudah dipersiapkan dengan matang. Menjelang seminggu pernikahan, ternyata takdir berkata lain. Sang kekasih meninggalkan dunia fana untuk bertemu dengan sang pencipta. siapa yang bisa menduga kapan ajal datang?
Kamu pun patah hati. Rasa-rasanya sebagian hatimu telah dibawanya pergi ke alam baqa. Kamu pun bertekad tak akan jatuh cinta lagi. sampe sebegitunyakah? Padahal, mempunyai suami atau pun calon suami seorang pejuang, apalagi ini pejuang bukan sembarang pejuang, tapi pejuang syariat dan khilafah, salah satu resiko adalah ajal. Terlebih bila perjuangannya benar-benar di garis yang telah ditentukan, no compromise terhadap ide dan sistem kufur. Bukannya malah mencari jalan aman dengan alasan demi perjuangan.
Kembali ke ajal. Semua manusia pasti akan pernah merasakannya. Bahkan semua makhluk yang bernyawa pasti akan selalu diintai oleh si ajal ini. Jadi kenapa patah hati? Bukankah itu menunjukkan bahwa Allah mencintai sang calon-mu daripada rasa cinta yang kamu punya? Kenapa tak berusaha mengikhlaskan kepergiannya dan mengiringinya dengan doa?
Aku ikhlas kok. Mungkin itu penyangkalanmu. Kalo ikhlas, lalu kenapa menutup hati bagi yang lain? Bukankah life must go on? Hidup masih terus berjalan, meski dengan atau tanpa kekasih hati. Kalo kamu terus menerus menutup diri, ungkapan ikhlas kamu cuma di mulut. Padahal sikap kamu malah menunjukkan sebaliknya. Ini nggak konsisten namanya.
Siapa sih yang pingin dijemput maut di saat menjelang hari H pernikahan? GAK ADA !
Si dia pun gak akan rela seandainya melihat kamu yang terus-menerus bersedih menangisi kepergiannya. Sedih boleh. Menangis juga boleh. Tapi kalo terus-terusan? Udah nggak bagus untuk kesehatan fisik dan mentalmu, juga nggak bagus bagi kelangsungan aktifitas dan dakwahmu.



6. Sama-sama Gengsi
Gengsi? ini adalah jenis makanan mental terburuk untuk ditelan. Kamu punya rasa merah jambu ke salah satu ikhwan alias kamu pingin banget untuk mendampingi perjuangannya alias lagi, kamu pingin banget jadi istrinya. Tapi apa daya, kamu merasa kalo jadi akhwat tuh gak boleh mengungkapkan perasaan duluan. Tabu dan pamali katanya, kalo hukum social masyarakat diserahkan pada perasaan manusia, memang repot. Bagaimana kalo akhwat nembak ikhwan duluan. Ada nggak sih contoh teladan kita? Ada..yaitu ibunda Khatijah yg menginginkan Nabi Saw utk menjdi suaminya..!
Kembali ke gengsi. Kamu gak ada inisiatif untuk mengungkapkan isi hati ke ikhwan pujaan. Ternyata si ikhwan juga mengalami hal yang sama. Bukannya gak berani, tapi si ikhwan mengidap sakit minder yg berlebihan. Si ikhwan pingin nikah tapi apa daya Maisyah ( harta ) yang ia punya pas-pasan. Padahal dalam hatinya ia udah ngebet pingin banget dapetin Aisyah alias punya istri. Belum apa-apa ia udah minder duluan, khawatir gak ada akhwat yang mau.
Belum lagi kalo kamu bertipe ‘high’ alias Tajir. Kamu udah cantik, cerdas, ortumu pejabat dan pengusaha sekaligus, kamu pun berdarah biru di sukumu, dakwahmu oke, jam terbangmu tinggi, wah…pokoknya tipe ‘Yang semua lelaki inginkan’. Si dia yang telah memikat hatimu jadi gak PD untuk pedekate atau taaruf. Meski ikhwan-ikhwan yang lain antri kayak nagih utang, kamu tetap gak bisa ke lain hati. Nah, kalo kamu tetap bertahan pada gengsimu dan si ikhwan pujaan juga bertahan pada gengsi dan mindernya, sampe kapan pun kalian sulit bersatu..!
SOLUSINYA: Si akhwat yg harus berkata duluan ! Bukanlah hal yg hina dan murahan ketika seorg akhwat mengajukan diri utk dilamar ikhwan jika memang si ikhwan sudah diridhoi dari segi agamanya. Bahkan itu suatu hal yg mulia. Itulah yg terjadi pada ibunda Khadijah.

7. Dipersulit Segala Sesuatunya
Semua pihak udah oke dari segala segi. Kamu dan keluarga udah mantap, calon dan keluarga juga sudah siap. Materi yang biasanya jadi kendala, juga tak ada masalah kali ini. Tinggal menentukan hari H. Tapi ternyata tak dinyana tak diduga, ternyata kerabat dekat calon ada yang meninggal. Nenek yang begitu dicintai seluruh anggota keluarga ternyata dipanggil Allah. Jadwal kalian mundur. Gak mungkin kan pernikahan dilanjutkan di saat ada kerabat yang meninggal?
Ketika suasana sudah mulai kembali normal, ternyata ayahnya sakit dan masuk rumah sakit. Kolesterol dan darah tingginya kambuh. Ketika si ayah sembuh, ternyata calon mendapat tugas kerja ke luar pulau. Padahal ortu terutama ibu kamu gak ngijinin anaknya dibawa jauh dari tanah kelahirannya. Kondisi seperti ini silih berganti, ada saja aral melintang ketika kalian berusaha meneruskan pernikahan.


Seakan-akan ada ‘Tangan’ lain yang tak terlihat dan jauh lebih kuat kekuatannya yg membuat semua ini terjadi.
Menyalahkan takdir? JANGAN SAMPAI Saudariku! Takdir tak pernah salah. Ingat..Tuhan tidak pernah salah menuliskan takdirNya. Tuhan tidak pernah dzalim terhdap hambaNya. Malah sebaiknya, everything happen for the best alias semua pasti ada hikmahnya. Ini cuma salah satu tanda kekuasaanNya bahwa ada rencana yang jauh lebih baik daripada yang kalian punya.
****************************
Nah, setelah kamu baca ketujuh penyebab itu, kamu bisa menelaah dan menganalisa diri kamu sendiri, golongan yang manakah saya? Atau, kamu pernah mengalami ketujuh-tujuhnya? Saya ingat sebuah artikel yang saya baca di internet tentang seorang akhwat yang melalui masa ta’aruf hingga belasan kali. Semua itu berakhir di tengah jalan tanpa ada ujung yang bernama pernikahan. Tahu nggak apa reaksi akhwat tersebut? Kesan yang saya tangkap ia begitu tabah dan tawakal. Ia tak pernah lelah dan bosan dari satu ta’aruf  ke ta’aruf berikutnya. Dan yang utama, ia nggak kenal yang namanya menangis apalagi patah hati. Subhanallah..beginilah harusnya sikap seorang akhwat sejati.. Dia menyandarkan nasib jodohnya kepada Allah Yang Maha Menggenggam hati, tidak pernah sekalipun dia suudzon kepada Rabbnya, karena kacamata IMAN adalah benteng yg dia pakai, bukan PERASAAN !
Gimana kalo itu terjadi sama kamu saudariku? Jangankan belasan kali, baru sekali atau dua kali saja kamu udah tepar alias terkapar parah. Kamu pun mencanangkan plang besar-besar di dadamu tertulis ‘Pernah dibikin patah hati ikhwan’. Gak keren banget. Apalagi kalo aktivitasmu ikutan terganggu karena patah hati. Udah kuliah nggak kelar-kelar, urusan dakwah terlantar. Kalo ini namanya patah hati yang nggak produktif. Kamu jadi semakin terlihat jadi pecundang dengan cara ini. Padahal, patah hati juga bisa menjadi energi bermutu tinggi kalo saja kamu tahu cara menyiasatinya.
Yang saya maksud, kamu tuh kudu jadi pejuang beneran. Pejuang yang tak pernah lelah apalagi patah hati dalam menghadapi masalah kehidupan. Patah hati cuma warna-warni saja yang menghias kehidupanmu. Tapi itu bukan inti dari kehidupan itu sendiri.
=================================================================
Beberapa tips di bawah ini yang bakal bikin hidup kamu jadi lebih bermutu selepas patah hati. Saya sendiri punya prinsip yg tetep saya pegang kuat sampe sekarang, yaitu saya tidak akan prnh membiarkan kesedihan sy lebih dari 3 hari, apalagi itu Cuma soal cinta. Nangis sih boleh selama dalam batas wajar. Toh, kamu juga manusia. Punya rasa punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati xixixi. Cuma, nangisnya jangan kelamaan yah.


Hidup terlalu indah untuk dibikin terus-terusan merasa merana dan sengsara hanya karena ta’aruf gak jadi.

Tujuh ( 7 ) Cara Mengubah PATAH HATI menjadi PELANGI :

1. Terima Dengan Lapang Dada
Maksudnya kamu sadari saja kalo kamu lagi terluka. Nggak perlu membuat penyangkalan-penyangkalan yang hanya bikin kamu tambah tersiksa. Yah…saya sedang patah hati. Tapi nggak usah kenceng-kenceng buat pengakuannya. Gak perlu juga kamu meneriakkannya keras-keras di pasar atau di jalan raya. Bisa-bisa disangka gila karena habis putus cinta.
Cukup pengakuan itu kamu sadari untuk diri kamu sendiri. Manusiawi kok. Jangan takut di-cap macam-macam semisal ‘ih…udah tahu hukum syara’ kok bisa patah hati.’ Wah, yang namanya nuansa hati, entah itu gembira, sedih, kecewa, cemas, jatuh cinta atau pun patah hati, itu gak ada hubungannya dengan paham hukum syara atau enggak. Orang yang pernah merasakan patah hati, ia telah menjadi seseorang yang nantinya akan bermetamorfosa menjadi manusia baru. Ia akan jauh lebih bijak dan lebih berhati-hati dalam melangkah daripada sebelumnya, insya Allah.
Dengan menerima kondisi patah hati dengan lapang dada maka akan lebih mudah bagi kamu untuk mencari obatnya. Kalo kamu masih juga gak merasa lagi patah hati maka kamu pun gak merasa perlu untuk berobat, betul nggak? Jadi, nikmati saja dengan wajar rasa ini. Kamu nggak akan tahu manisnya gula kalo belum pernah merasakan pahitnya kopi kan?

2.  Sadari Ini Kondisi Sementara
Dengan menyadari kalo ini kondisi temporal, maka kamu nggak kan berlarut-larut memanjakan perasaan patah hatimu ini. Yang namanya temporal bersifat sementara, yang namanya sementara bersifat tidak tetap. Yang namanya tidak tetap tidak akan singgah terlalu lama. Yang namanya tidak lama pasti sebentar. Yang namanya sebentar, maka kamu kudu cepat sembuh.
Yang namanya udah sembuh, satu hari nanti, beberapa bulan ke depan, kamu pasti bisa mentertawakan dirimu sendiri. Kok bisa-bisanya kamu yang biasanya periang dan easy going jadi melow bgini hanya karena patah hati. Padahal ternyata dunia ini begitu luas dan indah untuk dinikmati. So, asyik saja kan kalo segala sesuatunya nggak perlu berlarut-larut?


3. Segera Sibukkan Dirimu
Patah hati dengan mengurung diri dalam kamar dan nangis seharian? Gak jaman lagi! Kamu tuh paham bgt kan konsep jodoh? Lebih jauh lagi, kamu paham Islam kan? Kalo kamu nggak mau dituduh nggak paham hukum syara’ atau hukum sunatullah, ayo kamu kudu bangkit. Nangis sih boleh tapi jangan kelamaan. Jangan pula amanah dakwah jadi terlantar. Ini adalah moment bagus untuk meluapkan energi kecewa-mu dengan banyak aktifitas. Tapi ingat, jangan beraktifitas karena pelarian.
Inilah saat kamu memandang dunia dengan sudut pandang yg berbeda. Patah hati gak bakal bikin kamu mati, kecuali kalau kamu memang mau bunuh diri. Malah sebaliknya, ini adalah langkah awal kamu untuk mengejar cita-cita yang sempat tertunda karena sibuk dengan si dia dalam proses ta’aruf. Kamu yang dulu sempat pingin kursus menjahit or masak, sekarang saatnya. Kamu yang dulu sempat pingin kuliah lagi, ambillah kesempatan itu skrg juga. Kamu yang pingin tahu rasanya cari duit sendiri atau bahkan jadi wirausaha, jangan sia-siakan momen ini. Kesempatan nggak bakal datang dua kali.
Sedih juga nggak bakal hilang dengan mengurung diri dalam kamar. Tapi kesedihan dan kepedihan bisa terobati dengan beraktifitas dan membuka diri pada dunia sekelilingmu. Dan yang paling utama, sibukkan dirimu dengan  mengingat Allah. Dan ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati orang-orang mukmin menjadi tenang.

4. Jangan Dendam
Ada kata lelucon: Cinta ditolak dukun bertindak. Hanya karena cintamu tak berbalas, kamu jadi dendam kesumat sama ikhwan. Ancaman-demi ancaman pun siap menanti.
Biar bagaimana pun dendamnya kamu, kalo nggak jodoh, maksa atau kepingin bersanding kayak gimana pun gak bakalan terkabul. Namanya juga nggak jodoh,. Dendam hanya bikin kamu terlihat sadis dan jelek. Dan yang pasti nggak sholeh dan sholihah . Ikhlaskan aja si ikhwan atau akhwat kalo emang sudah gak punya rasa yang sama dengan kamu. Toh, dunia nggak selebar daun pisang.
Kalo kamu dendam, malah akan bikin orang itu keGR-an. Kenapa? Ya..karena akan terlihat ternyata kamu cinta mati sama dirinya, padahal kamu adalah ‘nothing’ baginya. Dendam itu cuma bakal merugikan diri kamu sendiri. Jodoh seseorang itu berbanding lurus dengan kualitas dirinya. Ingat kan janji Allah bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik? Begitu juga sebaliknya. Kalo ternyata ikhwan itu berpaling darimu, yakin aja ternyata dia tak sebaik dugaanmu. Dan yang lebih penting, ternyata dia memang bukan yang terbaik untukmu.


5. Cari Pengganti
Tips yang ini katanya manjur. Tapi, saya nggak merekomendasikan kamu untuk mengambil poin yang satu ini. Siapa bisa jamin kamu gak bakal patah hati lagi untuk kedua kali, ketiga kali atau yang kesekian kali? Jadi daripada jadi ajang coba-coba untuk hal bernilai seumur hidup dan dunia akhirat, mending kamu cooling down dulu. Karena, ini bukan ajang coba-coba. Lebih baik kamu perbaiki kualitas dirimu dari hari ke hari, itu yg lebih penting. Agar pribadimu makin matang dan makin dewasa.

6. Sadari Masih Banyak Orang yang Sayang Sama Kamu.
Ketika patah hati, kamu pasti merasa sendiri dan kehilangan kasih sayang. Kamu bahkan berfikiran gak ada orang lagi di dunia ini yg sayang sama kamu. Begitulah memang kondisi orang yang udah kadung falling in love trus patah hati. Padahal juga gak begitu.
Saat ini kamu cuma kehilangan calon suami atau calon istri, Masih calon kan? Dia toh bukan siapa-siapa kamu selain cuma calon yang sekarang jadi mantan calon. Kalo karena kehilangan dia kamu berfikir gak ada orang yang sayang sama kamu lagi, itu salah besar. Buka mata dan hatimu dari yang semula berporos ke si dia, menjadi berporos ke dirimu sendiri. Kalo udah, kamu bakal tahu bahwa kamu masih tetap ada, hidup dan segar bugar meski tanpa dirinya.
Kamu cuma lagi melow aja, kondisi lazim kalo lagi broken heart. Suasana hati kamu, tergantung persepsi kamu. Kalo kamu manjain terus-menerus, maka lama-lama kamu akan tenggelam dalam suasana melow yang berkepanjangan. Kalo kamu bertekad untuk bangkit menjadi akhwat atau ikhwan yg tegar dan tangguh…kamupun pasti bisa.!!
Kamu bakal menyadari bahwa masih ada orang-orang yang sayang sama kamu. Banyak malah. Yang pasti adalah ortumu. Mama dan papamu. Mereka pasti akan support dan menyayangi kamu sepenuh hati. Lalu saudara-saudaramu. Mereka juga pasti sayang dan peduli sama kamu. Mereka bakal ikut sedih kalo kamu sedih, begitu juga sebaliknya.
Teman-teman kamu. Teman yang sebetulnya teman dalam suka dan duka. Teman seakidah dan seperjuangan dalam dakwah. Teman-teman yang disatukan oleh akidah yang sama. Mereka sayang kamu. Mereka kehilangan kamu kalo kamu jadi berubah hanya karena patah hati. Kamu yang dulu semangat banget dakwah dan nyebar buletin serta opini di kampus, Kamu yg dlu periang dgn teman2 sepermainan di kantor, di masjid, teman nge-band, atau teman curhat di facebook…tiba-tiba jadi loyo hanya karena ta’aruf putus ditengah jalan.
Kamu yang dulu macan kampus dengan argumentasi-argumentasi logis mampu mematahkan argumen sekuler sang dosen, sekarang jadi macan tak bertaring.


Duh…rugi banget deh kalo kamu jadi kayak gini. Udah kehilangan calon, kamu kehilangan dirimu sendiri lagi atau yg paling parah kamu kehilangan Jati dirimu yg sebenarnya. Trus kalo kamu sudah kehilangan diri, siapa dong diri kamu yang sekarang? Bahkan kamu tidak mengenal dirimu sndiri. Saudariku, naudzubillah..ngeri banget kan?

7. Carilah Sahabat.
Hidup tanpa sahabat, hampa banget rasanya. Apalagi di saat kamu lagi patah hati bgini. Sahabat bisa jadi tempat curhatan yang asyik. Bayangkan, kalo kamu udah ditinggal pergi si dia, nggak punya sahabat untuk berbagi lagi.
Pada sahabat kamu juga bisa bercermin, apa yang salah dengan proses kamu ta’aruf tempo hari hingga mentok di tengah jalan. Kalo sahabatmu emang bener-bener sahabat yang baik, ia pasti akan jujur. Ia pasti akan berada pada posisi netral untuk memberikan penilaian objektif. So, dia gak bakal memihak sang mantan tanpa alasan atau membela kamu mati-matian hanya karena kamu adalah sahabatnya. Dia bisa memberikan satu sudut pandang lain yang itu akan membuka mata dan hati kamu untuk jadi lebih baik.
Saudara dan saudariku fillah,..
Nah..Penyebab patah hati kamu udah tahu dan bisa antisipasi. Begitu juga dengan tips-tips jitu untuk bikin PATAH HATI  jadi PELANGI. PATAH HATI  jadi ENERGI. PATAH HATI  jadi SUMBER INSPIRASI. Yakin saja kalo semua yang telah terjadi memang sudah qodho’Nya, sudah takdir. Ke depannya kamu kudu lebih hati-hati dalam melangkah dan mengambil keputusan, apa pun itu.
=============================================

SEMOGA MENJADI SOLUSI:
Patah hati. Patah hilang tumbuh berganti. Begitu kata pepatah. Maka gantilah dengan sesuatu yang lebih berguna. Karena tak seharusnya kita patah hati. Karena sesungguhnya ada Yang Maha Menggenggam Hati. Maka kembalikan segala urusan hatimu padaNya. Yaa…hanya padaNya semata. Inilah moment kita untuk introspeksi. Moment untuk berkaca diri. Menyembuhkan patah hati bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil. Ingat-ingat lagi apakah selama ini kamu udah berusaha berjalan sesuai rel-Nya? Ataukah masih ada sisa-sisa maksiat pada diri kita?


Semua menemukan moment masing-masing. Begitu juga dengan kamu. Bila keinginan untuk menyempurnakan separuh dien (agama) itu sudah begitu menggebu, padahal DIA masih ingin menguji kamu, maka bersabarlah. Bersabarlah dengan semakin mendekat padaNya.
Kekurangdekatan kepada Allah bisa menjadi pemicu munculnya patah hati. Tumpahkan seluruh gelisah dan gulanamu padaNya. Karena sungguh, DIA Maha Penyembuh rasa sakit yang sempat ada karena proses ta’arufmu yang gagal.
Karena sesungguhnya permasalahan patah hati kamu cuma hal yang kecil. Sangat kecil sekali. Dibandingkan dengan permasalahan besar di luar sana yang butuh uluran tangan kita.
Kalo kamu sudah menyadari benar tentang hal ini, yaitu konsep jodoh dan rizky dengan baik dan benar, maka akan ringan hatimu menerima keputusan yang terjadi dalam hidup. Kamu pun kudu paham bahwa selalu ada skala prioritas dalam hidup. Menikah memang memiliki nilai separuh dari ad-dien, tapi kalo memang belum jodoh, apa bisa dipaksa-paksa? Menikah memang bagian dari ibadah kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW, tapi urusan itu tidak harus menjadi poros dan fokus kita selalu.
Bahkan sebaliknya, kalo kamu jeli permasalahan jodoh dan patah hati itu adalah efek samping saja dari sistem hidup yang berlaku di masyarakat sekarang ini. Kok bisa? Coba kamu baca lagi tentang penyebab patah hati di atas. Beberapa poin menyebut tentang ketidaksetujuan pihak keluarga untuk punya calon menantu miskin dan gak punya pekerjaan tetap. Lalu ada juga rasa minder dari pihak ikhwan yang merasa gak pantas secara materi untuk bersanding dengan akhwat pujaan. Trus kriteria yang masih ada unsur kapitalis dari pihak ikhwan yang lebih memilih akhwat cantik dan langsing daripada yang bagus agamanya. Untuk akhwat sama juga kapitalisnya. Gak mau dapetin ikhwan kalo ia gak kaya dan mapan.
Ternyata, secara sadar atau tidak, sikap kita masih mengikuti pola kapitalis. Karena memang sistem inilah yang selama ini di pakai Setan utk mempropaganda dan diberlakukan pada kita ( manusia ) dan mau nggak mau, sedikit atau banyak, berpengaruh pada diri kita. Hanya orang-orang yang yang sadar dan penuh kehati-hatian aja yang bisa selamat dari perangkap sistem rusak dari Setan durjana ini.
Saudara dan saudariku fillah..Tulisan kecil ini adalah kaca bagi kita untuk bercermin. Jangan-jangan kita adalah salah satunya. Kalo memang iya, saatnya sekarang kita introspeksi. Sistem kapitalis ini telah dengan sengaja atau tidak mempengaruhi sikap dan perilaku kita tanpa sadar. Semoga ada hikmah dari untaian kata yang ingin saya bagi dengan teman2 semua. Semoga bermanfaat.
Jabat erat dan salam hangat.



Barakallahufikum, semoga bermanfaat
Wassalamualaikum.