by Joko Winarno
FIRMAN ALLAH
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Maka apakah penduduk negeri-negeri
itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di
waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman
dari kedatangan siksaan kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik
ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah
(yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi.” (QS. Al A`rof: 96-99)
PEMBAHASAN AYAT
Ayat di atas berhubungan
erat dengan musibah dan siksaan Allah, karena tercantum di dalamnya ”siksaan
Kami” dan kalimat yang artinya siksaan, musibah dan hukuman. (lihat Tafsir Al
Qurthuby 7/253).
Sebagian ahli tafsir
berpendapat bahwa termasuk yang terkena ”makar Allah” adalah orang yang lalai dari
ibadah kepada Allah dan menekuni dunia belaka. Amirul Mukminin Umar bin Khotob
berkata, ”Barangsiapa dilapangkan urusan duniawinya, ia tidak sadar bila hal
itu makar Allah, maka orang itu tertipu dan gila.” (Lihat Mufrodat Al Fadhil
Qur`an, Ar Raghib Al Ashfahany, 772).
PENYEBAB MUSIBAH
Kita harus meyakini bahwa
semua kejadian yang menimpa makhluk, hanyalah Allah Penentu dan Penciptanya,
sebagaimana firman-Nya:
Katakanlah, “Sekali-kali
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
kami.” (QS At Taubah: 51)
Namun perlu difahami bahwa
Allah menakdirkan sesuatu adakalanya dengan sebab, seperti menakdirkan orang
berilmu sebab dia belajar, menakdirkan orang punya anak karena dia menikah dan
contoh lainnya. Demikian pula dengan musibah pun ada sebabnya, antara lain:
1. Kezhaliman penguasa dan
hartawan
Tidak sedikit kita ketahui
di dalam sejarah bahwa kehancuran umat pada zaman dahulu karena kezhaliman
penguasa dan orang kaya mereka. Dengan kekuasaan dan hartanya mereka menindas
rakyat dan durhaka kepada Penciptanya.
”Dan jika kami hendak
membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhdapnya perkataan
(ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. ”(QS
Al Isra`: 16)
Kenyataan kezhaliman
penguasa dan hartawan ini dapat kita saksikan dengan membaca sejarah kehidupan
para utusan. Para utusan Allah selalu dimusuhi oleh pembesar di negerinya.
Perhatikan siapa musuh Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi
Muhammad? Siapa yang menzhalimi Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah dan para duat ahli sunnah.
Perhatikan firman Allah
” Dan seperti itulah, telah
Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah
Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. Al Furqan:31)
Perhatikan apa yang
dilakukan Fir`aun kepada pembesar dan rakyatnya ketika dia tidak mampu
membantah Nabi Musa, Fir`aun mengeluarkan doktrin:
” Dan berkata Fir`aun
(kepada pembesar-pembesarmya), ’Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia
memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar
agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS Ghofir:26)
2. Mendustakan utusan Allah
Ibnu Katsir menafsirkan
surat Al A`raf: 98-99 atau ayat di atas, ”Tetapi mereka mendustakan utusan
Allah, maka kami siksa mereka dengan kehancuran karena mereka melanggar
larangan dan berbuat dosa.”
(Tafsir Ibn Katsir 3/404)
3. Perbuatan zhalim
”’Dan sesungguhnya Kami telah
membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezhaliman,
padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa
keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak
beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
dosa.” (QS. Yunus: 13)
4. Karena mereka ”Mujrin”
(berbuat dosa)
”Maka jadilah mereka tidak
ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka.
Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqof: 25)
5. Menghina ulama sunnah
Ingatlah ketika Nabi Hud
diejek oleh pemimpin yang zhalim,
”Maka berkatalah
pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: ”Kami tidak melihat kamu, melinkan
(sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat
orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina diantara
kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu
kelebihan apapaun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang
yang dusta.” (QS Hud: 27)
6. Merasa aman dari makar
dan adzab Allah
Sebagaimana keterangan ayat
di atas.