Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Dimana Jodohku ?

Bismillaahirrahmaanirrahiim.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh =========================== Saya tahu diantara kita pasti juga diam-diam bertanya didalam hati,” Manakah jodoh yg dijanjikan Allah kepadaku. Kok gak dateng2 sih..?”. Apalagi kalau usia kita sudah mendekati kepala tiga, sedangkan tanda2 akan menemukan ‘sosok pendamping’ juga belum muncul. Bisa-bisa kegelisahan itu selalu hadir bahkan hingga mengganggu tidur. Lalu apa yg harus dilakukan bila hal itu menimpa diri kita. Apakah akan memilih menunggu dan menunggu, sambil berharap penuh cemas? Atau kita justru melakukan sesuatu, agar jodoh yg dijanjikan Allah itu akan segera menyapa. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita dan mempermudah pencarian jodoh kita. Kalau dalam proses menunggudan mencari Soulmate ini kita bersabar, berusaha, dan berdoa, dan tawakal kpd Allah, tidak akan byk persoalan yg muncul. Namun, jika pilihan kita adalah mengunjungi dukun dan paranormal dan meramal nasib utk mencarikan jodoh kita, maka hal itu melanggar syari dan mengundang perbuatan dosa. Saudara dan saudariku fillah..satu hal yg penting saya ingatkan kepada saudariku, dengan adanya iklan2 menyesatkan yg bertebaran di televisi, bahwa dgn mengikuti adanya kuis2 atau sms ke operator di media televisi yang bermaksud meramal siapa jodohmu, atau peruntungan nasibmu, atau soal cintamu, maka saya katakan dengan TEGAS bahwa itu adalah dosa dan sirik yg tidak kalian sadari. Jangan sekali sekali kalian mengirimkan sms seperti itu. Karena itu berarti engkau telah mempercayakan takdirmu dgn ramalan manusia. Kalau sudah begitu, lalu engkau kemanakan Allah dan takdirNya?! Kembali ke soal jodoh manusia, saya tahu bagaimana perasaan seseorang yg menantikan jodohnya datang, namun yg dinanti tidak datang juga. Ada perasaan cemas yg perlahan mengubah ritme hidup. Kecemasan akan orang2 sekitar yg kadang menyudutkan dan memojokkan kita. Tak ada yg bisa kita lakukan, kecuali menutup muka didepan tangan kita. Meski terasa sangat sakit pukulan yg menerpa wajah dan tubuh, tapi kita mencoba bertahan. Hmm..,bukankah memang seperti itu rasanya dikejar-kejar menikah oleh orang2 sekitar kita? Kita bertemu bapak dan ibu dirumah, mereka bertanya sampai kapan akan menjadi bujangan. Berganti hari bukannya berganti pertanyaan, seolah tiada hari tanpa pertanyaan “kapan menikah, kamu kan sudah berumur?”. Mencoba menghindari kedua orang tua, kita bersilaturahmi kerumah kerabat dan handai taulan. Baru berjabat tangan, mereka menyapa “apa kabar? Masih saja jomblo yach?”..Glodakz ! Mukapun memerah dan lidah terkunci, hanya cengar cengir semata utk menghibur diri. Kita beranjak, pergi kekampus, bertemu teman2 dan aktivis pengajian dan dakwah, pertanyaan serupa bak kaset usangpun berulang,” Kamu betah banget sih sendirian, nggak pengin nikah yah?”. Sakit..teramat sakit mungkin pertanyaan itu, karena langsung menohok kedalam hati. Menjatuhkan vonis yg sama sekali tidak kita ingini. Tidakkah mereka tahu bahwa jauh dilubuk hati yg paling dalam, kita merindukan sosok seorang belahan jiwa yg bisa menemani hari-hari kita. Tidakkah mereka tahu, bahwa selama ini kita juga menginginkan menikah layaknya teman2 sebaya yg sudah mendahului kita. Tidakkah mereka juga tahu bahwa selama ini kita sudah berusaha mewujudkan itu? Lalu, kenapa tiba2 pertanyaan itu begitu tiba-tiba memvonis dan menghabisi sensitivitas hati kita? KAPAN NIKAH ? Pertanyaan ini seharusnya tidak perlu dirisaukan. Meski seringkali kita bakalan sewot setengah mati dengan pertanyaan itu. Saking jengkelnya kita, seolah kita ingin bertanya,” kenapa sih nanya-nanya, suka-suka dong saya mau nikah kapan. Apa urusannya sama kamu…?”, Tapi karena kita adalah orang baik yg tidak ingin menyakiti orang lain, maka ada baiknya hal itu tidak kita lakukan. Kenapa tidak kita jawab dengan tersenyum dan berkata: “ Pernikahan adalah keinginan setiap orang. Dan kapan kita menikah sudah ditentukan oleh Allah. Jadi kalau pertanyaanmu adalah kapan, maka jawaban pastinya ada pada Allah. Karena Allah lah yg paling tahu kapan kita akan menikah. Kita boleh saja berencana, tapi Allah lah yg menentukan. Allah Maha Tahu kapan aku akan mendapat jodoh dan kapan aku jadi pengantin”. Nah, saya rasa jawaban ini begitu dewasa. Karena sama sekali tidak menunjukkan sikap emosional kita. Mereka yg bertanyapun akan menghargai jawaban kita. Jadi, jangan bingung lagi bila seseorang bertanya,”kapan nikah?” Jawab saja dengan tersenyum dgn kalimat seperti itu. Terlebih lagi, bukankah mengejar jodoh seperti mengejar rejeki. Tak perlu dikejar akan datang bila memang sudah jatahnya. Namun,meskipun berupaya keras mengejarnya, ia tak akan ada ditangan bila Allah mentakdirkan memang bukan hak kita. Berusah terus semaksimal mungkin, namun bila ditolak, ya bersabar dan terus berusaha. Sehingga adanya pertanyaan ‘kapan menikah’ adalah bersifat tentative, artinya belum pasti. Orang yg sudah dilamar dan sudah jelas hari H pernikahannya, bisa saja bubar dgn sebab tertentu karena suatu sebab yg Allah kehendaki, apalagi kita yg baru mencari jodoh. Jadi bisa saja kita akan menikah besok, minggu depan, bulan depan, atau bahkan 5 tahun lagi. Karena peluang selalu datang secepat ia pergi. Datang dgn cepat dan hilangpun dalam sekejap. Jadi kenapa pula mesti terus bersedih dan menangis diujung malam? Mungkin tawaran menikah datang ketika kita masih jual mahal. Disaat usia kita masih 20-an tahun keatas, maka kita merasa masih layaknya seorang gadis yg bisa memilih siapapun. Apalagi yg berpredikat sebagai mahasiswa atau mahasiswi, mentang2 seorang intelek dan terpelajar maka berpikiran: “ yang menikahiku jg HARUS paling tidak bertitel sarjana, yg penting aku jadi sarjana, kalau sudah bertitel jadi sarjana toh banyak yg akan melamarku.” Sehingga ketika ada pria yg datang melamar dgn sangat teliti kita akan memeriksanya. Bahkan, kita cenderung begitu cepat menolak begitu saja karena hanya beberapa criteria tidak kita temukan pada diri pria itu. Akhirnya kesempatan itu hilang sudah. Dan waktupun begitu cepat berlalu. Begitu lulus kuliah dan jadi sarjana, akhirnya bekerja, saking semangat2nya bekerja mengumpulkan uang, lupa akan kodratnya sebagai wanita. Sekarang usia sudah mencapai 30 tahun, ternyata kita masih sendiri. Dan peluang menikah yg dulu pernah menyapa, kini tak pernah hadir lagi. Duh, alangkah meruginya dirimu ! SAYA MUSLIMAH YANG KUAT, TIDAK SECENGENG ITU..! Wanita memang akan selalu menjadi wanita. Sikapnya yg lembut dan mudah untuk merasa malu membuatnya tak kuasa untuk bilang “ Aku suka kamu..”, atau akan terlihat tabu manakala ada seorng akhwat dgn sangat terus terang menyatakan “ ya akhi.,aku ingin menjadi istrimu..”. kalaupun ada, memang cuma 1 diantara 1000. Padahal menurut saya itu adalah sikap mulia yg tinggi, yg mencerminkan seorang wanita solehah sejati. Memang butuh komitmen tinggi dan perjuangan luarbiasa utk mengeluarkan kata itu dari bibirnya. “Saya hanyalah seorang makhluk hawa...”, itulah kata mereka. Ingin rasanya memanggil-manggil nama si ikhwan A atau B atau C agar dia menoleh ke kita, sehingga dia akan tahu bahwa kita mencintainya. Tapi hati ini tak mampu, lidah inipun terasa kelu. Justru yg datang malah perasaan malu yg datang hilir mudik tak mau berhenti. “Aku sayang dia, dan aku ingin dia tahu perasaan ini “, itulah kata2 yg selalu terbawa mimpi oleh kebanyakan akhwat sekarang ini. Kata2 yg hanya ada didasar hati tetapi tidak berani diungkapkan. Tak berani dinyatakan, cuma dipendam dalam hati. Tetapi ketika si ikhwan yg dia harapkan cintanya ternyata telah bersanding di pelaminan, diri ini hanya mendesah berat dgn mata berkaca-kaca,” kenapa tidak kau pilih aku..?!”. Nah, kalau sudah begitu mulai sekarang tata dan perbarui hatimu ! Cengeng ? kenapa harus mnjadi cengeng. Engkau muslimah sejati, generasi dakwah yg mumpuni, tidak perlu selemah itu. Jika kau yakinkan dalam hati “Aku masih punya Allah Yang Maha Menjawab Doa”, maka cengeng itu tidak perlu kau sandang. Kalau sekarang tambatan hati dan belahan jiwa blm jg menyapa kita dgn senyum manisnya, kita yakin suatu saat nanti akan tiba. Dia akan hadir dgn segepok cinta dan segebung kasih sayang yg selalu kita nantikan. Menambatkan hati kepada Sang Pemegang Hidup, Allah Ta’ala, akan menentramkan hati dan melembutkan jiwa kita. Rasa gelisah, gundah gulana dan payah akan tersapu sudah oleh kuatnya keyakinan IMAN yg menancap didada. “Saya seorang muslimah, saya tegar, dan akan selalu tegar..”, katakanlah kalimat itu dgn tatapan tajam ke cermin, kepalkan tangan dan tetaplah optimis. Kita adalah muslimah sejati, bukan generasi islam yg mudah putus asa. Harapan yg kita miliki akan selalu baru dan terbarui oleh jiwa yg kita miliki. Harapan kita kepada Allah adalah bukan harapan yg main-main. Kita boleh saja berharap kepada orang2 yg kita andalkan, tapi harapan kepada Allah tidak boleh pupus begitu saja, justru harus terus dipupuk. Justru harapan kpd Allah inilah yg akan menjadi bara api dalam hati yg tidak akan pernah padam, yg akan selalu memotivasi kita. Allah tidak tidur, setiap hari DIA dalam kesibukan, maka akan selalu mendengar doa kita. Kita hanya akan menyampaikan kepada Allah dalam shalat malam yg kita dirikan. Berderai airmata tercurah, harapan yg begitu besar tertambat, hanya kepada Allah sang penjawab doa. Sekali lagi, keresahan dan kegelisahan hatimu karena menunggu sang kekasih hati belahan jantung yg belum juga datang, JANGANLAH sampai mengubah pandanganmu kepada Sang Pemilik Cinta. DIA-lah yang membolak-balikkan hati manusia. Satu saat, doamu akan terjawab, dan belahan hatimu akan datang kepadamu sambil berkata,” Yaa ukhti..maukah engkau menikah denganku..?”. Nah, pada saat itu engkau akan tahu betapa Maha Besarnya Allah karena telah mengirimkan padamu seorang Mujahid tangguh yg akan menyempurnakan separuh agamamu dan memenuhi sunah rasulNya. Amin..allahumma amin. Semoga bermanfaat, jabat erat dan salam hangat.. Wassalam.wr.wb 


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-dimana-jodohku-/170290599666262