- Menurut Scwbische Zeitung, April 1981, hal 4, mengatakan:
“Berbagai kebiasaan yang dilakukan
orang-orang dewasa ini dalam merayakan hari ulang tahun mereka, mempunyai
sejarah yang panjang. Asal-usulnya ialah dari alam gaib dan agama. Kebiasaan
memberikan ucapan selamat, memberikan hadiah dan merayakannya, lengkap dengan
lilin-lilin yang dinyalakan pada zaman purba, dimaksudkan untuk melindungi
orang yang berulang tahun dari hantu-hantu dan guna menjamin keselamatannya
untuk tahun mendatang."
- Menurut The Lore of Birthdays (New York, 1952), Ralph dan Adelin Linton, hal 8,18-10, mengatakan
“Orang-orang Yunani percaya bahwa
setiap orang mempunyai roh pelindung atau daemon yang hadir pada setiap
kelahirannya dan menjada dia selama hidupnya. Roh ini mempunyai hubungan mistik
dengan tuhan (dewa) yang hari kelahirannya sama dengan orang yang merayakan
hari ulang tahun itu. Orang-orang Romawi juga menganut gagasan ini. Gagasan ini
dibawa serta dalam kepercayaan dan dicerminkan sebagai malaikat pelindung, peri
yang menjadi wali ibu (godmother) dan santo pelindung.
Kebiasaan menyalakan lilin pada kue
dimulai oleh orang-orang Yunani. Kue-kue madu yang bulat seperti bulan dan
diterangi dengan lilin-lilin kecil ditaruh pada altar dari kuil ARTEMIS. Lilin
ulang tahun dalam kepercayaan rakyat, mengandung kegaiban istimewa yang dapat
mengabulkan permohonan. Lilin-lilin kecil yang dinyalakan dan api persembahan
mempunyai makna mistik yang istimewa sejak manusia pertama kali mendirikan
altar-altar untuk ilahnya (dewa-dewa).
Jadi lilin ulang tahun merupakan
suatu penghormatan kepada anak yang berulang tahun dan mendatangkan
keberuntungan. Ucapan selamat ulang tahun dan harapan semoga bahagia merupakan
bagian dari perayaan ini. Mula-mula gagasan ini berasal dari ilmu gaib. Ucapan
selamat ulang tahun mempunyai kuasa untuk kebaikan atau malapetaka karena
seseorang lebih dekat kepada dunia roh (jin, setan, dll, ) pada hari itu."
(oleh Kodiran Salim, Peneliti
Independen Lintas Kitab Suci)
HINDARI BID’AH Ikuti
Sunnah-Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman
(yang artinya);
"Katakanlah, jika kamu
benar-benar cinta kepada Allah, turutlah aku (Muhammad) pasti Allah mencintaimu
pula dan sekaligus mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
(QS. Ali'Imran [3]:31).
"Katakanlah: Taatilah Allah dan
Rasul. Jika mereka tidak mau mengindahkan ajakanmu ini, maka Allah tidak cinta
kepada orang-orang kafir."
(QS. Ali'Imran [3]:32).
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa
sallam bersabda,
(yang artinya);
"Tidak akan terjadi kiamat
sebelum umatku mengikuti tradisi umat-umat terdahulu. Sejengkal demi sejengkal,
sehasta demi sehasta. Apabila mereka masuk ke lubang biawak pun umatku akan
mengikuti juga."
Sahabat bertanya, "Yahudikah,
Nasranikah?"
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa
sallam menjawab:
“Siapa lagi!"
Dalam Hadits yang senada Sahabat
bertanya, "Romawikah, Persiakah?"
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa
sallam menjawab;
"Siapa lagi!"
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kalamullah [QS. Al-Mukmin [40]:14]
artinya:
"Pujalah Allah dengan Khidmat
dan setulus-tulusnya, meskipun orang-orang kafir merasa dongkol
karenanya."
%%% Hati-hatilah mengikuti
tradisi nenek moyang %%%
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman
(yang artinya)
"Dan bila dikatakan kepada
mereka, "Ikutilah peraturan-peraturan yang telah diturunkan Allah!,"
mereka menjawab: "Tidak! Kami hanya mau mengikuti apa-apa kebiasaan yang
telah kami dapati dari nenek moyang kami. "Apakah akan diikuti juga walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak pula mendapat
petunjuk Tuhan?."
[QS. Al-Baqarah [2] :170]
"Dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah!." Mereka
menjawab: "Tidak! Kami hanya akan mengikuti apa yang telah kami dapati
dari para nenek moyang kami! Apakah mereka akan mengikuti juga sekalipun nenek
moyang mereka itu dibawa terlibat oleh setan ke dalam siksa Api Neraka?."
(QS. Luqman [31]:21).
Kesimpulan QS Luqman [31] ayat 21 di
atas ialah:
'Apakah mereka tidak mempunyai
pandangan pikiran sendiri, dengan mana dia dapat mengetahui yang benar dan yang
salah? Seseorang harus mencari kebenaran bukan kebenaran mencari seseorang.
Wabillahi taufik walhidayah...