By: M. Agus Syafii
Ada satu kisah seorang
pemuda yang sejak kecil berprilaku kasar dengan orang lain, memperlakukan buruk
kepada siapapun. Kata-katanya seringkali menyakiti hati orang lain. Pemuda itu
tinggal disatu kontrakan yang dikelola oleh seorang bapak paruh baya dan
istrinya. Karena perilakunya yang buruk membuat dirinya dijauhi oleh setiap
orang. Sampai pada satu hari, ditengah malam pemuda itu mengalami sakit perut.
Ditengah kesakitannya berteriak-teriak dengan kerasnya. Membuat setiap penghuni
kontrakan terbangun, termasuk sang pemilik kontrakan.
Kemudian pemuda itu dibawa
ke rumah sakit, setelah diperiksa dokter mengatakan bahwa pemuda itu menderita
radang usus yang harus dioperasi dengan segera. bila tidak, bisa berakibat
kematian pada dirinya. Pemilik kontrakan memutuskan menanggung semua biaya
operasi. Sampai operasi itu dilaksanakan berjalan dengan lancar.
Dengan sabarnya pemilik
kontrakan dan istrinya menjaganya. Menyuapinya dan mengelap tubuhnya.
Berhari-hari mereka menjaga pemuda itu. ia diizinkan pulang. Ketika berada
dirumah kontrakan tidak dibiarkan begitu saja sampai dirinya benar-benar pulih
dan sehat kembali.
Kasih sayang pasangan suami
istri pemilik kontrakan telah membuat pemuda itu menjadi berubah. prilakunya
yang kasar mulai ditinggalkan. Kata-kata yang tidak pantas sudah tidak lagi
diucapkan. Ibadah sholatnya semakin rajin. Pemilik kontrakan bersyukur kepada
Allah karena ada perubahan positif pada dirinya. Seriring waktu berjalan.
Pemuda itu menyelesaikan kuliahnya dan diterima bekerja pada sebuah perusahaan
ternama yang ditempatkan diluar kota. Memaksanya harus berkemas dari kontrakan.
Sebelum keluar untuk berpamitan, pasangan suami istri pemilik kontrakan telah
menunggu dan menangis.
Istri pemilik kontrakan
bertanya, 'Sudahkah semua barang kau kemasi?' pemuda itu menjawab, 'Sudah.' Ibu
itu berkata,' tapi masih ada dua koper lagi..'Pemuda itu terkejut mendengarnya.
'Dua koper yang mana lagi?' tanyanya terheran. ' Sang Ibu pemilik kontrakan
menjawabnya, 'Koper pertama, berisi cinta kami kepadamu dan koper kedua, berisi
cintamu kepada kami. Bagaimanapun kamu tidak akan sanggup membawanya pergi karena
semua itu ada di dalam hati kami.' Pemuda itu menangis, meneteskan air mata,
merasakan cinta dan kasih sayang mereka. Dirinya berjanji akan senantiasa
mengunjungi mereka karena sudah dinggapnya seperti orang tuanya sendiri. Cinta
dan kasih sayang mereka yang tulus telah merubah sikapnya menjadi lebih baik.
Subhanallah.