Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 10 Desember 2010

“ Maafkan Kami Yaa Rasululloh…”


Mungkin hanya kisah tentang tetesan air mata. Tapi ia begitu mulia karena dua hal. Pertama, mata orang yang menitikan air mata, dan kedua karena tempat di mana air mata itu jatuh. Air mata itu, adalah milik Abu Bakar R.A dan tempat jatuhnya air mata itu adalah wajah Rasululloh SAW. “ Seandainya aku bisa memiliki seorang kekasih, niscaya kekasihku adalah Abu Bakar “, begitu kedalaman perasaan Rasululloh SAW, kepada sahabatnya, Abu Bakar R.A Keduanya, hari itu sedang berada di sebuah gua pengap dan gelap, gua Tsur namanya. Sebuah gua yang menjadi tempat persinggahan sekaligus persembunyian mereka saat berhijrah dari Mekkah ke Madinah Al-Munawaroh.


          Abu Bakar sebenarnya sudah lebih dahulu memeriksa kondisi gua sebelum Rasululloh SAW masuk. Setelah dianggap cukup aman, Rasululloh pun masuk. Utusan Alloh itu lalu membaringkan tubuhnya di atas tanah, dengan kepalanya berbantalkan paha Abu Bakar R.A. Muncul ular pada salah satu lubang yang berdekatan pada kedua makhluk mulia itu. Abu Bakar Ashidiq jelas tak mungkin membiarkan ular itu keluar dan mematuk sang kekasih. Tanpa berpikir panjang, ia menutup lubang itu dengan kakinya. Abu Bakar Ashidiq meringis menahan sakit, karena akhirnya ular itu menggigit kakinya. Tapi ia tetap berusaha menahan sakit sekuat tenaga, hingga kakinya tetap tak bergerak. Detik demi detik selanjutnya, dalam hening, sekujur tubuhnya tersa panas karena bisa ular yang menjalar cepat. Abu Bakar merintih menahan sakit dan badannya gemetar. Ia menangis diam-diam. Rasa sakit itu pun akhirnya menitik satu demi satu. Tetesan air mata itulah yang kemudian jatuh kewajah Rasululloh SAW hingga ia terbangun dari terkejut.
          Inilah kisah tentang tetes-tetes air mata yang sangat mulia. Tetes-tetes air mata yang menjadi saksi atas gemuruh cinta yang tak mungkin lagi tertahan oleh rasa sakit yang begitu menggigit. Tetes-tetes air mata itulah sebenarnya makna lain dari luapan rasa cinta Abu Bakar R.A kepada sang utusan Alloh SWT. Barangkali, sang sahabat Khalil (kekasih) Rasululloh itu, ingin pula mengucapkan permohonan maaf, karena ia tak lagi kuat membendung air mata yang akhirnya jatuh mengenai wajah sang Rasul yang tengah beristirahat penat. Mungkin, sahabat yang bobot keimanannya disebutkan Rasululloh melebihi kadar keimanan seluruh penduduk bumi itu, ingin pula meminta maaf kepada Rasul Muhammad Ibnu Abdillah SAW, karena terjaga dan terkejut.
          Peristiwa ini berlangsung di awal tahun hijriah ketika kami tengah mengalami banyak kenyataan yang makin menghentak kesadaran atas kemuliaan dan kesucian. Rasululloh SAW yang dinodai dan dinistai. Adakah titik air mata yang jatuh karena duka akibat tidak mampu memelihara kehormatan dan kemuliaan Rasululloh SAW. Sebagian kami bahkan masih sempat berada dalam tawa dan canda ditengah kehormatan dan kemuliaan sang Rasul terdera. Sebagian kami, masih belum terpaantuk sentimennya atas perilaku orang-orang yang begitu berani menodai kehormatan dan kemuliaan sang utusan Alloh SWT. Kami masih tenggelam dalam dunia yang begitu menguasai pikiran dan hati. Sementara ada banyak perilaku tak pantas melukai dan mengotori kemuliaan Rasululloh SAW yang seharusnya mampu menggetarkan hati. Maafkan kami ya Rasululloh…
          Kami mengerti, penodaan kesucian dan kemuliaanmu, bukan saja pada urusan gambar dan karikatur yang dianggap waajr karena kebebasan berpendapat oleh mereka yang memang bukan umatmu. Tapi justru sikap-sikap kami yang selama ini mempunyai andil untuk menodai dan mengotori kemuliaan dan kehormatanmu. Kondisi kami yang tidak meneladanimu dalam beribadah, dalam menilai, dalam menjalani kehidupan, dalam mengatasi permasalahan hidup, dalam seluruh sikap dan cara hidup kami, secara sadar maupun tidak sdar berarti mengurangi kemuliaan dan kesuciaanmu. Sikap kami yang tidak banyak membaca daan merenungi sirah/sejarah seperti melengkapi kekurangan dan perjuangan dakwahmu.


 Perilaku kami yang tidak banyak mengajak dan menyebarluaskan ajaranmu. Semuanya, kerendahan kami dihadapan keagungan hidupmu.
          Ya Rasululloh… Inilah kami, sekian abad dari masamu, dalam tubuh ringkih yang penuh dosa, dengan lidah kelu yang tercemari dusta, dengan mata dan telinga, kaki dan tangan yang banyak kami gunakan untuk kelalaian. Kami beranikan diri menyerumu. Maafkan kami ya Rasululloh… Ini bukan permohonan maaf yang berisi kepasrahan. Tapi permohonan maaf yang sejatinya semakin mendekatkan kejauhan kami pada kemuliaanmu. Permohonan maaf yang menjadi titik tolak kami untuk lebih mengenalmu, mencintaimu, mengikutimu, dan membelamu dengan apapun yang kami punya dan miliki. Maafkan kami ya Rasululloh… Sekian, Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a Yasthurun,  Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallahamdulillahi Rabbil’ Alamien.


http://www.facebook.com/notes/melati/-maafkan-kami-yaa-rasululloh/167395573298826