Seekor tikus panik melihat petani menyiapkan beberapa
jebakan tikus di sawah. Ia begitu ketakutan dan segera bergegas mencari
bantuan. Saat bertemu ayam ia bercerita.
"Pak Tani memasang jebakan
tikus, saya harus bagaimana?" tanyanya pada Ayam. "Wah itu bukan
urusanku, mana aku tahu. Uruslah urusan masing-masing" jawab Ayam acuh.
Tikus masih ketakutan ia datang menemui kambing. "Pak Tani memasang
jebakan tikus, saya harus bagaimana?" tanyanya pada kambing.
"Bukankah benda itu dinamakan 'jebakan tikus.' Jadi apa urusannya
denganku. Kalau itu jebakan kambing baru aku boleh khawatir," jawab
kambing seenaknya. Tikus tetap ketakutan, tapi masih ada harapan, ia pergi
menemui sapi. "Pak Tani memasang jebakan tikus, saya harus
bagaimana?" tanyanya pada sapi. "Hah jebakan tikus. Itu benda yang
kecil sekali, Tidak ada pengaruhnya buat aku. Kenapa aku harus pikirkan."
jawab Sapi sinis. Tikus benar-benar sedih, nampaknya benar-benar tidak ada yang
mempedulikannya. Apalagi memang ayam, kambing dan sapi adalah peliharaan pak
tani, sedangkan dia adalah buruannya pak tani. Malam itu tikus tidur semalaman,
ia tidak berani mencari makan karena takut terkena jebakan tikus.
Subuh dini hari ketika hari masih
gelap, Pak tani dan istrinya sepeti biasa pergi ke sawah. Mereka juga melihat
apa jebakan tikus yang dipasang sudah berhasil menangkap tikus. Karena subuh
masih sangat gelap, tanpa sengaja istri Pak tani memegang jebakan tikus yang
ternyata menjepit ular berbisa. Ular tersebut sempat mematok istri Pak tani
hingga terkena racun berbisa. Istri Pak tani langsung di bawa ke dokter. Karena
tak sanggup membayar dokter, pak tani menyembelih ayamnya dan menjual dagingnya
untuk membayar biaya dokter. Ternyata perawatan dokter saja tidak cukup untuk
mengatasi bisa yang berbahaya ini. Maka terpaksa pak tani membawa istrinya
masuk ke rumah sakit. Uang muka masuk rumah sakit cukup mahal. Pak tani
terpaksa menyembelih kambingnya dan menjual dagingya ke pasar untuk menutupi
uang muka ke rumah sakit. Ternyata biaya perawatannya sangat mahal. Perlu
perawatan khusus untuk mengatasinya. Pak tani akhirnya terpaksa menyembeli
sapinya dan menjual dagingnya untuk membayar biaya perawatan. Begitulah akhir
kisah jebakan tikus. Sapi, kambing dan ayam tidak pernah menduga jebakan tikus
yang diacuhkannya justru membuat mereka disembelih lebih cepat.
Apa hikmahnya? Seringkali kita
menganggap masalah orang lain bukan masalah kita. Masalah lingkungan bukan
masalah kita. Padahal jika kita telusuri bisa jadi masalah tersebut akan
mempengaruhi hidup kita juga, atau mungkin keluarga kita. Ada teman atau
kerabat kita terlibat narkoba kita biarkan karena itu urusan dia sendiri. Tapi
ternyata kita jadi korban karena barang-barang kita dicuri untuk membeli
narkoba. Lebih buruk lagi anak kita ikut menjadi candu narkoba akibat
perbuatannya. Kita membuang sampah sembarangan, akibatnya terjadi banjir yang
salah satunya akibat sampah yang kita buang. Kalaupun kita tidak jadi korban
banjirnya, kita jadi korban macetnya. Karena itu jangan terlalu mudah
mengabaikan masalah, karena mungkin kita jadi korbannya.
Tetangga kita masuk masa pensiun,
ada juga yang di PHK yang di karenakan perusahaannya bangkrut atupun merger
atau krisis yang melanda Negeri tsb. Hal ini sudah bukan hal aneh lagi pasti
berlaku pada setiap yang bekerja. Akan ada masanya berhenti entah karena
pensiun, sakit, PHK, perusahaan bangkrut ataupun kematian.
Seringkali kita abaikan kejadian
tersebut. Seolah2 itu bukan urusan kita. Padahal cepat atau lambat hal tersebut
akan menghampiri kita juga, sementara kebutuhan hidup tak jua berkurang ataupun
semakin murah. Namun kenyataannya kita menutup mata hati dan telinga kita.
Larut dalam zona nyaman. Sehingga mengabaikan kejadian tersebut yang akan
menjadikan masa tua justru masih sibuk untuk bekerja. “Itu bukan urusan saya.
Kalaupun iya, fikirkan nanti saja.”
Karena seringnya mengabaikan
kejadian yang sering ada dan menganggap bukan urusan kita atau bagian dari
kita, seringkali seseorang justru merasakan akibat buruknya lebih cepat.
Mari kita sama2 membuka mata hati dan
telinga kita. Memahami yang mungkin bagi kita sekarang bukan hal yang mendesak
namun pada intinya cepat atau lambat hal tersebut TERNYATA adalah hal yang akan
kita alami. Lebih menyakitkan jika kita terlambat dalam menyikapinya.