Bismillahirrohmannirrohim
“ Seuntai Nasehat bagi Ibunda
tercinta dan calon ibu “
Untaian nasihat berharga ini
dipersembahkan kepada setiap ibu atau calon ibu yang rela menjadikan Alloh SWT
sebagai RabbNya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad SAW sebagai nabinya, yaitu
sebuah nasihat yang diungkapkan dari dalam lubuk hati kami selaku anak-anakmu,
wahai ibunda atau calon ibu, ketika kami sedang merenungi firman Alloh SWT: “
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
{QS. Al-Isra’ (17): 23-24}.
Kami, anakmu mengungkapkan baris-baris
nasehat ini kepada orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik kamu,
yaitu ibunda kami, Abu Hurairah R.A berkata bahwa ada seseorang datang menemui
Rasululloh SAW dan bertanya kepadanya: “ Wahai Rasululloh, siapakah orang yang
paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? “ Kemudian beliau Rasul
menjawab: “ Ibu-mu “. Ia bertanya lagi: “ Kemudian siapa?”, beliau menjawab: “
Ibu-mu “, ia bertanya kembali: “
Kemudian siapa?”, beliau menjawab: “ Ibu-mu “. Kemudian tanyanya lagi: “
Kemudian siapa?”, maka beliau menjawab: “ Bapakmu “. (HR. Bukhari dan Muslim).
Wahai ibuku dan calon ibu, bagaimanakah kami harus mengungkapkan perasaan yang
terpendam dalam hati ini? sesungguhnya tidak ada ungkapan lebih benar yang
dapat kami temukan kecuali firman Alloh SWT:
Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Rabbnku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil". {QS. Al-Isra’ (17): 24}.
Wahai ibunda atau calon ibu -Semoga
Alloh SWT memberimu petunjuk- jadilah engkau seorang mukminah yang beriman
kepada Alloh SWT semata dan para Rasul-Nya. Jadilah seorang yang rela
menjadikan Alloh SWT sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad SAW
sebagai nabi dan Rasul-Nya. Rasululloh Muhammad ibnu Abdillah SAW bersabda: “
Akan dapat merasakan nikmatnya iman seseorang yang rela menjadikan Alloh SWT
sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad SAW sebagai Rasulnya “.
(HR. Muslim). Ingatlah kepada Alloh SWT setiap saat, baik ibu atau calon ibu
dalam keadaan sembunyi (sendirian) maupun terang-terangan. “ Sesungguhnya bagi Alloh tidak ada satu pun
yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit . {QS. Ali-Imran’ (3): 5}.
Wahai ibunda atau calon ibu, terangilah seluruh kehidupan ibu atau calon ibu
dengan cahaya Al-Qur’aan dan Sunnah (Hadist) Rasululloh SAW, karena di dalam
keduanya terdapat resep kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dan
hindarilah, wahai ibunda atau calon ibu, perbutan yang memperturutkan hawa
nafsyu, karena Alloh SWT berfirman: Maka apakah orang yang berpegang pada
keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan
dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?.
{QS. Muhammad (47): 14}.
Wahai ibunda atau calon ibu,
jadilah suri teladan yang baik untuk anak-anak ibu, dan berhati-hatilah jangan
sampai mereka melihat ibu atau calon ibu melakukan perbuatan yang menyimpang
dari perintah Alloh SWT dan Rasul-Nya, karena jiwa anak-anak baiasanya banyak
terpengaruh atau diwarnai oleh tingkah laku ibunya. Wahai ibunda atau calon ibu
- semoga Alloh SWT senantiasa menjaga ibu dari segala kejahatan dan kejelekan -
kami wasiatkan agar ibu memperhatikan anak-anak ibu dengan pendidikan Islam,
karena mereka adalah kuncup-kuncup mekar sebai amanat dan tanggung jawab besar
yang ibu emban, maka perihalah mereka dan berilah hak pembinaan mereka dengan
pendidikan Islami. “ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya)
dan janjinya “. {QS. Al-Mukminun (23): 8).
Rasululloh SAW bersabda: “
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap
yang dipimpinya “. (HR. Bukhari dan Muslim). Wahai ibunda atau calon ibu,
jadilah anda suri teladan yang baik bagi putera-puteri ibu dalam keteguhan
memakai hijab (jilbab) syar’i yang sempurna. Hal ini sebagai bukti ketaatan
kita kepada Alloh SWT dalam firman-Nya yang mulia: Hai Nabi katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. {QS.
Al-Ahzab (33): 59 juga lihat buku Menjadi Mutiara Terindah “ Fikih “ Kode Etik
Muslimah Seputar Adab dan Thaarah, Penulis: Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Jarulloh
Hafidzhahulloh, Hal: 29, Terbitan: Pustaka Arafah, Solo-Jawa Tengah, November
2004)}.
Wahai ibunda atau calon ibu,
hendaknya berdo’a kepada Alloh SWT merupakan senjata ibu dalam mengarungi
kehidupan ini, dan bergembiralah dengan akan datangnya kebaikan, karena Dia
telah menjanjikan kita dengan firman-Nya: “ Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam
dalam keadaan hina dina". {QS. Al-Mukmin (40): 60}. Hanya kepada Alloh
kami memohon agar menjaga ibu dan calon ibu dengan penjagaan-Nya, membahagiakan
ibu dan calon ibu di dunia dan akhirat, dan mengumpulkan kami, ibu-ibu kami,
bapak-bapak kami, dan seluruh kaum muslimin dan muslimat dalam syurga-Nya.
Sesungguhnya Rabb kami Maha Dekat, Maha Mengabulkan dan Mendengarkan Do’a. Sekian
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi Umat Islam khususnya kaum Muslimah
dimanapun anda berada. Alloh Al-Musta’an. Wallohu Ta’ala A’lam bishowab.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh Penuh Cinta Selalu Untuk Selamanya, Fillah… sumber : www.dudung.net
Tinggal dinegeri mereka dan
tidak mau berpindah ke negeri kaum Muslimin
Oleh karena itu, Alloh Azza
wa Jalla menyuruh kaum Muslimin hijrah ke negeri saudaranya ketika mampu, dan
melarang tetap terus tinggal disana kecuali jika tidak mampu. Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya
diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana
kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas
di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Alloh itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu
tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali “.
(Terjemah QS. An-Nisaa’: 97). Diperbolehkan juga tinggal di negeri orang-orang
Kafir jika bertujuan untuk dakwah (mensyi’arkan Agama Islam).
Bersafar (berpergian) ke
negeri kaum Kafir hanya semata-mata untuk bersenang-senang atau tamasya
Fadhilatush Syaikh
Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh berkata: “ Safar ke
negeri orang Kafir tidak boleh kecuali jika terpenuhi tiga syarat:
Pertama, Dia memiliki ilmu yang bisa
menangkal syubhat (tipu daya pemikiran orang-orang kafir) yang datang, Kedua,
Dia memiliki agama yang kuat yang bisa menjaganya dari berbagai syahwat.
Ketiga, Dibutuhkan. “ Yakni dibutuhkan untuk pergi ke sana seperti untuk
berobat, mempelajari tekhnologi untuk kemajuan kaum Muslimin, berdagang, dsb)
“, Demikian juga boleh bersafar ke negeri mereka dengan tujuan Dakwah.
Membantu mereka memerangi
kaum Muslimin
Perbuatan ini termasuk
pembatal-pembatal keIslaman -Wal ‘iyadz billah-.
Meminta bantuan kepada
mereka, mempercayakan urusan kepada mereka dan memberikan mereka (orang-orang
Kafir) jabatan yang di sana terdapat rahasia kaum Muslimin serta menjadikan
mereka teman akrab dan sebagai anggota musyawarah yang dimintai pendapatnya
Menggunakan Kalender mereka
dengan meninggalkan Kalender kaum Muslim
Berpartisipasi dengan
orang-orang Kafir dalam upacara mereka atau membantu mereka mengadakannya atau
bahkan mengucapkan selamat kepada mereka atau menghadiri acara tersebut
Termasuk contoh dalam hal
ini adalah mengucapkan “ Selamat Natal “. Ini adalah Haram. Karena mengucapkan
selamat natal sama saja ia tidak mengingkari, bahkan menyetujui upacara
tersebut yang mana didalamnya terdapat syirik. Bukankah kita dilarang
mengatakan kepada orang yang meminum minuman keras, “ Selamat meminum minuman
keras “. Apalagi dalam hal ini yang mana dosanya (yakni syirik) melebihi
meminum minuman keras.
Membantu mereka atau
menjunjung tinggi peradaban mereka serta kagum dengan akhlak dan kepintaran
mereka tanpa melihat kepada keyakian mereka yang rusak dan agama mereka yang
batil lagi sesat
Menamai anak dengan
nama-nama mereka
Misalnya menamai dengan nama
George, Yuli, Petrus, Diana, Suzan, Nadia, dsb. Meninggalkan nama-nama Islami
(seperti Abdullah atau Abdurrahman, Mujahidin, Jundi, dsb untuk yang laki-laki
sedangkan perempuan seperti Aisyah, Khadijah, Fatimah, dsb) dan nama-nama kaum
Muslimin.
Memintakan ampun dan rahmat
untuk mereka
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala
berfirman: “ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam “. (Terjemah QS.
At-Taubah: 113). Diharamkannya memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir
bukanlah berarti diharamkan juga bermua’amalah dengan mereka, mengimpor
barang-barang yang didatangkn dari mereka, menggunakan alat-alat buatan mereka,
dsb. Bukankan Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam pernah menyewa orang Kafir
yang bernama Ibnu Quraith untuk menujukkan jalan menuju Madinah dan pernah
membeli kambing milik salah satu yang musyrik? “. Ibnu Baththal mengatakan: “
Bermua’amalah dengan orang Kafir adalah boleh kecuali jual beli yang
(jelas-jelas –pent) membantu orang-orang Kafir memerangi kaum Muslimin “.
Contohnya menjual perlengkapan perang dan persenjataan kepada orang-orang
Kafir.
Penggolongan dalam masalah
Wala’ dan Bara’
Dalam masalah wala’ dan bara’,
terbagi menjadi tiga golongan: Golongan pertama, Orang-orang yang diberikan
kecintaan (wala’) murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum Mukmin
yang bersih dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih.
Golongan kedua, Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi murni tanpa ada rasa
cinta dan wala’. Mereka adalah kaum Kafir, orang-orang Musyrik, orang-orang
Munafik, orang-orang Murtad dan orang-orang atheis dengan berbagai ragamnya,
serta orang-orang Liberal/Pluralisme. Lihat QS. An-Nisaa’: 150-151, Golongan
ketiga, Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lain.
Mereka adalah kaum Mukmin yang berbuat Maksiat. Mencintai karena iman yang
mereka miliki, dan membenci karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah Kufur
dan Syirik. Sekian, Semoga risalah ini
dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a
Yasthurun, Wallohu’ Ta’ala a’lam bish
Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa
sallam. Wallhamdulillahi Rabbil’ Alamien.