Aku mulai sedar, dunia adalah tempat persinggahan sementara! Yang kekal adalah akhirat jua! Kedamaian yang sebenar.... Ketenangan yang sebenar.... Keadilan yang sebenar...... Kasih sayang yang sebenar..... Cuma ada si syurga sahaja!..... disyurga sahaja!!
Ya Aziz.......... Jika Cinta Adalah Ketertawanan Tawanlah Aku Dengan Cinta Kepada-Mu Agar Tidak Ada Lagi Yang DapatMenawanku Selain Engkau
Ya Rohim......... Jika Cinta Adalah Pengorbanan Tumbuhkan Niat Dari Semua Pengorbananku Semata-mata Tulus Untuk-Mu Agar Aku Ikhlas Menerima Apapun Keputusan-Mu
Ya Robbii.......... Jika Rindu Adalah Rasa Sakit Yang Tidak Menemukan Muaranya Penuhilah Rasa Sakitku Dengan Rindu Kepada-Mu Dan Jadikan Kematianku Sebagai Muara Pertemuanku Dengan-Mu
Ya Robbii.......... Jika Sayang Adalah Sesuatu Yang Mempesona Ikatlah Aku Dengan Pesona-Mu Agar Damai Senantiasa Kurasakan Saat Terucap Syukurku Atas Nikmat Dari-Mu
Ya Allah.......... Jika Kasih Adalah Kebahagiaan Yang Tiada Bertepi Tumbuhkan Kebahagiaan Dalam Hidupku Di saat Kupersembahkan Sesuatu Untuk-Mu
Ya Allah.......... Hatiku Hanya Cukup Untuk Satu Cinta Jika Aku Tak Dapat Mengisinya Dengan Cinta Kepada-Mu Kemanakah Wajahku Hendak Kusembunyikan Dari-Mu
Ya Ar-Rahman......... Dunia Yg Engkau Bentangkan Begitu Luas Bagai Belantara Yg Tak Dapat Kutembus Di Malam Yang Gelap Gelita Agar Tidak Tersesat Dalam Menapakinya
Ya Ar-Rahhim……. Berikan Alas Kaki Buat Hamba Agar Jalan Yg Kutapaki Terasa Nikmat Meski Penuh Dengan Bebatuan Runcing & Duri Yang Tajam Hamba Sedar Semua Ini Milikmu Dan Suatu Saat Jika Kau Kehendaki Semuanya Akan Kembali Jua Kepada-Mu
Hidup adalah Pilihan... Aku telah memilih untuk tidak menjadi insan biasa. Memang hakku untuk menjadi LUAR BIASA. Aku mencari kesempatan, bukan menunggu kesempatan. Aku tidak ingin menjadi insan yang terkungkung dan terpenjara, direndahkan dan dihinakan oleh pihak yang berkuasa. Aku siap menghadapi risiko, merealisasikan impian agung yang dijanjikan.
Terlalu murah jikalau aku dihargai dengan HARTA, Terlalu rendah jikalau aku dihargai dengan TAHTA, dan terlalu hina jikalau aku dihargai dengan WANITA. Aku yakin... Kenikmatan mencapai impian, Aku tidak akan menjual harga diriku, Tidak juga kemuliaan dakwahku, hanya untuk mendapatkan Harta, Tahta, dan Wanita.
Aku tidak akan merendahkan diri, Pada sembarang kekuasaan dan kekuatan dzalim yang terus mengancam. Sudah menjadi warisanku untuk berdiri tegak, gagah, dan berani. Aku berfikir dan bertindak dari diri sendiri, Untuk meraih izzatul islam wal muslimiin. Dengan berani menegakkan kembali Khilafah Islamiyah, dan
berkata "Tsumma takuunu khilafatan 'ala minhajin nubuwwah, Allahu Akbar...!!!" Segalanya ini memberikan makna seorang insan sejati.
Kecintaan kepada istri, tanpa disadari banyak menggiring suami ke bibir
jurang petaka. Betapa banyak suami yang memusuhi orang tuanya demi membela
istrinya, dan bahkan di era sekarang betapa banyak singa – singa berubah
menjadi anjing – aning yang menggembala domba. Betapa banyak suami yang berani
menyeberangi batasan-batasan syariat karena terlalu menuruti keinginan istri,
dan tidak sedikit juga yang lalai dalam I’dad lil jihad hanya karena isteri
ingin di temani. Malangnya, setelah hubungan kekerabatan berantakan, karir
hancur, harta tak ada lagi yang tersisa,cita – cita meraih syahadah pupus,
banyak suami yang belum juga menyadari kesalahannya.
Cinta kepada istri merupakan tabiat seorang insan dan merupakan anugerah
Ilahi yang diberikan-Nya kepada sepasang insan yang menyatukan kata dan hati
mereka dalam ikatan pernikahan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian
istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian mawaddah (cinta) dan
rahmah (kasih sayang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Rum: 21)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai makhluk Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugerahi rasa cinta
kepada para istrinya, yang beliau nyatakan dalam sabdanya:
“Dicintakan kepadaku dari dunia kalian,[1] para wanita (istri) dan minyak
wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.”[2]
Namun yang disayangkan, terkadang rasa cinta itu membawa seorang suami
kepada perbuatan yang tercela. Karena menuruti istri tercinta, ia rela
memutuskan hubungan dengan orang tuanya. Ia berani melakukan korupsi di tempat
kerjanya. Ia enggan untuk turun berjihad fi sabilillah ketika ada seruan jihad
berkumandang. Ia bahkan siap menempuh segala cara demi membahagiakan istri
tercinta walaupun harus melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika
sudah seperti ini keadaannya, berarti cintanya itu membawa madharat baginya. Ia
telah terfitnah dengan istrinya,Yang lebih berbahaya lagi bila cinta kepada
istri lebih dia dahulukan dari segala hal.Bahkan lebih dia dahulukan daripada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya dan agama-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah mengancam dalam firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak, saudara-saudara,
istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan,
perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang
kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah:
24)
Karena adanya dampak cinta yang berlebihan seperti inilah, Allah Subhanahu
wa Ta’ala nyatakan bahwa di antara istri dan anak, ada yang menjadi musuh bagi
seseorang dalam status dia sebagai suami atau sebagai ayah. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan
anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah
kalian dari mereka.” (At-Taghabun: 14)
Musuh di sini dalam arti si istri atau si anak dapat melalaikan sang suami
atau sang ayah dari melakukan amal shalih khususnya amaliyah jihadiyah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan jangan
pula anak-anak kalian melalaikan kalian dari berdzikir/mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(Al-Munafiqun: 9)
Mujahid berkata tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi
musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah kalian dari mereka.” Yakni, cinta
seorang lelaki/suami kepada istrinya membawanya untuk memutuskan silaturahim,
meninggalkan jihad fie sabilillah atau bermaksiat kepada Rabbnya. Si suami
tidak mampu berbuat apa-apa karena cintanya kepada si istri kecuali sekedar
menuruti istrinya.” (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 8/111)
Beliau juga berkata: “Kecintaan kepada istri dan anak membawa mereka untuk
mengambil penghasilan yang haram, lalu diberikan kepada orang-orang yang
dicintai ini.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 18/94)
Selain itu, istri dan anak dapat memalingkan mereka dari jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan membuat mereka lamban untuk taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur`an, 12/116)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Ayat ini umum, meliputi
seluruh maksiat yang dilakukan seseorang karena istri dan anak.” (Al-Jami’ li
Ahkamil Qur`an, 18/93-94)
Setelah mengingatkan keberadaan mereka sebagai musuh, Allah Subhanahu wa
Ta’ala memerintahkan: فَاحْذَرُوْهُمْ (maka hati-hati/waspadalah kalian dari
mereka). Berhati-hati di sini, kata Ibnu Zaid, adalah berhati-hati menjaga
agama kalian. (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 8/111)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Berhati-hatinya kalian dalam
menjaga diri kalian disebabkan dua hal. Bisa jadi karena mereka akan membuat
kemudaratan/bahaya pada jasmani, bisa pula kemadharatan pada agama. Kemudaratan
tubuh berkaitan dengan dunia, sedangkan kemudaratan pada agama berkaitan dengan
akhirat.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 18/94)
Lantas, bagaimana bisa seorang istri yang merupakan teman hidup yang selalu
menemani dan mendampingi, dinyatakan sebagai musuh? Dalam hal ini, Al-Qadhi Abu
Bakr ibnul ‘Arabi rahimahullah telah menerangkan: “Yang namanya musuh tidaklah
mesti diri/individunya sebagai musuh. Namun dia menjadi musuh karena
perbuatannya. Dengan demikian, apabila istri dan anak berperilaku seperti
musuh, jadilah ia sebagai musuh. Dan tidak ada perbuatan yang lebih jelek
daripada menghalangi seorang hamba dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
(Ahkamul Qur`an, 4/1818)
Di dalam tafsirnya terhadap ayat di atas, Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di rahimahullah berkata: “Ini merupakan peringatan dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepada kaum mukminin agar tidak tertipu dan terpedaya oleh istri dan
anak-anak, karena sebagian mereka merupakan musuh bagi kalian. Yang namanya
musuh, ia menginginkan kejelekan bagimu. Dan tugasmu adalah berhati-hati dari
orang yang bersifat demikian. Sementara jiwa itu memang tercipta untuk
mencintai istri dan anak-anak. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menasehati
hamba-hamba-Nya agar kecintaan itu tidak sampai membuat mereka terikat dengan
tuntutan istri dan anak-anak, sementara tuntutan itu mengandung perkara yang
dilarang secara syar’i. Allah Subhanahu wa Ta’ala menekankan mereka untuk
berpegang dengan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya, dengan
menjanjikan apa yang ada di sisi-Nya berupa pahala yang besar yang mencakup
tuntutan yang tinggi dan cinta yang mahal. Juga agar mereka lebih mementingkan
akhirat daripada dunia yang fana yang akan berakhir.
Karena menaati istri dan anak-anak menimbulkan kemudaratan bagi seorang
hamba dan adanya peringatan dari hal tersebut, bisa jadi memunculkan anggapan
bahwa istri dan anak-anak hendaknya disikapi secara keras, serta harus
diberikan hukuman kepada mereka. Namun ternyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala
hanya memerintahkan untuk berhati-hati dari mereka, memaafkan mereka, tidak
menghukum mereka. Karena dalam pemaaafan ada kemaslahatan/kebaikan yang tidak
terbatas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan jika kalian memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taghabun: 14)
[Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 868]
Demikianlah keberadaan seorang wanita, baik statusnya sebagai istri atau
bukan, merupakan fitnah terbesar bagi lelaki. Karena itulah Allah Subhanahu wa
Ta’ala mendahulukan penyebutan wanita ketika mengurutkan kecintaan kepada
syahwat (kesenangan yang diinginkan dari dunia).
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.” (Ali
‘Imran: 14)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan tentang perkara yang dijadikan indah bagi manusia dalam kehidupan
dunia ini berupa ragam kelezatan, dari wanita, anak-anak, dan selainnya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala memulai penyebutan wanita karena fitnahnya yang paling
besar. Sebagaimana dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang paling berbahaya bagi
lelaki daripada fitnah wanita.”[3] (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 1/15)
Mungkin timbul pertanyaan, bila istri dapat menjadi musuh bagi suaminya,
apakah juga berlaku sebaliknya, suami dapat menjadi musuh bagi istrinya?
Al-Qadhi Ibnul ‘Arabi rahimahullah menjawab permasalahan ini: “Sebagaimana
seorang lelaki/suami memiliki musuh dari kalangan anak dan istrinya, demikian
pula wanita/istri. Suami dan anaknya dapat menjadi musuh baginya dengan makna
yang sama. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: مِنْ أَزْوَاجِكُمْ (di antara
istri-istri kalian atau pasangan hidup kalian) ini sifatnya umum, masuk di
dalamnya lelaki (suami) dan wanita (istri) karena keduanya tercakup dalam
seluruh ayat.” (Ahkamul Qur`an, 4/1818)
Dengan demikian, janganlah kecintaan seorang suami kepada istrinya dan
sebaliknya kecintaan istri kepada suaminya membawa keduanya untuk melanggar
larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, berbuat maksiat, menghalalkan apa yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan atau sebaliknya, mengharamkan untuk dirinya
apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan karena ingin mencari keridhaan
pasangannya. Nabi kita yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditegur
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika beliau sempat mengharamkan apa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala halalkan karena ingin mencari keridhaan istri-istri
beliau.[4]Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan hal itu dalam Al-Qur`an: “Wahai
Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu, karena
engkau mencari keridhaan (kesenangan hati) istri-istrimu? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”[5] (At-Tahrim: 1)
Nasehat kepada Istri
Karena engkau –wahai seorang istri– dapat menjadi fitnah bagi suamimu, maka
bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan sampai engkau menjadi
musuh dalam selimut baginya. Jangan engkau jerat dia atas nama cinta, hingga ia
terjaring dan tak dapat lepas darinya. Akibatnya, yang ada di pikirannya
hanyalah bagaimana mencari ridhamu, mengikuti kemauanmu, walaupun hal itu
bertentangan dengan syariat.
Bertakwalah engkau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadilah istri yang
shalihah dengan membantu suamimu agar selalu taat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Rasul-Nya. Semestinya engkau tidak suka bila ia melakukan perkara
yang melanggar syar’i karena ingin menyenangkan hatimu, apalagi sampai
melalaikan dari jihad fie sabilillah. Keberadaanmu di sisinya, sebagai teman
hidupnya, jangan menjadi penghalang baginya untuk menjadi hamba yang bertakwa
dan menjadi anak yang shalih bagi kedua orang tuanya dan menjadi mujahid untuk
menegakkan dien ini serta menjaga kehormatan ummatnya.
Cintailah suamimu, syukurilah dengan cara engkau semakin taat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, menunaikan kewajibanmu dengan sebaik mungkin, dan
mencurahkan segala kemampuanmu untuk memenuhi haknya sebagai suami.
Zuhud terhadap dunia, jangan engkau abaikan. Sehingga engkau tidak menuntut
suamimu agar memenuhi kenikmatan dunia yang engkau idamkan. Pautkan selalu
hatimu dengan darul akhirat agar engkau tidak menghamba pada dunia yang tidak
kekal.
Catatan Akhir
Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunan-nya (no. 3317) membawakan
asbabun nuzul (sebab turunnya) surah At-Taghabun ayat 14 di atas, dari riwayat
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Tatkala ada yang bertanya kepada Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma tentang ayat ini, beliau menyatakan: “Mereka adalah
orang-orang yang telah berislam dari penduduk Makkah dan mereka ingin
mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun istri dan anak mereka
enggan ditinggalkan mereka. Ketika mereka pada akhirnya mendatangi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka melihat orang-orang yang lebih dahulu
berhijrah telah tafaqquh fid dien (mendalami agama), mereka pun berkeinginan
untuk memberi hukuman kepada istri dan anak-anak mereka. Allah Subhanahu wa
Ta’ala lalu menurunkan ayat[6]:
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan
anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah
kalian dari mereka.” (At-Taghabun: 14)
Mungkin kalian tau musuh yang jauh di sana, dan mungkin juga kalian bisa
mengalahkan musuh yang lebih kuat dari kalian… tapi bisakah kalian mengalahkan
musuh terdekat kalian ( orang yang kalian cintai ) untuk jihad fie sabilillah
li I’la I kalimatillah??!
Demikianlah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita
untuk selalu mencari keridhaan-Nya di jalan jihad ini. Amin.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Maktab AK 56
__________________________________
[1] Tiga perkara ini (wanita, minyak wangi, dan shalat) dinyatakan termasuk
dari dunia, maknanya: ketiganya ada di dunia. Kesimpulannya, beliau menyatakan
bahwa dicintakan kepada beliau di alam ini tiga perkara, dua yang awal (wanita
dan minyak wangi) termasuk perkara tabiat duniawi sedangkan yang ketiga
(shalat) termasuk perkara agama.
[2] HR. Ahmad (3/128, 199, 285), An-Nasa’i (no. 3939) kitab ‘Isyratun Nisa`
bab Hubbun Nisa`.
[3] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[4] Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
terjaga dari terus berbuat dosa. Ketika beliau jatuh dalam kesalahan
sebagaimana wajarnya seorang manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala segera menegur
Nabi-Nya sebagai penjagaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau.
Sehingga beliau pun bertaubat dari kesalahannya.
[5] Yakni Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat mengharamkan madu atau
mengharamkan Mariyah budak beliau.
[6] Dan terhadap keinginan mereka untuk menghukum istri dan anak-anak
mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:
إِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
“Dan jika kalian memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taghabun: 14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka untuk memaafkan istri dan
anak-anak mereka.
Jika bayi bisa lahir secara alami, mengapa harus disesar? Ternyata, bayi
lahir sesar lebih beresiko mengalami berbagai gangguan kesehatan dibandingkan
bayi lahir normal. Apa saja gangguan itu? Dr.Erick Fransisco Kan, M.Med, Sp.A
dari Siloam Hospital Karawaci membeberkannya.
1. Gangguan pernapasan
TTNB (Transient Tachypnea of the New Born) adalah gangguan pernapasan yang
paling sering dikhawatirkan terjadi pada bayi sesar. Gangguan ini terjadi
akibat cairan yang memenuhi paru-paru janin selama berada dalam rahim tidak
terkompresi mengingat bayi sesar tinggal "terima jadi". Padahal,
proses persalinan per vaginam melewati jalan lahir inilah yang memungkinkan
cairan yang memenuhi paru-paru semasa janin berada dalam rahim dipompa habis
keluar.
Selain itu, proses kompresi juga terjadi berkat kontraksi rahim ibu secara
berkala. Kontraksi yang lama-kelamaan semakin kuat ini akan menekan tubuh bayi,
sehingga otomatis cairan dalam paru-parunya ikut keluar. Nah, pada bayi sesar,
kedua proses kompresi tadi tidak terjadi dengan sempurna.
2. Rendahnya sistem kekebalan tubuh
Data berdasarkan evidance base memang belum ada. Namun pada proses
persalinan normal, bayi berpindah dari rahim yang nyaris steril ke lingkungan
luar melalui proses yang berlangsung lama dan melibatkan kontraksi selama
berjam-jam. Saat lahir pun, mulut bayi tidak tertutup sehingga banyak kuman
yang masuk ke dalam mulut, bahkan sampai ke pencernaan. Imbasnya, bayi
mengalami kontak alami dengan mikroba floral dalam jalan lahir ibunya yang
kemudian berkoloni di ususnya. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan
pematangan sistem kekebalan tubuhnya.
3. Rentan alergi
Baik dari kondisi "kotor" di jalan lahir yang tidak dilalui si
bayi yang dilahirkan secara sesar, maupun tertundanya pemberian ASI sesegera
mungkin, membuat risiko alergi pada bayi jadi lebih tinggi. Belum lagi paparan
antibiotik yang biasanya diberikan kepada bayi sesar sebagai langkah
berjaga-jaga dari kemungkinan infeksi, juga meningkatkan risiko alergi.
4. Emosi cenderung rapuh
Meski belum terbukti melalui penelitian ilmiah, kondisi psikologis bayi
sesar diduga cenderung lebih rapuh dibanding bayi yang dilahirkan secara
normal. Faktanya, bayi yang lahir normal memang dihadapkan pada kondisi tidak
nyaman dimana ia harus melewati jalan lahir yang sempit dan berliku disertai
tekanan hebat akibat kontraksi rahim. Perjuangan inilah yang diyakini dapat
melatih mental si kecil sejak dini. Boleh jadi faktor ini memberi kontribusi
tersendiri terhadap kepribadian si anak kelak.
Akan tetapi pola asuh yang diberikan orangtua dan bagaimana pengaruh
lingkungan terbukti lebih ikut memberi warna apakah seseorang lebih tahan
banting atau tidak ketika menghadapi stres kehidupan.
5. Terpengaruh anestesi
Kondisi ini mungkin saja terjadi. Karenanya, tim dokter yang terdiri dari
dokter kebidanan dan kandungan, dokter anak, dan dokter anestesi harus
berhitung secermat mungkin agar pembiusan pada bayi berpengaruh seminim
mungkin. Untuk itu, umumnya anestesi yang digunakan adalah anestesi spinal yang
berdosis rendah. Penggunaan bius total membuat bayi terlihat agak ngantuk karena
dikeluarkan saat masih di bawah pengaruh anestesi.
6. Minim peluang IMD
Bayi sesar kurang mendapatkan kesempatan untuk menjalani IMD alias inisiasi
menyusu dini. Ini karena kondisi bayi sesar berbeda dari kondisi bayi lahir
normal yang bisa langsung ditempelkan di dada ibunya dengan refleks yang cukup
kuat untuk mencapai payudara ibu. Sementara pada persalinan sesar, hal yang tak
bisa segera dilakukan mengingat bayi biasanya langsung dipasangi infus dan
selang oksigen guna membantu pernapasannya. Si ibu pun umumnya masih dalam
keadaan "teler" akibat pengaruh obat anestesi.
Bunda kalo memang tdk dlm keadaan memaksa / alasan kesehatan...mending lahir
dgn normal...lebih cepat pulihnya juga :)
KISAH CINTA Ali bin Abi thalib
dan Fathimah Azzahra adalah
salah satu kisah cinta yang penuh
romantika dan keberkahan
dari Allah. Bahkan Rasulullah
pernah bersabda ” Allah
menyuruh menikahkan
Fatimah dengan Ali
” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Sosok Ali adalah lelaki
sebenarnya, sifat baiknya
melebihi matahari waktu
dhuha. Menyibak semua
masalah. Istananya hanya
gubuk tua. Pedang berkilau
harta kekayaannya. Begitulah
seorang pujangga
menggambarkan sosok Ali
dalam syairnya.
Sementara Fatimah Azzahra
adalah teladan bagi wanita.
Ayahnya adalah manusia
terbaik yang diciptakan Allah
sebagai rahmat bagi alam
semesta, dan Ibunya adalah
sebaik-baik wanita..Setiap
langkahnya selalu
memancarkan cahaya.
Saat meminang Fatimah, Ali
menjual sebagian barang
miliknya, termasuk rompi
perang. Inilah yang menjadi
mas kawin Ali kepada Fatimah.
Semuanya bernilai 480 dirham.
Dari jumlah itu, Rasulullah
menyuruh menggunakan 2/3
nya untuk membeli wangi-
wangian dan 1/3 nya untuk
membeli pakaian.
Kehidupan rumah tangga
mereka sangat sederhana.
Sebuah rumah tanpa
perabotan apapun. Hanya
beralas tidur kulit domba, satu
bantal berisi serabut korma.
Bahkan fatimah pernah
menggadaikan kerudungnya
kepada seorang Yahudi
Madinah untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya.
Namun Maha Suci Allah yang
telah menjaga kebersihan
rumah tangga Fatimah secara
fisik dan ruhani.
Ali ra. berkata, ” Aku menikah
dengan fatimah. Kami tidak
memiliki alas tidur kecuali
selembar kulit domba. Malam
hari kami pergunakan sebagai
alas tidur dan siang harinya
kami jemur. Kami tidak
memiliki pembantu, pekerjaan
rumah tangga ditangani oleh
fatimah. ketika fatimah pindah
kerumahku, Rasulullah
membawakan selimut, bantal
kulit berisi serabut kurma, dua
gilingan tepung, satu gelas,
dan kantong susu. Saking
seringnya menggiling tepung,
sampai berbekas pada tangan
Fatimah, dan saking seringnya
membersihkan rumah sehingga
pakaiannya penuh debu, dan
saking seringnya menyalakan
tungku sampai pakaiannya
penuh arang ” (dikutip dari 35
Shiroh Shahabiyah, Mahmud
Al-Mishri)
Ketimun (Cucumis sativus L) ternyata bukan hanya untuk lalapan atau
buah rujak yang paling sederhana. Buah hijau muda ini ternyata berfungsi
sebagai obat dan bahan kosmetika tradisional yang sangat ampuh dan telah
terbukti.
Dengan kandungan protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang,
vitamin A, B1, C dan E, ketimun sanggup menyelesaikan banyak masalah kesehatan
dan kecantikan. Beberapa khasiat ketimun ialah:
1. Ketimun yang kaya serat berguna untuk melancarkan buang air
besar, menurunkan kolesterol, dan menetralkan racun. 2. Ketimun dengan kandungan kaliumnya yang tinggi, memiliki khasiat
meringankan penyakit hipertensi, terutama akibat hipersensitivitas terhadap
natrium seperti garam dapur, petsin atau soda kue. 3. Ketimun dapat memberikan rasa sejuk dalam mulut untuk mengurangi
rasa sakit pada tenggorokan atau luka sariawan. 4. Irisan ketimun dapat membuat mata terlihat cerah dan berbinar.
Caranya, tempelkan saja irisan timun selama 20 menit pada tiap kelopak mata dan
lihat hasilnya. 5. Ketimun dapat memperlancar buang air kecil sehingga dapat
mengurangi beban kerja jantung dan menurunkan tekanan darah. 6. Ketimun adalah bahan penyegar yang dingin, obat pembersih dan
pelembab sekaligus bagi semua jenis kulit wajah. Irisan ketimun maupun sari
ketimun dapat ditempelkan pada wajah secara rutin untuk menghambat hadirnya
keriput dan membuat kulit makin lembut. 7. Ketimun terkenal efektif menghilangkan jerawat ringan. Tempelkan
irisan ketimun di bagian wajah yang berjerawat dan jerawat biasanya cepat
sekali hilang. 8. Ketimun yang sifatnya dingin, dapat juga dipakai untuk mengobati
gigitan serangga, gatal-gatal karena tumbuhan dan ‘memadamkan’ kulit yang
terbakar matahari. Bagian tubuh yang tersiram air panas-pun jika dibalut dengan
parutan daging ketimun, akan dengan cepat terobati.