Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 09 November 2010

Persahabatan


Oleh : Muadz Rusly

Tidak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang senantiasa membutuhkan lingkungan dan pergaulan di dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
Di dalam pergaulannya tersebut seseorang akan memiliki teman, baik itu di sekolahnya, tempat kerjanya ataupun di lingkungan tem-pat tinggalnya. Hingga tidak dipungkiri lagi bahwa teman merupakan elemen penting yang berpengaruh bagi kehidupan seseorang.
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah me-ngatur bagaimana adab dan batasan-batasan di dalam pergaulan, sebab betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jahat, dan sebaliknya betapa besar manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang bergaul de-ngan teman yang shalih.
Banyak diantara manusia yang terjerumus ke dalam lubang ke-maksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan teman-teman yang jahat, dan banyak pula diantara manusia yang mendapatkan hidayah disebabkan bergaul dengan teman-taman yang shalih.
Di dalam sebuah hadits Rasulullah menyebutkan tentang pera-nan dan dampak sesorang taman. Rasulullahbersabda :
“Perumpaman teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan wanginya yang semerbak, sementara pandai besi ia akan membakar bajumu atau engkau akan mendapatkan bau-nya yang tidak enak” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Berdasarkan hadits tersebut dapat di-ambil faedah penting, bahwasanya ber-gaul dengan teman yang shalih mempu-nyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya baik, yaitu :Kita akan menjadi baik atau kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita. Sedang bergaul dengan teman yang jahat juga mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya jelek yaitu :Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilaku-kan teman.



Rasulullah telah menjadikan se-orang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang, oleh sebab itu Rasulullah memerintah-kan kepada kita agar memilah dan me-milih kepada siapa kita bergaul.Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda :
“Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaknya seseorang diantara kamu melihat kepada siapa dia bergaul”.(HR. Ahmad, Abu Daud dan At Tirmidzi)dan dalam sebuah syair disebutkan :“Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang temannya, sebab orang pasti akan mengikuti kelakuan teman-nya”.
Demikianlah karena memang fitrah ma-nusia cenderung ingin selalu meniru tingkah laku dan keadaan temannya .Para salafusshalih sering menyampaikan kaidah bahwa:
“Hati itu lemah, sedang syubhat kencang menyambar”Sehingga pengaruh kejelekan akan lebih mudah mempengaruhi kita dikarenakan lemahnya hati kita.
Merupakan sikap yang diajarkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah men-jauhi para penyeru bid’ah, para pengikut hawa nafsu (ahlul ahwa’) dan orang-orang fasik yang terang-tarangan menampakkan dan menyerukan kefasik-annya. Ini merupakan salah satu tin-dakan preventif terhadap bahaya lingkungan pergaulan dan agar umat terhindar dari pengaruh kemaksiatan tersebut.
Seorang teman memberikan penga-ruh yang besar dalam kehidupan kita, janganlah ia menyebabkan kita menyesal pada hari kiamat nanti dikarenakan bujuk rayu dan pengaruhnya sehingga kita tergelincir dari jalan yang hak dan terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Renungkanlah baik-baik firman Allah berikut ini :“Dan ingatlah hari ketika orang-orang dzalim menggigit kedua tangannya seraya berkata :”Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besar bagiku! Kiranya dulu aku tidak mengambil si fulan sebagai teman akrabku. Sesung-guhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia” (QS. Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagaimana Allah menggam-barkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang fasik dan pelaku maksiat sebagai teman-temannya ketika di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penye-salan yang sudah tidak berguna lagi baginya, karena di akhirat adalah hari hisab bukan hari amal, sedang di dunia adalah hari amal bukan hari hisab.
Setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertang-gung jawabannya terhadap apa yang dipimpinnya dan orang tua adalah pe-mimpin terhadap istri dan anak-anaknya oleh karenanya hendaknya para orang tua, untuk memperhatikan lingkungan dan pergaulan istri dan anak-anaknya. Ingatlah bagaimana wasiat agung Lukman Al Hakim di dalam surat Luqman ayat 13-19 ketika mewasiatkan kepada anaknya diantaranya agar mengikuti dan menempuh jalan orang-orang yang kem-bali kepada Allah.


Merekalah para nabi, syuhada dan shalihin, merekalah uswah dan tauladan dalam segenap aspek kehidupan kita.
Jika kita berada pada suatu lingku-ngan yang jelek dan dikhawatirkan kita atau keluarga kita akan ikut terbawa oleh kejelekan tersebut maka hendaknya kita hijrah (pindah) dari tempat tersebut ke tempat lainnya, ke tempat yang lebih kondusif, di lingkungan orang-orang yang shalih, yang akan lebih mendekatkan kita dan keluarga kita kepada keridhaan Allah. Allah berfirman :“Sesungguhnya orang-orang yang di-wafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (Kepada mereka) malaikat bertanya :”Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab : “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negri” Para malaikat berkata : “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisaa’:97)
Di ayat ini Allah mengancam orang-orang yang tidak melakukan hijrah dari tempat yang jelek ke tempat yang baik dan aman, padahal mereka mempunyai kemampuan untuk melakukannya, de-ngan ancaman Neraka Jahannam –Wal I’yadzu billah-
Oleh karenanya hendaknya setiap kita menjadikan orang-orang shalih yang bermanhaj dan beraqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai teman akrab kita, merekalah sebaik-baik teman dan sebaik-baik persahabatan, adapun selain itu adalah persahabatan yang semu. Maha benar Allah yang menyebutkan dalam kitab-Nya:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa” (QS. Az Zukhruf:67)
Umar bin Khattab berkata :“Hendaklah engkau mencari teman-teman yang jujur, niscaya engkau akan hidup aman dalam lindungannya. Mereka merupakan hiasan pada saat gembira dan hiburan pada saat berduka. Letakkan urusan saudaramu pada tempat yang paling baik, hingga dia datang kepadamu untuk mengambil apa yang dititipkan kepadamu. Hindarilah musuhmu dan waspadailah temanmu kecuali orang yang bisa dipercaya. Tidak ada orang yang bisa dipercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. Janganlah engkau berteman dengan orang keji, karena engkau bisa belajar dari kefasikannya. Jangan engkau bocorkan rahasiamu kepadanya, dan mintalah pendapat da-lam masalahmu kepada orang-orang yang takut kepada Allah”
Seorang bijak menasehatkan tentang hakekat seorang teman:“Saudaraku, teman sejatimu adalah yang selalu mendorongmu untuk berbuat ke-bajikan dan mencegahmu dari berbuat kejelekan walaupun engkau jauh dan engkau tidak bergaul dengannya, dan musuh sejatimu adalah yang mendorong-mu berbuat kejelekan dan tidak mence-gahmu dari berbuat dosa walaupun ia dekat denganmu dan engkau selalu bergaul dengannya”



Semoga Allah selalu memberikan taufik kepada kita dan menyelamatkan kita dari kejelekan lingkungan dan per-gaulan serta menganugrahkan kepada kita lingkungan dan pergaulan yang mendorong kita untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Shalawat dan salam semoga senan-tiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah , keluarga dan shahabat-shahabat beliau.
http://www.facebook.com/notes/melati/persahabatn/157443764294007