Tahun baru Hijriyah, lebih
sepi pastinya daripada perayaan tahun baru Masehi. Parahnya lagi, tahun baru
Hijriyah ini biasanya bertepatan dengan tahun baru Jawa alias Suro. Parah
kenapa? Perayaannya itu loh yang bikin nyesek dada karena seperti kebiasaan
orang Jawa yang suka klenik dan khurafat, biasanya mereka melakukan ritual yang
menjurus pada syirik.
Di beberapa daerah, tahun
baru Hijriyah yang bertepatan dengan Suro-an ini diperingati dengan mendatangi
pohon tertentu dan duduk di bawahnya sepanjang malam. Ada juga yang larung
sesaji dengan menyembelih kerbau dan membuang kepalanya ke laut selatan. Bahkan
di rumah-rumah, mereka pada mandi kembang tepat di pergantian tahun menuju 1
Muharram atau 1 Suro. Duh…ajaran siapa lagi nih?
Islam tak pernah mengajarkan
semua amal di atas. Sebaliknya, semua perilaku itu malah menjurus pada
kesyirikan yaitu menyekutukan Allah dengan yang lain. Seharusnya momen tahun
baru Hijriyah digunakan sebagai sarana untuk introspeksi ke dalam diri. Sudah
sejauh mana perjalanan dien mulia ini dengan tonggak Hijrah sebagai titik
tolaknya. Ternyata, kondisi umat ini sungguh memprihatinkan.
....Seharusnya momen tahun
baru Hijriyah digunakan sebagai sarana untuk introspeksi ke dalam diri. Sudah
sejauh mana perjalanan dien mulia ini dengan tonggak Hijrah sebagai titik
tolaknya....
Tak usah muluk-muluk
berbicara yang lain. Kita fokuskan saja berbicara tentang remaja, dunia dan
permasalahannya. Remaja muslim saat ini berada di persimpangan. Di satu pihak
mereka mengaku beragama Islam, tapi di pihak lain kelakuan sama sekali tak
mencerminkan sebagai seorang muslim. Laki-lakinya banyak yang menghabiskan
waktu di diskotek daripada di masjid atau majelis ilmu. Muslimahnya apalagi,
banyak yang umbar aurat demi gengsi dan sedikit harta dunia.
Padahal kalau kita mau
bercermin terhadap kualitas remaja di masa kejayaan Islam sehingga akhirnya
symbol Hijrah dipake, perbedaannya bagaikan langit dan bumi. Yang namanya Ali
bin Abi Thalib, remaja bahkan bisa dibilang masih anak kecil sudah mempunyai
kualitas diri oke untuk memilih Islam sebagai jalan hidup. Begitu juga dengan
Aisyah yang sudah terlihat cerdas dan cemerlang sejak remajanya. Generasi
selanjutnya tak kalah hebat.
Yang namanya Ibnu Sina, di
usia 10 tahun sudah hafal Qur’an, menguasai ilmu sastra, tasawuf dan geometri.
Belum genap 16 tahun usianya, ia sudah ahli di bidang kedokteran dan mengobati
banyak pasien. Subhanallah. Bandingkan dengan kualitas remaja masa kini yang di
usia segitu pastilah waktunya habis untuk hura-hura saja. Tapi itu tidak semua.
Masih ada kok remaja yang salih dan rajin dalam menimba ilmu demi masa depan
dunia dan akhiratnya.
....Remaja muslim yang
berkualitas pastilah tak kan mudah terseret arus rusak bernama jahiliyah tapi
dibungkus istilah modern. Remaja muslim oke pastilah menyandarkan semuanya
menurut apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya....
Remaja muslim yang
berkualitas pastilah tak kan mudah terseret arus rusak bernama jahiliyah tapi
dibungkus istilah modern. Remaja muslim oke pastilah menyandarkan semuanya
menurut apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Apalagi di tahun
baru ini, seharusnya menjadi ajang untuk bermuhasabah/introspeksi tentang amal
perbuatan diri sendiri, masyarakat dan negeri ini. Sejauh mana ketaatan pada
Allah dan Rasul-Nya menjadi prioritas dalam hidup, dan bukan sekadar mengejar
kesenangan duniawi semata.
Ingat, sudah puluhan tahun
lamanya kita hidup dalam aturan jahiliyah. Saatnya kamu, kita semua sebagai
pemuda menjadi pelopor dan penggerak kebangkitan menandai tahun baru Hijriyah
agar tidak sia-sia. Semoga dalam waktu dekat kebangkitan Islam yang kita
rindukan itu segera terwujud sehingga tahun baru Hijriyah berikutnya kita sudah
bisa merasakan nikmatnya hidup dalam naungan Islam. Insya Allah ^_^