Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 07 Desember 2010

Kisah Bidadari Ainaa’ ul Mardhiyah

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ============================== Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdul Wahid bin Zaid: "Pada suatu hari ketika kami di dalam upacara persiapan untuk pergi berjihad, aku memerintahkan kawan-kawanku untuk mulai keluar ke medan peperangan pada hari Senin, lalu seorang dari kami membaca ayat 11 surah At-taubah yang berarti: "Sungguh Allah SWT telah membeli dari kaum Mukminin jiwa dan harta mereka dengan surga ". Di dalam majlis itu ada seorang pemuda yang berumur 15 tahun. Ia yang baru kematian bapaknya telah menerima harta waris yang banyak telah berkata:" Ya Abdul Wahid, aku bersaksikan padamu untuk menjualkan diri dan hartaku untuk mendapatkan surga itu " . Aku berkata padanya: "Sungguh berat untuk menghadapi tajamnya pedang itu sedangkan kamu masih anak, aku takut kamu tidak tabah, juga tidak sabar untuk menghadapinya sehingga tidak kuat melanjutkan penjualan itu". Pemuda itu lantas berkata: "Wahai Abdul Wahid, apakah aku akan lemah kalau aku menjualkan diriku pada Allah SWT? Aku persaksikan padamu sekali lagi bahwa aku telah menjualkan diriku pada Allah SWT. Kami tidak merasakan anak kecil tidak bisa melakukannya ". Maka pemuda itu menyerahkan semua hartanya yang ada kecuali pedang, kuda dan perbekalan untuk ke medan peperangan. Bila tiba hari Senin, beliaulah orang yang pertama sampai untuk berangkat ke perbatasan dan mengucap salam kepada ku : "Assalamualaikum ya Abdul Wahid". Aku menjawab: "Wa alaikassalam warahmat Allah wabarakaatuh. Semoga Allah SWT memberi keuntungan dalam jualanmu itu. "Ketika perjalanan, pemuda itu berpuasa di siang hari dan shalat serta menjaga keamanan kami di waktu malam. Beliau jugalah yang menjaga ternak yang kami bawa sambil melayani kebutuhan kami di siang hari. Ketika sampai di perbatasan negeri Rum, tiba-tiba pada suatu hari setelah waktu Asar, pemuda itu datang meluru sambil menyeru: "Alangkah rindunya aku akan Ainaa 'ul Mardhiyah". Banyak di antara kami menyangka pemuda itu mengalami gangguan saraf memori. Lalu aku menyambut kedatangannya seraya bertanya: "Wahai kesayanganku, apakah itu Ainaa 'ul Mardhiyah?". Lantas beliau menjawab: "Tadi aku tertidur sebentar. Aku bermimpi seseorang datang kepadaku seraya berkata, mari aku bawa kamu bertemu Ainaa 'ul Mardhiyah. Aku dibawa ke satu taman yang sangat cantik. Di situ ada sungai yang airnya sangat jernih. Aku melihat banyak gadis yang kecantikan mereka tidak dapat aku gambarkan, lengkap dengan perhiasan sedang bermain di taman itu. Bila mereka menyadari kehadiranku, dengan wajah teramat gembira mereka berkata Demi Allah, itulah suami Ainaa 'ul Mardhiyah. Lantas aku memberikan salam kepada mereka, Assalamualaikunna, apakah di sini tempat Ainaa 'ul Mardhiyah? Mereka menjawab salamku dan berkata tidak, kami hanyalah budak dan pelayannya, majulah kamu ke depan lagi. "Pemuda itu melanjutkan ceritanya:" Akupun meneruskan perjalananku sehingga sampai ke satu taman yang ada sungai susu yang tidak berubah rasa. Kehadiranku disambut oleh sekumpulan gadis yang lebih cantik dari yang pernah ku lihat sebelum mereka. Mereka berkata, Demi Allah lihatlah, suami Ainaa 'ul Mardhiyah sudah sampai. Akupun mengucapkan salam kepada mereka lantas bertanya, apakah ada di antara kamu ini Ainaa 'ul Mardhiyah? Sesudah menjawab salamku mereka berkata yang mereka adalah budak serta server-server Ainaa 'ul Mardhiyah. Mereka meminta agar aku melanjutkan perjalananku. "Pemuda itu berkata lagi:" Aku melanjutkan perjalananku sehingga sampai ke satu lembah yang ada sungai khamar pula. Di situ banyak gadis sedang bersuka ria, yang mana mereka lebih cantik sehingga menyebabkan aku lupa akan kecantikan gadis yang aku lihat sebelum mereka. Akupun mengucap Assalamualaikunna, apakah ada pada kamu Ainaa 'ul Mardhiyah? Mereka juga berkata tidak, kami hanyalah budak dan pelayannya, teruskan perjalanan kamu ke depan. "Pemuda itu menyambung cerita:" Tiba-tiba aku bertemu pula dengan sungai madu di dalam satu kebun. Ku lihat kebun itu dipenuhi dengan banyak gadis yang bagaikan cahaya dalam kecantikan mereka. Aku mengucap Assalamualaikunna, apakah di sini ada Ainaa 'ul Mardhiyah? Mereka menjawab Ya Wali Allah, kami hanyalah budak serta pelayannya saja. Majulah kamu ke hadapan ". Pemuda itu mengakhirkan cerita:" Akupun meneruskan perjalanan. Tiba-tiba aku sampai pada satu kemah yang terbuat dari permata yang berlubang. Ku lihat ada seorang gadis yang lebih cantik dari sebelumnya sedang menjaga pintu kemah tersebut. Setelah ia melihat akan kehadiranku, dengan nada gembira ia berseru, wahai Ainaa 'ul Mardhiyah, suami kamu sudah sampai. Dengan rasa penuh rindu, akupun meluru masuk ke dalam kemah tersebut. Di dalam kemah itu ada satu tempat tidur yang terbuat dari emas yang bertaburan permata yakut serta berlian. Sungguh aku terpesona bila ku lihat akan kehadiran seorang gadis yang sangat cantik rupawan, menatap aku dalam senyuman duduk di atas tempat tidur tersebut. Dengan alunan suara merdu ia menyambut aku dengan kalimat, Marhaban bi waliyir Rahman, sudah terlalu hampir saat pertemuan kita. Aku ingin mendekapnya. Tapi Ainaa 'ul Mardhiyah lantas berkata kepadaku, sabarlah dahulu wahai kakandaku karena belum waktunya, kamukan masih hidup di alam dunia. Nanti bila malam kamu akan berbuka puasa di sini InsyaAllah. Kemudian akupun tersedar dari tidurku. Wahai Abdul Wahid, aku rasa tidak sabar lagi ... "Abdul Wahid berkata:" Belum sempat pemuda itu menghabiskan ceritanya, tiba-tiba kami diserang oleh pasukan musuh. Bersama pemuda itu kami melakukan serangan balasan terhadap pasukan musuh tersebut. Setelah ia berhasil membunuh sembilan orang kafir, akhirnya ku lihat pemuda itu rebah Akupun segera pergi ke arahnya. Dalam kondisi tubuhnya yang berlumuran darah, ku lihat pemuda itu dalam keadaan tersenyum dan bau tubuh yang wangi sehingga ia meninggal dengan syahid. "Barakalllahufikum .. Wassalam 




http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta -istiany-notes/kisah-bidadari-ainaa-ul-mardhiyah/166755030019819