Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Aku Bukan Hidangan

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ============================ Tadi pagi saya mendengar beberapa bait lirik lagu yg menggelitik di telinga saya. Lagu yang diputer kenceng-kenceng dari sebuah gerobak dorong seorang penjual 'gethuk' ( makanan khas kota magelang ) yg lewat didepan rumah. Entah mengapa beberapa lirik lagu tersebut tanpa sadar melekat erat di otak saya hingga membuahkan tulisan ini. Begini penggalan isi lagu yg sempet terekam di otak saya: Kalau memang dirimu ingin mengharap cintaku Kuijinkan dirimu bertamu kerumahku Kalau ingin makan ? Silahkan.. Kalau ingin minum ? Silahkan.. Tapi aku ini bukanlah hidangan untukmu Subhanallah..terlepas dari apapun maksud si pembuat lirik lagu tersebut, tapi saya menangkap sebuah pesan indah didalamnya. Lagu tersebut seperti sebuah refleksi isi hati seorang akhwat atau wanita muslimah yg menjaga kehormatannya, menjaga iffah dan ma'ruahnya. Semoga seperti dirimu ukhti... Lirik tersebut seolah menggambarkan, seorang wanita muslimah adalah barang yang mahal yang auratnya tertutup, menjaga diri, mensegel diri, menghormati diri, dan memuliakan diri. Perempuan yang menutup auratnya (dengan benar dan akhlaknya terjaga), adalah barang mahal yang tersimpan dalam etalase, terjaga dalam sebuah kotak yang tidak bisa dibuka, tersegel, tidak bisa disentuh dan harganya mahal. Karena wanita muslimah adalah wanita yang mahal, bukan pula sebuah hidangan. Dari lirik lagu tersebut juga mensyiratkan bahwa seorang ikhwan baik-baik yg jatuh cinta kepada seorang wanita baik-baik pula janganlah gampang2 mengucapkan I Love You atau maukah kau menjadi pacarku? Tapi si wanita pun memberi petunjuk dan rambu-rambu yang benar, yaitu silahkan datangi kerumahnya, maksudnya jika antum berniat suci ingin memiliki wanita tersebut kitbahlah ia dihadapan orang tuanya atau ajukan Taaruf kepada sang akhwat. Bukankah dengan datang baik-baik kerumahnya menunjukkan bahwa engkau adalah lelaki baik-baik yang mempunyai harga diri dan martabat? dan dengan mendatangi rumahnya maka engkau akan dijamu dengan makanan enak dan minuman segar..? tapi ingat sang wanita bukanlah hidangan untukmu. Kalau ingin makan..? Silahkan.. Kalau ingin minum..? Silahkan.. Tapi aku ini bukanlah hidangan untukmu.. Lihatlah, dengar, dan rasakan. Begitu jelas kan..? Seorang muslimah adalah barang dan makanan yang mahal. Ia tidak bisa seenaknya disentuh-sentuh, dipegang-pegang, ataupun dicicipi dan jika tidak selera rasanya maka boleh dikembalikan. Antum boleh datangi rumahnya, dikasih makan, dikasih minum, silahkan dicicipi makanan dan minuman itu sepuasnya, dijamin juga halal kok. Tapi ingat, sang wanita muslimah bukan hidangan untukmu ! Alangkah indahnya dunia ini jika seluruh kaum wanitanya adalah seperti ilustrasi barang mahal tersebut, bukan seperti sebuah hidangan murahan yg dijual di pasar-pasar dan emperan toko.Yang bisa dipegang-pegang atau dicicipi bahkan dimakan sekalipun, naudzubillah tsuma naudzubillah. Tapi yg terjadi sekarang ini adalah banyak saudari2 kita yg bangga memamerka auratnya (dari betis, paha, lengan, rambut, leher dan dada, apalagi lebih dari itu), mereka seolah sudah menjadi “barang obralan” yang murah, yang tidak perlu repot-repot kita ingin membukanya karena ia sudah terbuka (tidak ditutup), silahkan bebas menatap dan menyentuh-nyentuhnya (dalam kebebasan pergaulan dan persahabatan) dan “merasakannya” (dalam pacaran). Kalau sudah tidak suka lagi atau tidak cocok, boleh tidak jadi memilikinya. Jadilah, ia barang bekas. Barang bekas tentu tidak berkualitas, murah, karena sudah dipakai orang. Mengapa perempuan yang seharusnya mahal menjadi murah? Sabda Nabi, karena hilangnya rasa malu: “Al-hayu-u minal iman” (malu itu sebagian dari iman). “Iman itu ada tujuh puluh cabang dan malu adalah salah satunya” (HR. Muslim). “Segala sesuatu ada penegurnya (penjaganya), dan penegur hati adalah rasa malu!” Sangat menyedihkan, bila dulu perempuan malu kelihatan auratnya, sekarang malah bangga mempertontonkannya. Dan tulisan ini saya tutup dengan bait terakhir dari lirik lagu tersebut: Aku ini bukanlah makanan yg dihidangkan Atau pula minuman yg selalu memabukkan Kalau memang dirimu ingin mengharap cintaku Kuijinkan dirimu bertamu kerumahku Bagaimana saudara2ku..? Ingat yach, aku bukan hidangan..^.^ Barakallahu..jabat erat dan salam hangat Wassalamualaikum 


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-aku-bukan-hidangan/171429609552361