Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

"Kebahagiaan Itu Di Ciptakan Dan 'Tidak' Di Cari."

"Semua orang ingin bahagia... Tapi sedikit yang berusaha melakukan hal untuk menciptakan kebahagiaan itu. Seperti pepatah mengatakan; “Kesuksesan yang kau ingini, Namun usahamu tak berarti sedikit pun. Sungguh perahu itu tak mungkin berlabuh dipermukaan tanah kering” Diciptakan dan dicari adalah konsep yang menarik untuk diteliti. Diciptakan mengindikasikan bahwa kebahagiaan itu sangat tergantung dengan diri yang akan bahagia. Kalimat ini mengingatkan kita akan Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur’an; (in ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa fa-idzaa jaa-a wa'du al-aakhirati liyasuu-uu wujuuhakum waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa 'alaw tatbiiraan Artinya: "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al-Israa' [17] : 7). Kalimat diciptakan juga mengajak kita untuk segera berpikir bahwa kebahagiaan itu tidak jauh dari kita. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: (afalam yanzhuruu ilaa alssamaa-i fawqahum kayfa banaynaahaa wazayyannaahaa wamaa lahaa min furuujin) Artinya: "Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?." Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk pada keyakinan diri akan hakikat mutlak yang dicari-cari. Yaitu keyakinan akan hak Allah Ta’ala dan semua amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dengan hati nurani dan batin yang bersih. Kebahagiaan itu bukan suatu hal yang merujuk pada jasmani dan badaniah dan bukan juga sebuah khayalan. Sebanarnya kebahagiaan itu bersifat kondisional. Jika kita sedang jaya dan sukses, barulah kebahagiaan itu datang. Tapi jika kita bangkrut dan jatuh miskin, maka kebahagiaan itu akan hilang. Dari sini saja dapat dilihat bahwa kebahagiaan yang seperti itu hanya bersifat sesaat saja tergantung dengan kondisi eksternal manusia. Kebahagiaan juga bukan merupakan sebuah khayalan yang hanya bisa dinikmati dalam fikiran belaka. Dalam islam, kebahagiaan itu bersifat mutlak jika kita benar-benar telah mengerti apa itu konsep kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya jika hati telah dipenuhi dengan iman yang kuat dan bertindak sesuai dengan keyakinan yang kita punya itu. Jika hati telah penuh dengan iman, walaupun kita disiksa sekalipun itu tidak akan jadi masalah. Seperti Bilal bin Rabah yang tetap merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun ia dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah yang tetap merasa bahagia meskipun ia dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat jadi hakim negara dan Para sahabat nabi yang rela meninggalkan kampung halamannya hanya demi mempertahankan imannya. Mereka semua tetap merasa bahagia karena mereka hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinannya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: (yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuuna) Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali-'Imran [3] : 102). Hati akan mendapatkan kenikmatan tersendiri jika hati digunakan untuk mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Betapa bahagianya hati jika bisa berkenalan dengan sang pencipta alam semesta ini. Itulah kebahagiaan puncak dari semua kebahagiaan yang ada. Lebih dari apa yang dibayangkan oleh manusia karena tidak ada yang lebih tinggi dari pada kemuliaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tidak ada satu dzat pun yang bisa menyaingi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Laa ilaaha illallah, tiada Tuhan selain Allah. Itulah yang harus kita ingat. Berkenalan dengan pejabat, orang penting dan artis idola saja Subhanallah! bahagianya minta ampun, apalagi berkenalan dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, pastilah kebahagiaannya lebih lebih dan teramat lebih bahagia lagi. Apalagi jika kita ingat kalau hidup di dunia ini hanya sementara dan apa yang ada pada kita hanya merupakan sebuah titipan saja. Itu hanyalah perhiasan duniawi saja, sedangkan Sifat Allah Baqa’ yaitu kekal. Manusia, hewan ,tumbuhan, dan makhluk lainnya selain Allah akan mati dan hancur. Kita akan kembali kepada-Nya dan itu pasti. Hanya Allah lah yang kekal. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: (kullu man 'alayhaa faanin) Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa." (wayabqaa wajhu rabbika dzuu aljalaali waal-ikraami) Artinya: "Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar-Rahmaan [55] : 26-27). Kita bisa mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan cara mengenal ayat-ayat-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta 'ala berfirman : (syahida allaahu annahu laa ilaaha illaa huwa waalmalaa-ikatu wauluu al'ilmi qaa-iman bialqisthi laa ilaaha illaa huwa al'aziizu alhakiimu) Artinya: [18]. "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (inna alddiina 'inda allaahi al-islaamu wamaa ikhtalafa alladziina uutuu alkitaaba illaa min ba'di maa jaa-ahumu al'ilmu baghyan baynahum waman yakfur bi-aayaati allaahi fa-inna allaaha sarii'u alhisaabi) Artinya: [19]. "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab [Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Ar-Rahmaan [55] : 18-19). Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya. Itulah konsep kebahagiaan yang sebenarnya menurut pandangan Islam. Hidup penuh keimanan dan mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Semoga kita diberikan-Nya untuk lebih mengenal konsep kebahagiaan yang hakiki. Agar kita semua bisa meraih kebahagiaan itu. Aamiin Yaa Rabb. Semangat ya…!!!


http://www.facebook.com/note.php?note_id=146944028690065&id=100001916547772&ref=mf