♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Katakan (wahai Muhammad) apabila apak-bapakmu,
anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluarga besarmu, harta yang
kamu cari, perdagangan yang kamu khawatir kebangkrutannya dan rumah tinggal
yang disenanginya, lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjuang di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." (QS.
At-Taubah:24)
Alhamdulillah kita telah dijadikan
sebagai hamba-hamba muslim yang berserah diri kepada-Nya dengan menyatakan
Laailaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah. Hanya saja kenyataannya masih
banyak dari kita yang belum konsekuen dengan pernyataannya. Kita menyatakan
mencintai Allah, kenyataannya lebih mencintai hawa nafsu kita, sehingga tidak
sedikit ajaran Allah yang kita langgar. Bahkan lebih dari itu menuhankan
kebendaan dengan cara mencintainya melebihi cinta kita kepada Allah. Oleh
karena itu Allah mensinyalir hal tersebut dalam Al-Quran surat Al-Baqarah:165,
"Sungguh orang beriman lebih mencintai Allah daripada yang lainnya."
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Definisi cinta menurut terminologi
bahasa adalah kecenderungan atau keberpihakan. Sementara menurut terminologi
syara adalah keberpihakan kepada yang dicintai sehingga mengikuti apa yang dia
kehendaki dan meninggalkan apa yang tidak dia sukai, baik secara
terang-terangan atau tersembunyi.
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Hal-hal yang dapat memalingkan cinta
kita kepada Allah, seperti yang disitir Allah dalam Al-Quran surat Al-Imran,
"Dihiasi bagi manusia cinta kepada hawa nafsunya daripada wanita,
anak-anak, kumpulan emas dan perak, kuda berwarna (kendaraan), peternakan, pertanian,
itulah isi dari kehidupan dunia, dan Allah memiliki tempat kembali yang lebih
baik"
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Di atas disebutkan enam bagian yang apabila
dicintai oleh manusia melebihi cintanya kepada Allah atau mengikuti kehendak
mereka sampai mengangkangi kehendak Allah, maka berarti telah menuhankan
hal-hal tersebut, ini sangat berbahaya.
Lebih tegas lagi Allah
memperingatkan dalam surat At-Taubah:24, "Katakan (wahai Muhammad) apabila
bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluarga besarmu,
harta yang kamu cari, perdagangan yang kamu khawatir kebangkrutannya dan rumah
tinggal yang disenanginya, lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan
berjuang di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya."
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Bagaimana Kita Mencintai Allah
Dalam upaya mencintai Allah, kita
harus mengenalnya dengan baik sesuai dengan informasi Al-Quran dan Rasulullah
saw, baik kaitannya dengan rububiyah-Nya atau uluhiyah-Nya atau asma� dan sifat-sifat-Nya, baru kemudian
mengenal hukum-hukum-Nya, baik perintah maupun larangan. Seorang dikatakan
mencintai Allah apabila memenuhi empat syarat:
1. Berbuat sesuai dengan kehendak
Allah, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya.
2. Meninggalkan seluruh larangan-Nya
baik secara dhohir maupun batin.
3. Mencintai orang-orang yang
dicintai Allah, yaitu kaum beriman.
4. Membenci mereka yang dibenci
Allah, yaitu kaum kafir, fasik dan munafik.
Apa saja yang menghantarkan kita
mencintai Allah.
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Menurut Ibnul Qayyim, seorang ulama� abad ke-7, ada sepuluh hal yang
menyebabkan orang mencintai Allah SWT:
1. Membaca Al-Quran dan memahaminya
dengan baik.
2. Mendekatkan diri kepada Allah
melalui media sholat sunnah sesudah sholat wajib.
3. Selalu menyebut dan berdzikir
dalam segala kondisi dengan hati, lisan, dan perbuatan.
4. Mengutamakan kehendak Allah
disaat berbenturan dengan keinginan hawa nafsu.
5. Menanamkan di dalam hati asma� dan siaft-sifat Allah SWT, dan
memahami maknanya.
6. Memperhatikan karunia dan
kebaikan Allah kepada kita, baik nikmat dhohir maupun nikmat batin.
7. Menunduk hati dan diri ke
kehariban Allah.
8. Menyendiri bermunajat dan membaca
kitab suci-Nya, diwaktu malam saat orang sedang lelap tidur.
9. Bergaul dan berkumpul bersama
orang-orang sholeh, serta mengambil hikmah dan ilmu mereka.
10. Menjauhkan segala sebab-sebab
yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•
Penyeimbang Cinta Kepada Allah
Untuk mencintai Allah diperlukan
penyeimbang. Digambarkan oleh para ulama bahwa cinta itu bagaikan badan burung,
sehingga ia tidak bisa terbang kecuali dengan dua sayap. Dua sayap itulah
penyeimbang cinta kita kepada Allah, yaitu rasa harap di satu sisi dan rasa
cemas di sisi lain. Rasa harap akan menimbulkan khusnudzan (berbaik sangka)
kepada Allah.
berpahala. Sementara rasa cemas akan
mendorong kita melakukan kebaikan, karena rasa cemas itu kita khawatir
jangan-jangan amalan baik kita tidak diterima Allah karena ada faktor X-nya.
Maka apabila ada rasa cemas pada
diri seseorang ketika dia mengerjakan hal-hal wajib, tercermin di dalam
benaknya jangan-jangan amalan itu tidak diterima atau kurang sempurna, maka dia
terdorong untuk mengerjakan sunnah-sunah dst. Rasa cemas itu juga yang dapat
mencegah seseorang untuk tidak melakukan maksiat dan dosa.
Dengan demikian burung yang berbadan
cinta, bersayap rasa harap sebelah kanan dan rasa cemas di sebelah kiri, maka
burung itu akan terbang melayang ke langit bersujud dihadapan sang maha perkasa
dan bijaksana.
♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•