Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Senin, 31 Januari 2011

Berubahlah ! Berkembanglah !


Merancang peta karier berarti mempersiapkan diri Anda mengarungi perjalanan menuju posisi karier berbeda.

Supaya Anda siap menghadapi perubahan yang mungkin terjadi, terapkan konsep OCEAN yang diperkenalkan pakar manajemen Rhenald Kasali dalam bukunya, Change!

Opennes to experience (keterbukaan terhadap hal-hal baru).
Orang yang punya cara berpikir terbuka cenderung imajinatif dan kreatif. Mereka bersifat fleksibel, menyukai keragaman, serta mengutamakan hal-hal yang sifatnya orisinil.

Conscientiousness (keterbukaan hati dan telinga).
Mereka yang punya keterbukaan hati yang tinggi cenderung bergerak secara terpola, menghargai waktu, dapat diandalkan, disiplin, termotivasi, serta gigih mencapai tujuan.

Extroversion (membuka diri pada orang lain).
Orang yang extrovert cenderung senang berkawan dan bekerja dalam kelompok, lugas, berenergi, percaya pada orang lain, percaya diri, dan penuh keberanian.

Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan).
Dalam setiap proses perubahan, akan ada sejumlah kesepakatan yang perlu dilakukan. Poin penting dalam mencapai kesepakatan adalah sifat kooperatif, kesediaan untuk melakukan pengorbanan bagi kepentingan yang lebih utama, serta kemampuan untuk mempercayai orang lain.

Neuroticsm (keterbukaan terhadap tekanan).
Orang yang sudah terlatih menghadapi tekanan biasanya tidak terlalu sensitif dan memiliki kontrol emosi yang baik.

Marilah kita coba dan latih untuk berubah (BERKEMBANG)



Ubah Cara Bicara pada Pasangan


Pria dan wanita memang berbeda cara berpikirnya. Beda pendapat memang biasa, namun terlalu sering atau malah berubah jadi pertengkaran juga tak baik. Untuk mengupayakan hubungan yang lebih harmonis tentunya harus ada komitmen dan usaha. Nah, boleh dong dimulai dengan Anda, para wanita/pria yang bijaksana. Upayakan mengganti kalimat yang cenderung bias ketika keluar dalam keadaan emosi, dengan kalimat yang lebih manis nan konstruktif. Ini contohnya:

Hindari: "Kamu tak pernah membantu di rumah!"
Ganti dengan: "Alangkah indahnya kalau kamu bisa membuang sampah-sampah ke tempat sampah di depan rumah sebelum jam 8 nanti. Mau yaa"
Alasannya: Jangan beranggapan bahwa pasangan Anda bisa membaca pikiran Anda. Lebih baik berikan permintaan yang spesifik daripada "menyerang" bombardir secara personal.

Hindari: "Aku nggak tahan kalau kamu ngomong teriak-teriak!"
Ganti dengan: "Saya pengen banget mendengar apa yang mau kamu sampaikan.

Tapi tolong donk intonasi suaranya diturunkan supaya saya bisa mengerti."
Alasannya: Memahami perspektif pasangan membuat ia merasa didengarkan, dan bisa membuat keadaan lebih damai. Dengan mengeluarkan apa yang Anda inginkan, akan ada jalan untuk memperbaiki tingkah laku.

Hindari: "Kamu telat lagi! Sama seperti saat perayaan ulang tahun pernikahan kita!"
Ganti dengan: "Saat menunggu kamu datang tadi aku agak merasa frustrasi dan kesal. Boleh tahu nggak, apa yang membuatmu terlambat tadi?"
Alasannya: Dengan memberinya kesempatan untuk menceritakan alasan keterlambatannya, Anda bersikap adil. Ketika Anda mengungkit-ungkit kejadian yang sudah lampau itu bukan lagi membicarakan masalahnya, tapi merupakan tanda bahwa Anda masih belum melupakan masa lalu.

Hindari: "Saya nggak pernah bilang begitu!"
Ganti dengan: "Saya nggak ingat pernah bicara seperti itu. Saya tahu ketika sedang emosi atau marah, kata-kata nggak enak didengar sering keluar tanpa sadar. Jika memang benar saya pernah bicara seperti itu, saya minta maaf yaa."
Alasannya: Daripada mengelak dari tuduhan pasangan Anda, coba menempatkan diri dalam posisi yang sama dengan Si Dia untuk mencari kebenaran dalam pernyataannya (meskipun hal ini tidak mudah, dibutuhkan kebijaksanaan untuk melakukannya).

Hindari: "Kamu nggak pernah mendengarkan aku!"
Ganti dengan: "Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu. Apakah ini waktu yang baik untuk kita bicara?"
Alasannya: Ketika Anda mengatakan "Kamu nggak pernah" atau "Kamu selalu", hal ini justru memberi cap kepada Si Dia. Sebaiknya fokus kepada peristiwa yang sedang dihadapi.

Bila anda belum menerapkannya, cobalah, benar2 indah rasanya


Seni Memaafkan


Anda mungkin masih belum dapat memaafkan seseorang yang pernah sangat dekat dengan Anda. Padahal, kejadiannya sudah berlalu bertahun-tahun lalu. Namun, Anda juga masih belum bisa melupakan orang tersebut beserta kenangan-kenangannya.

Pertanyaannya:
Apakah kita sebaiknya perlu melupakan (forget) terlebih dahulu untuk bisa akhirnya memaafkan (forgive)? Ataukah justru sebaliknya?


Sebenarnya, berbicara soal memaafkan tidak bisa lepas dari konsep "forgiveness" itu sendiri. Forgiveness dapat berarti dua hal: meminta maaf dan memaafkan. Untuk melakukan dua tindakan tersebut, ada beberapa elemen yang dilibatkan, seperti korban, pelaku, dan berbagai jenis serta tingkat trauma, luka, atau ketidakadilan.

Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Leonard Horwitz, seorang ahli psikoanalisa dari Greater Kansas City Psychoanalitic Institute. Sedangkan Enright and Human Development Study Group (1996) menyebutkan bahwa tindakan forgiveness selalu berkaitan dengan tiga aspek.



Yang pertama memaafkan orang lain, lalu menerima permintaan maaf dari orang lain, dan terakhir memaafkan diri sendiri.

Untuk mencapai tataran forgiveness seutuhnya, ketiga aspek tersebut harus tercapai semua.
Sayangnya, kita tidak dapat selalu mendapatkan ketiga aspek tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.

Forgiveness memiliki berbagai manfaat, baik secara psikologis maupun kesehatan. Di antaranya adalah memperbaiki hubungan yang renggang antarindividu, menyembuhkan luka batin yang dalam, pemulihan bagi korban maupun pelaku, serta sebagai sarana untuk pengembangan diri ke arah yang lebih baik. Orang yang sulit untuk memaafkan atau meminta maaf ternyata lebih rentan terhadap berbagai gangguan psikologis. Selain itu, mereka juga sulit untuk bisa mempertahankan tingkat kesehatan mental di hari tuanya.

Jangan pelit memaafkan

Mengampuni seseorang tidak langsung terjadi saat kita telah mengucapkan, "Ya, saya maafkan." Setidaknya, forgiveness bekerja melalui dua cara:

1. Kurangi stres yang muncul akibat dari keputusan untuk tidak memaafkan yang selalu diliputi oleh berbagai emosi, seperti sakit hati, kemarahan, agresivitas, kebencian, penolakan, dan ketakutan akan disakiti atau dipermalukan kembali. Jika emosi-emosi tersebut tidak diredakan, akan muncul gangguan-gangguan yang bersifat fisiologis. Misalnya meningkatnya tekanan darah dan perubahan struktur hormonal yang berhubungan erat dengan gangguan fungsi jantung, gangguan kekebalan tubuh, dan gangguan fungsi saraf dan ingatan.

2. Mencoba memaafkan. Di sinilah kita mungkin akan mengalami masalah, jika kita tipe orang yang sulit memaafkan orang lain. Seseorang yang pendendam dan pelit memaafkan biasanya sulit untuk membina hubungan jangka panjang dengan orang lain. Sebab hubungan yang telah terbina dapat rusak akibat kesalahan kecil. Setelahnya, orang lain pun akan sulit untuk mendekati dirinya karena telah melihat betapa buruknya caranya berelasi dengan orang lain. Lebih lanjut, orang yang sulit memaafkan atau meminta maaf, dan memiliki kebiasaan gemar mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, berpeluang lebih besar mengalami masalah kesehatan fisik dan juga mental.

Memaafkan butuh proses

Proses forgiveness membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menerima dan menyadari dampak menyeluruh dari peristiwa yang menyakitkan.

2. Memutuskan untuk memaafkan.



3. Menyadari bahwa memaafkan itu sulit untuk dilakukan dan selalu melibatkan suatu proses yang tidak menyenangkan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.

4. Memaafkan diri sendiri. Kebanyakan orang mampu memaafkan orang lain tetapi sulit untuk memaafkan diri sendiri untuk perbuatan yang sama.

5. Mempertimbangkan akibat-akibat yang mungkin muncul jika kita belum dapat atau tidak mau memaafkan.

Hal terpenting yang perlu diingat:

Forgiveness bukanlah kejadian sesaat, melainkan sebuah proses.
Forgiveness adalah suatu proses yang harus ditumbuhkan dan dipelihara karena berlawanan dengan kecenderungan alamiah manusia untuk membalas dendam dan menentang ketidakadilan.
Memaafkan secara tulus memang sulit, namun kita semua pasti bisa melakukannya.


Semangat Laba-Laba : Kegigihan, Ketabahan, dan Usaha yang Konsisten


Dikisahkan, di sudut atap sebuah rumah yang sudah tua, tampak seekor laba-laba yang setiap hari bekerja membuat sarangnya dengan giat dan rajin.

Suatu hari, hujan turun dengan derasnya dan angin bertiup sangat kencang. Rumah tua itu bocor di sana-sini dan sarang laba-laba pun rusak terkena bocoran air serta hempasan angin. Tembok menjadi basah dan licin. Tampak si laba-laba dengan susah payah berusaha merayap naik. Tetapi karena tembok licin, laba-laba pun terjatuh.

 Ia terus bersusah payah untuk merayap naik, tetapi jatuh dan jatuh lagi. Begitu terus berulang-ulang. Tetapi, laba-laba itu ternyata tetap berusaha merayap naik dengan kegigihan yang luar biasa.

Rumah tua itu dihuni oleh tiga orang kakak beradik yang masih muda usianya. Saat kejadian itu berlangsung, kebetulan mereka bertiga sedang menyaksikan tingkah laku si laba-laba tadi. Dan berikut adalah komentar-komentar mereka:

Si sulung dengan menghela napas berkata: "Nasibku sama dengan laba-laba itu. Meskipun aku telah berusaha dengan susah payah dan terus menerus, tetapi tetap saja hasilnya nol. Sia-sia belaka! Memang beginilah nasibku. Meskipun telah berusaha sekuat apa pun percuma saja. Tidak bisa berubah !”

Pemuda kedua dengan santai berkomentar: "Laba-laba itu bodoh sekali ! Kenapa tidak mencari jalan yang kering dengan memutar kemudian merayap naik ? Aku tidak akan sebodoh dia. Kelak bila ada kesulitan, aku akan mencari jalan pintas. Aku pasti memakai otak mencari akal untuk menghindari kesulitan. Tidak perlu bersusah payah menghadapinya.”

Lain lagi pendapat si bungsu. Melihat kegigihan laba-laba tadi, hatinya sangat tergugah. Beginilah komentarnya: "Laba-laba itu begitu kecil, tetapi memiliki semangat pantang menyerah yang luar biasa ! Dalam hal ketabahan dan keuletan, aku harus belajar dari semangat laba-laba itu. Dengan mencontoh semangat juang seperti itu, suatu hari aku pasti bisa meraih kesuksesan !”

Cerita laba-laba di atas sungguh inspiratif sekali. Sudut pandang yang berbeda dalam melihat sebuah persoalan yang terjadi akan melahirkan penanganan yang berbeda. Dan cara penanganan yang berbeda tentunya akan mendatangkan hasil yang berbeda pula.

Cara pandang sulung memperlihatkan sosok yang tanpa motivasi, tanpa target hidup yang pasti, pasrah, mudah putus asa, dan bergantung pada apa yang disebutnya "nasib”. Inilah perspektif yang paling menghambat langkah seseorang untuk meraih keberhasilan. Jika kita menganut sudut pandang seperti ini, dijamin keberhasilan akan jauh dari jangkauan kita.

Sebaliknya, perspektif pemuda kedua menunjukkan tanda-tanda sebuah pribadi yang oportunis dan sangat pragmatis. Dalam menghadapi setiap persoalan, pilihan yang ditempuhnya adalah menghindari atau lari dari persoalan tersebut. Jika toh harus dihadapinya, maka ditempuhlah jalan-jalan pintas dengan menghalalkan segala cara, asalkan tujuannya tercapai. Bukannya mencari pemecahan dengan kreativitas dan kecerdasan, tetapi lebih menggunakan cara-cara yang tidak benar, mengelabui, curang, melanggar etika, dan mengabaikan hak-hak orang lain. Jika setiap kali menemui rintangan dan kita bersikap demikian. Maka bisa dipastikan mental kita akan menjadi lemah, rapuh, dan besar kemungkinan menjadi manusia "raja tega” yang negatif.

Dan tentu saja, saya setuju dengan pendapat si bungsu.


Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus kita miliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap persoalan merupakan batu penguji yang harus dipecahkan dan dihadapi dengan penuh keberanian. Kita harus membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul sebagai suatu hal yang wajar dan harus dihadapi, bukan menghindar atau melarikan diri dari masalah.

Sesungguhnya, kualitas kematangan mental seseorang dibangun dari fondasi banyaknya hambatan, masalah, kelemahan, dan problem kesulitan yang mampu diatasi.

Dan jelas sekali, dengan bekal kegigihan, ketabahan, dan usaha yang konsisten, kesuksesan yang kita peroleh pasti berkualitas dan membanggakan, membahagiakan !.


Perlunya Memiliki Peta Kecerdasan Emosi


Kecerdasan emosi itu bukan semata kemampuan seseorang mengendalikan emosi pada tempat dan waktu tertentu.

Dalam Kecerdasan Emosi seseorang dibekali semacam peta baku yang menjadi "rujukan" untuk respons terhadap spekuli, atau respons terhadap hubungan.


Seorang anak yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dihina.

Sebab dalam dirinya sudah ada peta bahwa hanya orang yang rendah saja yang marah ketika direndahkan orang lain.

Seseorang yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dikatakan bodoh oleh pihak lainnya.

Sebab dalam Peta Emosi yang dimilikinya ada petunjuk bahwa hanya orang bodoh saja yang mengatakan orang lain bodoh.

Kalau secara kolektif bangsa ini di isi oleh individu-individu yang bereaksi positif terhadap apapun yang terjadi dilingkungan kita, yakinlah kehidupan bernegara dan berbangsa ini akan lebih damai dan syahdu.

(Mario Teguh)


http://www.facebook.com/note.php?note_id=281173365065

Cara Terbaik Untuk MEMULAI Sesuatu


Sering kita menunggu waktu yang tepat untuk memulai sesuatu, dan ternyata waktu yang tepat itu tidak pernah datang.

Bila kita tidak tahu waktu yang tepat untuk memulai sesuatu, maka sesuatu itulah yang harus tepat.

Ketepatan pilihan tindakan dan KESUNGGUHAN BERTIDAK-lah yang menjadikan waktu apa pun disebut WAKTU YANG TEPAT.

Sudah berapa banyak orang di antara kita yang sekarang sedang terbakar oleh ide-ide besar, namun tertahan oleh BAKAT kita yang HEBAT, yaitu MENUNDA.
Mengapa tidak sekarang ?

Betapa sering kita tidak memulai sesuatu karena kita belum memiliki ini atau itu. Padahal untuk memulainya tidak dibutuhkan ini atau itu.

Bila semua halangan/rintangan yang mungkin terjadi harus disingkirkan terlebih dulu, maka kapankah kita bisa mulai?

"Lebih baik kita gagal mengupayakan sesuatu yang baik, daripada
BERHASIL TIDAK MELAKUKAN APA PUN"


Dan kita semua tahu bahwa kita harus memulai.

Sesungguhnya, "CARA TERBAIK untuk MULAI adalah MULAI".

Jadi : "Kita dapat Sampai hanya karena Kita Berangkat".
Maksudnya : "Kita dapat mewujudkannya hanya karena Kita Memulainya".
Maka bila tidak sekarang memulai, lalu kapan?"

"JANGAN MENUNDA sesuatu yang baik"


Inspirasi dari 2 Abah Komar


Ada dua orang dengan panggilan yang sama, yaitu Abah Komar. Yang satu tinggal di sekitar Cikampek berusaha 81 tahun, saya panggil Abah Komar A. Dan yang satu lagi adalah tetangga saya di Cimahi dengan usia yang sepertinya tidak jauh dari 80-an, saya panggil Abah Komar B. Keduanya sudah tua, namun keduanya memberikan inspirasi bagi saya.
Abah Komar A yang di Cikampek, dengan usia setua itu masih berkeliling setiap hari dengan jalan kaki untuk menjajakan jasanya. Rata-rata setiap hari menempuh jarak sampai 20 km. Bukan jarak yang dekat bagi saya, apalagi bagi seorang kakek seusia 81 tahun ini. Jarak yang luar biasa jauh, yang menguras tenaga.



Mengapa Abah Komar melakukan ini? Satu alasan terucap dari mulutnya, yaitu tidak mau merepotkan anak dan cucu. Luar biasa, sebuah keinginan untuk tetap mandiri meski usia sudah senja. Padahal, sudah cukup alasan untuk menggantungkan hidup kepada anak dan cucu.

Sungguh malu, jika ada orang yang masih muda dan kuat tetapi tidak berusaha untuk bekerja keras, mudah menyerah, mengeluh, dan begitu mudah mengatakan sulit. Abah Komar, menempuh jarak 20 km per hari dengan penghasilan Rp 30.000 per hari, demi sebuah kemandirian.

Sementara Abah Komar B tetangga saya juga luar biasa. Yang pertama si Abah (begitu saya memanggilnya) hampir tidak pernah absen untuk shalat shubuh di Masjid, bahkan beliaulah yang mengumandangkan adzan subuh dan menjadi iman untuk segelintir makmum yang jarang sekali anak mudanya.

Untuk hal mencari nafkah pun tidak kalah hebatnya. Dengan tubuh yang mungil dan sudah termakan usia, namun tidak kalah gesit dengan anak mudah saat bekerja sebagai buruh bangunan. Mendorong beban yang berat, memasang batu bata, dan berbagai pekerjaan yang menguras tanaga lainnya.

Terima kasih Abah Komar (keduanya) yang telah memberikan inspirasi kepada saya agar tidak mudah menyerah. Yang telah memberi semangat menjadi pribadi yang mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Memberi contoh untuk memberikan kontribusi kepada orang lain. Semoga saya bisa meneladaninya.

Mudah-mudahan kedua Abah Komar ini menjadi hamba yang dicintai Allah dan diampuni dosa-dosanya.

Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad)

Sesungguhnya Allah senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal. (HR. Ad-Dailami)


Benarkah Tugas Kita hanyalah untuk Mencoba ?


Tugas kita bukanlah untuk berhasil atau gagal. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Mario Teguh.

Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan gagal atau berhasil. Hanya satu untuk mengetahui jawabannya, yaitu dengan mencoba.
Rahmat Motivasi Islami.

Aku bukanlah seorang pengecut, karena setiap usaha yang terbuang merupakan langkah maju yang lain.
Thomas A. Edison.

Anda mungkin ditipu jika terlalu mempercayai tetapi hidup anda akan tersiksa jika tidak cukup mempercayai.
Frank Crane.

Abdullah bin Mas'ud berkata, Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.
HR. Bukhari.


Orang yang berani tidak akan membabi-buta melompat masuk ke dalam jurang, melainkan masuk dengan perlahan-lahan dan dengan mata yang terbuka setelah mengukur dalamnya.
Stahl P.J.

Bangsa penakut tidak boleh merdeka dan tidak berhak merdeka. Ketakutan adalah penasihat yang sangat curang untuk kemerdekaan.
Andre Colin.

Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan.
Mognon Me Lauhlin.

Seseorang yang melakukan kesalahan dan tidak membetulkannya telah melakukan satu kesalahan lagi.
Confucius.

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah.
Lao Tze.

Dan ... sekali lagi :
Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Mario Teguh.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=289658165065

Ada Berapa Orang yang Mau Mendoakan Kita ?


Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak ambil pusing untuk berdoa bagi orang lain.



Ketika kita mengingat seseorang, siapa pun itu, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal tidak demikian. Saat kita mengingat/teringat seseorang, maka sebenarnya saat itu kita sedang diingatkan oleh Allah agar kita mendoakannya, dan seharusnya kita berdoa bagi dia/mereka.
Mungkin saja pada saat kita mengingatnya, dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari kita.

Berikut ini ada kisah menarik yang dapat mengingatkan dan memotivasi kita (kami dan Anda).

--------------------------

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan koma. Sudah 3 hari dia koma dan dirawat di ruang ICU, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesehatan atau kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Sebaliknya jika kurang dari 50 orang, maka kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya 50 orang, itu mah gampang ... jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang" kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktunya, yaitu jam 07:00 pagi.

Tepat pukul 06:00, Malaikat kembali mengunjunginya dan dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini hanya 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar, di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".

Kata Malaikat, "Sebenarnya Allah ingin memberimu kesempatan kedua, karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa, "yaa Allah, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Allah, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."



Terlihat air mata istrinya mengalir deras di pipinya yang kelihatan kurang istirahat, juga terlihat anak-anaknya duduk tertidur di bangku rumah sakit.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir deras di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan yang luar biasa, bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik, bukanlah ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Saat ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya, betapa besar kesalahan dirinya.

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku ?"

Jawab si Malaikat, "Sebenarnya ada beberapa orang lain yang berdoa buatmu. Tapi mereka tidak tulus. Bahkan ada yang mensyukuri kau sekarat saat ini. Itu semua karena selama ini kamu benar-benar hanya memikirkan dirimu sendiri, tidak memikirkan masa depan karyawanmu, bahkan masa depan anak istrimu, dan kamu bukanlah atasan yang baik". Si pengusaha tersenyum pahit, dan pasrah kalau saat ini adalah saat terakhir buat dia.

Ketika waktu menunjukkan pukul 07:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Anakku, Kau tidak jadi meninggal, karena baru saja ada 47 orang yang berdoa buat kesehatanmu dan selain itu Allah melihat penyesalanmu !.

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menjawab "
"Beberapa bulan yang lalu kau pernah ke Panti Asuhan memberi bantuan bagi mereka, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor."

"Baru saja saat akan sarapan pagi, salah seorang anak panti asuhan tiba-tiba mengingatmu yang telah menolong mereka, lalu dia mengajak anak-anak lainnya untuk mendoakan agar kamu tetap sehat dan dalam lindungan Allah, hati mereka tulus ikhlas mendoakanmu."

-----------------------------

Sahabat, ketika kita mengingat seseorang, siapa pun itu, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal tidak demikian. Saat kita mengingat/teringat seseorang, maka sebenarnya saat itu kita sedang diingatkan oleh Allah agar kita mendoakannya, dan seharusnya kita berdoa bagi dia/mereka.
Mungkin saja pada saat kita mengingatnya, dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari kita.



Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Allah dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan dengan niat menyakiti orang lain.
Sebaliknya perbanyaklah perbuatan dengan niat membantu orang, minimal berdoa buat orang lain.

Pada saat kita berdoa buat orang lain, berdoa untuk banyak orang, maka saat itu juga sebenarnya kita telah berdoa untuk diri kita sendiri, itulah KEADILAN Allah yang Maha Pemurah, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=292310365065

Minggu, 30 Januari 2011

Benarkah Allah Telah Memberikan Yang Terbaik Untuk Kita ?


Bila Allah CEPAT mengabulkan doa kita.
Maka Allah menyetujui bahwa yang kita minta itu memang yang terbaik untuk kita.

Bila Allah LAMBAT mengabulkannya.
Artinya Allah ingin menguji kita.
Apakah kita akan berusaha keras untuk mengejar/mewujudkan permintaan tsb.
Apakah permintaan kita itu memang benar-benar yang kita inginkan.
Apakah yang kita minta itu benar-benar memang terbaik untuk kita.
Karena yang kita inginkan belum tentu terbaik untuk kita.

Bila Allah TIDAK mengabulkan doa kita.
Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya permintaan kita itu telah dikabulkan Allah dengan sesuatu yang lebih indah dan lebih membahagiakan.
Hanya saja kita sering baru menyadarinya setelah bertahun-tahun kemudian.

Tetaplah berprasangka baik pada Allah dalam keadaan apapun.
Karena apapun yang sedang dan telah terjadi, sesungguhnya itulah yang terbaik bagi kita.
Sehingga kita (kami dan Anda) berkewajiban untuk SELALU IKHLAS dan MENSYUKURI apa pun kondisi kita.


Batu Kecil Membuat Kita Menengadah Kepada-Nya


Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi.
Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak dapat mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan orang tsb. Orang itu berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu kecil itu tepat mengenai kepala orang itu, dan karena merasa sakit, orang itu menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesan pentingnya.

Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.
Seringkali Allah melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Allah sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.

Seandainya ...
Orang yang dilempari uang logam itu "menyadari" bahwa uang tersebut "jatuh dari atas", tentunya dia akan menengadah ke atas sehingga pekerja tadi dapat menjatuhkan catatan pesan pentingnya dan "tidak perlu" menjatuhkan "batu kecil" tsb.

Demikian juga dengan kita.
Seandainya setiap rahmat yang diberikan Allah kepada kita, cukup mampu membuat kita menengadah kepadaNya. Tentunya Allah tidak perlu menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.

Tubuh kita, kesehatan kita, pengetahuan dan ilmu yang ada di pikiran dan hati kita, harta kita, dan semua yang kita anggap milik kita sesungguhnya adalah milik Allah, titipan Allah kepada kita.

Semua itu adalah rahmat yang diberikan Allah kepada kita. Seyogyanya kita (kami dan Anda) cukup mampu untuk "menengadah kepada-Nya" .... senantiasa bersyukur dan selalu ingat kepada "catatan penting" dari Allah, yaitu berkewajiban mengamalkannya sehingga "rahmat" tadi dapat bermanfaat bagi banyak orang.


Mengubah Kepahitan Hidup Menjadi Damai Dan Bahagia


Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu dia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar pak tua
"Pahit, pahit sekali", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga.
Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah."
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"



"Segar",
sahut si pemuda.
"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua
"Tidak", sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki, tergantung dari luas tidaknya hati/perasaan kita.

Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan, maka LAPANGKANLAH DADAMU menerima semuanya itu, LUASKANLAH HATIMU untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu;
Perasaanmu adalah tempat itu;
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jangan jadikan hatimu seperti gelas;
Buatlah hatimu laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu;
Sehingga kepahitan itu menjadi tidak terasa dan tidak mempengaruhi kesegaran dan kedamaian hatimu".

Anak muda, belajarlah menerima kenyataan;
Berlatihlah menerima kenyataan;
Berlatihlah untuk ikhlas serta mensyukuri setiap kenyataan.
Karena itulah yang terbaik bagimu.
Dan latihan itu akan semakin memperluas daya tampung hatimu.

Kalau kamu mau dan berusaha melatihnya terus-menerus, maka hatimu akan benar-benar seluas telaga.
Dan kamu tidak pernah merasakah kepahitan lagi, apa pun keadaan dan masalahmu, hatimu akan tetap segar, damai, dan bahagia".


http://www.facebook.com/note.php?note_id=296261785065

Alangkah Indahnya Membiasakan Diri Berbuat Nyata


Suatu hari, seorang pemuka agama dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh.
Karena sangat sibuk, pemuka agama itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut.

Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini :

Saya kelaparan ...
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya


Saya tergusur ...
dan Anda ke tempat ibadah untuk berdoa bagi kebebasan saya

Saya ingin bekerja ....
dan Anda sibuk mengharamkan pekerjaan yang Anda anggap tidak pantas, padahal halal dan saya membutuhkannya

Saya sakit ...
dan Anda berlutut bersyukur kepada Allah atas kesehatan Anda sendiri

Saya telanjang, tidak punya pakaian ...
dan Anda mempertanyakan dalam hati kesopanan penampilan saya,
bahkan Anda menasehati saya tentang aurat.


Saya kesepian ...
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...


Setelah membaca puisi itu ...
Pemuka agama tadi terharu dan berkata : "kasihan wanita itu" ... lalu sibuk berdoa kembali, dan wanita itu tetap tidak memperoleh tempat berteduh.

Sahabat, dalam memberi bantuan, kita sering lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis.
Namun, sedikit sekali tindakan nyata yang kita lakukan.
Berusahalah untuk membantu orang, mengasihi orang, bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan nyata.


Orang-orang bijak mengatakan :

Satu perbuatan nyata, sekecil apa pun, jauh lebih berarti dibandingkan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata sama dengan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata akan mengundang beberapa perbuatan nyata lainnya.

Marilah setiap hari kita (kami dan Anda) membiasakan dengan minimal SATU perbuatan nyata (tentu saja perbuatan baik untuk membantu orang lain).
Ini akan MENGUNDANG perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Alangkah indahnya membiasakan diri berbuat nyata (berbuat baik).


Kesadaran untuk Men-SYUKUR-I Musibah


Cerita klasik sederhana yang luar biasa ini Karya ANDRIE WONGSO, ceirta ini telah menyadarkan banyak orang, termasuk kami.

Di sebuah kerajaan, sang raja memiliki kegemaran berburu.
Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.
Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam.

Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.

Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: "Baginda, apa pun yang terjadi patut disyukuri".

Mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar : "Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur...!"
Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.

Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehat barunya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.

Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehat barunya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa.

Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barunya yang dijadikan persembahan kepada para dewa.

Dengan susah payah, akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya di istana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.



"Penasehatku, aku berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . "
Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.

Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata:
"Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika saya tidak dipenjara, maka bukan penasehat yang baru itu yang akan jadi korban, melainkan saya yang bakal diajak baginda ikut berburu dan sayalah yang akan menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif. Sekali lagi terima kasih baginda telah memenjarakan saya, sehingga saya tetap selamat saat ini."

----------------

Cerita ini mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur.

Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan, fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.

Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilayah Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala misterinya.

Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya.
Tetapi jika marabahaya datang dan kita tidak mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya. Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan.

Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.

Maka saya sangat setuju dengan kata bijak yang mengatakan
KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR.


Cara Terbaik agar Hidup Selalu Bahagia


Kebahagiaan adalah hak. Dan seperti semua hak, kitalah yang diharapkan datang menjemputnya.
Bersama semua hak, tentu ada tanggung jawabnya. Dan tanggung jawab bagi mereka yang dibahagiakan adalah membahagiakan yang lainnya.
Maka orang yang tidak ingin tertunda kebahagiaannya, harus mendahulukan tercapainya kebahagiaan orang lain, otomatis kita pun bahagia.

Marilah kita terima dengan ikhlas, bahwa kebahagiaan adalah masalah keputusan.
Hidup yang berbahagia adalah untaian dari keputusan-keputusan untuk berbahagia, dari satu waktu ke waktu lainnya.
Kita harus segera memutuskan untuk berbahagia, dan keputusan itu harus tegas. Karena keputusan yang berdampak baik adalah keputusan baik yang tegas.


Segera setelah kita putuskan untuk berbahagia, maka semua pikiran, perasaan, dan tindakan kita akan terfokus pada membahagiakan.

Tegaslah untuk memutuskan bahwa :

“Waktu terbaik untuk berbahagia adalah SEKARANG”.
“Tempat terbaik untuk berbahagia adalah DISINI”.
Dan
“cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain”.


Jika kita belum mampu merasa bahagia, marilah kita hidup dengan cara yang mejadikan kita pantas untuk berbahagia.

Perasaan kita ditentukan oleh apa yang kita kerjakan dan yang kita hindari.
Maka jangan hindari pikiran baik, jangan hindari perasaan yang baik, dan terutama jangan hindari tindakan yang baik.

Perlu diingat bahwa
“Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, akan lebih mudah merasa sedih dan tidak berguna”.

Oleh karena itu, berusahalah untuk menjadi sebab bagi kebahagiaan.

“Tujuan hidup kita adalah menjadi sebab bagi kebahagiaan, bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin orang lain”.


Marilah kita (saya dan Anda) hidup untuk membahagiakan sebanyak mungkin orang lain, maka otomatis (insyaAllah) kita akan dijauhkan dari kesedihan, dan kita akan dimudahkan untuk menjadi sangat bahagia.


Mewujudkan Impian dengan Jurus Motisakti


Referensi artikel ini adalah buku berjudul “MOTISAKTI, motivasi yang bikin kamu sakti” ditulis oleh Zen el-Fuad, Motivator Sinergi Semesta. Di depan buku itu tertulis kata-kata bijak begini :  “Tetaplah bergerak, sebab di balik frustasi ada prestasi, dan di balik masalah ada solusi. Biarkan kakimu melangkah menuju kesuksesan hakiki”.

Untuk mewujudkan impian kita, terdapat rumus/formula dari Jurus Motisakti seperti di bawah ini.


H = (I x P x K)^T
H = Hasil (Terwujudnya Impian, Tercapainya yg diimpikan)
I = Impian
P = Pedoman
K = Kemampuan
T = Tawakal
tanda ^ = pangkat
tanda x = kali

Hasil (Terwujudnya Impian)
Kita semua tentunya ingin agar setiap impian kita dapat terwujud. Dengan kata lain, kita ingin agar kualitas nilai H (Terwujudnya Impian) kita setinggi mungkin.
Dari rumus di atas menunjukkan bahwa terwujudnya impian kita sangat bergantung dari 4 hal, yaitu : Bagaimana kualitas nilai Impian, Pedoman, Kemampuan, dan Tawakal kita.  Seberapa besar nilai I, P, K, dan T kita.
Misalkan :
Nilai I, P, T kita bagus, tapi K kita nol, tentu saja hasilnya akan nol.
Nilai I, P, K kita bagus, tapi T (Tawakal) kita kecil sekali, maka Hasilnya (H) tentu akan kecil.

IMPIAN (I)
Impian yang baik (kualitas nilainya tinggi) adalah impian yang jelas dan fokus, bernuansa dunia dan akherat, serta memberikan banyak manfaat bagi sebanyak mungkin orang (otomatis diri sendiri akan terkait didalamnya).
PEDOMAN (P)


Pedoman artinya “PEMAHAMAN KITA” tentang makna dan ikhtiar kesuksesan (usaha untuk sukses), maksudnya pemahaman kita tentang bagaimana dapat sukses dengan jalan yang benar.
Jadi pedoman adalah apa pun yang kita fahami dan yakini, dan apa pun yang ada dalam logika pikiran bawah sadar kita.

Nilai Pedoman yang maksimal dapat kita raih melalui pembelajaran hidup, misalnya melalui keluarga, pengalaman-pengalaman kita, lingkungan kita, orang-orang di sekitar kita, Al-Qur’an, as-Sunnah, sirah, juga buku-buku atau referensi yang berkualitas.
Semakin tinggi pemahaman kita, maka kualitas nilai P akan semakin tinggi, tentu saja H juga semakin tinggi.

KEMAMPUAN (K)
Kemampuan berbeda dengan Pedoman.
Jika pedoman bernuansa TEORI dan keilmuan, sedangkan kemampuan bernuansa AKSI dan pengalaman.
Kemampuan bermakna sudah sejauh mana kita memperjuangkan  pedoman yang kita yakini tersebut.  Maksudnya sudah sejauh mana kita melaksanakan, mengamalkan, menerapkan semua teori dan ilmu yang kita fahami dan yakini tsb.
Jadi Kemampuan adalah apa pun yang sudah kita KERJAKAN berdasarkan keyakinan kita (pedoman kita).
Untuk meningkatkan kemampuan kita, maka kita harus selalu beraksi (praktek) dan menambah skill, menambah pengetahuan, pemahaman dan keyakinan kita melalui berbagai pedoman kehidupan yang benar.

TAWAKAL (T)
Tawakal artinya menyerahkan semuanya kepada Allah.
Bertawakal yang baik tidak hanya diekspresikan setelah kita berusaha, tetapi meliputi keseluruhannya baik ketika AKAN, SEDANG, maupun SETELAH berusaha.

Allah berfirman  :
“ . . . . .  apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” : Q.S. Ali 'Imran [3] ayat 159.
 “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. . . .” : Q.S. Ath-Talaq [65] ayat 3.
Jadi, yang namanya tawakal itu sudah dimulai sejak kita membulatkan tekad, yaitu sejak kita menetapkan impian-impian kita. Dan senantiasa bertawakal ketika kita sedang berusaha mengejar impian-impian itu, maupun setelah berusaha.

AKHIRNYA ….
Mohon diperhatikan rumus di atas dengan khidmat.
Ketika sebuah angka dikalikan dengan nol, maka hasilnya akan sama dengan nol. Artinya, walaupun kita memiliki impian yang bernilai tinggi, lalu diiringi oleh pedoman yang sangat hebat dan Islami. Tapi jika aksinya nol besar, maka hasilnya (nilai H) akan sama dengan nol, berarti impian tidak terwujud.
Kemudian, walaupun nilai  I, P, K baik, namun kita tidak “memangkatkannya” dengan nilai tawakal (T) yang tinggi, maka hasilnya tidak signifikan. Misalnya saja T=0, maka sebesar apa pun nilai I, P, K kita, maka hasilnya hanya 1.
Apalagi, jika nilai tawakal kita minus, maka hasilnya tidak akan pernah lebih dari 1, bahkan mendekati nol.
Nilai tawakal seseorang bisa menjadi minus, jika dia sudah menjadi pribadi yang sombong dan syirik. Karena dengan begitu dia telah salah dalam menggantungkan impian, pedoman dan kemampuannya pada sesuatu yang lain. Na’udzu billahi min dzalik.
Namun, jika kita memiliki I, P, K, dan T yang bernilai positif, kita akan mendapatkan hasil positif pula. Semakin besar nilai I, P, K kita ditambah dengan nilai T yang lebih besar, maka hasilnya akan luar biasa.
Perlu diingat bahwa kita akan sangat sulit bertawakal, jika I, P, K kia tidak maksimal. Sehingga , untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, kita harus berusaha keras memaksimalkan IMPIAN, PEDOMAN, dan KEMAMPUAN kita, serta memangkatkannya dengan tawakal kepada Allah. Dengan begitu, yakinlah hasilnya akan luar biasa.

Allah berfirman  :
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. Q.S. Ali 'Imran [3] ayat 160.
Semua tulisan di atas ini, jika kita fahami dengan benar, maka akan meningkatkan pengetahuan kita berarti meningkatkan pedoman (P) kita. Namun perlu diingat, kata-kata bijak berikut ini :
“Sejuta teori akan tumbang oleh satu aksi, maka selaraskanlah antara teori dan aksi”.
Jadi marilah kita ber-“aksi”, yaitu berbuat, berusaha keras untuk melakukannya,  tidak sekadar faham dan berteori.

Semoga bermanfaat.


http://www.facebook.com/notes/forum-motivasi-dan-cerita-inspiratif/mewujudkan-impian-dengan-jurus-motisakti/10150269309945066

Nafsu, Duh Yaa Allah…


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
===========================
Judulnya serem yak, hehe. Lagi pingin ngomongin soal Nafsu, atau Syahwat. Fitrah manusia yang udah gak bisa ditawar-tawar, gak mungkin gak ada dalam diri manusia yang masih normal, insya ALLAH.
Kenapa icha ini tiba-tiba ngomongin soal Nafsu?
Jadi begini ceritanya sodara-sodari, hari ini, tadi pagi-pagi sekali sebuah sms yang cukup panjang masuk ke inbox HP-ku. Dari adik kelas sahabat SMP-ku dulu. Dia bercerita puanjaaaang lebar tentang hubungan dirinya dengan pacarnya tercinta. Aku menangkap perasaan bahagia yang teramat dari rangkaian kata-katanya di sms itu. Walaupun aku harus agak berkerut-kerut muka karna penulisan sms-nya rada aneh. Maklum lah, bahasa anak remaja sekarang . Temanku itu cerita, ternyata dia adalah pacar pertama (dan semoga terakhir) si cowoknya itu. Hmm...
Dulu dia temen deketku. Deket banget. Kita punya hobi yang sama, dulu pas aku masih 'nge-dunia' banget, kita sama-sama suka grup band Guns n Roses dari Amrik sono. Sama-sama suka banget baca komik. Aku bisa gambar karna ngeliat gambar temanku itu yang subhanallah bagus banget, kayak komik profesional! Hoh, mantabs! Dulu kita juga pernah Juara 1 lomba bikin komik bareng-bareng.Bahkan pernah juara balapan karung bareng pas 17-an hehehe..:p

Sejak pertemuan pertama kami di GOR Manahan Solo pas mau outbond ke Jogya, kita pun jadi deket. Banyak banget kesamaan kami. Sama-sama lahir bulan november, cuma beda 5 hari. Sama-sama ada turunan timur tengah..hallahhhhh. Pokoe hobi kita hampir semuanya sama. Bahkan kita punya sifat sama-sama keras kepala, yang bikin kita sering berantem, tapi gak lama kemudian baikkan lagi. Itu dulu. Ketika kami sama-sama belum bisa dewasa.
Temenku itu cantiiiiik banget. Putih, hidungnya mancung. Giginya berbaris rapi kayak gigi kelinci, bagus banget. Makanya dulu, inget banget deh, awal-awal masa SMP banyak yang ngejer dia, mulai dari temen seangkatan, ampe kakak kelas. Aku yang temen deketnya jadi perantara. Hueh, cuapek deh. Tapi dia waktu itu cuek beybeh aja, gak peduli, sampai ada satu orang kakak kelas yang membuatnya jatuh hati...
Mereka pun pacaran. Sempet putus karna mereka tau, mereka gak boleh pacaran, tapi kemudian bersambung lagi. Kalo dihitung-hitung umur hubungan mereka sekarang hampir 4 taun. 4 taun! Bayangkan.. Awetnya.. Padahal pada awalnya aku rada-rada gak peduli juga, ah, cinta monyet anak SMP, nanti juga berakhir seperti kisah remaja kebanyakkan, tapi semua itu tidak terbukti sampai saat ini. Belum.
Curhatan temanku itu tadi siang cukup membuatku kaget. Padahal teman dekatku itu lumayan alim. Ya, lumayan. Dia tau hukum Islam gini.. gini.. gini.. tapi ternyata, dia tak cukup kuat untuk mengamalkannya di dunia nyata. Karna apa? Karena NAFSU...Ya Nafsu !
Siang tadi cukup banyak yang dia ceritakan, dan yang bikin aku kaget, dia berbicara soal nafsu..
Ya, nafsu. Dia dengan pacarnya itu yang dia panggil Aa', panggilan khas orang sunda ke laki-laki yang lebih tua, sudah mulai tak terbendung. Nafsu membuat mereka jadi sering pergi berdua. Nafsu membuat mereka jadi mulai bergandengan tangan. Mulai nempel-nempel...dan mulai-mulai yang lain..
Temanku itu bilang, pingin banget ketemu aku, pingin curhat dan bertanya akan sebuah solusi. Dia bilang bahwa suatu malam sempat dia berdiskusi dengan Aa'nya itu. Merenungi apa yang telah mereka perbuat, ya, sudah mulai bergandengan tangan, dll. Dan mereka menikmati itu semua. Nafsu Ya Allah.. Nafsu...
"Kak, aku tau aku dan Aa' sama-sama saling sayang. Tapi kenapa mesti di ungkapin dengan sikap?"
Kata-katanya di SMS itu mengungkapkan sebuah penyesalan.
"Kita udah sepakat, kalau kita ketemu, kita berusaha untuk nahan diri, gak gandengan tangan ato ciuman, apalagi yg serem2 yang lainnya.." *apa maksudnya atuh serem2 yg lainnya itu...?:p *


"Qt mutusin buat nunggu sampai datangnya waktu yang tepat sampai aku halal buat dia..
Qt sadar, sekarang qt cuma bisa berusaha untuk jadi orang yang lebih baik lagi.."
Entah apa yang harus aku katakan. Hukumnya berpacaran temanku itu dan pacarnya sudah tau. Sangat tahu. Menyuruh mereka putus? Ah, belum kusuruh aja temanku itu sudah berkata,
"Kak, tolong kasih solusi, tapi jangan nyuruh aku putus ama Aa'. Aku gak mau..."
Huff, beraaaaatttt.. beraaaattt banget Ya ALLAH. Aku tahu rasanya jatuh cinta, tapi aku nggak tahu rasanya orang yang sudah berkomitmen dalam bentuk pacaran, aku nggak tahu... makanya aku bingung harus gimana. Apakah pacaran itu sudah sedemikian membutakan? Hati terbelenggu nafsu.. Ya Allah... lagi-lagi nafsu...
"Udah sedemikian yakin kamu ama Aa'mu itu, neng?"
Hanya itu jawabanku.
"Iya kak.. aku udah yakin banget, Insya Allah, kita udah sama-sama cocok..".
Huff, berat. Tambah berat. Temanku itu masih tetap keras kepala. Sudah sifatnya.
"Sabar neng.. tahan nafsu. Yang penting kamu udah tau hukumnya kan? Kakak cuma bisa bilang sabar... nafsu itu fitrah, karna kita manusia, bukan malaikat, tapi apakah harus sampai seperti itu? Kita jangan mau kalah ama syaitan.. jangan.. Kakak bukan mau sok nasehatin.. Kakak cuma ngingetin karna kakak sayang ama kamu neng.."
Udah bingung mau berkata apa lagi aku ini.
"Terus aku musti gimana kak? Aku gak mau putus ama Aa'. Pokoknya jangan nyuruh aku putus".
Huaaaaa. Udah bingung aja jawab SMS-nya. Hhiks.
"Solusinya NIKAH, mau..????" Jawab smsku dengan tegas.
Udah mentok. Got Stuck. Ga tau mau ngasih jawaban apa lagi.
"Mau bangeeeet!! >_<
Aku ama Aa' udah mikir ampe sana coba. Sampai kita pernah bilang, kalo umur segini di Indonesia boleh nikah, qt mending nikah sekarang. Hoho. Malu aku kak.." begitu jawab smsnya.

Aku cuma bisa tersenyum sembari menghembuskan nafas pelan. Permasalahan remaja sekarang. Banyak remaja, jangan remaja deh, beberapa temanku saja, yang terjerat dengan yang namanya virus merah jambu, sering mengeluhkan "Andai di Indonesia umur segini udah boleh nikah..". Kenyataannya saat ini, sepertinya lebih dihalal-kan berpacaran daripada menikah di usia muda. Entahlah..
"Kamu mah udah boleh neng, umur 16, kalo laki-laki 21 kalo gak salah. Lulus SMA aja neng langsung nikah.. daripada numpuk dosa, mending milih mana?"
Agak lama balasannya sampai.
"ahaha.. kagak bakal boleh kak ama ortuku. Aku aja niat nikah umur 21/22. Aa' niat pingin umur 24. Biar kelar S1 dulu. Biar dapet kerja dulu. Huaaa.. pokoknya aku kalo dikasih solusi gak mau solusinya disuruh putus, ya..?"
Begini neh kalau hati sudah dikuasai NAFSU. Penginnya berhenti melakukan aktivitas dosa dalam pacaran, tp gak mau putus. Aya aya wae kan ..??
Lagi-lagi aku tersenyum. Perencanaan masa depan temanku itu terjabar jelas. Huff, aku udah bingung.
"Yawdah aku cuma bisa bilang sabar neng sabar.. Akan indah pada waktunya kelak, insya Allah. Jangan nurutin hawa nafsu. Nurutin Syaitan. Ntar kita ketemu aja deh ya neng, biar lebih enak ngobrolnya. Insya Allah..."
Nyerah. Yang penting udah gugur kewajibanku untuk mengingatkan.
"Iya, makasih Ya kak. Semoga kakak tetep kuat ya. Jangan lakuin apa yang aku dan Aa' lakuin hehehe..".
Aku nyengir baca terakhir smsnya. Semprul..masih bisa ngeledek. Udah gak kubalas lagi SMS-nya. Hanya merenung. Tersenyum. Pertanyaan yang sama yang sering menari di benakku.
"Lagi-lagi. Apakah nafsu sedemikian kuatnya sampai orang yang tau agama sekalipun bukan berarti terbebas dari yang namanya pacaran?".
Wallahu A'lam. Kembali lagi kepada pribadi kita masing-masing.
Semoga ada ibrah yang bisa diambil. Bukan untuk mengumbar aib orang, tidak, insya Allah orang yang bersangkutan ridha kisahnya dijadikan pelajaran, asal tidak menyebutkan namanya.
Nafsu.. Huff.. Manusia...


Dalil Haramnya Pacaran
Allah -Azza wa Jalla- Yang Maha Penyayang kepada hamba-Nya telah menutup segala celah yang bisa membinasakan hamba-Nya, di antaranya adalah zina, dan segala pengantar menuju zina. Allah –Azza wa Jalla- berfirman:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra’ : 32)
Allah telah melarang hamba-Nya untuk mendekati perzinaan, karena zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. Maka segala hal yang bisa mengantarkan kepada bentuk perzinaan telah diharamkan pula oleh Allah. Sedangkan pacaran adalah sebesar-besar perkara yang bisa mengantarkan ke pintu perzinaan !!! Data dan realita telah membuktikan; tak perlu kita sebutkan satu-persatu kisah buruk dan menjijikkan, dua insan yang dimabuk asmara.

Barakallahufik..jabat erat dan salam hangat
Wassalamualaikum…


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/renungan-nafsu-duh-yaa-allah/187482951280360

Muslimah Gak Gitu Dech...???!!!


Bismillahirrahmanirrahim..

Pengen dibilang cantik, wajahnya dipermak habis-habisan dengan lipstik merah menyala, pakai semua kosmetik yang tersedia buat moles mukanya. Cantik sih ?? tapi kecantikannya mau dipamerin buat siapa sih ?? di rumah malah gak pernah dandan. Muslimah gak gitu deh !!??
Pengen dibilang selalu wangi, semprot kanan semprot kiri gak ketinggalan semprot atas tentu semprot belakang hampir abis satu botol. Hmm..harum sih, tapi keharumannya mau buat ngapapin ?? mau buat siapa ?? di rumah malah gak pernah pake wangi-wangian. Muslimah gak gitu deh !!??
Pengennya sih biar tampil gaul, mall jadi tongkrongan utama, semua-semua dibeli, semua-semua dibelanjain. Emang penting yaa ?? penampilannya buat siapa sih ?? Toh kalo di rumah lebih sering pake daster. Muslimah gak gitu deh !!??


Pengennya sih biar gak dibilang tabarruj, jilbab seminggu gak pernah diganti, baju gak pernah disetrika, mungkin juga dicucinya jarang. Muslimah kok jorok. Muslimah gak gitu deh !!??
Pengennya sih biar gak dibilang keganjenan, penampilan sampe lupa dijaga, jilbab seadanya dipake, adanya yang sobek yaa dipake, adanya yang bau dipake. Aduhh..Muslimah gak gitu deh !!??
Serba salah yaa jadi muslimah, terus gimana donk ??
Muslimah itu..
Pengen tampil cantik, dia poles lisannya dengan dzikir, dia basuh mukanya dengan air wudhu, dia percantik hatinya agar sinar kecantikan terpancar indah dari hatinya. Dia sisipkan kosmetik di wajahnya hanya untuk menyenangkan suaminya bukan untuk laki-laki yang bukan mahromnya.
Muslimah itu..
Pengen tampil wangi, maka dia basuh tubuhnya tiap hari , dia lakukan sunnah Rasulullah untuk mencabuti bulu yang menimbulkan efek bau. Tak perlu lah parfum yang segentong untuk membuat harum tubuhnya. Dia sisipkan parfum di seluruh tubuhnya untuk menarik perhatian suaminya, bukan untuk laki-laki yang bukan mahromnya.
Muslimah itu..
Pengen tampil gaul, gaul yang tongkrongannya di Mall namanya bukan gaul tapi pemborosan kalo gak yaa nyapekin badan Cuma bisa ngelaperin mata tapi gak beli apa-apa. Gaul itu kalo duduk di majelis-majelis ilmu, bergaul dengan orang-orang yang paham dengan ilmu terlebih ilmu agama. Ini yang namanya gaul, pulang dapet ilmu.
Muslimah itu..
Gak pengen dibilang tabarruj bukan berarti jadi muslimah yang gak bersih kan. Gak pengen dibilang ganjen bukan berarti harus berpakaian yang terlalu apa adanya. Muslimah itu selalu menjaga kebersihannya, selalu menjaga penampilannya. Karna penampilannya penunjang dakwahnya terhadap masyarakat, tapi berpenampilan lah secara sederhana dan bersih. Jangan terlalu berlebih-lebihan.
Muslimah itu..
Matanya yang bening selalu tertunduk ketika melihat sebuah maksiat, namun tajam ketika hendak membela yang Haq..


Itulah muslimah..itulah dirimu ukhti ^^
Menjadi wanita itu indah, menjadi muslimah itu lebih indah, menjadi mukminah jauh lebih indah, namun menjadi shalehah adalah pilihan. Dan itu adalah pilihanmu ukhti ^^

Wallahua’lam bish Shawwab.


http://www.facebook.com/notes/melati/muslimah-gak-gitu-dech/174774725894244

Sabtu, 29 Januari 2011

Saat Rindu Berbisik


Selepas pulang dari kerja, Nurul cepat-cepat mempersiap diri lalu ke dapur untuk menyediakan makanan sebelum suaminya pulang dari kerja. Ikan bawal masak merah kegemaran suaminya bakal terhidang.


15 minit kemudian pintu dibuka dari luar. Nurul berlari-lari anak menuju ke pintu dan menyambut kepulangan suaminya dengan salaman dan senyuman yang paling manis.
“Abang dah balik? Rindu sayang tak? Hehe...
”Haris tersenyum mesra sambil mencium ubun-ubun Nurul.“Mestilah abang rindu isteri abang...” Jawapan itu cukup untuk membuatkan Nurul berasa sangat bahagia.
Begitulah rutin harian mereka semenjak empat tahun lebih mereka mendirikan rumahtangga. Tanpa rasa jemu, tanpa rasa kekurangan kasih sayang walau sedikit pun. Walaupun mereka masih belum mempunyai cahaya mata, namun mereka tidak pernah berasa perkahwinan mereka kosong. Sudah banyak kali mereka berusaha, tetapi mungkin kerana rezeki masih belum berpihak kepada mereka berdua.
“Ris…aku tengok kau ni dah dekat lima tahun kahwin tapi masih takde anak lagi. Bila kau nk dapat gelaran ayah ni?”…Haris cuma mengerutkan keningnya.
”Aku bukan tak usaha Man, tapi tak ada rezeki kami lagi. Aku dah check kat hospital, doktor kata kami tak ada masalah tetapi rahim Nurul tak kuat untuk mengandung, mungkin sebab tu kami belum dapat anak lagi. InsyaAllah, kalau ada rezeki ada la, aku akan usaha lagi. Semua rezekikan daripada Allah...”,Haris menjawab panjang.
“Tapi Ris, sampai bila? Aku rasa tak ada salahnya kau cuba dengan org lain, bukannya kau tak mmpu kahwin lain. Kau ada pangkat, gaji besar...Lagipun Suri tu, aku tengok macam sesuai sangatlah dengan kau...”, Norman mengusulkan cadangannya.
Cuti sekolah menjelang tiba. Seperti biasa Haris dan Nurul akan pulang ke kampung untuk melawat orang tua Haris. Nurul pula merupakan seorang anak yatim piatu sejak dia kecil lagi. Seperti biasa, buah tangan untuk mentua tidak pernah dilupakan Nurul.
Sampai sahaja di rumah Haris, kedua-dua mertua Nurul menyambut kepulangan mereka seperti kebiasaannya. Tiba-tiba ibu mertuanya bertanyakan soalan yang selama ini memang sering meniti di bibir ibu mertuanya itu. ”Hai Nurul..tak besar-besar lagi perut tu? Bila nak ada isi?”, ibu mertuanya tersenyum sinis menantikan jawapan daripada Nurul. Nurul hanya tersenyum, walaupun hatinya berasa sangat sedih.
“Tak ada rezki lagi mak...”, jawabnya pendek. Nurul terus ke dapur menyiapkan makanan tengah hari kegemaran mentuanya memandangkan hari sudah pun lewat petang.
Di ruang tamu, ibu dan ayah Haris merenung Haris dengan penuh harapan. ”Ris, mak bukan nak paksa kamu, tapi mak dan ayah dah tua nak, kamulah satu-satunya anak kami. Kalau boleh mak dan ayah ingin menimang cucu sebelum kami menutup mata...”, ibu Haris memulakan bicara apabila kelibat Nurul mula menghilang ke dapur.

Haris mengeluh panjang. ”Kami dah cuba mak, tapi tak ada rezeki lagi...”, jawab Haris. “Mak tahu Ris…Nurul memang menantu yang baik, lemah lembut, sopan santun, rajin, dan mak tahu kamu sayangkan dia. Tapi mak harap sangat dapat tengok zuriat kamu sebelum mak dan ayah menutup mata. Kamu cubalah nasib dengan orang lain pula, mungkin dapat siapa tahu…”, ibunya memberikan cadangan. “Tengoklah macam mana mak…”, Haris menjawab dengan acuh tidak acuh.
Semenjak pulang dari kampung, fikiran Haris bercelaru. Banyak perkara yang bermain dalam fikirannya yang menyebabkan perasaan serba salah menguasai diri. Kata-kata sahabatnya dan ibunya mula terngiang-ngiang di telinga.
Nurul mula melihat perubahan pada diri suaminya. Haris mula menjauhkan diri daripadanya. Tiada lagi gurau senda mahupun kata-kata romantis yang meniti di bibir haris setiap hari seperti hari-hari sebelum ini. Haris juga sudah mula pulang lewat malam dan jarang bercakap dengannya. Nurul kian merindui suaminya yang dahulu.
Perasaan sedihnya disimpan jauh di sudut hati. Tanggungjawab sebagai seorang isteri tetap dilaksanakan seperti biasa. Nurul tidak jemu menyedikan makanan buat suaminya walaupun terkadang makanan itu langsung tidak dijamah oleh Haris. Hatinya kecilnya sering berbisik,  “Abang...Nurul betul-betul rindukan abang...”, sambil matanya bergenang air mata kesayuan.
Di pejabat pula, Haris kini semakin rapat dengan Suri. Mereka mula keluar makan bersama dan kelihatan sentiasa berdua. Haris mula berniat didalam hatinya untuk memperisterikan Suri.
Suatu hari, ketika sedang mengemas ruang tamu, Nurul berasa pening dan hampir pitam. Badannya berasa sakit-sakit dan seperti hendak demam, Dia menunggu haris pulang untuk menghantarnya ke klinik setelah menelefon Haris untuk memberitahu tentang keadaannya.
Ketika Haris pulang, Nurul terus menyatakan hasratnya untuk ke klinik tetapi jawapan yang diterimanya cukup hambar. Haris menyuruhnya ke klinik sendiri atas alasan dia perlu menghadiri mesyuarat penting dengan majikannya. Namun sebaliknya, Haris sebenarnya sudah berjanji dengan Suri untuk keluar makan tengah hari bersama pada hari itu.
Dengan penuh kesedihan Nurul ke klinik dengan menaiki teksi kerana tidak tahan akan kesakitan yang dirasainya,  kepalanya berdenyut-denyut.
 Selesai pemeriksaan doktor,  Nurul berasa seperti tidak percaya apabila doktor mengesahkan bahawa dia telah mengandung dua bulan. Lantas dia  memanjatkan rasa kesyukuran yang tidak terhingga. Dia berasa tidak sabar untuk memberitahu Haris tentang berita gembira tersebut.
Nurul menunggu kepulangan Haris dengan penuh sabar, hatinya melonjak kegembiraan. Wajahnya menguntumkan seulas senyuman yang amat manis. Namun ternyata Haris tidak pulang ke rumah pada hari itu. Dia menanti penuh hampa.
Pagi besoknya, Nurul terdengar kereta Haris masuk ke perkarangan rumah. Dengan cepat dia bangun dari pembaringan dan keluar ke ruang tamu.
”Abang, abang ke mana? Kenapa tak balik malam tadi?  Nurul rasa risau sangat...”, tanya Nurul sambil memegang erat jari-jemari suaminya itu.
”Tidur rumah Norman...”, jawab haris ringkas.
“Abang, sayang nak tanya sikit boleh?”. Haris mengangguk perlahan.
“Kenapa abang dah lain sekarang? Abang dah tak pedulikan sayang lagi…”, ada tangisan dalam kata-katanya tika itu.
Haris yang ketika itu masih dalam keadaan mengantuk mula berasa marah apabila mendengar pertanyaan Nurul.
“Kau nak tahu kenapa? Sebab kau tak dapat bagi aku anak, aku perlukan zuriat, aku nak jadi seorang ayah. Orang tua aku hendakkan cucu. Untuk pengetahuan kau, aku akan berkahwin lagi untuk dapatkan anak! Faham?”, Haris menjawab lantang dan kemudian bergegas ke bilik untuk mendapatkan beg pakaiannya dan mengambil beberapa helai baju untuk keluar dari rumah.
Bagaikan halilintar membelah bumi, Nurul terkedu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Haris. Ternyata berita gembira yang ingin disampaikan disambut dengan berita duka daripada suaminya sendiri. Haris bergegas keluar tanpa sempat mendengar kata-kata dari Nurul. Nurul yang terpana dengan kejadian tersebut berasa amat terkejut, dia jatuh terjelepok dan tidak sedarkan diri.
Di hospital, Nurul mula sedarkan diri selepas pengsan selama tiga jam. Haris yang berada disisinya dengan erat memegang tangannya.
“Sayang, maafkan abang…Abang tak tahu sayang mengandung.” Haris dengan penuh kesal mengucup tangan Nurul. Dia tahu sikapnya kebelakangan ini benar-benar mengguris perasaan Nurul. Haris benar-benar menyesal.
Nurul bernasib baik kerana jiran mereka yang ingin menziarahinya ketika itu terlihat dia pengsan di ruang tamu. Jika tidak, Haris tentu menyesal sampai bila-bila sekiranya apa-apa berlaku pada Nurul dan anak dalam kandungannya. Hati kecil Haris mengutuk dirinya sendiri kerana cuba menduakan Nurul. Betapa besar pengorbanan Nurul selama ini yang setia menjadi isterinya. Haris insaf.
Doktor menasihatkan mereka agar menjaga kandungan Nurul dengan lebih berhati-hati memandangkan rahimnya tidak cukup kuat dan anak yang dikandung Nurul adalah anak sulung. Haris membawa Nurul ke hospital sebanyak dua minggu sekali untuk pemeriksaan tekanan darah dan kandungannya.


Sembilan bulan ditempuhi Nurul dengan penuh kesabaran. Dalam diam, Nurul menyimpan rahsia yang amat besar tanpa pgetahuan Haris. Pada awal kandungannya, doktor  sebenarnya tidak menggalakkan Nurul untuk melahirkan anak itu lantaran risiko yang amat tinggi bakal dihadapi. Namun Nurul tetap  berkeras dan nekad melahirkan zuriat suaminya dan meminta doktor  untuk merahsiakan dari Haris semata-mata untuk membahagiakan suaminya.
Di saat nurul berjuang untuk melahirkan anaknya, Haris menerima sepucuk surat yang ditulis oleh nurul sepanjang mengandungkan zuriatnya.
Abang…pada saat kita bahagia bersama, sayang adalah insan yang paling bertuah di dunia ini kerana dapat menjadi isteri abang. Namun, sejak abang mula menjau, sayang terlalu ingin menyatakan sesuatu yang sudah lama sayang pendamkan selama ini. Abang...sayang benar-benar rindukan abang. Sayang rindukan abang yang amat sangat. Andai sayang terkorban, abang jagalah anak kita dengan penuh kasih sayang seperti mana abang menjaga sayang selama ini. Abang, ampunkan segala dosa sayang dan halalkan makan minum sayang...Yang merinduimu, Nurul.
Air mata Haris bercucuran membasahi pipi saat dia membaca warkah tersebut dan ketika doktor datang memberitahunya bahawa Nurul sanggup berkorban untuk melahirkan anak itu walaupun dia tahu risikonya amat tinggi.
“Encik Haris, sebenarnya Puan Nurul sudah diberi pilihan sama ada ingin melahirkan anak ini atau tidak kerana mungkin salah satu nyawa akan terkorban. Tetapi Puan Nurul menyuruh kami agar mnyelamatkan anaknya berbanding drinya kerana katanya Encik Haris sangat-sangat inginkan anak ini.”
Haris terkedu mendengar penjelasan daripada doktor sebentar tadi, lidahnya kelu. Hatinya menangis.
“Ya Allah, selamatkan isteriku..aku tidak mahu kehilangannya ya Allah…Selamatkan jua zuriat kami ya Allah, Sesungguhnya Engkau sebaik-baik Pemberi...amin.”
Hampir enam jam Nurul berada di bilik pembedahan, akhirnya doktor keluar seraya mengucapkan kesyukuran dan tahniah kepada Haris.
”Tahniah Encik Haris, anak encik selamat, anak lelaki.”
“Alhamdulillah...”, Haris mengucap syukur.
“Isteri saya macam mana doktor?”
“Ermm..Ya, isteri encik juga selamat, syukur kepada Allah.”


Haris tunduk, ada butir-butir suci menitis keluar dari kelopak matanya, lafaz kesyukuran di ucapkan tanpa henti dalam hatinya, Dia terus berlari kearah isterinya.
Nurul yang masih lemah memandang Haris.
“Sayang...andai diberi pilihan, abang akan memilih untuk selamatkan sayang. Anak kita boleh usahakan lagi, tapi isteri seperti sayang, abang tak akan dapat cari pengganti sampai bila-bila, sayang terlalu istimewa. Terima kasih sayang...Abang cintakan sayang…”Haris mengucup ubun-ubun isterinya sambil memegang erat tangan Nurul.
“Sayang juga cintakan abang. Terima kasih abang…”, Nurul menjawab kemudian terlena kerana berasa terlalu penat.
Hargailah Pengorbanan Seorang Isteri....


http://www.iluvislam.com/karya/cerpen/1484-saat-rindu-berbisik.html

Bukan Hatinya Tidak Pernah Sedih


Hati manusia, walau sekeras mana pun pasti akan lembut. Tapi semua itu atas kehendak yang Berkuasa...
Dia tidak pernah menangis apabila dikutuk dan dikritik di hadapan khalayak. Baginya, menangis itu menunjukkan kelemahan. Walaupun hatinya terdetik, "Ya Allah, apakah dosaku sampai aku diperlakukan sebegini."
Dia tidak pernah mengadu kepada sesiapa kecuali seorang teman yang dia amat percaya. Baginya, biarlah semua itu dipendam sendirian. Biarlah semua orang tidak tahu penderitaan dan sengsara yang ditanggung. Atas sebab apa? Manusia hanya pandai menilai melalui paras rupa, tingkah laku, cara percakapan tapi jauh di sebalik hati tiada siapa yang tahu.
Entah mengapa semakin hari dirinya merasakan kehilangan sesuatu. Bukannya kekasih ataupun sesiapa yang disayangi. Tapi kegembiraan yang selama ini dinikmati semakin jauh dibawa arus. Semua orang yang mengenali tahu dia seorang yang sabar, kuat dan jarang menunjukkan kemarahan dan kelemahan di hadapan sesiapa. Tapi hati manusia bergelar wanita tiada siapa tahu atau cuba selongkari. Dia terkenal di sekolah antara pelajar yang agak nakal, bukan daripada segi disiplin tapi nakal dari segi tingkah laku, suka kacau orang, suka gegarkan kelas, suka buat orang ketawa malah suka buat orang sakit hati. Tapi itu cuma sementara, untuk menutup kelemahan yang ada. Baginya teman di sekolah dan di sisi tidak sama. Di sekolah tempat dia bergembira tanpa kenal perasaan sedih tapi bila tiba waktu pulang perasaan sebak menanti di hati. Kenapa?
Kerana dia bukannya tidak pernah sedih...
Hampir setiap hari dirasakan masa sungguh pantas berlari. Sehinggakan setiap malam merintih pada-Nya memohon kemaafan dan keampunan atas dosa yang dilakukan. Baginya diri belum cukup sempurna selagi ada mata-mata yang memandangnya jelek. Atas gaya jalan seperti lelaki sehingga ada guru di sekolah berkata, "Brutal dia ni." Tapi apakan daya, cara jalan dia memang sebegitu. Bukannya dia tidak pernah cuba untuk memperbaiki.
Biarlah orang berkata apa yang mereka suka, sebab mereka ada hak untuk berkata-kata. Tetapi prinsip hidupnya tidak pernah lari. Dia tidak pernah kenal apa itu cinta manusia, [B]dia hanya mencari cinta Ilahi. Itulah yang perlu dicari untuk perjalanan akhirat nanti. Janji Allah itu pasti. Tapi dia juga masih ingin mengenal kasih sayang.  Dia seorang wanita yang amat memerlukan kasih sayang. Dalam hidupnya penuh duka walaupun di mata temannya dia seorang yang ceria.
Pernah suatu ketika, hatinya hancur dek kehilangan insan yang amat disayangi. Insan bernama ayah yang amat penyayang lagi bertanggungjawab. Walaupun waktu kecil dahulu dia sering dirotan, dicili akibat kenakalan.

Tahun ini genap tiga tahun pemergian insan tersebut. Terlalu pantas masa berlalu. Masih berkesempatan dia menjenguk ke daerah pusara ayahandanya. Tahun ini juga sudah empat kali dia tidak dapat mencium tangan dan dahi, mendakap penuh mesra ayahnya. Masih dirindui gelak dan suaranya walaupun ketika itu ayahnya sedang sakit.
Banyak lagi kehilangan yang berlaku dalam hidupnya. Rakan-rakan seperjuangan yang sama-sama menuntut ilmu, sahabat yang turut sama mengikuti program, adik-adik yang mengikuti perkembangan dirinya. Namun, dia sering kecewa dan hampa apabila tangan yang dihulur, ludah yang diterima. Nilai persahabatan yang dihulurkan, keegoaan, kesombongan dan kerendahan yang diterimanya.
Sehinggakan sampai satu masa, dia merajuk lalu pergi meninggalkan semua. Atas alasan apa? "Biarlah aku sendirian, kerna mereka lebih suka aku pergi."
Kini, dia cuba bangkit kembali untuk menebus kekhilafan diri. Namun, sekali lagi dia jatuh terduduk sehingga memaksa untuk memaut pada sesuatu. Apakan daya, kudratnya hanya tinggal sisa. Sisa yang tinggal sementara untuk meniti alam sana. Atas sebab apa dia sedemikian rupa?
Rupanya kasih yang ingin dicurahkan, ukhuwah yang ingin disemaikan disalah tafsir. Malahan dakwah yang diketengahkan, nasihat yang diberikan dibalas dengan kesombongan dan keegoaan seorang manusia. Sekali lagi kekecewaan dan hiba menusuk hati.
"Andai sekali ini nasihatku tak diperlukan lagi, aku reda ya Allah. Sungguh aku tahu aku belum cukup sempurna. Maka, aku reda."
Berkenaan dengan gaya jalan seperti lelaki, ada sesetengah perkara yang kita perlu memaksa diri sendiri untuk berubah. Fitrah perempuan itu lemah-lembut. Siapa yang memilih untuk menjadi kasar? Diri sendiri. Maka, paksalah untuk memperbetulkan diri.


http://www.iluvislam.com/karya/cerpen/1485-bukan-hatinya-tidak-pernah-sedih.html

Air Mata Keinsafan


Seusai Solat Maghrib berjemaah, Iman terus mencapai Al-Quran dan Terjemahan hadiah dari seorang temannya. Lafaz kesyukuran diungkap perlahan kerana masih ada insan-insan yang sudi berhimpun untuk mengabdikan diri padaNya. Sue, Rina, dan Yasmin antara insan yang setia berhalaqah di tengah-tengah ruang[I] 'bilik study'[/I] itu sambil menunggu kedatangannya untuk memulakan sessi tazkirah.

" Hari ni akak bacakan tafsir surah Al-Syarh ye. "
" Ha...cuba Sue perhatikan ayat 5 dan 6. Kenapa Allah SWT ulang ayat sesungguhnya setiap kesusahan ada kesenangan sebanyak dua kali? "
"  Hurm..kenapa ye akak? Sue tak pasti la. "
" Cuba gabungkan dua ayat tadi. Sebenarnya di sebalik ayat itu, nak jelaskan kat kita bahawa setiap kesusahan ada kesenangan dan setiap kesenangan pasti diuji dengan kesusahan. "
" Owh..faham..faham. Maknanya kita tak boleh mengeluh la bila ditimpa kesusahan.. Iye Kak Iman? "
" Ha'ah Min, dan kita juga tak boleh terlalu gembira dengan kesenangan sebab di celah-celah kesenangan, ada kesusahan yang menanti . "
Iman meneruskan penerangan tentang ayat-ayat di dalam surah itu.
***
Selepas sessi tazkirah.
" Kak Iman, malam ni betul ke Madam Suzila nak buat sport check? "
" Ha'ah..insya Allah. Akak dengar-dengar macam tu la. "
" Nasib baik kita tergolong dalam golongan sami'na wa ato'na kan kak? Tak payah susah-susah. "
" Betul tu Sue, tak payah susah payah kita nak sembunyikan barang terlarang. "
Tergelak kecil Iman mendengar istilah yang selalu mereka gunakan untuk golongan yang selalu mengikut peraturan itu
Sami'na wa ato'na atau dalam Bahasa Melayu bermaksud kami mendengar dan kami mengikut.
" Malam ni tentu ramai la Sister yang macam cacing kepanasan kan. "
" Ada-ada je Rina ni kan. Biar lah diorang dengan cara diorang. Semua dah besar, boleh fikir mana yang baik, mana yang buruk. Eh, dah azan Isya' tu. Jom solat! "
***


Di dalam bilik.
" Aish..pelik semacam je si Fiqa ni. Tak pernah aku tengok dia macam ni. "
Iman bermonolog sendiri tatkala melihat Afiqa, ahli biliknya yang tekun mengaji sewaktu dia masuk ke dalam bilik untuk menyimpan telekung sembahyang.
" Hurm..Husnuzon. Mungkin dia dah dapat hidayah Allah SWT. Alhamdulillah. Patutnya aku bersyukur, bukannya fikir bukan-bukan." Iman menyalahkan dirinya.
" Woi Fiqa.. lama mana lagi ko nak berlakon tu..? Aku tengok dari tadi kau asyik pegang je Al-Quran tu. Bukannya nak baca pun! " Zira di atas katil menegur.
" Eh, kau diam sikit boleh tak. Kalau Kak Iman dengar, habislah aku. Aku tengah sabar la ni. Madam belum datang lagi. Macam mana aku nak berhenti berlakon ? "
" Hahaha..padan muka ko. Tu la, ambil lagi risiko. "
***
5 minit selepas itu.
" Assalamualaikum. Boleh Madam masuk?
" Waalaikumussalam. Eh, Madam..masuk la. "
Lantas Iman, Rina, Yasmin, Sue dan Zira mendapatkan Madam untuk menyalami beliau sebagai tanda hormat.
" Bagus ye bilik ni, bersih je. Boleh Madam nak buat checking? "
" Boleh madam, silakan. "
Rina selaku Mushrifah bertindak mengiringi Madam suzila.
" Awak nama apa? Boleh tanggalkan telekung tak? "
" Er..er...er...kejap ye Madam. "
Muka Fiqa mula berubah. Dia tidak menyangka taktiknya tidak berjaya.
" Sis Afiqa..sini kejap. Boleh Madam bincang dengan kamu? "


Yasmin dan Sue tersengih-sengih melihat Fiqa kantoi di tangan Madam.
" Masya Allah. Patutla aku tengok dia khusyuk sangat baca Al-Quran sambil pakai telekung sembahyang. Nak sembunyikan rambut karat dia dari Madam rupanya. " Iman mengeleng kepala.
Hatinya sedih sekali. Dia rasa terpukul dengan pebuatan Afiqa tadi. Seolah-olah menghina kemuliaan Al-Quran dan solat. Sebelum ini, sudah beberapa kali dia cuba menasihati Afiqa atas perbuatannya itu tetapi nasihatnya itu ibarat mencurahkan air ke daun keladi. Hati Afiqa mungkin masih keras untuk menerima nasihat orang ataupun egonya diletakkan ditahap yang paling tinggi.
Iman merasakan dia masih kekurangan cara untuk menjadi seorang Da'ie. Tetapi melihatkan perbuatan Afiqa tadi hatinya tercalar. Bukan kerana kepentingan diri sendiri tapi dia terguris dengan perbuatan Fiqa yang menggunakan kesuciaan Al-Quran dan memakai telekung untuk menutup kesalahannya itu daripada pandangan mata seorang manusia biasa.
Dari jauh, dilihat Fiqa sedang menangis. Mereka tidak mahu mendengar butir bicara antara Fiqa dan Madam Suzila. Kemudian Madam keluar daripada bilik mereka. Iman menggunakan saat itu untuk membimbing teman sebiliknya itu.
" Fiqa, boleh akak duduk sini? " Iman cuba menyapa lembut.
Fiqa hanya mampu mengangguk sambil menyapu kesan air mata yang membasahi pipinya itu.
" Boleh akak tau kenapa Fiqa warnakan rambut? Sebenarnyakan, sejujurnya akak cakap, akak nampak Fiqa lagi cantik dalam keadaan natural. "
" Fiqa terpengaruh kak. Kawan-kawan Fiqa kat luar semua macam ni. Keluarga Fiqa sendiri pun macam ni jugak. Macam mana Fiqa nak jadi baik. "
Afiqa menjawab perlahan tetapi Iman dapat merasakan nada penyesalan yang lahir dari sekeping hati yang suci milik Nurul Afiqa itu.
" Ok..akak faham keadaan Fiqa. Sebenarnyakan Fiqa, Fiqa kena bersyukur datang sini tau. Kalau Fiqa tak ditegur hari ni mungkin Fiqa masih lagi khayal dengan dunia luar yang penuh pancaroba tu. "
" Terima kasih kak. Tak tahu kenapa  sekarang Fiqa rasa tenang sangat. Fiqa tau, Fiqa dah buat salah dan memang Fiqa menyesal sangat-sangat dengan perbuatan-perbuatan Fiqa dulu. Minta maaf ye Kak Iman sebab Fiqa tak pernah dengar teguran akak dan Kak Rina selama ni. "


" Takpe. Setiap yang Allah SWT tetapkan ke atas kita pasti ada hikmah. Yang penting, setiap penyesalan kita mesti diikuti dengan perbuatan kita yang baik, berazam dan berubah. Itu yang paling utama. "
" Insya Allah Kak Iman. Akak, tolong Fiqa ye. " Afiqa mula melakarkan senyuman.
" Boleh..boleh.. Insyaallah. Akak akan tolong sedaya mampu. Lagi satu, Fiqa kena ingat. Selagi kita tak lupakan Allah SWT insyaallah, Dia takkan lupakan kita. Semakin kita ditimpa ujian yang kadang-kadang membuatkan kita terduduk kaku,hati merintih hiba, itu tandanya kasih sayang Dia semakin kuat untuk kita. Lagipun Allah SWT  telah berfirman bahawa Dia tidak akan membebani hambaNya melainkan apa yang termampu dipikul oleh hambaNya itu. "
" Terima kasih sangat-sangat Kak Iman sebab masih tolong Fiqa walaupun Fiqa dah buat macam-macam dalam bilik ni. "
Lantas dipeluknya Iman dengan erat. Setulus ikatan seorang muslim terhadap saudaranya.
***
5.45 am. Iman masih lagi berteleku disamping Al-Quran kesayanganya itu. Dia menunggu kedatangan ahli biliknya yang lain untuk mengimarahkan lagi suasana bilik mereka.
Derap langkah di belakangnya itu semakin hampir. Yasmin barangkali. Fikir Iman di dalam hatinya.
Dia duduk menyebelahi Iman selepas sejadah dihampar halus.
" Akak, nak solat sekali boleh? " Sapa Fiqa.
Terkejut Iman melihat kehadiran Fiqa disisinya.
" Eh..apa pulak tak bolehnya. Kita tunggu yang lain-lain sekejap ye. "
Afiqa mengangguk sambil tersenyum. Hati Iman berbunga ceria.
" Ya Allah, mudahnya Kau bukakan hatinya. Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang terhadap hamba-hambaMu ini. Tetapkan hati-hati kami di atas jalan yang lurus ini. Janganlah Kau pesongkan hati-hati suci ini sesudah hidayahMu mengunjungi. Amin. "
Hati kecil Iman tersenyum lagi.


http://www.iluvislam.com/karya/cerpen/1489-air-mata-keinsafan.html

Hadiah Dari Ayah


“Kenapa ayah terlihat muram?” tanya seorang anak kepada ayahnya yang selalu muram belakangan ini.
“Ayah bingung nak, hari ini kamu ulang tahun dan ayah belum bisa berikan kamu hadiah menarik apalagi berharga untuk kamu, karena kondisi kita yang masih kekurangan,” sahut ayahnya menjelaskan penyebab muram yang dirasakannya.
“Ayah jangan bersedih, tanpa ayah sadari ayah telah berikan hadiah terbaik untuk bekal hidupku. Dengan iman dan tawakkal yang melekat dalam hati ayah, ayah berhasil mendidikku dengan kesabaran. Lalu ayah telah tunjukkan padaku arti keikhlasan, ayah telah bimbing aku dengan kesederhanaan, ayah telah tuntun aku arti tanggung jawab, dan ayah telah ajarkanku arti ketegaran. Bukankah itu adalah hadiah terbaik yang telah ayah berikan dalam hidupku melebihi hadiah berupa materi apapun?” terang anaknya penuh kedewasaan.
Hilanglah seketika muram di wajah ayahnya berganti senyum yang menyungging manis dari keriput raut wajah tuanya, bahwa tak sia-sia ia mendidik anaknya selama ini dengan sabar dan ikhlas walau dalam kondisi yang serba kekurangan, lalu mendekap anaknya sambil berkata,
“Terima kasih Nak, kamu memang anak ayah. Selamat ulang tahun ya Nak, walau bukan materi, semoga hadiah dari ayah mampu menjadi bekal untuk hidupmu kelak.”
“Ya ayah, terima kasih ya Yah... Aku sayang ayah,” sahut anaknya lirih dalam dekap ayahnya penuh haru.


http://www.facebook.com/notes/hembusan-nafas-kehidupan/hadiah-dari-ayah/180559678644445