Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 13 April 2011

BACAAN DZIKIR PAGI DAN PETANG


Semua hadits-hadits ini adalah shahih. Doa dan dzikir yang terkandung di dalamnya sangat penting untuk melindungi manusia dari setiap kejahatan dan menjaganya dari syetan, musuh, penyakit, kecemasan, dan semua madharat. Selain itu, pahala yang besar senantiasa me-nunggu orang yang mengucapkannya.

Tidak ada obat yang lebih manjur untuk penyakit hati selain daripada dzikir. Dzikir ibarat air untuk ikan dan air untuk tanaman. Dzikir akan menjernihkan hati, menyembuhkan dada dari kegelisahan dan kesempitan, memperkuat badan dan jiwa, melenyapkan kesusahan, meng-usir syetan, dan menurunkan malaikat, rahmat, dan ketenangan.

Setiap seseorang berdzikir, maka para malaikat akan membangun rumah untuknya di surga. Apabila ia berhenti berdzikir, malaikat pun juga berhenti membangun. Demikian juga, dzikir adalah penanam di surga. Apabila sese-orang berhenti berdzikir, maka penanam itu juga berhenti.

Dzikir dapat melenyapkan korosi 'karat' hati, menjernihkan jiwa, mendatangkan kecintaan kepada Allah, kemudian kepada manusia, mem-bangun tawakkal, serta mendatangkan ketenang-an dan keridhaan terhadap taqdir. Dzikir dengan segala macamnya ibarat apotik yang menyedia-kan berbagai macam obat untuk penyakit yang berbeda-beda. Di antaranya, ada yang dapat me-nyembuhkan dari kecemasan, yang lain dari ke-susahan, yang ketiga dari tidak bisa tidur, yang keempat dari rasa takut, yang kelima dari syetan, dan sebagainya. Sang Dokter yang bijaksana shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan-nya setara dengan seteguk pil, tiga teguk, enam teguk, dan seterusnya. Dzikir-dzikir pagi adalah sejak terbitnya fajar hingga terbitnya matahari. Sedangkan dzikir-dzikir sore adalah sejak ba’da ashar.

Al-faqir ilallah


Dr. Abdullah Azzam


1. Setelah shalat Shubuh tanpa mengubah sikap duduk, langsung membaca sebanyak sepuluh kali :
لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Tiada Dzat yang berhak disembah melain-kan hanya Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Ia memiliki kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Ia Mahakuasa atas segala se-suatu.”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu me-riwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mengucapkan di pagi hari, 'La ilaha illallah wahdahu la syarika kalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir', sebanyak sepuluh kali, maka Allah menulis sepuluh kebaikan untuknya dan menghapus sepuluh keburukan. Kalimat ini sebanding dengan memerdekan empat orang hamba sahaya dan menjadi penjaga baginya hingga tiba waktu sore. Barang siapa meng-ucapkannya setelah shalat Maghrib, maka hal ini serupa dengan yang tadi hingga tiba waktu pagi.”

2. Membaca ayat kursi :

اَللهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمواتِ وَالْأَرْضِ وَلَا يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

“Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya segala yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Allah Me-ngetahui segala yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak me-ngetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah me-liputi langit dan bumi. Dan Allah tidak me-rasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu bahwa ia memiliki timbunan kurma yang berkurang. Pada suatu malam, ia menjaga-nya. Tiba-tiba datanglah makhluk melata menyerupai seorang pemuda. Ubay meng-ucapkan salam kepadanya, lalu ia membalas salamnya. Ubay bertanya, “Kamu ini apa? Jin atau manusia?” Makhluk itu menjawab, “Jin.” Ubay berkata, “Tunjukkan tanganmu kepadaku!” Maka, makhluk itu menunjukkan tangannya. Ternyata, tangannya adalah tangan anjing dan rambutnya juga rambut anjing. Ubay bertanya, “Beginikah bentuk jin?” Makhluk itu menjawab, “Bangsa jin mengetahui bahwa di antara mereka ada yang lebih buruk dariku.” Ubay bertanya, “Mengapa engkau datang ke sini?” Makhluk itu menjawab, “Telah sampai berita kepada kami bahwa engkau suka bersedekah, maka kami datang untuk mengambil sebagian makananmu.” Ubay bertanya, “Apa yang dapat menyelamatkan kami dari kalian?” Makhluk itu menjawab, “Ayat ini yang terdapat dalam surat Al-Baqarah, yaitu Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum… Barang siapa mengucapkannya di waktu sore, maka ia terselamatkan dari kami hingga pagi. Dan barang siapa mengucapkannya di waktu pagi, maka ia terselamatkan dari kami hingga sore.” Pada pagi harinya, Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menceritakan kejadi-an pada malam itu. Rasulullah bersabda : “Makhluk jahat itu berkata benar.” (Shahih. HR An-Nasa’i dan Ath-Thabrany)

3. Akhir surat Al-Baqarah :

آمَنَ الرَّسُوْلُ ِبمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لهَاَ مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَالَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), 'Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya', dan mereka mengatakan, 'Kami dengar dan kami taat'. (Mereka berdo'a), 'Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.' Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan ke-sanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia men-dapat siksa (dari kejahatan) yang dikerja-kannya. (Mereka berdo'a), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, jangan-lah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau Pe-nolong kami, maka tolonglah kami dari kaum yang kafir.'" (QS Al-Baqarah [2] : 284-286)

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Barang siapa membaca dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah pada malam hari, maka dua ayat tersebut sudah mencukupi-nya."
Arti sudah mencukupinya : cukup dari qiyamul lail atau melindungi dari kejahatan makhluk dan syetan.

4. Membaca :

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفََلَقِ، قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
masing-masing tiga kali.

Berkata Abdullah bin Khubaib : "Pada suatu malam yang hujan dan gelap gulita, kami keluar untuk mencari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Tatkala kami menjumpai-nya, beliau bersabda 'Katakanlah!', tapi saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian beliau bersabda, 'Kata-kanlah!', tapi saya tetap tidak mengatakan apa-apa. Beliau bersabda, 'Katakanlah!' Lalu saya bertanya, 'Ya Rasulullah, apa yang harus saya katakan?' Beliau bersabda, 'Katakanlah bahwa Allah itu tunggal (surat Al-Ikhlash) dan mu'aw-widzatain (surat Al-Falaq dan An-Nas) di waktu pagi dan sore tiga kali. Ketiga surat itu akan melindungimu dari segala sesuatu." (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzy. At-Tirmidzy mengatakan : Hasan Shahih)

5. Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali.

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Siapa yang mengucapkan subhanallah setiap selesai shalat 33 kali, alhamdulillah 33 kali, dan allahu akbar 33 sehingga berjumlah 99 kali, lalu sebagai pe-nyempurna kebaikan ia mengucapkan,
لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
kesalahan-kesalahannya diampuni meskipun banyaknya seperti buih di lautan." (HR Muslim dari Abu Hurairah)

6. Hadits :

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ للهِ وَالْحَمْدُ للهِ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ

"Di pagi hari ini, kami dan segala kerajaan hanya milik Allah. Segala puji bagi Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Tidak ada sembahan yang benar selain-Nya. Hanya kepada-Nya tempat kembali." (HR Al-Bizar dan Ibnu Suny dengan isnad jayyid dari Abu Hurairah)

7. Hadits :

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلاَصِ وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ص، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

"Kami berpagi hari di atas fithrah (agama) Islam, di atas 'kalimat murni' (kalimat tauhid), di atas agama Nabi kami Muham-mad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan di atas agama bapak kami Ibrahim yang lurus. Dan dia tidak termasuk orang-orang yang musyrik." (HR Ahmad dan Ath-Thabrany dari Ubay bin Ka'ab. Rijal (orang-orang yang meriwayatkan)nya adalah rijal shahih)

8. Hadits :

أَللّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ

"Ya Allah, segala kenikmatan yang tercurah di pagi hari ini padaku atau pada salah seorang di antara makhluk-Mu adalah dari-Mu semata; tiada sekutu bagi-Mu. Maka segala puji dan syukur hanya milik-Mu."
Dari Abdullah bin Ghanam Al-Bayadhy radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa mengucapkan ketika pagi,
أَللّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ
maka ia telah menunaikan syukurnya untuk sehari itu dan siapa yang mengucapkannya ketika sore maka ia telah menunaikan syukurnya untuk malam itu." (HR Abu Dawud, An-Nasa'i, dan Ibnu Hiban dalam shahihnya. Hadits ini hasan)

9. Hadits :

يَا رَبِّيْ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
"Ya Rabbi, bagi-Mu segala puji sebagai-mana yang layak bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. "

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita kepada para sahabat bahwa salah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah mengucapkan, 'Ya Rabbi, lakal hamdu kama yanbaghi li jalali wajhika wa azhimi sulthanika.' Maka, ucapan ini menjadikan dua malaikat bingung se-hingga mereka tidak tahu bagaimana mereka harus menulis. Maka, naiklah keduanya ke-pada Allah, lalu berkata, 'Ya Tuhan kami, se-sungguhnya seorang hamba-Mu telah meng-ucapkan suatu perkataan yang kami tidak tahu bagaimana harus menulisnya.' Allah bertanya –padahal Dia Maha Mengetahui apa yang diucapkan oleh hamba-Nya—, 'Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya dia mengucapkan, 'Ya Rabbi, lakal hamdu kama yanbaghi li jalali wajhika wa azhimi sulthanika.' Kemudian Allah berfirman ke-pada mereka, 'Tulislah sebagaimana yang diucapkan hamba-Ku itu hingga dia bertemu Aku, maka Aku yang akan membalasnya." (HR Ahmad dan Ibnu Majah. Rijalnya tsiqat.)

10. Hadits :

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً

"Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam se-bagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul."
Dari Tsauban dan lainnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda, 'Barang siapa di kala pagi dan sore mengucapkan, 'Radhitu billahi rabba, wa bil Islami diina, wa bi Muhammadin Nabiyya wa Rasula", sungguh Allah akan meridhai-nya." (At-Tirmidzy mengatakan, "Hadits shahih.")

11. Hadits :

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

"Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya; sebanyak bilangan makhluk-Nya, serela diri-Nya, setimbangan 'arsy-Nya, dan sebanyak tinta (bagi) kata-kata-Nya." Tiga kali (HR Muslim dari Juwairiyah)

Dari Juwairiyah Ummul Mukminin radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi meninggalkannya pagi-pagi untuk shalat Shubuh. Pada waktu itu Juwairiyah berada di masjid (ruangan tempat ibadah)nya. Kemudian, Nabi kembali di waktu dhuha sedangkan Juwairiyah masih duduk berdo'a. Nabi bersabda, "Engkau masih dalam keadaan seperti pada waktu aku meninggalkanmu?" Juwairiyah menjawab, "Iya." Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Aku telah mengucapkan empat kalimat setelah meninggalkanmu –tiga kali— seandainya ditimbang dengan apa yang engkau ucapkan sejak hari ini pasti meng-imbanginya. Kalimat itu adalah 'Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya; sebanyak bilangan makhluk-Nya, serela diri-Nya, se-timbangan 'arsy-Nya, dan sebanyak tinta (bagi) kata-kata-Nya.'"

12. Hadits :

Dari Aban bin 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : "Tidaklah se-orang hamba pada pagi dan sore hari meng-ucapkan,

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ -ثلاث مرات-

'Dengan nama Allah yang bersama nama-Nya tidak celaka segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui' se-banyak tiga kali, maka tidak ada sesuatu yang membahayakannya." (Hadits shahih diriwayatkan oleh imam yang empat. Al-Hakim menshahihkannya dan Adz-Dzahaby menyepakatinya.)
Adalah Aban bin 'Utsman menderita ke-lumpuhan sehingga orang-orang pun melihat kepadanya. Maka Aban berkata, "Apa yang engkau lihat? Hadits tersebut sebagaimana yang aku sampaikan kepadamu, akan tetapi aku tidak mengatakannya pada waktu itu agar Allah melaksanakan ketetapan-Nya."

13. Hadits :

أَللّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُهُ

"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami me-mohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu yang tidak kami ketahui." (HR Ahmad dengan isnad jayyid dari Abu Musa)

Dari Abu Musa Al-Asy'ary radhiyallahu 'anhu berkata, "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah ke-pada kami. Beliau bersabda, 'Wahai sekalian manusia! Hindarilah kesyirikan ini karena ia lebih samar dari semut yang merayap.' Maka, seseorang bertanya, 'Ya Rasululah, bagai-mana kami menghindarinya padahal ia lebih samar dari semut yang merayap?' Beliau bersabda, 'Ucapkanlah, Ya Allah, sesungguh-nya kami berlindung kepada-Mu dari me-nyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu yang tidak kami ketahui."

14. Hadits :

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (ثلاث مرات) [رواه مسلم عن أبي هريرة].

"Aku berlindung dengan kalimatullah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya." Tiga kali. (HR Muslim dari Abu Hurairah)

"Barang siapa mengucapkan di sore hari –tiga kali— 'Aku berlindung dengan kalimatullah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya', maka tidak akan membahaya-kannya patukan ular pada malam itu." (Hadits shahih riwayat At-Tirmidzy, Ibnu Hiban, dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)

15. Hadits :

أّللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوْذُ بْكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ) [رواه أبو داود بإسناد جيد عن أبي سعيد الخدري].

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, serta dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan orang." (HR Abu Dawud dengan isnad jayyid dari Abu Sa'id Al-Khudry)

Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu 'anhu berkata, "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk masjid dan mendapati seorang laki-laki dari kaum Anshar yang bernama Abu Umamah. Rasulullah bertanya, 'Wahai Abu Umamah, mengapa engkau duduk di masjid di luar waktu shalat?' Abu Umamah menjawab, 'Ke-sedihan dan hutang yang menimpaku, Ya Rasulullah.' Bersabda Rasulullah, 'Maukah engkau aku ajarkan perkataan yang jika engkau mengucapkannya, maka Allah akan menghilangkan kesedihanmu dan melunasi hutangmu?' Abu Umamah menjawab, 'Aku katakan, 'Iya, Ya Rasulullah.' Beliau ber-sabda, 'Katakanlah di pagi dan sore hari, ' Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan ke-malasan, dari sifat pengecut dan bakhil, serta dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan orang.' Abu Umamah mengata-kan, 'Aku kerjakan hal itu sehingga Allah menghilangkan kesedihanku dan melunasi hutangku.'" (HR Abu Dawud dengan isnad jayyid)

16. Hadits :

أَللّهُمَّ عَافِنِيْ فِي بَدَنِيْ، أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِي سَمْعِيْ أَللّهُمَّ عَافِنِيْ فِي بَصَرِيْ، أَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ

"Ya Allah, sehatkanlah badanku. Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku. Ya Allah, sehat-kanlah penglihatanku. Ya Allah, aku ber-lindung kepada-Mu dari kekufuran dan ke-fakiran dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tidak ada yang berhak diibadahi selain Engkau." (HR Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahaby dari Abu Bakrah)

17. Hadits :

Diriwayatkan dari Syaddad bin Aus secara marfu', yaitu do'a sayyidul istighfar. Hendaklah engkau mengucapkan :

‘َللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

"Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada yang berhak disembah selain Engkau. Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu semampuku. Aku mohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat (yang Engkau anugerah-kan) kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku karena se-sungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau."

Barang siapa mengucapkannya men-jelang siang dan ia meyakininya, lalu pada hari itu ia mati, maka ia termasuk penduduk surga. Barang siapa mengucapkannya men-jelang malam dan ia meyakininya, lalu ia mati sebelum shubuh, maka ia termasuk penduduk surga. (HR Al-Bukhary)

18. Hadits :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq ber-kata, "Ya Rasulullah, ajarilah aku sesuatu yang bisa kuucapkan di waktu pagi dan sore." Rasulullah bersabda, "Ucapkanlah,

أَللّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكُهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ -وفي رواية- وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءٌ أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

Ya Allah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata; Sang Pencipta langit dan bumi; Rabb segala sesuatu dan Pemiliknya; aku bersaksi bahwa tidak ada Dzat yang berhak disembah selain Engkau. Aku ber-lindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan kejahatan syetan serta sekutunya --dalam riwayat lain ditambahkan— (Dan aku berlindung dari) menganiaya diri sendiri dengan keburukan atau berbuat dosa kepada orang muslim.
Ucapkanlah di pagi dan sore hari dan jika engkau mau tidur."

Berkata At-Tirmidzy, "Hadits hasan shahih." Dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahaby. An-Nawawy berkata, "Wa syirkihi" diriwayatkan dengan dua bentuk; dengan mengkasrahkan syin "wa syirkuhu" yang berarti "sekutunya" dan dengan memfathahkan syin dan ra' "wa syarakihi" yang berarti "perangkapnya".

19. Hadits :

Berkata 'Abdullah bin 'Umar radhi-yallahu 'anhuma, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan do'a-do'a ini ketika pagi dan sore,

أَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، أَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، أَللّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعاَتِيْ، أَللّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنَ يَدِيْ وَمِنْ خَلْفِيْ وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ وَمِنْ فَوْقِيْ وَأَعُوْذُ بِعِظْمَتِكَ أَنْ ُأغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampun-an di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku me-mohon kepada-Mu maaf dan ampunan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan berilah ke-amanan terhadap rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari depanku, belakangku, samping kananku, samping kiriku, dan dari atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mu agar tidak dibunuh dari arah bawahku." (HR Abu Dawud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah. Berkata Al-Hakim, "Shahih isnad-nya." Hadits ini disepakati oleh Adz-Dzahaby.)

Hadits ini termasuk petunjuk dan mu'jizat nubuwwah karena makna paling dekat dari ucapannya "Aku berlindung dengan ke-agungan-Mu agar tidak dibunuh dari arah bawahku" adalah ledakan ranjau dari bawah kedua kakinya yang merupakan senjata paling berbahaya dan paling mematikan.

20. Hadits :

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

"Aku mohon ampunan kepada Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang Maha Hidup kekal dan senantiasa mengurus (makhluk-Nya) dan aku bertaubat kepada-Nya."
Dari Ibnu Mas'ud secara marfu', "Barang siapa mengucapkan Astaghfirullahal ladzy la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atubu ilahi, maka dosa-dosanya diampuni." (HR Abu Dawud, At-Tirmidzy, dan Al-Hakim. Isnad Al-Hakim adalah kuat.)

21. Hadits :

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلُّهُ، وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan se-nantiasa Mengurus (makhluk-Nya); dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan; perbaikilah segala urusanku dan janganlah Engkau serahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu)."

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, "Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fathimah, 'Apa yang menghalangimu untuk mengucapkan ketika pagi dan sore hari,

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلُّهُ، وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

(Hadits shahih diriwayatkan oleh An-Nasa'i, Al-Bizar, dan Al-Hakim)

22. Bershalawat atas Nabi sepuluh kali.

"Barang siapa bershalawat atasku ketika pagi dan sore hari sepuluh kali, maka ia akan mendapat syafa'atku pada hari kiamat." (HR Ath-Thabrany dari Abu Darda' secara marfu' dengan dua isnad; salah satunya jayyid)

23. سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ "Maha Suci Allah. Segala puji bagi-Nya." Seratus kali.

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, "Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 'Barang siapa mengucap-kan ketika pagi dan sore hari, Subhanallah wa bi hamdihi, sebanyak seratus kali; maka tidakl ada orang yang datang pada hari kiamat dengan sesuatu yang lebih utama dari apa yang ia bawa kecuali orang yang meng-ucapkan seperti yang ia ucapkan atau melebihkannya."

24. Do'a penutup majelis :

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

"Maha Suci Engkau, ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu."
Dari Abu Hurairah berkata, "Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 'Barang siapa duduk dalam suatu majelis dan banyak keributan di dalamnya, lalu ia berkata sebelum berdiri dari majelisnya itu, Subhana-kallahumma wa bi hamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-nya ketika berada di majelis itu." (Berkata At-Tirmidzy, "Hasan shahih." Disepakati oleh Adz-Dzahaby dan Al-Albany.)

25. Hadits :

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

"Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai ke-perkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam." (HR Abu Ya'la dari Abu Said secara marfu'. Rijalnya tsiqat.)


http://www.facebook.com/notes/melati/bacaan-dzikir-pagi-dan-petang/196921240346259

Kiblat Kita Yang Satu


Apa hikmah kiblat kita satu? Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui akan rahsia dan hikmah setiap perkara yang diperintahkan oleh Nya kepada hamba-hamba Nya. Begitu juga dengan arah kiblat. Ini kerana bagi seorang Muslim yang tidak mempunyai aqidah yang kukuh ataupun orang kafir, mereka berpendapat bahawa Kaabah itu untuk disembah oleh orang Islam. Sedangkan pada hakikatnya Kaabah itu bukan sebuah binaan yang kita sembah tetapi yang disembah adalah Allah SWT. Allah SWT telah menentukannya sebagai arah kiblat. Rahsia dan hikmahnya kiblat ialah ia merupakan salah satu faktor penyatu seluruh umat Muslimin.
Satu Ummah Satu Kiblat
Kaabah merupakan satu kiblat yang tunggal yang menyatukan seluruh umat Muslimin dari berbagai-bagai negara dan dari berbagai-bagai bangsa, bahasa dan warna kulit. Ia merupakan satu kiblat yang sama, di mana seluruh umat Muslimin menghala kepadanya di merata pelosok Timur dan Barat di bumi ini. Dan di sana mereka merasa diri mereka selaku satu jisim dan satu diri yang menghadap satu matlamat dan berjuang untuk menegakkan sistem hidup yang sama, iaitu sistem hidup yang lahir dari hakikat diri mereka menyembah Tuhan yang sama dan beriman kepada rasul yang sama menghadap kiblat yang sama.
Demikianlah Allah menyatukan umat Muslimin. Dia menyatukan mereka dari segi Tuhan mereka, rasul mereka, agama mereka dan kiblat mereka. Dia menyatukan mereka dari berbagai-bagai negara, bangsa, warna dan bahasa. Allah tidak menyatukan mereka di atas landasan negara, bangsa, warna dan bahasa malah Dia menyatukan mereka di atas landasan aqidah dan kiblat walaupun mereka berbeza dari segi negara, bangsa, warna dan bahasa. Itulah kesatuan dan perpaduan yang layak untuk makhluk insan, kerana insan seharusnya bersatu dan berpadu di atas landasan aqidah hati nurani dan kiblat ibadat, sebagaimana haiwan bersatu dan berpadu di padang ragut dan dalam lingkungan pagar dan kandang. (Tafsir Fi Zilalil Quran Jilid 1 – Asy-Syahid Sayyid Qubt Rahimahullah)
وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ‌ۖ وَإِنَّهُ ۥ لَلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ‌ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ
"Dan dari mana sahaja engkau keluar (untuk mengerjakan sembahyang), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidilharam (Kaabah) dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Kaabah itu adalah benar dari Tuhanmu dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan."
 (Surah Al-Baqarah 2: Ayat ke 149)


http://www.iluvislam.com/design/wallpaper/2068-kiblat-kita-yang-satu.html

Rasulullah Teladan Terbaik


Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya."
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW. mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah SAW. menyuapkan makanan kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahawa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW.. Rasulullah SAW. melakukan hal ini setiap hari sampai baginda wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW., tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW. yakni Abu Bakar RA. berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah RA. yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW. dan beliau bertanya kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?"
Aisyah RA. menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja."
"Apakah Itu?" tanya Abu Bakar RA..
"Setiap pagi Rasulullah SAW. selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana," kata Aisyah RA..
Keesokan harinya Abu Bakar RA. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar RA. mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar RA. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu?"
Abu Bakar RA. menjawab, "Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)."
"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," bantah si pengemis buta itu.
"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku," pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abu Bakar RA. tidak dapat menahan air matanya, dia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.."
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar RA., dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia...."
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar RA. saat itu juga dan sejak hari itu dia menjadi Muslim.
Siapakah Suri Teladan Terbaik Selain Rasulullah?
Rasulullah merupakan ciptaan terbaik ALLAH yang dikurniakan kepada umat manusia untuk mendidik mereka tentang erti dan cara kehidupan yang berpaksikan keredhaan ALLAH.
Setiap perintah dan larangan ALLAH disampaikan kepada umat manusia dengan asbab Baginda Rasulullah. Setiap perintah  yang memerlukan praktikalnya (ibadah), diajarkan ALLAH kepada umat manusia melalui asbab baginda Rasulullah. Setiap peraturan dan syari'at yang ditetapkan ALLAH disampaikan oleh baginda Rasulullah.
Akhlak bagi menjalani kehidupan dengan sisipan redha ALLAH, diteladani oleh baginda Rasulullah dalam kehidupan seharian baginda. Jika begitulah kesempurnaan yang ALLAH kurniakan kepada baginda Rasulullah sebagai seorang guru dan suri tauladan, patutkah kita sebagai umat baginda mencari selain baginda sebagai ikutan?
Wajibkah Menuruti Sunnah?
"Katakanlah (Muhammad); Jika benar engkau cintakan ALLAH, ikutlah aku, nescaya ALLAH akan mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Sungguh, ALLAH maha pengampun lagi maha pengasih."
Bukti kecintaan kita kepada ALLAH, tujuan kita diadili oleh al-Quran melalui keta'atan kita dalam menuruti sunnah baginda Rasulullah.
Jadi, masih perlukah kita bertanya tentang keperluan menuruti sunnah baginda?  Bahawasanya, hanya sunnah baginda Rasulullah yang dapat menjamin kebahagian dan kejayaan umat manusia dalam kehidupan dunia maupun akhirat.


Cinta Dunia dan Cinta Akhirat


Setiap manusia mempunyai perasaan cinta dan menyintai. Cinta itu juga mempunyai tafsiran yang luas dan berbeda-beda. Rasa cinta dan sayang itu bukanlah hanya terbatas kepada lelaki dan wanita sahaja. Cinta itu sangat universal dan boleh dizahirkan dalam apa jua bentuk dan apa jua keadaan. Rasa cinta itu boleh diterjemahkan kepada rasa cinta terhadap kerjaya atau kerja, harta, ilmu dan sebagainya.
Namun dalam dunia serba moden ini, apabila menyentuh mengenai cinta ia akan ditujukan kepada sama ada cinta antara lelaki dan wanita ataupun cinta manusia kepada kebendaan iaitu harta dan kemewahan. Pemikiran jumud begini boleh menjadikan manusia hamba duit tanpa memikirkan mengenai akhirat.
Namun begitu masih ada yang bijak menguasai dunia dan mengharapkan kebaikan di akhirat. Mereka ini adalah golongan yang beruntung kerana diberikan ni'mat untuk merasai kedua-duanya. Dan seharusnya mereka memperolehi keberkatan ini hanyalah kerana pencarian mereka yang seimbang antara dunia dan akhirat tanpa lalai walaupun dalam seminit.
Sesungguhnya mereka seperti ini telah disebutkan oleh Allah SWT yang bermaksud, "Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan senja hari dengan mengharapkan keredaan-Nya; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batasnya ." (Surah al-Khafi : 28)
Sebagai seorang Muslim yang akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak perlu mempersiapkan diri untuk mendapat kecintaan yang hakiki di akhirat nanti. Memang benar, kehidupan di dunia juga perlu dititikberatkan bagi membawa satu imej yang hebat di mata-mata musuh Islam. Namun begitu, segala kekayaan dan kemewahan itu pula, hendaklah jangan kedekut untuk dibelanjakan bagi mencapai kesenangan di akhirat.
Itulah yang dinamakan keseimbangan antara kehendak dunia dan keperluan akhirat. Namun, ramai yang pada hari ini apabila sudah menemui kejayaan di dunia akan melupakan kehidupan selepas kematian nanti. Ketika itulah segala amalan di dunia akan diambil kira. Segenap 'sen' harta akan dihisap sama ada digunakan ke jalan Allah ataupun segala kemewahan itulah yang melalaikan hamba-Nya ini.
Penuhi amal dan iman
Satu jalan mudah untuk menjauhi sifat kedekut yang menandakan itulah perasaan terlalu cintakan dunia ialah penuhi dengan amal dan iman. Dua perkara ini mampu membersihkan jiwa dan hati daripada menjadi keras daripada hanya memikirkan dunia semata-mata.
Pernah berkata, Al-imam Sufyan al-Tsauri r.h.m. "Telah sampai kepadaku bahawasanya akan datang satu masa kepada umat manusia di mana pada masa itu semua hati-hati manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga hati-hati tersebut tidak dapat dimasuki rasa takut terhadap Allah SWT.Dan itu dapat engkau ketahui apabila engkau telah memenuhi sebuah bakul kulit dengan sesuatu hingga penuh kemudian engkau cuba memasukkan barang lain ke dalamnya namun engkau tidak mendapati ruang untuknya lagi,".


http://www.iluvislam.com/tazkirah/dakwah/2061-cinta-dunia-dan-cinta-akhirat-.html

Mukmin Itu Bersaudara


Keimanan sejati hanya akan wujud dengan adanya tali persaudaraan yang sebenar dan persaudaraan murni tidak akan bermakna jika seseorang muslim tidak pernah mahu ikut merasai kesedihan dan penderitaan saudaranya.
Rasa cinta dan belas kasihan di antara mereka ini membuahkan sikap saling bantu-membantu, tolong-menolong dan bergotong-royong dalam apa juapun tugas-tugas dan kewajipan yang dibebankan ke atas mereka, apatah lagi dalam keadaan susah dan penderitaan yang menimpa saudara-saudara mereka.
Bantulah Saudaramu
Jama'atul muslimin hakikatnya adalah wihdatul ummah. Ia merupakan batu asas bagi tegaknya bangunan khulafah. Jama'ah yang dengannya umat Islam bersatu tenaga untuk melaksanakan syariat Allah, merupakan realiti sejarah yang pernah dibuktikan oleh Rasulullah s.a.w dan para sahabatnya.
Nabi s.a.w bersabda yang bermaksud: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Maka ia tidak akan menzalimi dan membiarkannya (menderita)." (Hadith Riwayat Imam Al-Bukhari)
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat
(Surah Al-Hujraat 49: Ayat ke 10)

 

 

http://www.iluvislam.com/design/e-kad/2071-mukmin-itu-bersaudara.html

Aura dan Getaran: Tenaga Dari Manusia Yang Hebat


Aura dan getaran adalah dikaitkan dengan gelombang elektromagnetik pada frekuensi tertentu yang berlegar di sekitar tubuh manusia. Ia juga dikaitkan perlanggaran atom, elektron dan elemen di sekitar tubuh yang menghasilkan tenaga. Kesan kekuatan gelombang ini boleh dilihat dengan pandangan fizikal ke atas mereka yang mempunyai banyak aura dan getaran positif.
Begitu banyak kajian dilakukan oleh golongan barat dan pengkaji-pengkaji biologi tentang kewujudan aura dan getaran. Seorang saintis Rusia contohnya menghabiskan 50 tahun mengkaji tentang aura dan pembacaannya menggunakan kesan Kirlian. Malah sudah ada pengusaha di serata dunia menggunakan kesan Kirlian untuk membaca aura seseorang bagi mengesan masalah kesihatan mereka.
Tapi adakah aura ini wujud dalam Islam? Adakah ini semua ajaran karut yang membuat manusia memikirkan seseorang itu boleh mempunyai tenaga baik dan tenaga jahat yang boleh mempengaruhi seseorang? Hakikatnya ia telah ada dalam Islam dan dikenali sebagai NUR.
Apakah itu Nur? Nur berasal daripada perkataan Arab yang bermaksud cahaya. Ia bukanlah cahaya fizikal tetapi cahaya mental atau kesan refleksi tenaga yang mana boleh dilihat penzahirannya daripada cara hidup seseorang. Nur bukan sahaja dikaitkan penzahirannya melalui tenaga malah penzahirannya kepada fizikal seseorang.
Di dalam Islam, kekuatan Nur seseorang itu akan lebih terserlah daripada Iman dan amalan hidup Islamnya yang mana amalan tersebut dipenuhi dengan nilai positif, keikhlasan, keyakinan, kebenaran dan semangat.
Wajah seseorang yang mempunyai Nur itu sentiasa bersih dan menyegarkan mata orang lain yang memandang. Kedapatan hadis sahih yang menggambarkan Rasulullah S.A.W. itu mempunyai wajah yang berseri-seri, berkulit bersih, alisnya yang lentik, tidak kurus atau gemuk serta wajah yang rupawan.
Begitu juga dikatakan ucapannya itu menyejukkan kalbu mereka yang mendengar. Hadirnya Rasulullah S.A.W. dirasai mereka seolah sedang datang ketenangan dan kegembiraan kepada mereka. Ini sebenarnya yang dikatakan Nur dan mungkin dikatakan sebagai getaran aura bagi pengkaji bukan Islam.
Mari kita lihat hasil kajian orang bukan Islam tentang aura dan ajaran Islam yang sedia ada.
Persekitaran
Kajian menjelaskan peranan persekitaran terhadap aura seseorang. Seseorang yang rajin menghirup udara segar, melihat matahari terbit serta menjaga kebersihan alam persekitarannya dikatakan mampu memperbaiki aura dirinya.
Ia lebih dikaitkan dengan satu kaedah dan cara kehidupan yang lebih sihat, sempurna, jauh dari pencemaran serta banyak berhubung dengan alam semulajadi.
Dalam Islam pula sememangnya telah diajar umat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan terdapat dalil yang menyokong perkara ini. Selain itu, orang Islam diseru supaya tidak tidur apabila matahari terbit kerana ia mampu menjemput penyakit.
Dalam perihal alam semulajadi pula, kedapatan hadis yang menerangkan tentang perlunya menjaga alam contohnya sabda Rasulullah S.A.W. "Dunia ini hijau dan cantik, dan Tuhan telah melantik kamu sebagai pengurusnya. Dia melihat apa yang kamu lakukan." Hadis riwayat Muslim.
Oleh yang demikian haruslah kita ingat bahawa perlunya kita mengambil tahu tentang pemeliharaan dan pemuliharaan alam, kebersihan persekitaran dan tempat tinggal serta peranan waktu pagi dalam kehidupan. Kita tidak sedar agama telah pun mengajar kita menjaga aura dan getaran dengan penghayatan alam.
Nutrisi dan Pemakanan
Kajian mengatakan makanan yang bersih serta segar mampu menaikkan aura seseorang. Selain itu, hanya bahagian-bahagian terpilih yang tertentu pada makanan yang berzat dan tidak mempunyai elemen kekotoran sahaja yang harus dimakan.
Apa kurangnya Islam yang sememangnya mempunyai panduan khas dalam pemakanan yang suci dan halal. Islam lebih teliti dan tersusun dalam menentukan kesucian pemakanan dan sememangnya ada kategori dan bahagian tertentu pada haiwan makanan itu tidak digalakkan untuk dimakan sungguhpun halal contohnya bahagian darah dan dalaman seperti hati, limpa, dan organ dalaman.
Malah Islam mengajar lebih lagi daripada itu iaitu mempastikan kesucian makanan itu pada zahir dan batinnya. Batin itu bermaksud menjaga sumber rezeki supaya halal. Haramnya sumber itu menjadikan makanan yang fizikalnya halal menjadi haram. Maka telah terbukti ajaran Islam memberi panduan yang lebih jelas dan mendalam tentang fakta ini.
Senaman
Kajian seterusnya menjelaskan perlunya senaman untuk menjaga kesihatan bagi mereka yang ingin membangkitkan aura. Melalui senaman, tubuh dan organnya akan menjadi lebih aktif dan sihat bagi menghasilkan aura dan getaran yang lebih positif.
Solat adalah senaman yang pasti bagi orang Islam yang mengerjakan solat lima (5) waktu sehari semalam. Sama ada seorang Islam itu bersenam atau tidak, tanpa disedari mereka telah pun melakukan senaman paling asas lima (5) kali sehari.
Selain itu kedapatan perkara lain dalam ajaran Islam yang menggalakkan umatnya menggerakkan tubuh badan antara diberikan pahala bagi setiap langkah orang yang ke masjid. Maka mereka yang berjalan ke masjid itu bersenam sambil membuat pahala.
Adakah kita sedar betapa ruginya kita yang sering meninggalkan solat dan jarang ke masjid? Mungkin kita harus sedar Allah itu menyayangi kita dan mahukan hamba-hambanya sihat dan memperoleh kesihatan serta getaran walaupun dalam urusan pengabdian kepadanya.
Tafakur
Tafakur atau dalam bahasa Inggeris 'meditation' ditafsirkan oleh barat sebagai aktiviti mendiamkan diri dalam posisi tertentu, pada tempoh tertentu untuk memperoleh ketenangan. Tujuannya adalah untuk merehatkan otak yang mana otak yang sihat ini dapat memandu tubuh badan menjadi lebih sihat dan produktif. Seterusnya aura dan getaran seseorang itu lebih tulen.
Tafakur bukanlah perkara yang asing dalam Islam. Terlalu banyak panduan yang digariskan dalam Islam yang boleh dikaitkan dengan tafakur dan juga objektif tafakur itu sendiri. Antaranya beriktikaf dalam masjid untuk mengingati Allah melalui amalan zikir serta amalan lain seperti membaca al-Quran. Solat itu sendiri mempunyai kesamaan objektifnya dengan tafakur.
Seorang yang khusyuk dalam solat akan melupai apa yang berlaku di sekelilingnya dan melatih seseorang menjadi lebih fokus. Selepas solat, maka disunatkan kita berzikir dan berdoa. Ia adalah amalan untuk kita lebih menenangkan diri melalui zikir dengan mengingati Allah dan menaikkan keyakinan seseorang bahawa Allah itu sentiasa mendengar melalui aktiviti doa.
Banyak lagi panduan melalui amalan ketuhanan dalam Islam yang mempunyai objektif yang sama seperti tafakur dan ia bukan sahaja memberi ketenangan di dalam jiwa, malah membina sifat sabar, yakin, syukur, tabah dan berserah.
Tidur
Kajian mengatakan lagi perlunya seseorang itu mempunyai tidur yang cukup dan bangun secara semulajadi. Ia bagi membolehkan tubuh badan manusia itu memperoleh cukup istirehat agar ia boleh berfungsi dengan baik setiap hari. Tubuh yang kurang tidur dikaitkan dengan kebarangkalian seseorang itu memperoleh penyakit. Tubuh yang tidak sihat umpama mesin yang tidak produktif. Aura dan getaran amat kurang pada tubuh yang kurang rehat.
Dalam surah an-Naba' ayat ke-9, Allah berfirman yang bermaksud "Jadikanlah tidur kamu itu satu istirehat". Selain itu dalam surah al-Qasas dari ayat 71-73, Allah banyak menjelaskan tentang tidur ia juga merupakan ayat yang dijadikan rujukan bg membuat panduan tentang tidur dalam Islam. Sememangnya penjelasan Islam tentang tidur dan istirehat darinya digariskan dalam perbincangan yang tersusun termasuklah adab-adab tidur itu sendiri sama ada seseorang itu mendapatkan tidurnya pada waktu siang atau waktu malam untuk merehatkan tubuh badan.
Hubungan Kemanusiaan
Kajian barat lagi menggariskan bahawa seseorang itu membangkitkan aura dan getaran mereka melalui hubungan kemanusiaan yang positif, hubungan kekeluargaan dan setiakawan, hubungan dengan komuniti yang positif serta hubungan dengan orang-orang yang progresif. Hubungan yang positif menghasilkan gelombang aura dan getaran semulajadi daripada nilai positif itu sendiri.
Perkara ini telah banyak dibincangkan dalam konsep muamalat dalam Islam. Terlalu banyak panduan Islam tentang hubungan kekeluargaan, sahabat, kemasyarakatan serta hubungan dengan para ilmuan yang progresif. Apa yang perlu adalah cuma mencarinya dengan mudah di internet atau ke toko buku dengan mendapatkan penulisan tentang perkara tersebut dalam Islam. Ia telah ada beribu tahun yang dahulu.
Apa Kata Anda?
Adakah kajian orang barat itu perkara sia-sia sedangkan semua itu telah pun diajar di dalam Islam? Hakikatnya ia adalah perkara yang baik untuk dikaji dan dijelaskan dalam susunan. Mungkin selama ini orang Islam tidak sedar bahawa ajaran Islam itu sendiri mempunyai banyak hikmah di sebaliknya. Maka dengan penemuan sains dan kajian, menjelaskan lagi bahawa doktrin Islam ini penuh dengan perkara hikmah yang masih lagi boleh digali dan dicari kelebihannya.
Berbalik kepada aura dan getaran. Apakah moral di sebalik perbincangan ini? Sekiranya kita melihat kembali isi dan pengisian tentang aura dan getaran itu sendiri mengajar kita untuk menjadi manusia yang mulia. Berbeza daripada amalan yang berada dalam kehidupan kita sekarang yang terlalu banyak mencemarkan cara hidup serta alam.
Kehidupan kini penuh dengan persepsi negatif, kelakuan negatif, konsep negatif, panduan negatif, idea negatif dan pendek kata kehidupan manusia yang semakin canggih kini semakin membuahkan banyak perkara negatif. Maka tidak hairan mengapa manusia berlumba-lumba mencari kehidupan yang ditafsirkan mereka sebagai kejayaan tetapi sangat ramai juga yang memberitahu mereka masih belum menemui kehidupan.
Selain itu aura dan getaran ini adalah satu tips bagi mereka dalam membina kehidupan baik dari segi kerjaya, perniagaan, perhubungan dan sebagainya. Aura dan getaran kini menjadi salah satu topik hangat bagi individu yang membina kerjaya mereka bagi memperoleh kesan dan hasil yang memberangsangkan. Amat rugi bagi orang Islam yang tidak mendalami ilmu Islam itu sendiri dan masih tertanya-tanya mengapakah aku seorang Islam tetapi hidup dalam keadaan terumbang-ambing. Silapnya ialah kita sendiri kurang menghayati agama.
Oleh yang demikian, luangkanlah masa untuk agama. Agama Islam bukanlah kisah ketuhanan atau sembahyang. Islam sebenarnya adalah cara hidup. Orang Islam yang rosak itu adalah mereka yang mengaku Islam tetapi tidak mengikut ajaran Islam yang sebenar. Jadi tidak hairanlah, seorang Islam itu masih terkapai-kapai dalam kekayaan, masih hidup dalam keganasan dan minda yang tertutup, masih mencari penyelesaian lain yang hakikatnya telah ada dalam Islam. Ini semua adalah kerana, mereka tidak mendapatkan ajaran Islam yang sebenar dan mereka tidak menghayati ajaran yang telah pun mereka temui.
Sesekali carilah individu yang mempunyai Nur. Individu seperti ini sangat banyak di kalangan ulama dan ahli Agama yang menghayati Islam. Raut wajah mereka sangat bersih dan menenangkan mata yang memandang. Usah dinilai daripada foto dan gambar tetapi carilah peluang bertemu mereka untuk melihat Nur yang Allah kurniakan kepada hambanya yang taat dan menghargai agama. Anda sendiri akan merasa adanya ketenangan walaupun hanya dengan mendampingi mereka.


http://www.iluvislam.com/inspirasi/motivasi/1481-aura-dan-getaran-tenaga-dari-manusia-yang-hebat.html

Aku Adalah Pelajar Universiti Kehidupan


Kalau ditanyakan kepada orang tua, bilakah masanya dalam takah kehidupan ini mereka rasakan terlalu banyak melakukan kesalahan dan kesilapan? Nescaya mereka menjawab, "semasa kami masih muda."
Ya, bila seorang tua menoleh ke belakang, terasa begitu banyak perkara yang sepatutnya dibuat semasa muda, tidak dibuat. Sebaliknya banyak pula perkara yang tidak sepatut dibuat, telah dibuat.
Sayangnya, kebanyakan orang muda tidak menyedari hakikat ini sehinggalah mereka  sendiri meningkat tua. Lalu atas kealpaan itu mereka akan mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh bapa, datuk dan moyang mereka pada zaman mudanya. Pendek kata, ramai manusia lambat belajar di 'universiti kehidupan' ini. 'Kurikulum' pelajaran yang sepatutnya telah difahami di peringkat muda baru difahaminya hanya apabila kita meningkat tua.
Alam adalah sebuah 'universiti' yang luas dan besar. Setiap manusia adalah para pelajarnya. Dan manusia terpaksa belajar berterusan. Hidup adalah satu siri pelajaran yang tersusun rapi untuk difahami dan dihayati sepanjang hayat. Mungkin ini juga termasuk dalam maksud "tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad."
Jika difahami, pelajaran-pelajaran ini akan memberi panduan dan suluh kehidupan untuk hidup yang lebih tenang dan bahagia. Tetapi sekiranya pelajaran ini gagal difahami, maka hidup akan huru-hara dan kita akan selalu menghadapi keadaan yang tidak menentu.
Kurikulum pelajaran ini pula tersusun mengikut tahap usia dan tempoh kedewasaan seseorang. Justeru, di peringkat muda ada 'pelajaran-pelajaran' tertentu yang perlu difahami benar-benar sebelum menghadapi usia dewasa yang jauh lebih mencabar. Apakah 'pelajaran-pelajaran' itu dan apakah cara sebaik-baiknya mempelajarinya?
Itulah salah satu persoalan penting yang mesti dijawab oleh setiap kita. Jangan sampai pelajaran yang sepatutnya 'selesai' pada usia muda terpaksa dibawa ke peringkat tua. Kalau begitu keadaannya maka rugilah. Samalah seperti pelajar universiti yang terpaksa 'refer'  atau 'repeat' akibat gagal dalam peperiksaan semester atau tahunan mereka.
Proses Transisi
Para remaja adalah kelompok manusia yang sedang melalui satu proses transisi. Mereka telah meninggalkan alam kanak-kanak tetapi belum mencapai alam dewasa. Tahap transisi ini tidak stabil. Umpama air (cecair) yang hendak bertukar menjadi wap (gas), maka molekul-molekulnya terlebih dahulu bergerak dengan cepat dan tidak menentu.
Keadaan itu samalah dengan remaja, pada tahap itu jiwa, akal, nafsu, emosi dan lain-lain elemen-elemen dalaman mereka sedang bergolak. Takah usia ini paling tidak stabil – tercari-cari identiti diri, krisis pemikiran, ingin mencuba, perubahan biologi dan macam-macam lagi.
Dan di tahap ini juga para remaja akan menemui pelbagai situasi dan kondisi – suka dan duka, kejayaan dan kegagalan, permusuhan dan kasih-sayang, sempadan dan teladan. Muncul pelbagai individu dalam hidup mereka dengan pelbagai kelakuan dan sikap. Terjadi bermacam-macam peristiwa dengan membawa pelbagai kesan.
Ada Pelajaran Untuk Difahami Dan Dihayati
Sesungguhnya semua itu tidak berlaku sia-sia melainkan ada 'pelajaran' yang dibawanya untuk difahami dan dihayati. Para remaja (malah orang tua sekalipun) mesti dapat membaca 'mesej' yang dibawa oleh setiap peristiwa, individu dan keadaan yang berlaku ke atas kita. Jika tidak, kita terpaksa mengulangi pelajaran itu berkali-kali.
Sebab itulah dalam pengalaman kita, sering  kita temui orang tertentu yang sentiasa berdepan dengan masalah yang sama. Abu misalnya, akan sentiasa 'pokai' setiap pertengahan bulan dan sentiasa merungut duitnya tidak cukup. Minah, sudah lima kali ditinggalkan kekasih dan mengeluh tidak ada lelaki yang benar-benar memahami perasaannya. Joe pula, telah tujuh kali jatuh motor dan marah-marah tentang nasib malang yang sedang menimpanya.
Anehnya mengapa Mat tidak mengalami masalah 'pokai' seperti yang selalui dialami Abu. Bedah tidak seperti Minah, dia telah pun bertunang dengan lelaki yang pertama dikenalinya? Manakala Samad, cuma sekali sahaja jatuh motor dalam hidupnya dan sekarang sedang selesa memandu Perodua yang baru dibelinya... Apakah yang menyebabkan keadaan atau nasib mereka berbeza?
Cepat Dan Lambat Belajar
Bezanya ialah ada diantara para kita yang cepat belajar dengan hidup sebaliknya ada di antara mereka yang tidak pernah atau lambat belajar. Yang belajar, akan 'naik kelas' dan layak untuk mengambil mata pelajaran baru yang lebih tingkat dan martabatnya. Yang tidak belajar, terpaksa mengambil mata pelajaran yang sama berkali-kali.
Abu, contoh kita tadi, tidak pernah belajar bagaimana mengurangkan perbelanjaan berbanding pendapatan... dan dia akan mengalami masalah yang sama walaupun kiranya nanti ia menjawat jawatan yang tinggi dan bergaji besar. Manakala Minah, tidak cuba mengenali kelemahan dirinya sendiri sebagai seorang wanita justeru dia sering menemui lelaki yang tidak sepatutnya dia temui.
Pasti Ada Didikan Terus Daripada Allah
Jadi langkah pertama supaya kita 'lulus' dalam pelajaran hidup ialah kita perlu akur bahawa setiap yang berlaku di dalam kehidupan ada unsur pengajaran dan didikan buat kita. Setiap peristiwa, pahit atau manis, setiap individu, baik atau buruk – hakikatnya adalah 'guru' yang mengajar kita. Dan setiap guru itu mengajar sesuatu yang baik, walaupun kadangkala kelihatan pahit, pedih dan sakit kita menerimanya.
Untuk itu, apabila ditimpa sesuatu musibah atau menerima sesuatu nikmat, hendaklah ditanyakan pada diri sendiri, "apakah pelajaran yang di sebalik semua ini?" Pandanglah semua yang berlaku ke atas kita ada tujuan yang tertentu, maka barulah hidup kita sentiasa bertujuan. Kata ahli-ahli sufi, setiap yang berlaku dalam hidup ialah 'mehnah' – maksudnya didikan terus dari Allah.
Mereka berpendapat bahawa apa sahaja yang berlaku dalam hidup adalah ujian dan ujian itu hakikatnya adalah didikan terus daripada Allah. Ahli sufi menambah lagi bahawa jika manusia tidak mampu dididik melalui didikan terus dari Allah (mehnah) maka manusia tersebut tidak akan dapat dididik lagi oleh sesiapaun. Inilah yang ditegaskan oleh Ibnu Attoillah, seorang sufi yang terkenal dalam buku-buku karangannya.
Jika seorang datang membuat kita marah, maka dia adalah 'guru' yang hendak mengajar kita erti sabar. Jika kita selalu 'kesempitan' wang maka itu tandanya kita harus bersedia belajar erti berjimat cermat. Jika kita rasa kita sedang dikecewakan, itu menunjukkan kita sedang belajar untuk membina sikap tidak terlalu mengharap.
Begitulah seterusnya dalam apa jua situasi dan masa, kita hakikatnya sedang belajar dan dididik. Memang pada lahirnya, manusia, peristiwa dan kejadian yang sedang bertindak ke atas kita tetapi sedarilah hakikatnya semua itu adalah datang dari Allah. Semuanya berlaku dengan izin Allah, yang dengan itu DIA hendak mendidik kita. Maka terimalah didikan itu dengan baik kerana tujuanNya mendidik pun pasti baik.
Apakah sebenarnya yang menjadi 'tujuan' di sebalik 'pelajaran-pelajaran' yang datang dan pergi dalam hidup kita? Tujuan utama pelajaran dalam hidup ini adalah untuk mengubah kita ke arah yang lebih. Perubahan tidak dapat dielakkan justeru   hidup ini sendiri adalah satu proses perubahan yang berterusan.
Sudah menjadi sunatullah (peraturan Allah) yang tidak berubah dalam hidup ini adalah perubahan itu sendiri. Perubahan sentiasa berlaku dan ia diluar kawalan manusia. Kita akan kalah jika kita tidak berubah. Jadi, berubahlah mengikut haluan dan kawalan kita sendiri. Jika tidak, kita juga terpaksa berbuah, mengikut kawalan orang lain atau keadaan sekeliling.
Manusia Umpana Nakhoda Di Lautan
Manusia umpama nakhoda yang belayar di lautan. Sebagai nakhoda kita punya arah dan destinasi tersendiri. Tetapi tiupan angin, pukulan gelombang dan cuaca tidak selalunya menyebelahi kita. Kekadang arah pelayaran kita ke utara tetapi angin bertiup ke selatan. Kita akan tersasar dari destinasi jika menurut sahaja tiupan angin.
Sebaliknya kita akan patah, jika  terus berkeras menentang tiupannya. Jadi, apakah kita menjadi 'Pak Turut' yang terpesong tanpa prinsip dan haluan? Atau bersikap keras, rigid dan akhirnya patah kerana kedegilan melawan gelombang?
Sehubungan itu, bijak pandai pernah berkata, "we can't direct the wind but we can adjust our sail." Ertinya, walaupun kita tidak boleh menentukan takdir  yang menimpa tetapi kita diberi kuasa oleh-Nya untuk mentadbir diri kita. Inilah kelebihan manusia, sebagai khalifah.
Kita diamanahkan untuk mentadbir pendengaran, sentuhan, penglihatan, penciuman, penglihatan, fikiran, emosi, hati dan tindakan kita dalam lingkungan takdir-Nya. Oleh itu, dengan segala kuasa dan kelebihan yang ada, kita perlu berubah mengikut arah dan bentuk yang kita pilih dengan izin Allah jua.
Zon Selesa
Malangnya, ramai manusia yang tidak suka berubah. Ada kita bersikap 'selamba' dan 'relaks' dengan apa sahaja yang berlaku termasuk perubahan yang berlaku pada diri dan sekeliling mereka. Mengapa? Sebab perubahan ertinya hijrah atau berpindah. Setiap hijrah dan berpindah itu menagih kesusahan. Maksudnya, orang yang berhijrah terpaksa meninggalkan zon keselesaan (comfort zone) untuk menuju zon cabaran (courage zone).
Misalnya, anak kecil yang hendak berpindah dari tahap merangkak ke tahap berjalan, tentu terpaksa bertatih-tatih, jatuh bangun, jatuh dan terpaksa mengalami calar-calar dan sebagainya. Namun segala-galanya terpaksa dihadapi demi membolehkan dia berjalan. Apa akan jadi kalau ada anak kecil yang terus selesa merangkak dan tidak mahu belajar berjalan kerana takut cabaran? Tentulah tidak ada perkembangan dalam hidup. Maka begitulah para kita, dengan ujian mereka dituntut supaya berubah, jika tidak mereka tidak akan mencapai tahap kematangan untuk berjaya dalam hidup!
Ringkasnya, pelajaran dalam hidup datang bersama tuntutan perubahan. Jika sudah berkali-kali pelajaran disampaikan, tetapi masih tidak ada perubahan, maka itu bermakna kita gagal dalam peperikasaan di universiti kehidupan kita. Apa yang menghalang kita berubah?
Salah satunya ialah keinginan untuk melihat orang lain, keadaan atau peristiwa di luar diri kita terlebih dahulu berubah. "Aku boleh jadi baik, jika guru dan ibu-bapaku melayanku dengan baik," begitu selalu yang kita dengar. "Kedudukan kewanganku boleh stabil, jika pendapatanku bertambah," kata sesetengah yang lain. "Jikalau aku mengenali seorang lelaki yang beriman, aku akan menjadi isteri yang solehah." "Kalau motorku dari jenis yang mahal, tentu aku tidak terlibat dengan accident lagi!"
Begitulah suara-suara kelohan dan harapan yang selalu diluahkan oleh hati kita. Semuanya, mengharapkan keadaan, individu lain dan peristiwa berubah – barulah kita mahu dan mampu berubah. Sedangkan hukum perubahan tidaklah begitu. Kita mesti berubah dulu, barulah keadaan, peristiwa dan individu lain berubah akibat perubahan kita.
Guru dan ibu-bapa akan melayan kita dengan baik, jika kita terlebih dahulu berusaha menjadi anak atau murid yang baik. Anda berjimat cermat dahulu, barulah kedudukan kewangan anda akan stabil. Anda jadi wanita solehah dahulu, barulah akan ada lelaki beriman yang akan melamar anda. Dan anda perlu baiki dan memandu motor 'buruk' anda dengan baik barulah anda tidak terlibat dengan 'accident' dan akhirnya layak untuk mendapat motor baru yang mahal harganya!
Pelajaran Yang Menuntut Perubahan Berterusan
Ingat, setiap kali sesuatu menimpa kita, sama ada baik atau buruk... itu adalah pelajaran yang menuntut perubahan. Maka ubahlah diri kita selalu, ke arah yang baik, lebih baik dan cemerlang. Setiap detik, setiap ketika, ada sahaja peristiwa yang akan kita hadapi... maka belajarlah secara berterusan, dan berubahlah secara berterusan... Nanti kita akan mencapai kebaikan secara berterusan pula.
Jangan sekali-kali menangguhkan pelajaran, nanti anda akan menangguhkan perubahan dan akhirnya menangguhkan datangnya kebaikan. Belajarlah di universiti kehidupan semasa masih ada masa lagi, supaya kita tidak diburu penyesalan apabila tempoh pengajian tamat (mati).
Kata pepatah, "belajar sewaktu muda bagai melukis di atas batu, belajar sewaktu tua bagai melukis di atas air." Teringat kata Dale Carnargie, "jangan gergaji abuk kayu!" Dan itulah nasib orang tua yang tidak belajar semasa mudanya!
Buat diri ku dan diri mu, kuaklah tirai hari ini dan ingatkan diri... aku adalah pelajar di universiti kehidupan ini. Hari ini Allah pasti mengajar ku melalui perlakuan-perlakuan manusia lain kepada ku.  Dan aku mesti belajar dengan orang lain, kejadian, peristiwa itu – pahit atau manis.
Jika manis, Allah mengajarku erti syukur. Jika pahit, Allah mengajar ku erti sabar. Jika dikecewakan, aku sedang belajar hakikat tawakal. Bila cemas, Allah mengajar ku erti raja' (mengharap). Jika sedikit, Allah mengajar ku erti qanaah (berpada-pada). Ya Allah, lepaskan hati kami dari asbab-asbab ini, agar kami bebas dan tenang berpaut pada 'musabbabil asbab' (Penyebab segala sebab) – wajah-Mu ya Allah.
Pujuklah hati, katakan, didikan ini demi cinta-Nya jua.


http://www.iluvislam.com/inspirasi/motivasi/1643-aku-adalah-pelajar-universiti-kehidupan.html

Tak Mampu Kehilangan Cinta


Ketika  kedua suami isteri itu baru berpindah ke bandar, hidup mereka penuh ceria, penuh dengan gurau mesra.
Ada masa makan bersama, ada masa solat berjemaah bersama.
Walaupun pendapatan masih kecil kerana perniagaan yang mereka usahakan belum menjadi, tetapi mereka mengharungi kehidupan dengan seadanya.
Sikap saling memahami dan bertimbang rasa jelas terpancar.
Di kejauhan malam atau pada awal pagi sudah kedengaran suara mereka berdua bergurau dan berbual  dengan mesranya.
Minggu demi minggu, bulan demi bulan dan akhirnya beberapa tahun mula berlalu. Perniagaan kecil-kecilan yang diusahakan dahulu semakin maju.
Untuk menguruskan perniagaan yang semakin berkembang, suami adakalanya pulang lewat petang. Manakala si isteri yang juga memulakan pernigaannya sendiri pun semakin sibuk.
Anak-anak pun semakin jarang bertemu dan berbual mesra dengan mereka berdua.
Namun, alhamdulillah keadaan ekonomi keluarga bertambah baik.
Mereka telah berpindah dari rumah yang sempit ke rumah yang lebih luas. Sekarang keluarga itu telah memiliki kereta yang besar.
Bukan sebuah, tetapi dua buah – sebuah untuk suami, sebuah lagi untuk isteri.
Entah kenapa, kemesraan yang dahulu semakin hilang.
Suami semakin leka dengan kawan-kawan seperniagaan dan pelanggannya. Manakala si isteri juga sibuk mempromosi produk jualannya.
Solat berjemaah, makan berjemaah yang dulunya menjadi tradisi semakin jarang dilakukan.
Apatah lagi untuk melihat suami memberi sedikit tazkirah untuk anak-anak dan kemudian keluarga itu saling bermaafan bersama seperti dahulu... hampir tidak pernah lagi.
Benarlah kata bijak pandai, apabila kita mendapat sesuatu, maka pada masa yang sama kita akan kehilangan sesuatu.
Kita tidak akan dapat kedua-duanya pada satu masa.
Justeru, pesan bijak pandai lagi, pastikan apa yang kita dapat lebih berharga daripada apa yang kita hilang.
Keluarga tadi mendapat apa yang mereka cari kemewahan dan keselesaan hidup, tetapi pada masa yang sama mereka sudah hilang kemesraan dan keharmonian dalam kehidupan berumah tangga.
Jika ditanyakan kepada hati nurani kita yang paling dalam, antara keduanya yang mana lebih berharga? Kemewahan hidup atau kerukunan rumahtanga? Tentu kita akan menjawab, kerukunan rumahtangga.
Bukankah kita mencari rezeki dan segala kemewahan hidup untuk  membina sebuah keluarga yang bahagia?
Jika si suami ditanya, untuk apa kamu bertungkus-lumus bekerja siang dan malam?
Tentu jawabnya, kerana isteri aku! Begitulah juga jika ditanyakan kepada si isteri, tentu jawabnya kerana suami.
Dan jika ditanya kepada kedua ibu-bapa itu, untuk apa mereka berusaha, nescaya kita akan dapat jawapannya... demi anak-anak.
Malangnya, mereka dan kita sering tertipu, betapa ramai yang melupakan isteri, meminggirkan suami dan mengabaikan anak-anak semasa mencari kemewahan dan keselesaan hidup?
Kita sering terlupa yang kemewahan hidup - harta, rumah, kereta dan sebagainya bukan matlamat tetapi hanya alat dalam kehidupan ini.
Kita memburu alat untuk mencapai matlamat.
Ertinya, harta dan segalanya itu adalah untuk membahagiakan rumahtangga kita. Begitulah sewajarnya.
Namun, apa yang sering berlaku adalah kita sering tertukar. Alat jadi matlamat, matlamat menjadi alat.
Kebahagian rumahtangga sering jadi pertaruhan dan acapkali tergadai dalam keghairahan kita memburu kemewahan hidup.
Kita berkerja demi anak-anak, anehnya anak-anak kita abaikan semasa bertungkus lumus bekerja. Kita tidak sedar. Kita terus memburu dan memburu.
Bangun dari tidur, berkemas dan terus bekerja. Hampir senja baru pulang. Tidak cukup dengan itu ada lagi kerja yang kita bawa pulang ke rumah.
Tidak cukup lagi, kita keluar pula bertemu pelanggan dalam kerja-kerja 'part time'.
Begitulah kita hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan akhir bertahun-tahun.
Tiba-tiba kita tersentak, mengapa kita sudah jarang menikmati senyum dan gurauan isteri?
Mengapa kita sudah jarang mendapat sentuhan dan belaian suami?
Mengapa ketawa dan gurau senda sudah semakin hilang dalam rumah tangga?
Pada ketika itu, hati yang degil masih mampu memberi alasan. Aku sibuk. Aku sedang mengejar kejayaan dalam profesionalisme.
Sedikit masa lagi, perniagaan ku semakin menjadi.
Nantilah, bila segalanya sudah stabil aku akan kembali serius membina keharmonian keluarga. Nantilah, aku akan ini, aku akan ini...
Begitulah selalunya diri kita memberi alasan. Hati memberi justifikasi yang bukan-bukan.
Dan kita terus selesa dengan alasan, biarlah suami, isteri atau anak-anak berkorban sementara, nantilah kita akan bahagia!
Jangan keliru. Bahagia itu bukan hanya di hujung jalan tetapi bahagia itu ada di sepanjang jalan.
Temuilah bahagia ketika kita mencarinya.  Carilah bahagia yang di sepanjang jalan itu dengan menggenggam rasa cinta sentiasa dan selamanya.
Carilah harta, tetapi genggamlah cinta. Carilah kemewahan hidup tetapi peluklah cinta itu sekuat-kuatnya. Jangan diabaikan cinta itu walau sekelip pun. Maknanya, tunaikanlah hukum-hukum cinta dalam apa jua pun keadaan.
Hukum-Hukum Cinta
Antara hukum cinta yang paling diutamakan adalah: Cinta itu memberi, cinta itu mendengar, cinta itu berkorban, cinta itu tanggungjawab, cinta itu mendoakan dan cinta itu memaafkan.
Contohnya, jangan kesibukan menyebabkan kita jarang lagi memberi masa, perhatian, senyuman, nasihat dan doa kepada pasangan kita.
Jangan hanya mengucapkan kalimah-kalimah cinta yang bersifat 'kosmetik' semata-mata. Tetapi luahkan dalam bentuk perbuatan dan tindakan yang dapat dilihat dan dirasakan.
Dan paling penting, jangan sekali-kali diabaikan cinta suci yang menghubungkan cinta antara suami dan isteri.
Cinta itu adalah cinta Allah! Jagalah cinta kita kepada Allah, insya-Allah, Allah akan terus menyuburkan cinta kita suami isteri.
Allah akan berikan hidayah dan taufik ke dalam hati kita untuk terus berpegang pada matlamat.
Kita akan sentiasa beringat bahawa dunia dan segala isinya ini hanya alat untuk memburu cinta Allah. Dan hanya dengan memburu cinta Allah maka cinta kita sesama suami isteri akan dikekalkan-Nya.
Dunia ini umpama lautan, ramai orang yang memburunya ditenggelamkan.
Dunia ini menipu daya, ramai pula manusia yang ditipunya. Betapa ramai orang yang memburu dunia dengan menggadaikan sesuatu yang menjadi miliknya yang sangat berharga.
Iman, kasih saying, cinta sering dilemparkan orang dilitar perlumbaan memburu dunia.
Dunia tidak salah, selagi kita memburunya dengan niat untuk beribadah. Kita jadikan dia alat untuk memburu kebahagiaan akhirat.
Jadilah dunia umpama kebun yang kita pagar, kita bersihkan dan kita tanam dengan pohon-pohon kebaikan yang hasilnya kita tuai di akhirat.
Jadilah dunia umpama jambatan yang kita lalui.
Pastikan ia teguh, kukuh tetapi kita tidak akan berlama-lama di situ... ia hanya jambatan. Tidak ada orang yang membina rumah di atas jambatan. Rumah kita yang hakiki ialah di syurga.
Jika ada rasa-rasa itu di dalam jiwa ketika kita memburu karier, kejayaan dalam perniagaan dan apa jua aktiviti keduaniaan, insya-Allah cinta dan kasih sayang tidak akan diabaikan.
Orang yang ada di dalam hatinya cinta Allah, sentiasa ada ruang yang lapang untuk mencintai sesama manusia lebih-lebih lagi suami, isteri dan anak-anaknya.
Dengan cinta itu kita akan menyelamatkan semua keluarga kita daripada neraka akhirat.
Dan neraka di akhirat itu hanya akan dapat kita hindari jika kita berjaya menyelamatkan diri dan keluarga kita daripada neraka dunia.
Apakah neraka dunia itu? Nereka dunia itu ialah hilangnya kasih sayang di tengah-tengah rumah yang besar.
Pudarnya cahaya wajah dan ketenangan hati di tengah sinar lampu yang beribu-ribu ringgit harganya di tengah ruang tamu rumah yang besar itu.
Dan hambarnya perbualan di dalam kereta mewah yang sering bertukar ganti.
Yang ketawa ria ialah pelakon-pelakon di dalam filem yang kita tonton, tetapi hati kita semakin kosong, gersang dan sayu entah apa puncanya!
Lihatlah Rasulullah SAW. Betapa sibuknya baginda... tetapi masih ada masa berlumba lari bersama Aisyah isterinya.
Betapa besar perjuangannya... tetapi masih mampu meluangkan masa bersama isteri yang hendak melihat tarian dan permainan pedang di suatu Hari Raya.
Ketika baginda kaya, dikorbankannya harta... kerana baginda tidak kehilangan cinta.
Ketika baginda miskin... dihadapinya dengan sabar kerana di dalam hatinya tetap ada cinta. Baginda tidak pernah kehilangan cinta kerana di dalam hatinya ada cinta yang lebih besar... cinta Allah!
Ayuh Intai-Intai Semula
Justeru, intai-intailah semula cinta di dalam rumah tangga kita. Masih bersinar atau sudah pudar? Jika sudah pudar, ayuh muhasabah kembali di mana puncanya? Apakah yang kita garap hingga kita sanggup menggadaikannya?
Ayuh, lihat kembali 'di mana Allah' dalam rumah tangga kita? Di mana solat jemaah, di mana zikir, di mana tazkirah, di mana sadakah, di mana bacaan Al Quran...
Di manakah semua 'ayat-ayat cinta' itu dalam rumah yang mungkin sudah semakin luas, kereta yang semakin mahal, makanan yang semakin lazat, tabungan kewangan yang semakin banyak?
Dan pandang wajah isteri, renung wajah suami... tatap lama-lama.
Bila kita terakhir kita bertentangan mata dalam keadaan yang paling tenang, harmoni dan syahdu? Sekali lagi bila?
Bukankah mata itu jendela bagi hati. Pertautan mata petanda pertautan hati?
Atau kita hanya melihat sekadar imbasan, tolehan dan pandangan, tanpa ada rasa cinta, kasih, mesra, kasihan, simpati, empati dan lain-lain perisa hati?
Apakah kita secara tidak sedar telah bertukar menjadi 'haiwan berteknologi' dalam belantara dunia meterialisma yang semakin ketandusan cinta?
Lalu, di kejauhan destinasi ketika sibuk menguruskan kerja atau perniagaan, sudi apalah kiranya suami atau isteri menghulurkan gugusan doa-doa yang paling kudus untuk pasangannya?
Atau ketika dia pulang nanti, kita sapa tangannya dan bersalam penuh mesra lantas  berdakapan dengan hati yang terus berkata-kata, "inilah teman ku di dunia untuk menuju syurga!" Inilah yang semakin hilang dalam rumah tangga kini.
Kita memburu tanpa sedar bahawa kitalah yang sebenarnya diburu.
Diburu oleh kesibukan yang tiada penghujung, keresahan yang tiada penawar. Kekosongan yang tidak dapat  di isi. Kerana hati tanpa cinta... adalah hati yang mati!
Carilah cinta kita yang hilang. Insya-Allah kita akan temuinya semula cinta itu di tempat, suasana dan masa ketika kita mula-mula menemuinya dahulu.
Bukankah kita bertemu kerana Allah? Bukankah yang menyatukan kita kalimah-Nya?
Bukankah tempat termaktubnya lafaz akad dan nikah di rumah Allah? Kembalilah ke sana.
Carilah kekuatan itu semula. Tidak ada manusia yang terlalu gagah untuk hidup tanpa-Nya. Dan tidak ada hati yang paling waja hingga mampu bertahan terhadap tipuan dunia tanpa cinta.
Renunglah mata isteri atau suami mu, carilah cinta itu di situ. Masih ada? Atau telah tiada?
Dan kemudian genggam erat tangannya. Mari kita cari semula cinta yang hilang itu bersama-sama!
Sayang... di kejauhan ini
Ku sentuh hatimu dengan rasaku
Debarnya debar cinta
Denyutnya denyut setia
Ku usap air matamu yang jernih
Dengannya ku sulamrasa kasih
Kutatap matamu yang duka
Di situ kutemui makna rela
Sayang.. dikejauhan ini
Ku sapa salam setiamu
Ku sambut  senyum mesramu
Onak, duri dan jeriji besi ini
Tak kan menghalang bicara
... rasa kita berdua
Sayang, sayang, sayang,
Semakin terpisah...
cinta kita  semakin indah
Semakin jauh...
kasih kita semakin kukuh
Kita boleh hilang segalanya
Namun kita tidak mampu kehilangan cinta!
Dikejauhan Ini.