Sahabat masing ingat kan film Tuyul
& Mbak Yul? Kita tidak asing dengan katakata yang di ucapkan Bonggol kepada
rekannya Sontong untuk menangkap si Ucil yang telah melanggar komitmennya
menjdi tuyul. "Waduh, kepriben Son? gagal maning gagal maning..."
Ada apa dengan kata-kata ini?
Ungkapan diatas mungkin sangat akrab
pada diri kita, ketika suatu targetan yang telah kita patok tidak mampu kita
raih. Entah dalam masalah akademik, pekerjaan, atau hal yang berkaitan dengan
kehidupan yang kita jalani. Sesungguhnya kegagalan itu bukan merupakan sebuah
dosa yang kita mesti bersih darinya. Suatu hal yang wajar, lazim, dan pastinya
pernah dialami setiap orang yang hidup dimuka bumi ini. Ujian kegagalan inilah
yang membuat seseorang menjadi berbeda dengan orang lain, yaitu bisa dilihat
dari cara dan sikapnya dalam menghadapi kegagalan ini.
Kegagalan merupakan harga yang
seharusnya kita bayar dengan kesuksesan, sesuai dengan firman Alloh SWT : Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. QS. al-Insyirah (94) : 5-6
Bahkan Rasulullah pun berpesan pada
kita, "tidak mungkin satu kegagalan(kesulitan) bisa mengalahkan dua
kemudahan(kesuksesan)"
Dalam hal ini harusnya kita memiliki
falsafah para petinju. Setiap mereka kalah pada sebuah pertandingan, mereka
akan berkata " Give me one round!", berikan satu ronde lagi,
maka aku akan raih sabuk kemenangan itu! Sobat, kesuksesan hari ini yang belum
kita raih, bisa jadi ini adalah bagian dari skenario Sang Pencipta untuk mengakumulasikan
kesuksesan-kesuksesan kecil yang belum nampak oleh kita menjadi kesuksesan
besar yang tidak tanggung-tanggung pada saat momentum tertentu.
Kegagalan ini adalah bagian dari
ujian fase-fase kehidupan yang kita jalani di dunia ini sobat, apakah kita
mampu melewati ujian tersebut dengan segera bangkit lagi untuk meraih
kesuksesam tersebut atau kita malah menjadi orang yang malas dan pasrah
terhadap hasilnya.
"Maha Suci Allah Yang di
tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun," QS. al-Mulk
(67) : 1-2
Sobat, Manusia hanya bisa berencana.
Alloh lah yang menentukan kesuksesan tersebut. Maka berencanalah
sebanyak-banyaknya untuk kehidupanmu. Tapi ingatlah rencana kesuksesan itu
disandarkan pada niat ikhlas yang ditujukan hanya untuk-Nya dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah Alloh tetapkan. Jadikan kesuksesan yang telah
engkau raih sebagai kendaraan untuk menjemput surga yang telah Alloh janjikan
wahai sobat.
Selamat berpetualang didunia ini
sobat!!! Goreskan tinta-tinta emasmu dalam rangka menggapai janji-NYA...
Suatu Ketika Mercedez Benz owner memiliki masalah dengan kran air di kamar
mandi dalam rumahnya. Kran tersebut selalu bocor sampai Big Bos Marcedez itu
khawatir akan keselamatan anaknya yang mungkin saja dapat terpeleset dan jatuh.
Mengikuti rekomendasi temannya, Mr. Benz menghubungi tukang ledeng agar
memperbaiki kran miliknya. Akhirnya dibuat perjanjian untuk memperbaiki yaitu 2
hari kemudian. Karena si tukang ledeng cukup sibuk. Sama sekali si Tukang
ledeng tidak mengetahui bahwa si penelpon adalah termasuk orang penting,
pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman.
Setelah ditelpon, satu hari kemudian si tukang ledeng menghubungi Mr. Benz
untuk menyampaikan ucapan terima kasih karena telah bersedia menunggu hingga
satu hari lagi.
Mr. Benz-pun kagum atas pelayanan si tukang ledeng dan cara berbicaranya.
Hari berikutnya pada hari yang telah ditentukan, si tukang ledeng datang
untuk memperbaiki kran yang bocor di rumah Mr. Benz.
Setelah diutak-atik, akhirnya kran pun selesai diperbaiki dan setelah
menerima pembayaran atas jasanya, si tukang ledeng pulang .
Sekitar 2(dua) minggu kemudian setelah hari itu, si tukang ledeng menelpon
Mr. Benz untuk menanyakan apakah kran yang telah diperbaiki sudah benar-benar
beres dan tidak ada masalah yang timbul? Ternyata Mr. Benz puas akan kerja si
tukang ledeng dan mengucapkan terima
kasih atas pelayanan si tukang ledeng. Mr. Benz berpikir, bahwa orang ini
pasti orang yang hebat walaupun hanya tukang ledeng.
Beberapa bulan kemudian Mr. Benz merekrut si tukang ledeng untuk bekerja di
perusahaannya. Tahukah Anda siapa namanya?
Ya, dialah Christopher L. Jr. Saat ini jabatannya adalah General Manager
Customer Satisfaction and Public Relation di Mercedez Benz !
=========================================
Sahabat fillah, tahukah anda apa makna dari cerita diatas. Cerita diatas
memberikan motivasi kepada kita untuk memberikan yang terbaik di kehidupan ini
apapun posisi kita saat ini. Kita tidak tahu, sebenarnya posisi kehidupan kita
dimana, namun dengan memberikan yang terbaik, kita tidak akan menoleh
kebelakang melihat goresan cerita kehidupan kita dengan kekecewaan. Yang ada
hanyalah senyum kepuasan akan apa yang telah kita lakukan.
Kehidupan ini hanyalah panggung sandiwara, maka sebaik-baik pemain adalah
yang bermain sebaik mungkin dengan kesadaran bahwa perannya hanya sementara.
Ada naskah dan skenario Sang Pencipta yang tidak kita tahu.
Dibalik kebahagiaan, terkadang skenario selanjutnya adalah kesediihan,
begitu pula terkadang dibalik kesedihan, skenario selanjutnya adalah
kebahagiaan.
Hanya 2 hal yang dapat kita lakukan, yaitu meyakini bahwa skenario yang
Allah berikan adalah yang terbaik dan berbuat yang terbaik dalam melalui setiap
peristiwa kehidupan kita.
Maka jika Sahabat fillah dalam kesedihan, kegalauan hati, keresahan jiwa,
ingatlah bahwa itu hanya sementara…
La Tahzan...Innallaha ma"anna...Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Jarang dikaji. Aktivitas membeli surga adalah diantara fenomena cukup
ngetrend mewabah frekuensi gelombang kemajemukan simbolis religius bangsa kita
dasawarsa ini. Identiknya, ironisme berasumsi bisa menyuap Malaikat Rokib sang
pencacat amal ibadah, sekalian(berasumsi bisa) mengelabuhi Malaikat Atid sang
pencatat segala macam kemaksiatan seluruh makhluk itu.
Hemat saya(pribadi). Hal itu, adalah geliat pragmatisme ibadah, konsekuensi
dari dilematis(beragama) bagi Muslimin dalam menghadapi kompleksnya fenomena
tantangan globalisasi.
Esensinya, sebagai pelarian akibat semakin terpuruknya kualitas
istiqomah(kontinuitas) beribadah, sedangkan aktivitas hidupannya over dosis
memuja harta(hedonisme). Mereka(pelaku) panik, dan sedikit menyadari telah
terpolusinya keimanannya. Maka maraklah aktivitas membeli surga, dianggap jalur
pintas untuk menjauhi neraka.
Makelar Surga Para artis dan para koruptor, yang mulutnya sering
meletup-letup memproklamirkan diri katanya cinta agama, mayoritas -untuk
dimaksud tidak semuanya-- mereka itulah Makelar surga paling berpengaruh.
Mempromosikan kepada publik, bahwa surga adalah komoditas bisa diraih dengan
bermodal materi. Kalaulah hal itu dianggap ibadah sampingan, tentu tidak
masalah. Ironisnya mengesampingkan esensialitas ibadah kepada Allah SWT.
Memang, dalam hati kecilnya, mereka pun mungkin takut atas dosa-dosanya(?).
Namun magnet godaan setan dengan umpan fatamorgana duniawi eksis lebih kuat
mengalahkan keimanannya.
Kroposnya akar-akar Islam di lapangan Ibadah, baik vertikal(kepada Allah)
maupun horisontal(sesama ummat beragama), adalah resiko dominan dari komoditas
surga. Faktor utamanya, mereka(pelaku) berpikir pragmatis, bahwa dalam konteks
ibadah cukup mengeluarkan sebagian duitnya saja. Naifnya lagi, sering tanpa
memperdulikan uang halal atau haram. Menggelikannya, banyak orang berceletuk :
"Berbuat demikian itu lebih baik, daripada sama sekali tidak beramal
".
Marak para koruptor-pecandu mengeruk duit rakyat itu, atau artis(tak
terkecuali artis bintang porno), mempublikasikan diri melalui berbagai media
massa(yang dikontraknya), mereka berebut membangun megah masjid-masjid atau
menyantuni para yatim piatu.
Seolah-olah mereka adalah "teladan beribadah bagi segenap Muslimin.
Padahal selain unsur membeli surga, juga sering adanya faktor politis(bagi para
koruptor) dan komersialis(mencari penggemar) bagi para artis. Jelaslah
fenomena-fenoma tidak prosedural atau jauh dari autentisitas ibadah.
Kaveling Surga
Perspektif Tauhid(ilmu ketuhanan) adalah hak perogratif Allah SWT untuk
membagi kebijakan sifat Rakhman dan Rakhim-Nya. Siapa yang akan dimasukkan ke
surga atau neraka? Sesuai dengan keagungan Qudroth dan Irodath-Nya.
Entah ahli ibadah atau pecandu berbuat dosa, bahkan Muslim atau Kafir
sekalipun? Menentukan masuk surga atau neraka adalah hak otoritas Tuhan yang
tidak bisa diintervensi oleh siapapun!
"Dia(Allah) mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya. Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan
kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu" (QS 5:18).
Sekali lagi, biarlah Allah SWT menentukan otoritas Rakhman-Rakhim-Nya kepada
segenap makhlukNya. Adalah kesalahan fatal, bila ada manusia bermaksud
"mengaveling surga", apalagi hanya dengan mengandalkan seonggok
harta. Dan sedikitpun manusia tidak ada kelayakan ber-action jadi "agen
surga".
Esensi Ibadah
Saya tidak bermaksud menjadi "sales surga". Tetapi, esensialitas
persoalannya, perspektif hukum fiqih, empat madzahib fuqoha ahlissunnah
waljama'ah(Hambali, Maliki Hanafi, Syafi'i) konsesus(ittifaq) bahwa generalitas
dalam beribadah : Selain ada rukun yang dilaksanakan, juga sebelum memulai
ibadah terlebih dulu harus memperhatikan terhadap syarat-syaratnya.
Selain ada syarat diwajibankannya(beribadah), utamanya harus memenuhi syarat
syah, agar sesuai prosedur (ibadah)nya menjadi syah.
Apakah sesuai prosedur, mencuci lantai masjid dengan air kencing? Menyantuni
para anak yatim dengan uang hasil korupsi? Atau membangun pesantren dengan uang
hasil memamerkan aurat badan di berbagai media massa? Jelas tidak, bukan?
Sesuai Qowa'id al-Fiqh : al-Ashlu baqou ma kana a'la makanan (hukum sesuatu
hal, itu sesuai dengan kondisi asalnya). Umpamanya, uang haram dijariahkan ke
masjid, maka tetap haramlah hukum menyalurkan duit(haram) itu.
Sedekah atau dermawan, memang dianjurkan. Namun dengan harta haram, dalam
konteks ibadah, hal itu hanya melaksanakan rukun, sedangkan menafikan
syarat(ibadah) tentunya menyebabkan tidak syah.
Dan memang, harta itu, hisabnya(pertanggung jawaban di hadapan Allah) dua
hal ; dari mana(dengan cara apa, pen) diperoleh, dan untuk apa dipergunakan.
(HR. at-Tirmidzi dari Abu Barzah R.A.). Maka, tidak tepat, menjadikan hal haram
atau subhat itu, sebagai argumentasi
"untuk mencari modal" beribadah. Bukankah sangat banyak jalan
untuk mencari rezeki sekaligus tanpa mencampakkan konstitusi(syariat) Ilahi?
Pun autentisitas total ibadah(bertakwa) bukanlah berorientasi meraih surga
atau menjauhi neraka. Tapi Li-Allahi Ta'ala(karena Allah Ta'ala) murni
menjalankan kewajiban hamba atas perintah Kholiq(Sang Pencipta).
Bila beribadah orientasinya masuk surga-menjauhi neraka, otomatis signifikan
mengikis kualitas orisinilitas ibadah. Perspektif Tauhid adalah termasuk
asy-Syirku al-Asghor(bagian dari penyekutuan kepada Allah SWT).
Efek Samping
Kompleksnya sistem media informasi, berperan aktif menularkan hedonisme.
Kenaifan itu pun telah kronis mewabah ke plosok-plosok. Kini di daerah-daerah
pun telah "ngetrend" terjangkit virus "Menyuap Malaikat-Membeli
Surga". Berujung semakin terpinggirkannya implementasi kualitas ibadah.
Fenomenanya, mereka mau menyumbangkan materi untuk pembangunan masjid, namun berat
untuk melangkahkan kaki sholat berjamaah ke masjid. Atau marak pula(orang-orang
daerah) gemar menyumbangkan duit untuk acara-acara pengajian/majlis ta'lim,
namun enggan mengikuti pengajian di majlis yang didonasinya itu. Lebih
parahnya, untuk golongan(orang daerah) semacam ini, sering berasumsi
:"bahwa pendidikan bukanlah(lagi) hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Utamanya memandang negatif kepada komunitas pelajar jurusan agama(Islam)
karena dianggap tidak prospektif menghasilkan bongkahan-bongkahan materi".
Meskipun realitasnya, terdapat jutaan orang-orang bergelar "sarjana
ekonomi plus" berstatus pengangguran. Namun belum juga terbuka mata hati
kaum hedonis itu.
Bagi mereka, yang terpenting adalah : "Bagaimana putra-putrinya secepat
mungkin bisa meraup materi, misalnya berdagang, dengan tanpa membutuhkan
pendidikan tinggi, toh ijazah pun(utamanya ijazah pendidikan agama) tidak
menjamin masa depan". Itulah yang ada dibenak mereka. Sungguh naif!
Ironisme mewabah adalah, dengan berprinsip" demikian itu, mereka pun
sering ditemukan meninggalkan fardu ain(kewajiban personal) seperti sholat lima
waktu dan atau puasa Ramadan. Dominan sibuk dengan aktivitas duniawi.
Inilah, diantara imbas hedonisme(pemuja harta). Terkesan
"berprinsip": Boleh berpuas-puas berbuat dosa dengan kemewahan harta,
termasuk cara(haram) memperoleh hartanya. Toh, dengan harta itu, akan mampu
menyuap malaikat sekaligus membeli surga! . Sungguh memilukan! Firman Allah
Ta'ala, (QS. Asy-Syu'araa': 88-89), akan datang suatu hari: "Yaitu pada
hari di mana tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak. Kecuali orang-orang
yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."
Insya Allah Ta'ala, dengan ketakwaan. Manusia akan diberi rahmat dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan surga oleh Dzat Maha Segalanya, yang
"staffNya"(para malaikat) itu tidak bisa dikelabuhi dengan rekayasa
fatamorgana materi. Dan memang, surga tidak bisa "dibeli"(dengan
materi).
Ilmiahnya. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan Allah SWT
sesuai orisinilitas syariatNya, itulah esensi dari kehidupan manusia
berperadaban untuk estafet meraih honoris causa takwa. Sekaligus upaya
prosedural "menyuap Malaikat-Membeli Surga!"
Untuk membuktikan
kelelakianmu yang hanya temberang.
Hawa..
Kau bangga dengan
kecantikan lahiriah yang ada padamu,
Kau sanjung tinggi
Adam yang terpikat dengan keindahan rupamu,
Kau tersenyum manis
saat Adam melihat lenggok tubuhmu,
Tapi kau marah dan
benci bila ada segelintir Adam yang menegurmu.
Adam..
Kadangkala kekacakan
yang ada padamu,
Bisa membuat Hawa
lemah dan cair ibarat ais terkena api,
Hati yang rapuh mudah
luluh dan tunduk pada nafsu,
Jiwa yang halus mudah
pula jatuh hati.
Hawa..
Iblis menggunakanmu
sebagai umpan untuk memerangkap Adam,
Ambillah kesempatan
ini untuk memperdayakan Iblis,
Selamatkanlah Adam
dari cengkaman api yang tidak akan terpadam,
Jatuhkanlah musuh
Islam dengan akal satumu yang genius.
Adam..
Kata-kata manis
nistamu bisa menggoda sanubari Hawa,
Senyum nakalmu
membuatkan Hawa semakin suka,
Lembutmu dalam
berbicara membuatkan Hawa senang mendekatimu,
Sikap prihatinmu
menjadikan Hawa tergilakan perhatianmu.
Hawa..
Sikap tak endahmu
menjadikan Adam berani terhadapmu,
Berani mengambil
peluang untuk menyentuh maruahmu,
Ketidaktegasanmu
membuatkan Adam semakin suka akan dirimu,
Hingga kau pun hanyut
dengan dunia cinta palsu.
Adam..
Kau bilang akalmu
sembilan mengalahkan nafsumu yang satu,
Gunakanlah akalmu itu
untuk mendidik nafsumu yang boleh membinasakan Hawa,
Cerdikkanlah akalmu
itu dengan berjihad menentang nafsu,
Agar Hawa terpelihara
sentiasa dalam jagaan taqwa.
Hawa..
Lenggok tubuhmu bisa
membuat Adam terpaku dan mata menjadi sepi,
Lembut suaramu bisa
mencairkan hati lelaki Adam,
Longgarkanlah
pakaianmu agar tubuhmu tertutup rapi,
Tegaskanlah suaramu
supaya syaitan tidak berpeluang merasuk Adam.
Oleh itu Adam..
Bersikap tegaslah
dengan Hawa dalam setiap urusanmu,
Kau harus kuat dan
sabar dalam membimbing Hawa yang semakin liar,
Kau harus terus
berjuang menentang hawa nafsumu,
Agar nafsu Hawa tidak
terus-terusan menular.
Adam..
Di mana imanmu saat
matamu melihat Hawa berpakaian tidak cukup kain?
Di mana kau letakkan
Allah saat hawa nafsu menjadi Tuhanmu?
Hawa meminta agar kau
bersikap tegas dan berani dalam perjuangan,
Agar Hawa takut untuk
menggoda dan mendekatimu.
Begitu juga Hawa..
Di mana malumu saat kau
menayangkan perhiasanmu kepada ajnabi?
Di mana taqwamu saat
syaitan menempiaskan bisikannya untuk menggoda Adam?
Adam menyeru agar kau
pelihara maruahmu supaya tidak dicemari,
Agar kawalan nafsu
sentiasa berada dalam pegangan iman Adam.
Hawa..
Mahalkanlah senyummu
yang bisa menawan hati lelaki,
Jagalah dan
peliharalah aurat dan maruah dirimu,
Untuk membentengi
nafsu yang sangat dibenci,
Agar kau suci
terpelihara saat Adam datang menyuntingmu.
Hawa..
Memang Adam mudah cair
dengan keanggunan wajahmu,
Namun, itu bukanlah
yang Adam impikan,
Adam mengimpikan Hawa
yang kuat pegangan agama sebagai penyuci kalbu,
Adam juga menginginkan
Hawa yang sopan berpakaian dan memelihara pandangan.
Untukmu Adam :
Jadilah Adam yang
berpendidikan tinggi dalam bab agama agar bisa membimbing Hawa dari menjadi
mangsa godaan syaitan. Jadilah Adam yang murah dengan kata-kata nasihat dan
teguran yang boleh memperbaiki Hawa. Jadilah Adam yang sentiasa berjuang
menentang nafsu dan memelihara dirinya untuk Hawa tercinta, iaitu, isteri.
Jadilah juga Adam yang bertanggungjawab menjadi ketua keluarga, imam dalam
solat jemaah dan pemimpin agama seperti yang diimpi oleh kebanyakan Hawa.
Untukmu Hawa :
Jadilah Hawa yang
tinggi dengan didikan agama, merendah diri dengan akhlak mulia dan baik hati.
Jadilah Hawa yang malu dan menjaga aurat serta maruah diri dari
sewenang-wenangnya ditonton oleh ajnabi. Jadilah Hawa yang sentiasa haus akan
ilmu nasihat dan teguran sebagai persiapan menjadi Hawa yang solehah untuk
suami tercinta. Jadilah juga seorang Hawa yang bisa menjadi anak, ibu dan
isteri solehah serta hambaNya yang beriman dan bertaqwa seperti yang diidami
oleh kaum Adam.
1)Suami yang taat
dalam melaksanakan perintah serta ...suruhan Allah dan RasulNya dan dapat pula
membimbing isterinya
2)Suami yang mampu
memberikan nafkah sama ada zahir ataupun batin
3)Suami yang sedia
memberikan nasihat, bimbingan , dorongan , didikan dan tunjuk ajar dalam
melaksanakan tugas serta tanggungjawab rumah tangga dan juga terhadap Allah
S.W.T.
4)Suami yang bijak
dalam menyelesaikan permasalahan isteri yang timbul bersama jiran tetangga atau
sebagainya.
5)Suami yang dapat
memberikan pemerhatian dalaam hal keselamatan, kebajikan dan kesihatannya.
6)Suami yang dapat
menyediakan tempat tinggal, pakaian dan makanan yang sempurna mengikut
kemampuannya
7)Suami yang penyabar
dan tidak mengggunakan kekerasan dalam menyelesaikan sesuatu masalah atau untuk
mendapatkan sesuatu.
8)Suami yang tidak
cemburu buta tanpa asas terhadap isterinya yang mana boleh merosakkan keutuhan
rumah tangga mereka.
9)Suami Sentiasa
memberikan kasih sayang, belas kasihan dan pergaulan yang baik terhadap
isterinya.
10)Suami yang sentiasa
menjaga rahsia isterinya dan tidak didedahkan kepada orang lain.
11Suami yang ikhlas
dan jujur serta dapat menepati janji terhadap isteri dan anak-anak.
12)Suami yang
menjauhkan diri dari perbuatan maksiat seeprti meminum minuman keras, berjudi,
berzina, menipu, mencuri dan sebagainya.
13)Suami yang dapat
memberikan penjagaan dan pemerhatian yang baik terhadap isterinya. Penjagaan
ini meliputi semua hal termasuk kehormatannya.
14)Suami mestilah
bijak memahami persaan dan hati isteri sama ada dengan perbuatan atau
perkataan, jangan biarkan dirinya dalam keadaaan bersedih.
15)Suami yang sentiasa
mengutamakan kebersihan diri, zahir dan batin.
16)Suami mestilah
menahan dirinya dari bergaul secara bebas dengan wanita lain.
17)Suami yang dapat
menyelidiki secara cermat dan teliti segala hal yang disampaikan oleh orang
lain yang berkaitan dengan isterinya.
18)Suami yang bijak
dalam memimpin rumah tangganya dan melaksanakan tugas dengan penuh amanah serta
bertanggungjawab.
Pikiran merupakan kekuatan yang
sangat besar dalam diri kita. Berpikir melahirkan pengetahuan, pemahaman,
nilai, keyakinan dan prinsip. Dengan pikiran kita bisa menjadikan dunia kita
berbunga-bunga atau berduri-duri. Pikiran bahagia membuat kita gembira dan
fikiran sedih membuat kita berduka.
Berpikir tidak memiliki batas waktu,
jarak atau ruang. Ia bisa muncul tiba-tiba dalam kondisi apapun. Hebatnya
lagi, pikiran merupakan sumber pendorong perilaku, sikap dan hasil yang kita
dapatkan. Dari pikiranlah kita bisa menjadi seseorang yang berjiwa sehat atau
sakit. Plato mengatakan “sumber setiap perilaku adalah pikiran. Dengan pikiran
kita bisa maju atau mundur. Dengan pikiran kita bisa bahagia atau
sengsara.
Jack Canfield dan Mark Vitctor
Hansen mengungkapkan sebuah data yang mencengangkan di dalam bukunya yang
berjudul “alladin Factor” bahwa setiap hari manusia menghadapi lebih dari
60.000 pikiran. Pada tahun 1980, penelitian fakultas kedokteran di San
Fransisco mengumumkan hasil penelitiannya bahwa lebih dari 80% pikiran manusia
bersifat negative. Jika kita hitung secara sederhana, 80% dari 60.000 pikiran
yang dihasilkan manusia, berarti kita memiliki potensi 48.000 pikiran
negatif setiap hari! Dan itu turut mermpengaruhi perasaan, perilaku serta
penyakit yang mendera jiwa dan raga. So…, hati-hati dengan kekuatan pikiran
kita!
Kini, yang kita butuhkan
adalah bagaimana kita dapat mengarahkan pikiran kita pada hal yang positif
hingga yang berpotensi negatif pun bisa kita arahkan ketempat yang positif agar
tidak membahayakan kondisi jiwa, kepribadian dan rasa percaya diri.
Saatnya kita mulai memilih berbagai
pikiran ke arah yang positif. Selain tawakal pada Allah, kita mulai dari
memahami arti pikiran dan kekuatannya. Dalam Al Quran, Allah telah membedakan
antara orang yang berilmu dan yang tidak,
“Katakanlah, “Apakah sama orang
orang yang mengetahui dengan orang orang yang tidak mengetahui?”
[Al Zumar:9]
“Katakan apakah sama orang yang buta
dan orang yang melihat? Tidakkah mereka berfikir?”
Tiada bacaan sebanyak kosakata Al Qur’an yang berjumlah 77.439 kata dengan
jumlah huruf 323.015 huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata
dengan padanannya maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh, kata hayat (hidup) terulang sebanyak antonimnya maut, masing
masing 145 kali; akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia; malaikat
terulang 88 kali sebanyak kata setan; thuma’ninah (ketenangan) terulang 13 kali
sebanyak kata dhiyq (kecemasan); panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin.
Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya yaitu ridha
(kepuasan) masing-masing 73 kali; kikir sama dengan akibatnya yaitu penyesalan
masing-masing 12 kali; zakat sama dengan berkat yakni kebajikan melimpah
masing-masing 32 kali. Masih banyak keseimbangan lainnya seperti kata yaum
(hari) terulang 365 sejumlah hari-hari dalam setahun, kata syahr (bulan)
terulang 12 kali juga sejumlah bulan dalam setahun.
Adakah suatu bacaan ciptaan makhluk seperti itu? Al Qur’an menantang:
Katakanlah, seandainya manusia dan jin berkumpul untuk menyusun semacam al
Qur'an ini, mereka tidak akan berhasil menyusun semacamnya, walaupun mereka
bekerja sama.”
[Al Isra:88]