Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 12 November 2010

"Syukur menambah nikmat."


Orang tidak bisa bersyukur kepada Allah dengan tulus Ikhlas jika tidak memahami tentang sesuatu yang disyukurinya. Karena banyak orang bersyukur, bahkan sepanjang hari tidak terhitung, tetapi sebatas ujung lidah. Ketika syukur lenyap, maka menguaplah rasa terimakasih itu..."
"Syukur menambah keimanan."
Seseorang akan bisa bersyukur dengan sedalam-dalamnya dan penuh rasa ikhlas, membesarkan Allah Yang Memberi nikmat, apabila ia memahami dan "membaca" terhadap apa yang diterimanya, memahami apa yang disyukuri. Karena itu syukur erat kaitannya dengan Iman."
"Tak mungkin seseorang bisa bersyukur jika ia tidak punya akidah, tidak yakin adanya Tuhan. Sebaliknya seseorang yang telah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan menjalankan Perintah-Nya, tetapi tidak bersyukur, maka sungguh ia adalah termasuk orang yang tak tahu diri."
"Jika seseorang telah beriman dan mengakui adanya Allah, menjalankan Perintah-Nya, takut dan ta'at kepada-Nya, lalu ia mau membaca tanda-tanda-Nya, maka mudahlah ia melakukan bersyukur."
"Adapun tanda-tanda Kebesaran Allah yang mudah kita "baca" atau kita lihat misalnya tentang langit ditinggikan dan bumi dihamparkan.
"Allah telah menciptakan langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian dengan air hujan itu, Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu agar kau bisa berlayar di lautan atas kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (ke permulaan) dari segala yang kamu mohon kepada-Nya. Dan jika kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."(QS. Ibrahim 32-34).
"Berdasarkan sifat manusia, bahwa nikmat itu dapat dikatagorikan menjadi 2 macam; yaitu nikmat yang bersifat fitri (asasi) dan nikmat yang menyusul yang dibawa sejak lahir. Sedangkan nikmat yang menyusul kemudian adalah yang diterima manusia yang dirasakannya setiap waktu.
"Fabiayialla irabbikuma tukazziban..."
(...nikmat mana lagi yang engkau dustakan ?.").
Begitulah ayat yang beberapa kali disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala  dalam Al-Qur'an surah Ar-Rahman.


"Dan Tuhan melahirkan kamu dari perut ibumu tanpa mengetahui sesuatu apapun. Dan (kemudian) diberi-Nya kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."(QS, An Nahl 78).
Kita jarang berpikir, jika Allah menjual mata kepada manusia dan panca indra semuanya serta udara untuk kita bernafas ini kepada manusia, tentu kita harus membelinya dengan mahal. Meskipun demikian Allah hanya memberikannya dengan cuma-cuma. Dia tidak pernah menuntut agar kita membeli atau menyewa organ-organ itu dan sebagainya, semua yang ada dan kita perlukan ini. Syukur dan taat sudah cukup menyatakan terimakasih kepada-Nya. Allah Maha Segalanya. Allah Maha segalanya, tak butuh apa-apa, sekalipun manusia itu tidak mau bersyukur, maka Allah tidak pernah dirugikan.
Akan tetapi sebaliknya, bila kita tak tahu diri dan enggan bersyukur, maka kerugian akan menimpa diri kita. Dengan kata lain, syukur itu merupakan akhlak dan perbuatan baik yang dampaknya akan kembali kepada diri kita.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman (yang artinya);
"Barang siapa yang bersyukur, maka hal itu adalah untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang ingkar, sesungguhnya Allah itu Maha Kaya dan Mulia." (QS. An-Naml 40).
 "Jika kamu  bersyukur atas nikmat KU maka akan Ku tambahkan nikmat mu, namun jika kamu ingkar, sesungguhnya azab KU amat pedih..." (QS : Ibrahim : 7)"
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Lelaki Sederhana Nan Penuh Cinta


Entah sejak kapan hati ini terikat pada pesonanya. pribadi yang sederhana, pribadi yang mengajariku akan banyak hal, pribadi yang mengajari memaknai makna cinta...
Bila mengingat pribadinya seolah semua masalah dalam diriku hilang tak berberkas..
karena cinta beliau yang sangat dalam...
begitu lembut dan hangat..
mungkin jarak dan waktu tlah memisahkan kami...
namun cintanya tak pernah usang di telan zaman...
cinta ibarat oase di padang pasir..
begitu menyegarkan, membawa sejuta harapan dan perubahan ..
cinta yang begitu besar ...
dari beliau aku banyak belajar mencintai... walau cara beliau mencintai tak akan tertandingi oleh manusia manapun di dunia ini.
Lelaki nan penuh pesona tersebut bernama Muhammad bin Abdullah.
dari beliau aku banyak belajar bagaimana membentuk sebuah cinta yang visioner..
cinta yang sejati..
dan bukan cinta yang teringingi oleh nafsu..
atau apapun yang melemahkan makna cinta itu sendiri..
Kala aku kehilangan asa, aku teringat shirah hidupnya nan penuh kepahlawan..
cinta yang begitu sederhana namun dalam.
cinta beliau pada Allah..


cinta beliau pada ummatnya ..
dalam 1 hari hidupnya sama artinya dalam hitungan 24 jam. beliau membaginya menjadi 3 bagian yang berarti  tiap bagian sekitar +/- 8 jam .
1/3 bagian untuk beribadah pada Allah
1/3 bagian untuk ummat beliau
1/3 bagian terakhir  yang di bagi menjadi 2 berarti masing - masing 1/6 bagian yang meliputi 1/6 untuk keluarga beliau dan 1/6 terakhir hak untuk beliau.
sebagai seorang hamba yang di jamin kebahagiaan & keselamatan dunia serta akhirat oleh Allah, tak membuat beliau kehilangan rasa syukurnya. bahkan semakin menambah ketaatan dan cinta beliau pada Allah.
beliau sadar benar bahwa semakin dia mendekatkan cinta & ketaatan beliau pada Allah, Allah akan semakin mendekat dengan beliau.
sebagai seorang pemimpin negara, beliau sangat rendah hati, bersahaja n dekat dengan ummatnya. bahkan sejarahnya selain mencatat beliau sebagai Rosulullah, beliau juga sangat di kenal sebagai seorang sahabat terbaik bagi sahabat beliau.. beliau adalah guru sekaligus sahabat yang bisa menempatkan proporsi tiap individu sebagai manusia yang utuh. yang memiliki kelebihan n kekurangannya.
sebagai seorang qowwam dalam keluarga beliau begitu dinamis, romantis dan adil..bagi keluarga kecil beliau
sebagai seorang individu beliau tahu benar arti dalam bersikap, menyelaraskan antara kata & sikap.
beliau sangat memahami arti dari sebuah permintaan, dan tanggung jawab dari tiap permintaan...
Namun seberapapun hebat Rosulullah beliau tetaplah hamba biasa...
saat beliau meninggal sahabat beliau Umar bin Khattab ra mengancam akan membunuh orang yang mengatakan Muhammad telah meninggal, namun emosi kesedihan umar di redakan oleh nasehat Abu bakar Ra..
Muhammad hanya manusia biasa, namun Allah akan senantiasa Hidup bersama kita..
dari peristiwa tersebut aku banyak belajar beberapa di antaranya..


Cintailah dunia niscaya kau akan berpisah dengannya, namun bila qt mencintai Allah . Dia yang akan senantiasa ada n menjaga kita dengan KEAGUNGANNYA
Seorang Rosulullah walaupun berabad -abad lalu telah meninggalkan kita semua, namun cinta beliau tetap bersemi di hati ummat beliau karena
Cinta beliau adalah cinta karena Allah, sehingga Allah menjaga cinta tersebut walaupun beliau telah tiada di dunia.
Cinta beliau cinta yang membawa manfaat, karena beliau meninggalkan ilmu melalui sikap hidup beliau. Ilmu tersebut yang menjadi prasasti cinta yang tertulis indah tak hanya dalam tinta emas sejarah, tapi tertulis indah dalam lubuk hati para sahabat beliau.
3. Tiap hidup beliau tiada yang tanpa kebaikan n membaikan keadaan...
Mungkin aku tak cukup ilmu tuk menuangkan goresan kekagumanku pada beliau. namun aku sadar bahwa mencintai sejati adalah pada Allah, n yang bisa mengantarkanku tuk meraih cinta sejati itu adalah dengan meneladani kehidupan beliau..
Terima kasih ya Allah ..
karena Cinta Engkau telah mengamanahi kami pemimpin terbaik di dunia..
walau jasad beliau telah tiada..
Engkau tetap menjaganya dalam hati kami...
agar kami senantiasa mengingat jangan menyia-nyiakan kehidupan ini tanpa mengisinya dengan kebaikan..

Semoga Bermanfaat
Amatullah Mufidah
http://www.facebook.com/notes/lilik-wijayati/lelaki-sederhana-nan-penuh-cinta/469651323702

Peringatan Buat Perempuan


♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Syaidina Ali berkata: “Saya dengan Fatimah pergi menghadap Rasulullah SAW.Kami dapati beliau sedang menangis, lalu kami bertanya kepadanya, apakah yang menyebabkan ayahanda menangis, ya Rasulullah?”
Baginda SAW menjawab: “Pada malam aku di isra' hingga kelangit, di sana aku melihat perempuan dalam keadaan amat dahsyat. Karena sebab itu aku menangis mengenangkan azab yang diterima mereka. ”Ali bertanya: “Apakah yang ayahanda lihat di sana? ”Rasulullah SAW menjawab:“ Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otak kepalanya terkuak. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat kebelakang dan timah cair di-curah ke dalam halkumnya (tekak).“Aku lihat perempuan yang digantung kedua kakinya terikat,tangannya diikat ke ubun-ubunnya, disuakan ular dan kalajengking.Aku lihat perempuan yang memakan dagingnya sendiri, dibawahnya dinyalakan api neraka.Aku lihat perempuan mukanya hitam dan memakan tali perutnya sendiri.“Aku lihat perempuan yang telinga pekak dan matanya buta,diisikan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka,otaknya keluar daripada lubang hidung, badan bau busuk karena penyakit kusta dan lepra.“Aku lihat perempuan yang kepalanya seperti babi, badannya seperti himar berbagai kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, kala dan ular masuk ke kemaluannya, mulut dan pelepasnya (punggung).Malaikat memukulnya dengan corong api neraka. ”Fatimah pun bertanya kepada ayahandanya: “Ayahanda yang dikasihi, beritakanlah kepada anakanda, apakah kesalahan yang dilakukan oleh perempuan itu ?”Rasulullah menjawab: “Fatimah,adapun perempuan tergantung rambutnya itu adalah perempuan yang tidak menutup rambut pada bukan muhrimnya.Perempuan tergantung lidahnya ialah perempuan yang menggunakan lidahnya untukmemaki dan menyakiti hati suaminya.“Perempuan yang digantung susunya adalah perempuan yang menyusukan anak orang lain tanpa suaminya. Perempuan kedua kakinya tergantung itu ialah perempuan yang keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya.“Perempuan tidak mau mandi daripada suci haid dan nifas ialah perempuan yang memakan badannya sendiri, juga karena ia berhias untuk lelaki bukan suaminya dan suka mengumpatorang.“Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang asing, bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat lelaki lain.


“Perempuan diikat kedua kakinya dan tangannya ke atas ubun-ubunnya, disuakan ular dan kalajengking kepadanya karena ia boleh sembahyang tetapi tidak mengerjakannya dan tidak mandi janabah(junub).“Perempuan kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar dialah ahli pengumpat dan pendusta. Perempuan rupanya seperti anjing ialah perempuan yang suka membuat fitnah dan membenci suaminya.
Seterusnya Rasulullah SAWbersabda yang bermaksud:“ Perempuan menyakit hati suami dengan lidahnya pada hari kiamat nanti Allah jadikan lidahnya sepanjang 70 hasta kemudian diikat di belakang tengkuknya. ”Abu Bakar as-Sidiq mengatakan,aku dengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:“ Perempuan menggunakan lidah untuk menyakiti hati suaminya ia akan dilaknat dan kemurkaan Allah. ”
Usamah bin Zaid menceritakan,bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Aku berdiri di atas syurga, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah golongan miskin dan orang kaya tertahan di luar pintu syurga  karena dihisab. Selain daripada itu ahli neraka diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan aku berdiri di atas pintu neraka, kulihat kebanyakan yang masuk kedalam neraka adalah perempuan. ”
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Aku lihat api neraka, tidak pernah aku melihatnya seperti hari ini,karena ada pemandangan yang dahsyat di dalamnya aku saksikan kebanyakan ahli neraka adalah perempuan. ”
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Rasulullah SAW ditanya,mengapa ya Rasulullah? Baginda SAW menjawab: “Perempuan mengkufurkan suaminya dan mengkufurkan ihsannya, Jika engkau mberbuat baik kepadanya seberapa banyak pun dia belum berpuas hati dan merasa cukup. ” (Hadis riwayat Bukhari)
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Tsabit Bin Ibrahim , Di Suruh Menikah Karna Sebiji Apel


Renungan QaLbu
Kisah Tsabit Disuruh Menikah krn sebiji apeL. Seorang lelaki yang soleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu te...rgeletak di tanah membuat air liur Tsabit hampir saja menetes, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakannya buah apel yang lezat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya. 
Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar meminta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki.
Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini.
Aku berharap anda menghalalkannya”.
Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya”.
Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah ku makan ini.”
Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”.
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu.
Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa izin pemiliknya.
Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka”
Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan,
seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Kerana itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?”



Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat.
Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.”
Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya.
Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan?”
Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah kerana hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu?”
Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit.
Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun.
Dia berfikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya?
Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi,
“Selain syarat itu aku tidak boleh menghalalkan apa yang telah kau makan !"
Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap,
“Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”.
Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkahwinan selesai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui isterinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga.


Maka iapun mengucapkan salam, “Assalamu”alaikum…”
Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut kerana wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berfikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?
Setelah Tsabit duduk di samping isterinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?”
Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”.
Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli, mengapa?”
Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, kerana aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?”
Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya.
Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya.
Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”.
Tsabit amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”. Tsabit dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikurniakan seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.
Subhanallah....Lelaki yg mendapatkan dua Syurga


Syurga di dunia dan Syurga di akhitrat....  :)

Taqwa Yang Terindah


oleh Muhammad Robi Ali Marzuqi

 Seringkali kita mendengar dan mengucapkan kata taqwa, tetapi kita sebagai muslim belum memahami dan mengerti apalagi memaknai taqwa dalam kehidupan kita yang singkat ini. Sangat bersyukur sekali kita semua dikaruniakan hadiah terindah dalam hidup kita yakni hidayah islam dan selalu berdoa untuk setia hingga akhir dalam pelukan hidayah Islam.
Seiring dengan krisis yang datang silih berganti, ibarat kata keimanan dan ketaqwaan kita diuji dengan berbagai cobaan hidup baik itu kemiskinan, kemelaratan, sulitnya mencari pekerjaan, meningkatnya kebutuhan hidup dan banyak hal lainnya yang menuntut kesabaran dan keihlasan hati kita untuk tetap setia berdzikir mengingat kebesaran dan karunia Allah SWT.


Cobaan yang datang bukan saja menguji hakikat hati dan kadar keimanan tetapi menguji ketulusan dan keridhaan kita akan menrima dan mensyukuri ni’mat yang diberikan Allah. Banyak Saudara kita yang tergelincir imannya dan menukar dengan kebutuhan pokok, kepopuleritasan dan hal lainnya yang gencar dilakukan pihak-pihak yang membenci ISLAM. Mari kita bersama memperkuat tali silaturrahim diantara kita dan memperkokoh iman kita agar terhindar dari hal-hal yang merusak dan menukar hidup kita dengan kemurkaan danazab dari Allah SWT. Semoga dengan tulisan yang sederhana ini proses penguatan iman dan taqwa kita selalu kuat dan kuat tak tergoyahkan dan tergantikan dengan keimanan lainnya yang sungguh- sunguh sesat dan menyesatkan. Amin ya Rabbal Alamien.
Islam dengan ajarannya yang indah mengajarkan bahwa perbedaan hakiki manusia tidak berada pada kedudukan, jabatan, pangkat, kekayaan dan lainnya. Manusia dibedakan dengan kadar dan bobot nilai mereka di mata Allah. Perbedaan antar manusia di dalam Islam terletak pada sejauh mana manusia mampu mengoptimalkan kadar ruhaninya untuk mendekat pada Tuhannya. Perbedaan manusia dan kemuliaan manusia ditentukan oleh nilai dan kadar taqwanya yang bergolak dalam dadanya. (QS. Al-Hujurat: 13) Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudhari disebutkan, Hendaknya kamu bertaqwa sebab ia adalah kumpulan segala kebaikan, dan hendaknya engkau berjihad karena ia sikap kependetaan seorang muslim, dan hendaknya engkau selalu berdzikir menyebut nama Allah karena dia cahaya bagimu (HR. Ibnu Dharis dari Abu Said Al-Khudhari).
Definisi Taqwa
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dan kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat). Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu melakukan kebaikan. Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.
Saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab;


 “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
 Demikian banyak ayat Al-Qur`an yang menyerukan kita untuk bertaqwa dalam bingkai taqwa yang sebenarnya, dalam kadar taqwa yang semestinya, dalam bobot taqwa yang mampu kita lakukan. Lihat umpamanya (QS. Al-Ahzab : 70) dan (QS. At-Taubah : 119). Dalam hadits juga sangat banyak seruan agar taqwa menjadi penghias perilaku kita dan menjadi mutiara batin kita. Seperti sabda Rasulullah, :
“Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimanapun kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan itu. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).
Ciri Manusia Taqwa
Seseorang akan disebut bertaqwa jika memiliki beberapa ciri. Dia seorang yang melakukan rukun Iman dan Islam, menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga amanah. Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama, berlaku adil di waktu marah dan ridha, bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah. Manusia taqwa adalah manusia yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam kesempitan dan penderitaan, beramar ma’ruf dan bernahi munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang yang suka mencela, menjauhi syubhat, mampu meredam hawa nafsu yang menggelincirkan dari shiratal mustaqim. Itulah diantara ciri-ciri sosok manusia taqwa itu.
Agar seseorang bisa mencapai taqwa diperlukan saran-sarana. Dia harus merasa selalu berada dalam pengawasan Allah, memperbanyak dzikir, memiliki rasa takut dan harap kepada Allah. Komitmen pada agama Allah. Meneladani perilaku para salafus saleh, memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuannya sebab hanya orang berilmulah yang akan senantiasa takut kepada Allah (QS. Fathir: 28). Agar seseorang bertaqwa dia harus selalu berteman dengan orang-orang yang baik, menjauhi pergaulan yang tidak sehat dan kotor. Sahabat yang baik laksana penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari). Membaca Al-Qur`an dengan penuh perenungan dan mengambil ‘ibrah juga merupakan sarana yang tak kalah pentingnya untuk mendaki tangga-tangga menuju puncak taqwa. Instrospeksi, menghayati keagungan Allah, berdoa dengan khusyu’ adalah sarana lain yang bisa mengantarkan kita ke gerbang taqwa. Pakaian dan makanan kita yang halal dan thayyib serta membunuh angan yang jahat juga sarana yang demikian dahsyat yang akan membawa kita menuju singgasana taqwa.

Buah Taqwa


Manusia dengan ciri dan karakterisrik di atas akan memetik buah ranum dan manisnya taqwa. Bukan hanya individual sifatnya namun masyarakat juga akan menikmatinya. Manusia taqwa akan mendapatkan mahabbah Allah (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, (QS. At-Taubah: 4), Allah akan selalu bersama langkah dan pikirnya (Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. An-Nahl; 128), mendapat manfaat dari apa yang dibaca di dalam Al-Qur`an (QS. Al-Baqarah; 2), lepas dari gangguan syetan –“sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah maka seketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al-A’raf: 35), diterima amal-amalnya (QS. Al-Maidah: 27), mendapatkan kemudahan setelah kesulitan dan mendapat jalan keluar setelah kesempitan (QS. Ath-Thalaq: 2 dan 4)
 Manusia taqwa akan memiliki firasat yang tajam, mata hati yang peka dan sensitif sehingga dengan mudah mampu membedakan mana yang hak dan mana pula yang batil. (QS. Al-Anfaal : 29). Mata hati manusia taqwa adalah mata hati yang bersih yang tidak terkotori dosa-dosa dan maksiat, karenanya akan gampang baginya untuk masuk surga yang memiliki luas seluas langit dan bumi yang Allah peruntukkan untuk orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali Imran: 133 dan Al-Baqarah: 211).
Taqwa yang terhimpun dalam individu-individu ini akan melahirkan keamanan dalam masyarakat. Masyarakat akan merasa tenteram dengan kehadiran mereka. Sebaliknya pupusnya taqwa akan menimbulkan sisi negatif yang demikian parah dan melelahkan. Umat ini akan lemah dan selalu dilemahkan, akan menyebar penyakit moral dan penyakit hati. Kezhaliman akan merajalela, adzab akan banyak menimpa. Masyarakat akan terampas rasa aman dan kenikmatan hidupnya. Masyarakat akan terenggut keadilannya, masyarakat akan hilang hak-haknya. Semakin taqwa seseorang -baik dalam tataran individu, sosial, politik, budaya, ekonomi- maka akan lahir pula keamanan dan ketenteraman, akan semakin marak keadilan, akan semakin menyebar kedamaian. Taqwa akan melahirkan individu dan masyarakat yang memiliki kepekaaan Ilahi yang memantulkan sifat-sifat Rabbani dan insani pada dirinya. Sungguh Allah SWT telah memberikan karunia terindah atas umat muslim yang beriman dan bertaqwa hanya kepada NYA.
Akankah kita seperti hamba Allah lainnya menghadap kepadaNya dengan kebanggan dan tingkat taqwa setinggi-tinggi untuk menemui Dzat Yang Maha Agung Allah SWT. Smoga kita termasuk ke dalam golongan orang beriman dan mendapat SyafaatNya di hari Pembalasan. Amin.

Nikmatnya..kenikmatan..


oleh Jack Sanova

  "Berpikir akan melahirkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan” (Ibnul Qayyim).
Jadi begini..setiap bencana yang menimpa negeri atw suatu daerah, akan menjadi kesengsaraan panjang, khususnya bagi orang-orang yang mengabaikan potensi akalnya untuk berpikir alias lemot..  Padahal kalau dipikir lebih dalam, bencana itu bisa bermakna dicabutnya beberapa "kenikmatan sesaat" oleh Allah Azza wajalla dari sebahagian manusia.  Meskipun sudah dicabut, bukan berarti semua kenikmatan telah dicabut sehabis-habisnya.
Buktinya, masih begitu banyak kenikmatan yang disisakan untuk manusia baik yang berada di daerah yang sedang terjadi bencana, maupun yang berada di daerah yang sedang tidak terjadi bencana.buktinya.. antum masih bisa bernafas dan membaca tulisan ini dan di beri kesempatan untuk mengubah atw memperbaiki kembali yang telah rusak baik materi atw rohani umat. 


Masih ada kenikmatan berupa pikiran sehat, juga kenikmatan dalam bentuk kepedulian atau solidaritas yang ditunjukkan sesama manusia.  Juga ada kenikmatan dalam bentuk harapan baru, yaitu munculnya harapan akan bangkit lagi menjadi lebih baik setelah terpuruk atau terkena bencana. Dan berbagai kenikmatan lain yang kadangkala tak terpikirkan dan tak terhitung oleh manusia, meskipun dinikmati terus-menerus.dan teruuss..
 Lebih istimewa lagi bagi orang-orang beriman, ada kenikmatan iman (so sweet), meskipun di saat menghadapi musibah.  Yaitu, orang-orang tertentu itu masih merasa nikmat dalam menjalankan ketaatannya kepada Allah, sehingga tak dirundung putus asa.  Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an,..Bismillahirohmanirohim.. “Akan tetapi Allah itulah yang membuat iman terasa menyenangkan bagi kalian, membuatnya tampak indah di dalam hati kalian, dan yang membuat kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Mereka itulah orang-orang yang lurus. Sebuah keutamaan dan kenikmatan yang datang dari Allah, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. al-Hujurat: 7-8).
  Dengan demikian, bila belum merasa senang dalam beribadah, juga belum merasa benciiiii..bangeet kepada kemungkaran, jangan harap..jangan harap " kenikmatan iman" akan dirasakan.  Karena itu, perlu selalu berusaha meningkatkan keimanan, agar sempat merasakan kenikmatannya dalam keadaan apa saja.mau kan mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya dari Allah..???Wasalam 
http://www.facebook.com/notes/melati/nikmatnyakenikmatan/161260940578956

10 Kiat Agar Hati Lapang


Bismillaahirrahmanirrakhiimi....
Sedih, marah, dan dendam adalah tiga dari sejumlah tindakan yang menyebabkan dada ini terasa sempit. Tetapi, hal-hal tersebut selalu menghiasi hidup manusia. Kadang-kadang ada di dalam diri dalam jangka waktu yang panjang dan kadang-kadang hanya dalam tempo yang pendek saja. Yang pasti saat sifat-sifat tersebut bersarang, dada akan terasa sesak, hati pun kehilangan vitalitasnya dan menjadi lemah. Kondisi yang lemah itu membuat syetan-syetan mudah menguasai hati manusia.
Orang yang beriman tentu tidak akan membiarkan hatinya terjangkiti hal-hal yang menyesakkan dadanya. Maka ia akan melindungi diri dari tindakan tersebut dan mengobati penyakit yang sudah terlanjur. Adapun obat mujarab untuk itu bukanlah obat yang bersifat fisik-kimiawi. Berikut inilah amal-amal yang, bi-idznillah, insya Allah—akan bisa menghilangkan virus sesak dada menjadi dada yang lapang.
Pertama;
Mengesakan Allah
Ibnul Qayyim mengatakan, “Kecintaan kepada Allah, ma’rifat kepadaNya serta mengingatNya secara terus-menerus, tenang dan tenteram kepadaNya, mengesakanNya dalam kecintaan, rasa takut, pengharapan, tawakkal dan mu’amalah, dimana Dia sajalah yang menguasai harapan, keinginan dan tekad hamba, adalah sorga dunia, kenikmatan yang tak ada bandingnya. Itulah penyejuk mata sang pecinta, dan kehidupan orang-orang yang arif.
Beliau juga mengatakan, “Sesuai dengan kesempurnaan (tauhid)nya, kekuatannya, dan peningkatannya, maka akan terwujudlah kelapangan dada orang yang bersangkutan [Zaadul Ma’ad]


Kedua;
Prasangka baik kepada Allah
Persangkaan baik kepada Allah, diwujudkan dalam bentuk merasakan dan menyadari bahwa Allah adalah dzat yang menghilangkan kesedihan dan duka. Sesungguhnya, apabila seorang hamba berprasangka baik kepada Rabbnya, Allah akan membukakan baginya pintu berkahNya dari arah yang tak disangka-sangka. Maka, marilah senantiasa berprasangka baik kepada Allah, semoga kelak kita bisa melihat hal-hal yang membahagiakan datang dari Allah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : «قَالَ اللهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِي، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ» [أخرجه الإمام أحمد وابن حبان].
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; Allah swt berfirman; Aku mengikuti persangkaan hambaKu kepadaKu. Jika ia bersangka baik maka baginya (kebaikan) dan jika ia bersangka buruk maka baginya (keburukan) [HR Imam Ahmad dan Ibnu Hibban]
Ketiga;
Ilmu Syar’i
Ilmu syar’i akan melapangkan dan melonggarkan dada sedangkan kebodohan akan melahirkan kesempitan, sesak dada dan rasa terkucil. Setiap kali ilmu seseorang bertambah banyak dan bertambah luas, maka hatinya akan terasa semakin lapang dan longgar. Ibnul Qayyim mengatakan; Ilmu Syar’i akan melapangkan dan melonggarkan dada sehingga terasa lebih luas dari dunia. Sedangkan kebodohan akan menyesakkan dada, menyempitkan dan mengungkungnya. Maka setiap kali ilmu seorang hamba bertambah maka hatinya akan terasa lebih lapang dan luas. Tetapi ini tidak akan berlaku untuk semua ilmu, melainkan khusus bagi ilmu yang diwarisi dari Rasulullah saw. Itulah ilmu yang bermanfaat, sehingga pemiliknya menjadi orang yang hatinya paling lapang dan longgar, paling baik akhlaknya, hidupnya paling baik”
Keempat;
Dzikir kepada Allah dan banyak berdo’a
Wahai orang yang dadanya terasa sesak, dan urusannya ruwet, angkatlah telapak tanganmu seraya memohon kepada Tuhanmu. Tumpahkanlah keluhanmu dan kesedihanmu kepadaNya. Cucurkanlah air matamu di hadapanNya. Dan ketahuilah, semoga Allah memeliharamu, bahwa Allah lebih mengasihimu daripada ibumu dan ayahmu, daripada isteri dan anak-anakmu.


Di antara dzikir-dzikir yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam mengatasi kesesakan dada itu adalah;
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رُبُّ الّعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ [رواه البخاري ومسلم].
Tiada ilah selain Allah yang Maha agung dan Maha Pemurah, Tiada ilah selain Allah, Rabb Asry yang agung, tidak ada ilah melainkan Allah Rabb langit dan Rabb bumi, serta Rabb arsy yang mulia [HR al-Bukhari dam Muslim]
اللهم رحمتك أرجو فلا تكلني إلى نفسي طرفة عين وأصلح لي شأني كله لا إله إلا أنت [أخرجه أبو داود وابن حبان].
Dari Abu Bakrah ra, (ia berkata) bahwasannya; Rasulullah saw bersabda; Do’a orang yang kesusahan adalah, “Ya Allah RahmatMu aku harapkan, maka janganlah Kau bebankan aku kepada diriku meskipun hanya sekejap mata, dan perbaikilah bagiku seluruh keadaanku; tiada ilah melainkan engkau” [HR Abu Dawud dan Ibnu Majah]Dan masih banyak lagi dzikir-dzikir yang dicontohkan dalam hal ini.
Kelima:
bersegera meninggalkan maksiat dan melakukan muhasabah terhadap diri.Kemaksiatan adalah kehinaan, tersingkir dan terjauh dari rahmat Allah, kesedihan, kekalutan dan kesempitan hati. Harus disadari, bahwa dosa-dosa adalah pintu yang besar bagi datangnya berbagai musibah kepada seorang hamba. Firman AllahDan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (asy-syura:30)
Keenam;
Menunaikan kewajiban secara terus menerus
Memelihara rutinitas dalam menunaikan kewajiban, dan memperbanyak amal sunnah seperti puasa, shalat, shadaqah, kebaikan dan lain-lainnya. Terus menerus dalam menunaikan kewajiban dan memperbanyak amal sunnah adalah salah satu sebab untuk mendapatkan kecintaan Allah kepada hambaNya, sebagaimana disebutkan di dalam hadits
عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال: قال رسول الله : «إن الله قال: من عادى لي وليًا فقد آذنته بالحرب، وما تقرب إليّ عبدي بشيء أحب إليّ مما افترضته عليه، وما يزال عبدي يتقرب إليّ بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، وإن سألني لأعطيته، ولئن استعاذني لأعيذنه» الحديث [أخرجه البخاري].


Dari Abu Hurairah ra; ia berkata; Rasulullah saw bersabda; bahwasannya Allah berfirman; barangsiapa memusuhi kekasihku maka aku nyatakan perang kepadanya. Dan tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada dengan apa-apa yang telah Aku perintahkan kepadanya. Dan hambaKu masih terus mendekatkan diri kepadaKu dengan amal sunnah sampai Aku mencintainya. Jika aku telah mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, danmenjadi penglihatannya yang dipakai untuk melihat, dan menjadi tangannya yang digunakan untuk menyentuh, Jika dia memohon kepadaKu niscaya Aku penuhi ia, dan jika ia memohon perlindungan kepadaku, niscaya aku beri perlindungan kepadaNya” (HR al-Bukhari)
Ketujuh;
Bermajelis dengan orang-orang yang shalih
Berkumpul dengan sahahabat-sahabat yang shalih, … mendengarkan pembicaraan mereka, mengambl manfaat dari buah percakapan dan nasehat mereka. Dengan demikian berkumpul dengan mereka akan mendapatkan ridla Allah swt, sekaligus membuat marah syetan. Sebab itulah biasakanlah untuk duduk bersama dengan orang shalih dan mohonlah nasihat dari mereka, dari sana Kau akan melihat hatimu menjadi lapang.
Kedelapan;
Membaca al-Qur’an
Membaca al-Qur’an dengan disertai tadabbur dan perenungan merupakan salah satu sebab penting untuk menghilangkan duka lara yang menyelimuti hati. Bacaan al-Qur’an akan melahirkan ketenangan dan kelapangan di hati. Firman Allah;
Orang-orang yang beriman dan hati mereka tenang dengan mengingat Allah, ketahuilah dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang (ar-Ra’d:28)
Kesembilan;
Berbuat ihsan kepada sesama makhluk
Ihsan kepada sesama manusia, dan memberikan manfaat dengan segala yang kita miliki adalah salah satu sebab terbukanya hati. Sifat pemurah, dermawan dan suka membantu orang lain akan melapangkan dada dan mengharumkan jiwa. Karena itulah mari kita berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orang yang dermawan dan suka membantu orang lain. Terutama kepada kedua orang tua, kerabat, tetangga, kawan-kawan dan lain-lainnya.



Kesepuluh;
Melepaskan dendam dari dalam hati.
Hasad, iri dan dengki merupakan sebab kesempitan dada seseorang. Sebaliknya kebersihan dan ketenteraman hati merupakan sebab terlapangkannya dada seseorang. Karena itulah mari berusaha menyehatkan hati kita, menjauhi hal-hal yang menyebabkan dada terasa sesak. Marilah tinggalkan kebencian, permusuhan dan kedengkian kepada orang lain. Sebaliknya mari kita pupuk rasa cinta terhadap saudara-saudara kita, sebagaimana sabda Rasulullah,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidaklah beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (HR al-Bukhari)
Source: http://arrahmah.com/index.php/blog/read/9506/10-kiat-agar-lapang-hati#ixzz1532xlLs3

Selamatkan Yogya Dengan Taubat , Bukan Dengan Tumbal


Sedih ... sakit ... rasanya! Melihat ulah sebagian manusia Yogyakarta. Belum genap sebulan kita diberi peringatkan Allah, dengan meletusnya gunung teraktif di indonesia yaitu gunung merapi. Di mana tidak sedikit korban yang berjatuhan, harta benda yang hangus oleh dahsyatnya merapi. Yang semua musibah ini ada yang mengaturnya yaitu Allah. Dan musibah ini mungkin adalah teguran dari-Nya, untuk kita. Semua itu terjadi karena dosa kita.
Tapi saudaraku, apa yang kalian lakukan?
Bertaubatkah?!
Mohon ampunkah?!
Tidak ...
Tapi justru sebaliknya kalian kembali menantang kuasa-Nya.
***



Paguyuban Kebatinan Tri Tunggal (PKTT) Yogyakarta menggelar ritual tolak bala pada Senin (8/11/2010) malam. Ritual tersebut dimaksudkan agar warga Yogyakarta dan sekitarnya terhidar dari mara bahaya akibat letusan Merapi.
Ritual yang dipusatkan di sekitar kawasan Tugu ini diawali dengan mengarak kerbau bule. Mengambil start di SMPN 6 Terban Yogyakarta, iringan-iringan puluhan anggota PKTT menyusuri Jl Sudirman, sebelum akhirnya memulai berbagai acara ritual di Perempatan Jl Sudirman-Mangkubumi-AM Sangaji.
Acara dimulai dengan tari Bedoyo yang dipentaskan dengan elok oleh sembilan penari. Alunan gamelan serta semerbak harum dupa membuat semua yang ada di tempat tersebut larut dalam suasana.
Puncak acara diisi dengan pemotongan seekor Kerbau Bule dan sembilan ayam jago Jurik Kuning sebagai sesaji. Selain itu ada juga getuk lindri dengan bentuk boneka manusia yang berjumlah 99.
Sombo, Anggota PKTT menuturkan, sesaji merupakan simbol manusia dan alam sekitarnya. ”Ritual ini diharapkan dapat terjadi harmonisasi antara manusia dan alam,” katanya.
Kepala kerbau dan sembilan jago Jurik Kuning, rencananya akan dibawa ke lereng Merapi untuk ditanam di sana malam ini juga. "Daging badannya akan dibagikan pada warga," kata Wahadi, anggota lain dari Seyegan. (Dikutip dari kompas.com)
Inikah taubat?!
Sadarlah saudaraku!
Bukti Itu adalah Kesyirikan
Coba kita perhatikan firman Allah Ta’ala,
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).’” (QS. al-An’aam: 162-163).
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,


فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka, dirikanlah shalat karena Rabb-mu (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan berkurbanlah.” (QS. al-Kautsar: 2).
Kedua ayat ini menunjukkan agungnya keutamaan ibadah shalat dan berkurban, karena melakukan dua ibadah ini merupakan bukti kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pemurnian agama bagi-Nya semata-mata, serta pendekatan diri kepada-Nya dengan hati, lisan dan anggota badan, juga dengan menyembelih kurban yang merupakan pengorbanan harta yang dicintai jiwa kepada Dzat yang lebih dicintainya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, mempersembahkan ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala (baik itu jin, makhluk halus ataupun manusia) dengan tujuan untuk mengagungkan dan mendekatkan diri kepadanya, yang dikenal dengan istilah tumbal atau sesajen, adalah perbuatan dosa yang sangat besar, bahkan merupakan perbuatan syirik besar yang bisa menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam (menjadi kafir).
Dalam sebuah hadits shahih, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ
“Allah melaknat orang yang menyembelih (berkurban) untuk selain-Nya.” (HR. Muslim no. 1978)
Hadits ini menunjukkan ancaman besar bagi orang yang menyembelih (berkurban) untuk selain-Nya, dengan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu dijauhkan dari rahmat-Nya. Karena perbuatan ini termasuk dosa yang sangat besar, bahkan termasuk perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga pelakunya pantas untuk mandapatkan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dijauhkan dari rahmat-Nya.
Syirik adalah dosa besar yang dapat menimbulkan murkaNya. Jadi bukan keselamatan, keamanan yang akan diperoleh. Tapi sebaliknya. Orang yang mentauhidkan Allah dengan hanya memohon dan beribadah kepada Allah semata, merekalah yang mendapatkan keselamatan.
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (yaitu syirik) maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah." ( QS. Al-An'aam: 82 )
Tak takutkah kita dengan murka-Nya yang lebih besar?


Saudaraku ... sadarlah
Bukan dengan sesaji kita akan selamat
Bukan dengan maksiat
Tapi kita berharap Allah menyelamatkan kita dengan bertaubat pada-Nya
Menjalankan perintah-Nya
Menjauhi larangan-Nya
Takutlah pada syirik karena begitu bahaya dosa tersebut sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48)
Saudaraku ... Solusinya adalah Taubat
‘Ali bin Abi Tholib –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Perkataan ‘Ali –radhiyallahu ‘anhu- di sini selaras dengan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Jangan semakin membuat Allah murka dengan kesyirikan yang kita perbuat. Hujan abu tidak akan usai jika malah Allah dibalas dengan disekutukan dengan selain-Nya.
Semoga uraian singkat ini bisa menjadi jalan hidayah-Nya untuk kita semua, untuk kembali menata Yogyakarta dengan bertaubat bukan dengan maksiat atau kesyirikan. Aamiin.


Ditulis saat menemani anak-anak tidur siang, Panggang, Gunung Kidul, 9 November 2010
Penulis: Ummu Rumaysho, dilengkapi oleh Abu Rumaysho