Oleh: Muhammad Faisal, SPd,
M, MPd (Kang Faisal al-Jawy)
Sejarah Bisa Dibuat-buat?
Sejarah sebenarnya hanyalah kumpulan
kisah yang merekam fase kehidupan di sepengal masa. Tetapi, walaupun begitu,
sejarah ternyata mampun menjadi landasan berpijak dan berpikir bagi generasi
selanjutnya dalam memandang dan memformat kehidupan pada zamannya. Hal itu
dimaksudkan agar kesalahan masa lalu tak terulang kembali dan bisa menempatkan
langkah-langkah yang sudah positif. Sejarah yang dapat berpengaruh hebat
ternyata tak pernah lepas dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan. Tindakan merekapun menyelewengkan data dan fakta, sehingga frame
(kerangka) berpikirpun menjadi menyimpang dari kebenaran.
Terlebih dari pihak pencinta
kebenaran (baca: kaum Muslimin) jarang yang mampu menuliskan sejarah secara
lurus. Akhirnya yang terjadi adalah “ amnesia sejarah”, yaitu penyakit budaya
yang membuat orang kehilangan kesadaran sejarah. Bahkan kebanyakan orang lebih
kenal kepada tokoh-tokoh penulis sejarah yang notabenenya tidak konsekuen atau
fair dalam menuliskan sejarah. Keberadaan
negara-negara Islam ditimur yang pernah dijajah oleh Barat menjadi
korban akan adanya distorsi sejarah baik yang berkenaan dengan sejarah
negeri-negeri mereka maupun dunia internasional secara umum.
Memang, siapa yang berkuasa, dia
mampu membuat prasasti (catatan sejarah) tentang eksitensi mereka dan peradaban
kebanggaannya serta mengatakan sesuatu yang tidak semestinya pada pihak-pihak
yang menjadi seterunya, atau pihak-pihak yang menjadi bawahannya. Padahal
pembuatannya mengorbankan pihak-pihak yang selama itu tertindas. Salah satu
kesalahan yang hingga kini masih menjadi pijakan tentang “ Penemuan Columbus terhadap Benua Amerika “.
Nama Columbus bagi masyarakat luas
telah mengenal bahwa dia adalah orang yang pertama menemukan benua Amerika.
Padahal anggapan itu sama sekali tidak benar. Sesungguhnya kebencian dan sikap
anti yang dimiliki oleh Barat dan Eropa nampak ketika mereka menjajah negeri
timur yang mayoritas Muslim. Barat telah memiliki anggapan bahwa tidak boleh
dibiarkan Islam memegang sejarah dunia.
Untuk itulah para ahli
mereka dikerahkan untuk bisa memblokir seluruh informasi dan data tentang
kejayaan Islam. Semangat kebencian itu mulai timbul sejak mereka kalah total dalam
perang salib yang terjadi selama dua abad. Perang salib yang telah banyak
memberikan sumbangan manfaat itu tidak disyukuri oleh Barat, bahkan justru mereka melemparkan gelar
negative bagi kaum Muslimin. Mereka ibarat, “ diberi air susu malah membalas
air tuba “.
Kebangaan yang dilandasi atas
kebencian itu mereka wariskan kepada generasi penerus mereka untuk terus
memusuhi Islam. Merekapun berseboyan “ West is west and east is east “ (Barat
adalah barat dan timur adalah timur). Dengan itulah mereka menulis sejarah
mereka. Mereka menganggap bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik
mereka, baik ilmu, filsafat, kebudayaan daan segala hasil kemajuan serta
penemuan-penemuan. Bangsa lain tidak pernah berperan di dunia. Sebuah sikap
arogan yang masih terwarisi hingga sekarang.
Mereka tidak malu-malu
mengumandangkan diri mereka sebagai pelopor sejarah. Semua sejarah di dunia
terutama yang ada kaitannya dengan dunia Islam mereka buang jauh-jauh, jangan
sampai ada orang yang mengetahuinya. Mereka memanipulasi sejarah dunia, mereka
menggangap bahwa sejarah hanya ada di barat dan dimulai dari barat. abad
pertengahan mereka anggap sebagai abad bodoh dan tolol serta biadab. Padahal
itu semua yang mengalaminya hanya bangsa mereka, karena kesalahan-kesalahan
mereka. Sementara di bagian dunia yang lain telah ada budaya dan peradaban yang
tinggi dan cemerlang, itulah peradaban Islam yang jaya. Tetapi hal itu tidak
pernah diakui oleh Barat padahal mereka mengerti bahwa sebenarnya Islam pernah
jaya di abad itu. Mereka selalu mengklaim bahwa merekalah yang paling beradab
tapi nyatanya biadab dan kejam, modern dan senantiasa berorientasi pada
kebenaran ilmiah tapi nyatanya merekalah yang bodoh dan tolol.
Propokasi barat yang menyesatkan tidak perlu
ditanggapi secara emosional, tapi harus dilawan sikap yang ilmiah dan obyektif.
Dengan usaha itulah penemuan-penemuan baru yang dipalsukan barat mulai terkuak
kedoknya. Satu diantaranya adalah Columbus yang memproklamasikan diri dan
disebarkan sebagai penemua benua Amerika.
Data dan Fakta Pembantah
Penemuan Columbus
Mengapa kesalahan tentang penemuan
Columbus perlu diketahui? Bukankah hal itu sudah berlalu dan menancap pada
pikiran dunia bahwa memang dialah penemunya?. Dalam buku Nuzhatul Musytaq karya
Al-Idrisi diceritakan bahwa pada abad kesembilan masehi ada delapan orang
pemuda Arab yang tinggal di Lisabon Portugal bersumpah untuk mengarungi
samudera luas, lima abad sebelum Columbus berlayar ke Amerika. Pemuda itu telah
berazam (berkeinginan kuat) untuk mengarungi samudera raya, maka
dipersiapkanlah perbekalan dan perlengkapan. Mereka tercatat telah melanglang
buana selama tigapuluh lima tahun. Sampailah mereka di pelabuhan sebuah pantai
di perairan Meksiko (negeri antara Amerika Utara dan Amerika Selatan) dan
mereka tinggal di sana disambut oleh penduduk pribumi dengan penuh kegembiraan
dan antusias.
Setelaah pulang, merekapun
menceritakan segala pengalama mereka; apa-apa yang telah mereka lihat, mulai
dari binatang, tumbuh-tumbuhan sampai kejadian-kejadian lainnya. Cerita dalam
buku Al-Idrisi ini telah dijadikan rujukan oleh para ahli di bidang geografi
zaman sekarang.
Bahkan menurut Danzak bahwa para
pelaut Arab Islam telah mengarungi samudera hingga pulau Mereda (Wilayah Portugal
yang ada di samudera Atlantik), Barmuda (Wilayah Inggris yang berada di
samudera Atlantik). Antiles (Wilayah Amerika tengah ditepi pantai samudera
Atlantik). Dalam buku Masalikula Abshar dan Shubhul A’sya karya Al-Qalqasyandi
dikatakan bahwa orang Arab Islam di Afrika Barat telah mengadakan eksplorasi di
atas lautan kira-kira pada abad delapan Masehi, yaitu pada masa Pemerintahan
Raja Ghana. Wilayah ini pernah pula dikuasai oleh kekhalifahan Islam yaitu pada
masa al-Murabitin pada tahun 1077 Masehi. Raja Ghana tersebut telah
memerintahkan sebuah eksplorasi ke samudera luas hingga batas pantai yang
paling jauh. Setelah pasukan yang ditugaskannya kembali dan melaporkan beberapa
hasil eksplorasi mereka, Raja Ghana merasa kurang puas dan mencoba mengadakan
pelayaran sendiri dengan perbekalan dan persiapan yang lebih matang. Akan
tetapi hasil laporannya yang terakhir ini tidak ada sama sekali beritanya.
Lain lagi dengan pendapat Marry
Kremly, seorang ahli Bahasa yang telah mengadakan penelitian dan penyelidikan
tentang kebudayaan Arab dan Meksiko. Setelah diteliti dengan menggunakan
Vocabulary (kosakata) dengan metode perbandingan, ternyata memiliki banyak
kesamaan antara keduanya, terutama dengan nama-nama binatang dan burung-burung.
Dengan dalih itulah ia yakin bahwa antara Arab dan Meksiko pernah ada jalinan
hubungan yang kuat. Dalam sebuah seminar sejarah di Aula Raja Faishal II di
Baghdad, Kremly mengatakan lebih jauh, bahwa para Pelaut Arab Islam telah
mengadakan pelayaran hingga tepi perairan benua Amerika, tepatnya di pantai
laut Mache, penghubung antara laut utara dan samudera Atlantik. Orang Arab
selalu banyak meninggalkan kebudayaan-kebudayaan mereka kepada daerah-daerah
yang telah mereka kunjungi. Dalih ini membuktikan bahwa benua Amerika bukan
ditemukan abad lima belas sebagai yang diklaim oleh Columbus.
Geoffroy, seorang etnolog Amerika,
ketika membahas asal usul keturunan bangsa Amerika dan hubungannya dengan
bangsa-bangsa kuno di Amerika, mengatakan sebagai berikut: “ Bangsa Arab telah
sampai ke Amerika dan telah menjalin hubungan yang kuat dengan penduduk
setempat lima abad sebelum Columbus, mendatangi Amerika “. Bukti yang
menguatkannya adalah adanya nama sebuah jenis tumbuh-tumbuhan di Amerika yang
bernama “ Adzrah “ yang ternyata telah tersebar di dunia Islam saat itu. Selain
itu telah ditemukan juga fosil bangsa Semit di tepi perairan Bukrandi.
Selain hal-hal yang dikemukakan
diatas masih banyak lagi yang ditemukan sebagai bukti bahwa bangsa Arab Islam
telah dahulu dating ke Amerika baik utara, tengah, maupun selatan. Di antaranya
adalah: bentuk-bentuk budaya kuno yang ada di Amerika, bahasa penduduk
setempat, dll. Dalam buku “ Afrika waktisyafi Amerika “ yang terdiri dari tiga
jilid dikemukakan tentang penyelidikan secara mendalam pada dua puluh enam
bahasa di dunia,
diantaranya adalah bahasa
Indian. Dalam buku karya Prof. DR. Leonard, Guru besar Harvard University, itu
dikatakan bahwa: “ Bahasa Arab telah banyak mempengaruhi kepada bahasa Indian,
diperkirakan pengaruh tersebut terjadi pada abad ketiga belas Masehi.
Lain lagi dengan penelitian yang
diadakan oleh kepala Museum Brazilia pada abad kesembilan belas di dekat kota
Rio De Janeiro, ibu kota Bazilia dulu, hasilnya, disana ditemukan tulisan Arab
kuno atau tulisan Finiqie. Majalah “ Al-Alamul Yaum “ edisi
Februari 1926 Masehi menyebutkan bahwa suku Aztec dan Mayas, dua suku kuno yang
memiliki “ kebudayaan tinggi “ di Meksiko. Dikatakan bahwa keduanya memiliki
kemiripan kebudayaan dengan Arab Islam. Dan konon kedua suku tersebut pernah
hidup di bawah kekuasaan Arab Islam yaitu sekitar abad pertengahan dua belas.
Majalah New York Times bulan April
1961, memuat artikel karangan
DR. Holanley yang pernah disampaikan pada dies natalis ke 171
Universitas Pennsylvania (Negara bagian sebelah timur Philadelphia, Amerika).
Artikel itu mengatakan bahwa bangsa Arab telah berlayar ke samudera Atlantik,
dua atau tiga abad sebelum Columbus dating ke Amerika. Menguak artikel tersebut
adalah dua dokumen China yang berjudul “ Khilafus Silsilah Aljabaliah “ dengan
kerangka abad dua belas. Dan yang kedua adalah “ Washfusy Su’ubil Barbariyah “
yang berkerangka abad tiga bealas.
DR. Holanley juga menguatkan dengan bukti-bukti
biologis yang ia teliti selama delapan tahun, penelitian itu menunjukkan bahwa
tanaman-tanaman semacam jagung Indian, mentimun Indian, dan lain sebagainya
telah dikenal oleh bangsa Arab jauh sebelum Columbus dating ke sana. Perlu
diketahui bahwa pendapat tersebut banyak diikuti oleh sarjana-sarjana lainnya.
Di antaranya adalah DR. Lee Sung Yung, seorang Guru besar Bahasa dan Filsafat
di Harvard University, begitu pula DR. Richart Rudolf. Pada akhirnya ia
mengatakan: Sudah tiba saatnya bagi para Sarjana Arab untuk menyelidiki serta
mengungkapkan kembali sejarahnya dengan menggunakan dasar-dasar penemuan yang
telah ada.
Sayangnya walaupun berbagai
penelitian dan penemuan maupun bukti-bukti sejarah mengatakan kebenaran bahwa
bangsa Arab Islam telah menemukan Amerika lebih dahulu daripada Columbus namun
berita itu tak pernah sampai ketelinga siswa-siswi disekolah-sekolah pada
umumnya maupun berbagai Universitas. Yang masih terdengar dan dipelajari hingga
sekarang adalah bahwa Columbuslah penemu Amerika, seseuatu kebohongan/kedustaan
publik. Inikah bukti bahwa Barat memang sangat membenci Islam? Ataukah “
kebodohan “ orang Timur yang tak mau menggali sejarah serta mengubah kesalahan
itu pada kebenaran, sistem tentunya. Karena sistemlah sesungguhnya yang menjadi
penentu tersebarnya sebuah informasi.
Siapakah kiranya yang akan mampu
mengubah persepsi dan informasi yang salah menjadi benar? Akankah ummat Islam
pada suatu ketika nanti mampu? Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab.
Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam.
Wallahamdulillahi Rabbil’ Alamien.