Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 03 November 2010

Pengorbanan Cinta


Oleh Drs. H. Abdurrahman Arroisi
diketik oleh Irfan Hidayat

Dalam cahaya lampu remang-remang, bulu-bulu halus pun menggelinjang. Azizah gemetar, sungguh mengapa ia mau dibohongi untuk singgah di rumah kekasihnya, Martin. Tapi sungguh mati, ia tidak tahu orang tua Martin sedang berlibur di Jepang, sehingga rumah itu lenggang, hanya ditunggui seorang pembantu tua yang telah mendengkur di kamar belakang. Dan kini, yang ditakutkan Azizah telah membayang, ketika Martin dengan napas mendesah mendekatinya di sofa.
"Azizah, engkau mencintai aku bukan?" tanya sang kekasih. Matanya agak gelisah, ada kilatan nafsu di dalamnya.
Si gadis mengangguk dalam, seraya menghela napas,"Cintaku suci, Mas."
"Aku tahu. Untuk itu aku rela mengorbankan apa saja agar mendapatkanmu. Seribu langit boleh menindih diriku, tapi aku akan tetap menikahimu."
"Terima kasih, Mas."


"Aku ingin membuktikan, apakah engkau rela berkorban untukku," ucap Martin sambil nepasnya terdengar kian memburu.
"Apa maksudmu, Mas?"
"Ah, tidak apa-apa. Maksudku bagi kita yang akan menikah, sekarang atau kelak sama saja bukan?"
"Tentu. Sekarang aku mencintaimu, kelak juga aku mencintaimu," jawab Azizah. Ia berusaha tetap tenang.
"Nah, itulah yang kuharapkan. Aku ingin meminta buktinya darimu. Selama ini aku gelisah, benarkah yang kucintai ini masih belum dijamah lelaki lain?"
"Aku kurang paham, Mas."
"Begini, mumpung rumahku sedang sepi, aku ingin engkau menyerahkan sekaligus membuktikan kesucianmu."
Azizah terbelakak. Ia tahu apa yang diinginkan Martin. Dan ia amat tersinggung. Ia hendak marah. Ia hendak memberontak. Tapi ia sangat mencintai Martin. Maka dengan halus ia menjawab.
"Mas, untukmu apalagi sekedar mahkota kehormatanku, nyawa pun akan kukorbankan sebagai tanda cintaku kepadamu. Tapi engkau juga mencintai aku bukan? "
"Jangan kuatir, takkan ada orang lain lagi dalam hidupku."
"Dan engkau bersedia berkorban demi cintamu ?" desak Azizah.
"Seperti engkau juga, segala-galanya akan kukorbankan untuk membahagiakan hidupmu."
"Jika demikian tentramlah perasaanku."
"Maksudmu?"
"Kalau engkau menuntut begitu besar dariku,dan aku bersedia meluluskan permintaanmu, pasti engkau juga bersedia meluluskan permintaanku yng jauh lebih kecil."
"Apa permintaanmu?"
"Urungkan niatmu, korbankan hawa nafsumu, dan singkirkan rasa curiga kepadaku. Kalau nanti setelah resmi menjadi suami istri ternyata aku bukan perawan lagi, gebahlah aku dari kamar pengantin seperti seekor anjing buduk. Tapi sebelum itu, bebaskan aku dari ancaman dosa besar.

Ketahuilah Mas, diantara yang bakal membahagiakan hidupku selama-lamanya adalah jika aku hanya melepaskan dan menyerahkan kesucian serta kehormatanku kepada seorang suami yang dengan penuh iman mencintaiku, sehingga tidak membiarkan diriku ternoda sebelum ijab-qabul kita lakukan di depan penghulu."
Martin tersentak. Azizah terisak. Dan malam itu Setan menangis karena masih ada remaja yang shalihah di zaman bobrok ini.