Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 09 November 2010

Buku Harian Ayah


Cerita yang aku dapat dari milis seorang teman membuatku tergugah, Pertengkaran, perselisihan dan salah paham pasti akan mewarnai sebuah pernikahan. Seperti cerita dalam tulisan ini, aku juga sangat mengagumi pernikahan ayah dan ibuku. Pernikahan yang akhirnya dipisahkan oleh maut.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar.
Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit.
Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil dalam rumah tangga. Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya. Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku? buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun.
Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku-buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas. Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca Dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu.


Semuanya merupaka catatan hal ? hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya."
"Anak - anak terlalu berisik, untung ada dia."
Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak? anak dan terhadap keluarga ini. Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata. Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu."
Ayah menggelengkan kepalanyadan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga bisa."
Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidak mungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan"
Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu."
Dengan terpesona saya mendengarkannya. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah ibuku pernah melihat catatan-catatan ini?"
Ayah hanya tertawa dan berkata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala dimalam hari,menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. ha. ha. ha."
Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan ::::
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
"Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari orang lain..
Lupakan segala kesalahan dari pihak lain."



http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/buku-harian-ayah/493436741041

Perempuan Juga Susah Dimengerti


♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Jika dikatakan cantik dikira menggoda ,jika dibilang jelek di sangka menghina..
Bila dibilang lemah dia protes,bila dibilang perkasa dia nangis .
Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng, nolaksambil ngomel masa disamakan dengan cowok)Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberutsambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan)
Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya ,tapi kenapa ya ..... lebih bangga jadi wanita karir,padahal ibunya adalah ibu rumah tangga
Bila kesalahannya diingatkankan, mukanya merah..bila di ajari mukanya merah,bila di sanjung mukanya merahjika marah mukanya merah,kok sama semua ? bingung !!
Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam;ditanya tidak atau ya, jawabnya diam;ditanya ya atau ya, jawabnya :diam,ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam,ketika didiamkan malah marah(repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).
Di bilang ceriwis marah,dibilang berisik ngambek,dibilang banyak mulut tersinggung,
tapi kalau dibilang S u p e L wadow seneng banget...
padahal sama saja maksudnya.
Dibilang gemuk engga senangpadahal maksud kita sehat gitu lho
dibilang kurus malah senangpadahal maksud kita "kenapa elho jadi begini !!!"
Itulah WANITA makin kita bingung makin senang dia

ini email dari para lelaki yang susah menghadapi wanita. Padahal, nggak ngerasa seribet itu kok. Woman is a simple person. Ngambek dikit, cemberut dikit, nangis dikit, malu dikit..yahhh wajarlah. 



http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/perempuan-juga-susah-dimengerti/493422801041

Laki-Laki memang Susah dipahami


♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Jika kamu memperlakukannya dengan baik, dia pikir kamu jatuh cinta padanya.
Jika tidak, kamu akan dibilang sombong.

Jika kamu berpakaian bagus, dia pikir kamu sedang mencoba untuk menggodanya.
Jika tidak, dia bilang kamu kampungan.

Jika kamu berdebat dengannya, dia bilang kamu keras kepala.
Jika kamu tetap diam, dia bilang kamu nggak punya otak.

Jika kamu lebih pintar dari pada dia, dia akan kehilangan muka.
Jika dia yang lebih pintar, dia bilang dia paling hebat.

Jika kamu tidak cinta padanya, dia akan mencoba mendapatkanmu.
Jika kamu mencintainya, dia akan mencoba untuk meninggalkanmu.


Jika kamu beritahu dia masalah mu, dia bilang kamu menyusahkan.
Jika tidak, dia bilang kamu tidak mempercayai mereka.

Jika kamu cerewet pada dia, kamu dibilang seperti seorang pengasuh baginya.
Tapi jika dia yang cerewet ke kamu, itu karena dia perhatian.

Jika kamu langgar janji kamu, kamu tidak bisa dipercaya.
Jika dia yang ingkari janjinya, dia melakukannya karena terpaksa.

Jika kamu merokok, kamu adalah cewek liar !?
Tapi kalo dia yang merokok, dia adalah seorang gentleman, wuiihh..!

Jika kamu menyakitinya, kamu dibilang perempuan kejam..
Tapi jika dia yang menyakitimu, itu karena kamu terlalu sensitif dan terlalu sulit untuk dibuat bahagia !!!!!

Jika kamu mengirimkan ini pada cowok-cowok, mereka pasti bersumpah kalauini tidak benar.
Tapi jika kamu tidak mengirimkan ini pada mereka, mereka akan bilang kamu egois.

memang tidak pernah jadi laki-laki, tapi laki-laki yang aq kenal memang egois (peace..buat para lelaki)
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/laki-laki-memang-susah-dipahami/493423706041

Surat Seekor Ayam kepada Manusia


By: Pradnyamita
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Kepada : Saudaraku yang terkasih, Manusia

Salam kasih saudaraku, Maafkan aku kalau tulisanku ini mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin apakah benar menulis surat ini atau tidak. Tapi, kupikir, jika surat ini tidak pernah ada, mungkin tidak akan lagi ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini, ha.. ha.. kamu menyebutnya cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku memberanikan diri. Masih teringat, tiap pagi kamu selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi. Sering kali kamu tidak sarapan, langsung saja berangkat.


 Lihat saja, badan kamu jadi kurus begitu. Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu untukmu. Tiap pagi aku akan bangun pagi-pagi, aku akan teriak terus sampai kamu bangun. Sering kali, tenggorokanku sakit, suaraku hilang, tapi aku tetap berusaha teriak sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang sendiri, maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.
Kata dokter, telurku banyak mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu. Akhir-akhir ini, aku merasa aneh, daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian pahaku. Aku mulai bertanya kapan aku terakhir fitness¦ Tapi rupanya itu bukan hasil fitnessku selama ini, kamu telah melakukan sesuatu padaku. Seingatku sering kali aku tertusuk jarum yang tajam dan setelah itu, terasa ada carian yang masuk ke tubuhku. Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu ingin aku jadi atlit binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku. Ketika aku diangkut ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan pergi ikut turnamen binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang piala buatmu sampai aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat teman-temanku sudah terkapar, darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tidak beryawa. Teriakanku tertahan, Ini bukan gedung turnamen, ini adalah rumah jagal.
Akhirnya aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak bisa, aku tak berdaya. Satu-persatu temanku dimasukkan ke dalam sebuah alat yang besar, teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu? Waktuku sudah hampir habis, sebentar lagi akan tiba giliranku. Sudah tidak ada gunanya lagi aku berbicara terlalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hmm, mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!
Tapi ada satu hal yang aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihmu, saudaraku. Aku doakan semoga kamu bisa hidup bahagia denga kasih. Semoga pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku masih terus menantikan hari dimana kita bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkinkah hari itu akan tiba? Selamat tinggal saudaraku. (referensi)
Yang mengasihimu, Ayam



♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/surat-seekor-ayam-kepada-manusia/493417671041

Good to think about


Lucu ya,
 uang Rp 20.000,-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal mesjid,
 tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket

 Lucu ya,
 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir,
 tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepakbola

Lucu ya,
 betapa lamanya 2 jam berada di Masjid,
 tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop

Lucu ya,
 susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat
 tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman

Lucu ya,
betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan bola favorit kita,
tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.


Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller 100 halamanpun habis dilalap
Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser tapi berebut cari shaf paling belakang bila Jum`atan agar bisa cepat keluar

Lucu ya,
kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa disiapkan di agenda kita,
tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah,
tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip

Lucu ya,
kita begitu percaya pada yang dikatakan koran,
tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Qur'an

Lucu ya,
semua orang inginnya masuk surga tanpa harus beriman,
berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa

Lucu ya,
kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email,


tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali

Seseorang dapat dikatakan dia telah berfikir secara dewasa apabila dia dapat mentertawakan dirinya sendiri. Sudah dewasakah kita ?

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."

(QS. 33:47)

Oleh : D.Dan
http://www.facebook.com/notes/melati/good-to-think-about/160580190647031

****Missed Calls****


Sekali lagi hp-ku berbunyi. Itu pasti dari suamiku. Pada awalnya aku merasa kesal. Karena dia selalu mematikannya sebelum sempat aku menjawab. Tahu nggak sih dia kalo aku kangen.
Setiap aku lagi sibuk dengan si kecil atau lagi masak di dapur, pasti dia menelpon dan... mematikannya lagi. Selalu begitu. Padahal kan aku capek lari-lari ngambil hp yang kutinggal di kamar, lagi dicharge.
Pesannya sebelum berangkat aku nggak boleh nelpon dia, ”nanti roaming, mahal”. Iya sih, aku nggak mungkin sebentar kalo ngomong sama dia, apalagi kalo lagi kangen. Aku bilang pake telpon rumah aja, katanya, ”inlok murah kan jam 8 ke atas." Loh emangnya ngga tau apa dia kalo paling-paling jam segitu aku paling lagi capek. "Apa kamu tega bangunin aku yang lagi istirahat?” Dia jawab, "Ya enggak lah, apalagi aku nggak ada – biasanya kan aku yang mijetin."
Mau sms? Tapi katanya, ”Aku bakalan sibuk, sayang... takut nggak sempat baca dan bales”.
Emang! Dia paling males bales sms. Kemarin aja karena aku kangen banget iseng-iseng aku sms dia, "aku kangen nih honey". Dan dia cuma nulis, "sama". Udah?! Cuma empat huruf itu?! Nggak ada titik nggak ada koma?! Aku bales aja lagi, ”rugi tau bayar 300 rupiah cuma buat ngirim 4 huruf doang!!” Eee dia bales, ”ooooooooooyyyyyyyyyyaaaaaaaaaa?????”.
Huh, benci deh... tapi rindu...
Hari ini aku mogok ah. Nggak akan aku hampiri hp-ku walaupun berbunyi, kalau perlu aku bikin silent. Nggak akan aku cek siapa yang nelfon.
Dan bener. Hp-ku menunjukkan adanya telfon masuk kemudian mati. Sekali lagi ada yang masuk kemudian mati lagi.
Dan begitu seterusnya hingga dari pagi tadi sampai malam ini aku lihat di layar hp-ku ”20 missed calls”. Dalam hati aku nggak mau cek ah siapa yang nelfon. Good night, aku mau tidur.
 *****
 Besoknya dia pulang. Dari terakhir aku lihat hp-ku sampe pagi ini, missed call-nya nambah jadi 30. Dan benar, semuanya dari suamiku. Udah 4 hari, aku kangen berat nih. Tapi aku mau sok cool. Namun apa daya… wajahnya yang ganteng dan tampak ceria bertemu denganku membuat aku luluh. ”Terima missed call-ku nggak?” katanya. Langsung aku jadi inget dan kesel. ”Niat nelfon gak sih?”. Suamiku mengetahui gelagatku yang mulai mau ngambek. Tapi... suamiku! Bijaksana! Dan romantis! ”Sini sayang, aku kasih tau sesuatu” katanya.


Aku duduk di sebelahnya dengan cemberut namun ia malah merangkulku. Dia bertanya berapa kali dia missed call aku. Aku jawab dengan ketus lebih dari 20 sehari, total 4 hari 100 missed calls. Tapi dia malah tersenyum dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
”Kamu tau nggak, sayang? Sebenernya aku pingin lebih dari 100 kali sehari missed call kamu.”
Aku jadi bingung dibuatnya. Udah tau aku kesel dengan semua missed call-nya, lebih dari 20 lagi sehari, malah mo nambah jadi 100. ”Maksud kamu apa missed call missed call aku?” kataku sebel tapi bingung.
“Yaaa… aku cuma pingin kamu tau, kalo aku masih bisa mencet hp, berarti aku masih hidup dan sehat. Dan... supaya kamu tau... kalo aku kangen juga sama kamu...”
Hi hi hi akhirnya dia ngomong juga. ”Kalo kangen tuh nelfon.” sahutku tetap sok cool tapi hepi. ”Ya itu aku nelfon. Missed call lagi.” katanya santai.
Aku pikir-pikir, kok aku jadi nggak nyambung ya apa yang dia bicarain. Tapi dari pada dibilang telmi alias telat mikir aku suruh aja dia ruang makan, sudah aku sediakan hidangan untuknya.
Saat aku sedang di dapur membuat minuman, tiba-tiba hp-ku berbunyi di kantong dasterku. Aku menoleh dan melihat suamiku sedang tersenyum. Aku cek layar hp-ku. 1 missed call, Suamiku yang Ganteng. Aku baca sekali lagi... missed call. Dan aku baru mengerti. Aku missed call balik dia. Dan dia tersenyum.
Missed call... bukan panggilan tak terjawab… tetapi telefon kerinduan...
100 missed calls... berarti... kerinduannya untukku... 100 kali lipat…
###
subhanallah… indahnya....
jika kemesraan ini selalu hadir di setiap hari dalam ikatan yang disertai dengan kehalalan,,,
bukan di luar pernikahan…
wife_wanna_be….
Hihihi…
 ♥●♥__♥●♥
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/missed-calls/493349476041

♥●♥_◕_♥●♥ Karena Ku Mencintaimu, Sahabat Hati ♥●♥_◕_♥●♥


♥●♥__♥●
bismillahirrohmanirrohiim.....


Sahabat  hati,
Bersama  kita  mulai  belajar
Untuk  tidak  memiliki  sesuatu

Apa  yang  pernah  Rabb  berikan
Apa  yang  pernah  Rabb  titipkan
Semuanya  milik  yang  Maha  Rahmaan

Jadi  adakah  bagi  kita  alasan
Untuk  merasa  keberatan
Jika  sebagian  harta  kita  sisihkan
Jika  sebagian  kerat  roti  kita  berikan


Jika sebagian  waktu  kita  infakkan
Pada  saudara  kita  yang  lebih  membutuhkan

Ataukah,
Engkau  merasa  akan  dilanda  kemiskinan
Jika  berbuat  yang  demikian

Sahabat  hati,
Bersama  kita  belajar
Untuk  tidak  dimiliki  oleh  sesuatu

Apa  yang  pernah  Rabb  sediakan
Apa  yang  pernah  Rabb  sandingkan
Apa  yang  pernah  Rabb  mudahkan
Semuanya  dijadikan sebagai  ujian
Untuk  membuktikan  bahwa  cinta
Yang  pernah  kita  ikrarkan….
Tidak  sebatas  dalam  ucapan…. ^_^

Haruskah  kita lebih  mencintai  abi
Haruskah  kita  lebih  mencintai umi


Haruskah kita  lebih  mencintai  istri
Haruskah  kita  lebih  mencintai  putri
Haruskah  kita  lebih  mencintai  merci
Haruskah  kita  lebih  mencintai  deadline  tak  bertepi
Haruskah  nyawa  kita  berakhir  di  ujung  sepi

Mengapa engkau lebih mencintai dirimu  sendiri
Ketimbang mencintai Rabb
Yang telah mengadakanmu di muka bumi

Mengapa engkau lebih mencintai semuanya ini
Ketimbang mencintai Rabb
Yang telah menyediakan semua yang kamu cintai di dunia ini

Ataukah,,,
Engkau merasa,
Bahwa  engkau  dipersulitkan
Bahwa  engkau  direpotkan
Karena  yang  engkau  ingin  adalah  ketenangan
Karena  yang  engkau  inginkan  adalah  keselamatan
Karena  yang  engkau  ingini  adalah  bersenang-senang


Tanpa  pedulikan  umat  yang  mulai  dihujani  tusukan
Tanpa  pedulikan  saudaramu  yang  mulai  dilanda  kelaparan
Tanpa  pedulikan  saudaramu  yang  kini  mulai  ditimpa  kemusyrikan
Tanpa  pedulikan  saudaramu  yang  dalam  setiap  sujud  ditemani  mortir  dan  dentuman
Tanpa  pedulikan  Risalahmu  yang  kini  mulai  dicincang
Sementara  kamu  hirup  gratis  udara  ini  setiap  pekan

Sahabat  hati,
Bersama  kita  belajar
Untuk  berbuat  sesuatu  bukan  karena  sesuatu
Tetapi  karena  Rabbmu

Apa  yang  pernah  Rabb  perintahkan
Apa  yang  pernah  Rabb  larangkan
Apa  yang  pernah  Rabb  tunjukkan
Semuanya  adalah  hidayah  yang  harus  kita  jadikan  tuntunan

Berbuat  baiklah,
Karena  kita  memang  harus  berbuat  baik

Beramallah,


Karena  memang  kita  harus  beramal

Berjuanglah,
Karena  memang  kita  diperintahkan

Bersujudlah,
Karena  memang  kita  harus  bersujud  di  hadapan

Dan  berbuatlah,
Bukan  karena  engkau  ingin dipuji
Bukan  karena  engkau  ingin  dicintai
Bukan  karena  engkau  ingin  dikenali

Dan  berbuatlah,
Lebih  dari  sekadar  takut  akan azab-Nya
Lebih  dari  sekadar  harap  akan  jannah-Nya
Lebih  dari  sekadar  rindu  akan cinta-Nya

Tapi  berbuat  baiklah,
Karena  kita  memang  begitu  tulus  mencintai-Nya



Sahabat  hati,
Di  manakah  ujung  keihklasan
Ia  ada  dalam  setiap  nikmat
Yang  benar-benar  membekas  dan  dapat  kamu  rasakan

Maka,
adalah  sebuah  keniscayaan
Jika  kelak  kamu  dapat  masuk  dalam  jannah-Nya
Melalui  sekerat  roti  yang  pernah  kau  sisihkan
Melalui  setitik  kebaikan  yang  pernah  kamu  berikan

Bukan  karena  sekerat  roti  yang  kau  dermakan
Tapi  karena  engkau  kini  mulai  pahamkan
Akan  arti  satu  dari  sejuta  nikmat  yang  kamu  rasakan

 (kutuliskan  untaian kata  ini  karena  aku  memang  sangat  mencintaimu, sahabat  hati)
 ♥●♥__♥●♥
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/__-karena-ku-mencintaimu-sahabat-hati-__/493337596041

Melepas Sang Impian


oleh Spiritual Sinergi Semesta (S3)

Sahabat Semesta yang berakhlak mulia,



Salah satu sumber dari kegelisahan adalah MEMILIKI IMPIAN, dan sumber dari ketenangan adalah MEMILIKI IMAN/Keyakinan yang BENAR kepada ALLAH SWT.
Mungkin di antara Sahabat ada yang kurang sependapat dengan pernyataan "Salah satu sumber dari kegelisahan adalah MEMILIKI IMPIAN"
Tapi, begitulah kenyataannya....
Betapa banyak manusia yang sibuk plus GELISAH ketika mereka sedang mengejar impiannya... yakni mengejar sesuatu yang sangat dicintainya....
Jika Sahabat mengejar sesuatu yang Horizontal (Visible/Duniawi), maka produknya bernama kegelisahan.
Sedangkan jika Sahabat mengejar sesuatu yang Vertikal (Invisible/Ukhrowi), maka produknya relatif menenangkan, apalagi kalau "mengejar" ALLAH... pasti TENANG... "Hai Jiwa yang TENANG...", "Dan hanya dengan mengingat Allah lah hati pun menjadi TENANG," begitulah firmanNya. 
Sahabat Semesta yang selalu berupaya untuk menjadi yang terbaik...
Bukan berarti kita tak boleh bermimpi memiliki HARTA YANG BANYAK, tapi yang tidak boleh adalah kita TERIKAT kepada IMPIAN kita tersebut...  sebab, ikatan sejati hanya layak digantungkan kepada ALLAH... "ALLAHUSH SHOMAD", dan bukan IMPIANUSH SHOMAD
Sehingga, MISALkan, jika ANDA memiliki IMPIAN atau HASRAT untuk mendapatkan HARTA yang BANYAK, maka LEPASKANLAH impian itu dan SERAHKANLAH impian itu kepada ALLAH, dan kembali IKATKAN diri ANDA kepada ALLAH dan bukan malah terikat oleh IMPIAN itu... sebab orang yang terikat kepada IMPIANnya (yang horizontal) maka dialah yang disebut oleh Nabi sebagai orang yang PANJANG ANGAN-ANGAN..
Rasulullah saw. bersabda, “Anak cucu Adam itu bisa menjadi pikun, dan ada dua hal yang menyertainya, yakni keserakahan dan angan-angan.” (HR Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan: “Hati orang tua menjadi muda karena dua hal, cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR. Bukhori). Lalu, Rasulullah saw. berkata, “Golongan pertama dari umat ini selamat karena keyakinan dan zuhud. Dan golongan terakhir dari umat ini binasa karena kekikiran dan angan-angan.” (HR. Ibnu Abi-d Dunya).
“yaitu orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan belaka dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari kiamat,Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini,dan karena mereka mengingkari ayat-ayat kami.” (Al-Araf 51).


Dan orang yang CERDAS bukanlah orang yang memiliki VISI/IMPIAN HEBAT akan dunia yang FANA ini, tapi orang yang CERDAS adalah orang yang memiliki VISI/IMPIAN akan akhirat yang ABADI. Mari kita simak..
Dalam satu riwayat Ibnu Umar ra berkata:
Pada suatu hari aku datang menjumpai Rasulullah saw sebagai orang yang kesepuluh. (Beliau sedang berada di tengah-tengah sahabat-sahabat terkemuka). Tiba-tiba salah seorang sahabat anshar berdiri dan bertanya kepada Rasulullah saw. “ya Nabi Allah, siapakah orang yang paling pintar dan orang yang paling cerdas otaknya? Rasulullah saw menjawab: “Yang paling cerdas dan paling pintar ialah orang yang paling banyak mengingat mati, yang paling banyak menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Mereka pulang (ke akhirat) dengan ketinggian dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR. Tahbrany dengan sanad yang hasan)
So, Sahabat Semesta yang Bijak...
Apakah IMPIAN Anda?
Sudahkah Anda meLEPASkan dan MenSERAHkan impian itu kepada ALLAH yang MAHA MENGATUR segala sesuatunya? Dan, apakah IKHTIAR yang Anda lakukan (selama ini) benar-benar karena ALLAH ataukah karena Sang IMPIAN?

wallahu alam
KZ
http://cahaya-semesta.com/
 ****************************************************
Jika SAHABAT SUKA dengan TULISAN/CATATAN/NOTE di atas
Silakan KOMENTARI Sahabat!!

Dan SILAHKAN DISHARE ke para Sahabat lainnya ...
dengan menekan "Share/Bagikan" , atau dicopas. 


Semoga menjadi AMAL JARIYAH yang tidak pernah putus...
http://www.facebook.com/notes/melati/melepas-sang-impian/160468247324892

Kasih Sayang Adik - Kakak yang Menakjubkan


by Abah Ghanny

Kisah dituturkan oleh Maharani (nama samaran)
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, halmemalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati!


 Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. ” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampaike tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! “Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu?


 Apa mereka tidak akan menertawakanmu?” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…” Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!”
Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskansedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.” Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”


Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah, “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sendoknya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Kesimpulan Abah :Bisakah kita memiliki jiwa besar seperti si adik yang seperti dalam cerita, … tapi bagaimanapun, yang namanya Saudara patut kita jaga dan kita hormati, apakah itu seorang adik atau seorang kakak. Karena apa arti hidup kalau tidak bisa membahagiakan sodara dan keluarga kita
http://www.facebook.com/notes/melati/kasih-sayang-adik-kakak-yang-menakjubkan/160450683993315

Saudara - saudariku, Jangan Sebarkan Fitnahmu…


Semua perasaan condong kepadanya, perbuatan haram pun terjadi karenanya. Mengundang terjadinya pembunuhan permusuhan disebabkan karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan yang disukai di dunia. Kerusakan mana yang lebih besar daripada ini? (Al Imam Al Mubarakfuri rahimahullah fi At Tuhfah Al Ahwadzi 8/53)
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan bahwa fitnah (baca ujian) yang paling besar khususnya bagi kaum laki-laki adalah wanita, bahkan wanita merupakan salah satu sumber syahwat sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita … .” (QS. Ali Imran : 14)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga memberikan peringatan akan bahaya fitnah wanita, diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari shahabat Abu Said Al Khudri radliyallahu 'anhu, beliau bersabda : “Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah wanita.”
Keterangan ayat dan hadits diatas telah memberikan gambaran akan besarnya ujian yang dihadapi bagi kaum adam kepada persoalan wanita, kalau dilihat secara historis dua keterangan diatas ditujukan khusus kepada para sahabat yang juga tentunya merupakan peringatan bagi mereka akan fitnah ini, padahal mereka adalah manusia-manusia pilihan dan orang yang paling bersih hatinya diantara ummat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Dengan demikian kita dengan kadar keimanan yang jauh berbeda dengan para sahabat dan terlebih lagi diperhadapkan dengan zaman yang begitu banyak ujian termasuk fitnah wanita, tentu lebih perlu mawas diri, sebab sangat jarang yang bisa selamat dari fitnah ini kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Kebenaran akan wahyu ilahi itu telah diperlihatkan kepada kita semua akan bahaya fitnah wanita yaitu kasus yang menimpa ketua KPK Antasari Azhar dengan Nasruddin direktur Rajawali Banjaran yang menimbulkan dampak yang besar, nyawa yang melayang, karir yang hancur, nama baik yang menjadi luntur dan kepercayaan pun hilang.
Wanita dimata syariat memliki kedudukan yang sama dengan pria dan inilah bentuk keadilan syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala:

1.Persamaan dalam hal penciptaan dengan laki-laki. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum : 21)2.
Persamaan dalam mendapatkan pahala atas amal shalih. Allah berfirman : “Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman) : “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki maupun perempuan (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang lain … .” (QS. Ali Imran : 195). Allah juga berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik … .” (QS. An Nahl : 97)3.
Hak untuk mendapatkan perlakuan dan pergaulan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta'alaApabila kamu mentalak istri-istrimu lalu mereka mendekati akhir iddahnya maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf pula. Janganlah kamu merujuki mereka untuk memberi kemudlaratan karena dengan demikian kamu menganiaya mereka … .” (QS. Al Baqarah : 231). Allah Subhanahu wa Ta'ala … dan bergaullah dengan mereka secara patut … .” (QS. An Nisa’ : 19).berfirman : “ juga berfirman : “
Sungguh pada setiap diri wanita berpotensi menimbulkan fitnah, Perlu ditegaskan bahwa fitnah wanita tidak mesti datang dari arah wanita itu saja, godaan nafsu lah yang mendorong bagi seorang laki-laki untuk mendekati wanita dan melakukan maksiat. Oleh karena itu, wanita bukanlah musuh yang perlu dijauhi, akan tetapi seorang laki-laki dan seorang wanita wajib bagi masing-masing untuk membentengi diri agar tidak terjatuh dalam kemaksiatan dengan jalan menjaga ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dimaksud dengan taqwa disini adalah menjalankan semua perintah Allah yang sifatnya wajib dan menjauhi sekuat kemampuan kita terhadap semua yang diharamkanNya, dengan menjaga kataatan kepada Allah akan memberikan pengaruh yang kuat pada keimanan dan orang yang memiliki keimanan yang kuat, pasti tidak akan melakukan perbuatan yang tercela. Beberapa hal yang telah diajarkan oleh syariat yang mulia ini agar kita terselamatkan dari fitnah ini yaitu:
1.Adanya kewajiban bagi laki laki dan wanita untuk menahan pandangan mereka sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya” (QS 24:31) dan “Katakanlah kepada para wanita beriman agar mereka menjaga pandangannya” (QS 24:32). Diantara penyebab utama fitnah itu adalah mata sehinggah Allah menyuruh kita untuk tidak melihat kecuali hal-hal yang memang dibolehkan oleh Syariat.
2.Adanya larangan untuk berdua-duaan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri/berduaan) dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya.” (HR. Muttafaq ‘alaihi dari shahabat Ibnu Abbas Radliyallahu 'anhuma) dalam riwayat lain Nabi bersabda : "


Tidak halal laki-laki dan wanita berdua-duan karena pihak ketiganya adalah syaitan.” Perbuatan zina tidaklah dimulai kecuali berdua-duan antara laki-laki dan wanita, dan tidak terjadi perzinahan kecuali ditempat yang sunyi lagi tertutup dari pandangan manusia.
3.Allah menetapkan beberapa syariat yang dikhususkan bagi wanita sebagai bentuk kemuliaan terhadapnya, yang mana ketika syariat itu dilanggar maka ialah yang merupakan penyebab munculnya fitnah bagi laki-laki diantaranya:
 *
Syariat melarang mereka bertabaruj, yaitu berhias di hadapan selain mahramnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “ … dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu … .” (QS. Al Ahzab : 33)*
Mereka dilarang berbicara dengan suara yang mendayu-dayu yang dapat mengundang fitnah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “ … maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab : 32)*
Mereka dilarang keluar rumah dengan memakai wangi-wangian. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian kemudian lewat di suatu kaum supaya mereka mendapatkan bau harumnya maka ia telah berzina.” (HR. Ahmad dari shahabat Abu Musa Al Asy’ari radliyallahu 'anhu)*
Syariat memerintahkan wanita untuk tinggal lebih banyak di rumahnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian … .” (QS. Al Ahzab : 33).
Sama sekali ini tidak berarti dzolim terhadap wanita, atau penjara, ataupun mengurangi kebebasannya. Allah lebih mengetahui kemaslahatan hamba-Nya. Sesungguhnya dengan tinggalnya para wanita di rumah-rumahnya maka ia dapat mengurusi urusan rumahnya, menunaikan hak-hak suaminya, mendidik anaknya, dan memperbanyak melakukan hal-hal baik lainnya, dan hukum asal keluar rumah bagi wanita adalah perkara yang dibolehkan bagi syariat kecuali jika didalamnya ada maksiat.
Allah telah menentukan bahwa ada perkara tertentu yang menarik perhatian di antara lelaki dan wanita. Dan untuk itu, Allah juga yang mengatur bentuk hubungan yang perlu dilakukan, agar di antara mereka tidak timbul perkara-perkara yang tidak diingini. Walaupun demikian, ramai juga manusia yang melanggar batasan tersebut sehingga mereka tertunduk malu kerana keterlanjuran yang mereka lakukan. Lelaki yang tidak mampu mengawal dirinya daripada daya tarik yang ada pada wanita, pasti mudah untuk melakukan perkara-perkara yang menjadi larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, akhirnya kita berdoa : “Wahai, Rabbku! Walaupun dosaku sangat besar, namun aku yakin bahwa ampunan-Mu lebih besar lagi,


engkaulah yang menggenggam hati maka tetapkanlah hati ini diatas agamamu dan ketaatan kepadamu sucikanlah jiwa kami dari pengaruh-pengaruh akan keburukan fitnah wanita serta berikanlah kekuatan dan keistiqomahan dalam menjaga dan melaksanakan semua aturanmu."

Wallahu waliyuttaufiq 
Sumber: BMLB
http://www.facebook.com/notes/melati/saudarai-ku-jangan-sebarkan-fitnahmu-/149142485124135

Sahabat Sejati


‘Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati..’
“Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik baik jiran disisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya” (H.R al-Hakim)


ALLAH SWT mencipta makhluk di atas muka bumi ini berpasang-pasangan. Begitu juga manusia, tidak akan hidup bersendirian. Kita tidak boleh lari dari berkawan dan menjadi kawan kepada seseorang. Jika ada manusia yang tidak suka berkawan atau melarang orang lain daripada berkawan, dia dianggap ganjil dan tidak memenuhi ciri-ciri sebagai seorang manusia yang normal.
Inilah antara hikmah, kenapa Allah SWT mencipta manusia daripada berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa. Firman Allah SWT dalam surah al-Hujurat ayat 13, yang bermaksud:
“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan berpuak-puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya.”
Dalam Islam faktor memilih kawan amat dititikberatkan. Hubungan persahabatan adalah hubungan yang sangat mulia, kerana kawan atau sahabat berperanan dalam membentuk personaliti individu. Ada kawan yang sanggup bersusah-payah dan berkongsi duka bersama kita, dan tidak kurang juga kawan yang nampak muka semasa senang dan hanya sanggup berkongsi kegembiraan sahaja.
Pendek kata sahabat boleh menentukan corak hidup kita. Justeru, jika salah pilih sahabat kita akan merana dan menerima padahnya. Selari dengan hadith Rasululah saw yang bermaksud: “Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya” (H.R Abu Daud).
Bak kata pepatah Arab, “Bersahabat dengan penjual minyak wangi, kita akan menerima percikan wangiannya, manakala bersahabat dengan tukang besi, percikan apinya akan mencarikkan baju kita.”
<span>Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik?</span>
Seorang bijak pandai berpesan kepada anak lelakinya: “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
  • Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu;
  • Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu;
  • Jika engkau memerlu pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu;
  • Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan menerimanya dengan baik;


  • Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu;
  • Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan menutupnya;
  • Jika engkau meminta bantuan daripadanya, dia akan mengusahakannya;
  • Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta), dia akan menanyakan kesusahan kamu;
  • Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, dia akan meringankan kesusahan kamu;
  • Jika engkau berkata kepadanya, nescaya dia akan membenarkan kamu;
  • Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu kamu;
  • Jika kamu berdua berselisih faham, nescaya dia lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan;
  • Dia membantumu menunaikan tanggungjawab serta melarang melakukan perkara buruk dan maksiat;
  • Dia mendorongmu mencapai kejayaan di dunia dan akhirat.
Sebagai remaja yang terlepas daripada pandangan ayah ibu berhati-hatilah jika memilih kawan. Kerana kawan, kita bahagia tetapi kawan juga boleh menjahanamkan kita.
<span>Hati-hatilah atau tinggalkan sahaja sahabat seperti dibawah</span>:
  • Sahabat yang tamak: ia sangat tamak, ia hanya memberi sedikit dan meminta yang banyak, dan ia hanya mementingkan diri sendiri.
  • Sahabat hipokrit: ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal lampau, atau hal-hal mendatang; ia berusaha mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong; dan jika ada kesempatan membantu, ia menyatakan tidak sanggup.
  • Sahabat pengampu: Dia setuju dengan semua yang kamu lakukan tidak kira betul atau salah, yang parahnya dia setuju dengan hal yang dia tidak berani untuk menjelaskan kebenaran, di hadapanmu ia memuji dirimu, dan di belakangmu ia merendahkan dirimu atau mengkhianati amanahmu. Bila telah di percayai, dia khianati. Bila telah di cintai, dia dustakan.
  • Sahabat pemboros dan suka hiburan: ia menjadi kawanmu jika engkau suka berpesta, suka berkeliaran dan ‘melepak’ pada waktu yang tidak sepatutnya, suka ke tempat-tempat hiburan dan pertunjukan yang melalaikan.
  • Sahabat yang membawamu semakin jauh dari Allah. Seorang yang tidak menambah kebajikanmu di dunia, lebih2 lagi di akhirat. Seorang yang tidak menambah manfaat kehidupanmu di akhirat, bukanlah temanmu yang sebenar.



Hati-hatilah memilih kawan, kerana kawan boleh menjadi cermin peribadi seseorang. Berkawanlah kerana Allah untuk mencari redha-Nya.

*** Menjaga Lisan ***


Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terlimpah kepada kita tiada terbilang hingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا
“Dan jika kalian ingin menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya.” (Ibrahim: 34)
Dia Yang Maha Suci juga berfirman:
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً


“Dan Dia telah mencurahkan nikmat-Nya yang lahir dan yang batin kepada kalian.” (Luqman: 20)
Di antara sekian banyak nikmat-Nya adalah lisan atau lidah yang dengannya seorang hamba dapat mengungkapkan keinginan jiwanya.
أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ. وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya dua mata, lisan, dan dua bibir?” (Al-Balad: 8-9)
Dengan lisan ini, seorang hamba dapat terangkat derajatnya dengan beroleh kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, ia juga dapat tersungkur ke jurang jahannam dengan sebab lisannya. Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً
يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR. Al-Bukhari no. 6478)
Dalam hadits yang lain disebutkan:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara masyriq/timur.” (HR. Al-Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 7406, 7407)
Dalam riwayat Muslim:
أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“…lebih jauh daripada antara timur dan barat.”


Yang disesalkan dari keberadaan kita, kaum hawa, sering menyalahgunakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berupa lisan ini.
Lisan dilepaskan begitu saja tanpa penjagaan sehingga keluar darinya kalimat-kalimat yang membinasakan pengucapnya. Ghibah, namimah, dusta, mengumpat, mencela dan teman-temannya, biasa terucap.
Terasa ringan tanpa beban, seakan tiada balasan yang akan diperoleh.
Membicarakan cacat/cela seseorang, menjatuhkan kehormatan seorang muslim, seakan jadi santapan lezat bagi yang namanya lisan. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan dalam sabdanya:
الْـمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْـمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6484 dan Muslim no. 161)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu menerangkan, “Kaum muslimin selamat dari lisannya di mana ia tidak mencela mereka, tidak melaknat mereka, tidak mengghibah dan menyebarkan namimah di antara mereka, tidak menyebarkan satu macam kejelekan dan kerusakan di antara mereka.
Ia benar-benar menahan lisannya. Menahan lisan ini termasuk perkara yang paling berat dan paling sulit bagi seseorang. Sebaliknya, begitu gampangnya seseorang melepas lisannya.”
Beliau rahimahullahu juga menyatakan, “Lisan termasuk anggota tubuh yang paling besar bahayanya bagi seseorang. Karena itulah, bila seseorang berada di pagi harinya maka anggota tubuhnya yang lain, dua tangan, dua kaki, dua mata dan seluruh anggota yang lain mengingkari lisan.
Demikian pula kemaluan, karena pada kemaluan ada syahwat nikah dan pada lisan ada syahwat kalam (berbicara). Sedikit orang yang selamat dari dua syahwat ini.
Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisannya, yakni ia menahan lisannya dari mereka.
Tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Ia tidak mencaci, tidak mengghibah, tidak berbuat namimah dan tidak menebarkan permusuhan di antara manusia.
Dia adalah orang yang memberikan rasa aman kepada orang lain.


Bila ia mendengar kejelekan, ia menjaga lisannya. Tidak seperti yang dilakukan sebagian manusia –wal ‘iyadzubillah– bila mendengar kejelekan saudaranya sesama muslim, ia melonjak kegirangan kemudian ia menyebarkan kejelekan itu di negerinya. Orang seperti ini bukanlah seorang muslim (yang sempurna imannya).” (Syarh Riyadhish Shalihin, 1/764)
Lisan yang berpenyakit seperti ini banyak diderita oleh kaum hawa, sehingga mereka harus banyak-banyak diperingatkan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara lisan mereka.
Ketahuilah, karena bahayanya lisan bila tidak dijaga oleh pemiliknya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai menjamin surga bagi orang yang dapat menjaga lisan dan kemaluannya. Sahl bin Sa’d radhiyallhu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (yaitu lisan)1 dan apa yang ada di antara dua kakinya (yaitu kemaluan)2 maka aku akan menjamin surga baginya.” (HR. Al-Bukhari no. 6474)
Bila engkau tidak dapat berkata yang baik, maka diamlah niscaya itu lebih selamat. Karenanya, Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam.” (HR. Al-Bukhari no. 6475 dan Muslim)
Al-Imam Al-Hakim rahimahullahu meriwayatkan dalam Mustadrak-nya dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallhu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke bibirnya dan berkata:
الصُّمْتُ إِلاَّ مِنْ خَيْرٍ. فَقَالَ لَهُ مُعَاذٌ: وَهَلْ نُؤَاخَذُ بِمَا تَكَلَّمَتْ بِهِ أَلْسِنَتُنَا؟ فَضَرَبَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَخِذَ مُعَاذٍ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُعَاذُ، ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ -أَوْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُوْلَ لَهُ مِنْ ذَلِكَ- وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ فِي جَهَنَّمَ إِلاَّ مَا نَطَقَتْ بِهِ أَلْسِنَتُهُمْ؟ فَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ عَنْ شَرٍّ، قُوْلُوْا خَيْرًا تَغْنَمُوا وَاسْكُتُوْا عَنْ شَرٍّ تَسْلَمُوْا
“Diamlah kecuali dari perkataan yang baik.” Mu’adz bertanya kepada Rasulullah, “Apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang diucapkan oleh lisan-lisan kita?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul paha Mu’adz, kemudian bersabda, “Wahai Mu’adz, ibumu kehilangan kamu3”, atau beliau mengucapkan kepada Mu’adz apa yang Allah kehendaki dari ucapan. “Bukankah manusia ditelungkupkan di atas hidung mereka ke dalam jahannam tidak lain disebabkan karena apa yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka?


Karenanya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau ia diam dari berkata yang jelek. Ucapkanlah kebaikan niscaya kalian akan menuai kebaikan dan diamlah dari berkata yang jelek niscaya kalian akan selamat.” (Dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/460)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menasihatkan, “Sepantasnya bagi orang yang ingin mengucapkan satu kata atau satu kalimat, ia merenungkan dan memikirkan kata/kalimat tersebut dalam jiwanya sebelum mengucapkannya. Bila memang tampak kemaslahatan dan kebaikannya maka ia berbicara. Bila tidak, maka sebaiknya ia menahan lisannya.” (Al-Minhaj, 18/318)
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu dalam kitabnya Jami'ul 'Ulum wal Hikam (1/339-340) menukilkan ucapan tiga sahabat yang mulia berikut ini:
‘Umar ibnul Khaththab radhiyallhu ‘anhu berkata,
“Siapa yang banyak bicaranya akan banyak jatuhnya (dalam kesalahan).
Siapa yang banyak jatuhnya, akan banyak dosanya.
Dan siapa yang banyak dosanya niscaya neraka lebih pantas baginya.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallhu ‘anhu memegang lisannya dan berkata, “Ini yang akan mengantarkan aku ke neraka.”
Ibnu Mas’ud radhiyallhu ‘anhu berkata, “Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang patut diibadahi kecuali Dia! Tidak ada di muka bumi ini yang lebih pantas untuk dipenjara dalam waktu yang panjang daripada lisan.”
Ingatlah saudariku, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 18)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menukilkan perkataan Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma tentang ayat di atas, “Malaikat itu mencatat setiap apa yang diucapkannya berupa kebaikan ataupun kejelekan.” (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 7/308)
Ingatlah, semuanya tercatat dan tersimpan dalam catatan amalmu. Maka berbahagialah engkau bila catatan amalmu dipenuhi dengan kebaikan, ucapan yang baik dan amal shalih.


Tentunya janji Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa surga kan menanti…
Sebaliknya celaka engkau bila catatan amalmu dipenuhi ucapan kosong, sia-sia lagi mengandung dosa dan amal yang buruk. Tentunya ancaman neraka menanti…
Bila demikian keadaannya ke mana engkau hendak menuju, ke surga ataukah ke neraka? Tentu tanpa ragu engkau ingin menjadi penghuni surga. Maka, jangan biarkan lisanmu menggelincirkanmu ke dalam jurang kebinasaan yang tiada bertepi.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1. Maksudnya, ia menunaikan kewajiban lisannya berupa mengucapkan apa yang wajib diucapkannya atau diam dalam perkara yang tidak bermanfaat.
2. Ia menunaikan kewajiban kemaluannya dengan diletakkan pada tempat yang halal dan menahannya dari yang haram. Demikian diterangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul Bari (11/374-375).
3. Kalimat seperti ini biasa diucapkan orang-orang Arab namun mereka tidak memaksudkan maknanya.

Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Kategori : Mutiara Kata
http://www.facebook.com/notes/melati/-menjaga-lisan-/149781425060241

Dibalik Sebutir Nasi


“Sesungguhnya mubadzir ( pemborosan ) itu saudara-saudara syaithan”. (Isro' / 27)
Sahabat yang dicintai Allah SWT, terfikirkah oleh kita bahwa ketika sebuah hidangan telah siap di meja dan siap untuk kita nikmati, ada sekian banyak faktor pendahulu yang mesti menjadi renungan bagi kita semua agar rasa syukur kita kepada Allah SWT makin terasah dan berkualitas.
Ada sekian banyak petani yang banting tulang peras keringat untuk membajak, menanam dan mengairi sawah untuk sepiring nasi dan semangkuk sayur kita, ada para peternak yang dengan penuh kesabaran memelihara hewan ternaknya untuk sekerat lauk buat kita, ada sekian banyak kuli panggul, tukang masak, dan para buruh lainnya yang siap memberikan pelayanan untuk kepuasan kita. Dan masih banyak faktor lain yang perlu kita cari dan kita renungkan.berikut ini kisah yang akan memicu kita menjadi hamba yang sangat mensukuri nikmat Allah SWT.
Dikisahkan di sebuah kerajaan kecil,sang raja mempunyai seorang putra yang sangat di manjakan. Merasa sebagai anak semata wayang sekaligus putra mahkta kerajaan,dia tumbuh menjadi remaja yang urakan,tidak tahu sopan santun dan tidak mau menghargaiOrang lain.Ia bahkan suka melecehkan para pengasuhnya. Karena itu,pangeran kecil ini di benci dan di hindari oleh para pengasuh maupun pegawai istana lainnya.
Walau di benci dan di jauhi,pangeran kecil ini masih punya satu-satunya sahabat seusia yang setia kepadanya,


yaitu si bocah laki-laki anak dari si juru masak istana. Si bocah tinggal di bangunan kecil jauh di belakang istana kerajaan.Karena dilarang menginjakkan kakinya ke dalam istana, maka sang pangeran kecillah yang biasanya datang bermain ke rumah si bocah.
Suatu hari, pangeran kecil meminta bocah untuk menemaninya makan siang di ruang makan istana. Bukan menemani makan, tetapi berdiri manis menunggui sambil melihat sang pangeran makan. Sesaat sebelum makan, pangeran kecil terlihat menundukkan kepala sambil mulutnya berkomat-kamit seolah sedang berdoa. Sejenak kemudian, pangeran kecil mulai melahap hidangan yang tersaji di meja makan. Semua jenis makanan yang enak, enak dan mahal dicicipi. Sang Pangeran bersantap sambil bertingkah seperti orang yang sedang kelaparan dan ingin menghabiskan semua makanan di atas meja. Kadang ia hanya mencuil dan menggigit makanannya, lalu memuntahkan dan membuang sisanya di meja. Meja makan jadi berantakan dan sisa-sisa makanan berserakan di mana-mana. Sang pangeran seperti sedang mengolok-olok sahabatnya yang hanya berdiri memandanginya.
Tapi bukannya merasa dihina, si bocah kecil itu malah tersenyum-senyum sedari tadi. Pangeran kecil pun jadi tersinggung dan marah melihat kelakuan sahabatnya. “Hai… apa yang kamu tertawakan? Beraninya kamu tertawa seperti itu dihadapanku ? Kamu iri melihat aku makan enak?” teriak pangeran kecil. “ tidak, tidak ada apa-apa…,” jawab si bocah. “kalau tidak ada apa-apa, mengapa kamu tertawa ? Apanya yang lucu ?” tanya sang pangeran sengit.” Pangeran jangan cepat marah. Hamba sungguh senang dan tidak menyangka sama sekali, bawa seorang pangeran pun ternyata juga berdoa sebelum makan. Apa yang pengeran ucapkan dalam doa tadi?” tanya si bocah.
“Walaupun aku seorang pangeran, aku juga orang beragama. Di agamaku sejak kecil diajarkan, supaya setiap hendak makan mengucapkan doa terimakasih kepada yang maha kuasa, atas pemberian makanan yang dihidangkan untukku,” jelas sang pangeran dengan bangga. Si bocah kecil tetap saja tersenyum-senyum. Tapi kali ini ia berani berkata demikian,” menurut pendapat hamba yang mulia, rasa syukur dan terimakasih itu akan lebih berarti bila ditujukan juga kepada orang-orang yang telah menyediakan semua bahan makanan, dan memasak hingga tersaji hidangan di meja ini,” kata si bocah.”Lihatlah sisa makanan yang berceceran di piring dan meja itu. Perlu berapa orang untuk membuat itu semua?” “apa maksud kata-katamu itu ? Aku kan seorang pangeran yang boleh berbuat apa saja sesuai kehendakku…” kilah sang pangeran .
Tanpa banyak mendebat si bocah tadi mengajak Sang Pangeran menuju ke dapur istana untuk melihat para pekerja dapur yang begitu sibuk menyiapakan makanan serta membuat berbagaimacam masakan. Saat mereka berkeliling, dari pintu belakan istana tampak seorang petani sedang membawa sekarung beras sebagai hantaran wajib ke istana. Pangeran kecil menyapa si petani bak seorang raja yang berkuasa,”hai…paman…terima kasih atas persembahanmu, bagaimana panen padi kali ini?” tanya sang pangeran berlagak bijak.”panen kali ini buruk sekali,Tuan,”jawab si petani ketakutan.”sudah tiga bulan kami bekerja keras,


 dari membajak, menanam, mengairi sawah sampai memupuk tanaman, tapi hasilnya sia-sia . Sawah ladang dihancurkan tikus dan hama wereng. Jadi, ampuni kami karena hanya mampu mempersembahkan sekarung beras ini, hanya itu yang kami punya.Karena kami pun belum tahu bagaimana memberi makan anak istri kami,” ujarnya sambil menghela nafas panjang.
Mendengar jawaban itu, pangeran kecil tesentak dan baru tersadar. Ternyata rakyatnya sangat menderita dan terancam kelaparan.Sementara dirinya malah menyia-nyiakan dan membuang-buang makanan yang begitu beharga.sang pangeran kecil kemudian lari meninggalkan tempat itu karena merasa malu pada diri sendiri. Sejak peristiwa itu, tingkah laku pengeran kecil berubah total. Ia menjadi anak yang sopan dan mau menghargai orang lain. Setiap kali makan, ia selalu mengingatkan dirinya sendiri, ”jangan sisakan sebutir nasipun di piringmu…!”
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7)
Mulai saat ini jika masih ada tersisa hidangan di piring kita, ingatlah masih ada jutaan saudara kita yang masih kekurangan gizi dan makan.

Sumber : Rumah Yatim Indonesia
http://www.facebook.com/notes/melati/di-balik-sebutir-nasi/149248465113537

Adab-adab dalam Bercanda


oleh : Muhammad Roby AlMarzuki

Berkelakar atau bercanda merupakan hal lumrah yang dilakukan manusia. Bahkan, kadang berkelakar sudah menjadi semacam ‘bumbu’ dalam setiap pembicaraan. Namun, adakalanya kita menemui seseorang yang berlebihan dalam bercanda dan tertawa,


dan di lain pihak ada pula seseorang yang selalu bermuka kelam tanpa dihiasi garis-garis senyum di bibirnya. Islam adalah agama pertengahan (wasath) antara dua kebathilan. Selain itu Islam juga merupakan agama yang komplit, yang mengatur segala sesuatu sampai dengan buang hajat dengan segala adabnya. Lalu,… bagaimana Islam membicarakan fiqh dalam bercanda ?
Dalam beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bercanda ketika memanggil shahabatnya :
“Hai yang mempunyai dua telinga “
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam juga pernah berkata kepada seorang perempuan tua : “Tidak ada perempuan tua yang masuk surga”. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca ayat :
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan “ (Al-Waaqi’ah : 35-36)
Dari Anas radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, bawalah aku jalan-jalan”. Beliau berkata : “Kami akan membawamu berjalan-jalan menaiki anak unta”. Laki-laki itu pun menukas : “Apa yang bisa kuperbuat dengan anak unta?”. Beliau berkata : “Bukankah setiap unta adalah anak ibunya?”.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : “Orang-orang bertanya : ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau juga mengajak kami bercanda?’. Beliau menjawab : ‘Ya, tapi aku hanya mengatakan sesuatu apa adanya (tanpa berdusta)“
Dari beberapa riwayat tentang kelakar/bercandanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam terkumpul padanya 3 (tiga) perkara :
1. Tidak berdusta / tidak mengada-ada.2. Dilakukan terhadap wanita, anak-anak, dan kalangan pria yang lemah yang butuh bimbingan.3. Jarang dilakukan (kadang-kadang).
 Tiga perkara di atas hendaknya diperhatikan oleh kaum muslimin – baik bagi orang awam, para da’i, dan para pemimpin – dalam bermuamalah terhadap sesama. Tidak halal hukumnya sengaja melucu dengan hal-hal kedustaan agar manusia tertawa karenanya. Merupakan musibah di masyarakat ketika profesi pelawak menjadi sangat laris di masyarakat. Hendaknya mereka bertaubat kepada Allah ta’ala dan meninggalkannya, sebab rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengancam mereka (yang melucu dengan dusta agar orang-orang tertawa) dengan sabdanya :



“Neraka Wail bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk melucu (membuat orang tertawa); neraka Wail baginya, neraka Wail baginya “ Dengan demikian, berlebihan dalam kelakar dan terus-terusan dengannya adalah terlarang, karena hal itu akan menjatuhkan kehormatan dan menumbuhkan dendam serta kemarahan. Adapun kalau sedikit, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka hal itu mengandung kebaikan jiwa. Dan terakhir, tersisa nasihat emas dari Imam Dzahabi rahimahullah bagi kita semua, dengan perkataannya : “…hendaknya mereka membatasi diri dan hendaknya mereka mencela diri sendiri sehingga jiwanya tidak goyah. Sementara bagi mereka yang berwajah kusam masam, hendaknya mereka tersenyum dan memperelokkan akhlaqnya, serta harus marah kepada diri sendiri karena kejelekan akhlaqnya. Setiap penyimpangan yang keluar dari rel penyimpangan adalah tercela. Sehingga jiwa itu perlu dididik dan dibenahi” 
http://www.facebook.com/notes/melati/adab-adab-dalam-bercanda/160177007354016