Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 03 November 2010

Arti mahar bagi seorang wanita


"Rosulullah  bersabda, “Nikah yg paling besar barokahnya itu adalah yg murah maharnya“. (HR Ahmad )
Anggaplah kamu sbagai pemeran utama di kisah berikut ini:
Rumah mu kdatangan tamu yg datang dari jauh. Tamu itu adalah teman lama mu dimasa kecil & dia adalah tamu yg sangat istimewa buat dirimu. Disaat asyik2 nya mengobrol dengan mu, tiba2 saja dia mengeluarkan benda unik dari saku kantongnya. Dia mengeluarkan HP limited edition tipe terbaru.
Kemudian dirimu bertanya, “Wah, keren tuh HP. Berapa harganya?”.
“Sangat mahal“, jawab tamu istimewa mu.


Brapa bayangan dalam pikiran mu stelah mendengar kata “Sangat Mahal“? Tentu tanpa batas bukan?
Okeh lanjut lagi..
Kmudian tamu istimewa mu berkata, “Kutitipkan benda ini kpadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sbaik-baiknya”. Kmudian tamu itupun berpamitan untuk pulang, kembali ke negeri asalnya.
Kamu pastinya akan sangat gugup mendengar ucapan dari teman mu  itu. Terbayang dalam pikiran mu, “andaikata benda ini rusak, bgaimana?”. Pastinya  kamu mrasa sangat bersalah dengan teman mu.
Dan hari yg ditakuti itupun tiba. HP titipan pemberian teman mu tiba-tiba saja rusak, layarnya error! kamu kalang kabut, kbingungan stengah mati. Ksana kmari mencari tempat servis terbaik berharap supaya HP milik teman kamu normal sperti sedia kala. Bahkan dirimu rela mengeluarkan uang ratusan juta sampai milyaran rupiah skedar tuk memperbaiki HP yg rusak tersebut. " kamu sangat BERTANGGUNG JAWAB atas benda yg dititipkan teman mu. & kamu tidak ingin mengecewakan teman mu. Sgala hal kamu lakukan, yg TERBAIK yg bisa kamu lakukan tanpa memikirkan btapa lelahnya dirimu.
Catatan: Kisah ini terinspirasi dari pengalaman saya pribadi. Dan saya sadar bahwa kisah ini adalah pendidikan terbaik untuk mengenal Arti  dari MAHAR.
Anggaplah HP sbagai wanita, tamu istimewa sbagai ayah dari si wanita & kamu sbagai diri kamu sendiri / pemilik rumah.
Sang ayah si gadis yg ber tahun2 mendidik anaknya dgan prasaan ikhlas datang kerumah mu dan berkata:
 “Baik, saya sudah ikhlaskan kamu menikah dengan anak saya”.
Kmudian dirimu bertanya, “Brapa harga anak bapak”. (Ini adalah contoh kalimat prumpamaan untuk menanyakan MAHAR)
Si bapak berkata, “Sangat mahal!“
(Smua orang tua pasti akan berkata dmikian, sebab tiada satupun orang tua yg akan merendahkan nilai anaknya dimata orang lain. Namun yg membedakan adalah apakah orang tua tersebut menyebutkan jumlahnya ataw kah tidak)
Bisa dirimu  bayangkan brapa banyak bayangan uang yg ada dibenak mu stelah mendengar kata “Mahal?“, tentu tanpa batas bukan?

Tapi, orang tua si gadis tidak mengatakan dengan pasti brapa jumlah MAHAR yg dinginkannya. Dia tlah mrelakan anaknya dinikahi oleh mu “TANPA MAHAR” ataw mahar seikhlasnya dari mu.
Kmudian ayah si gadis berpesan, “Kutitipkan anakku kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi anakku. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.
Bisa membayangkan bukan, betapa besarnya TANGGUNG JAWAB  mu?
HP yang rusak saja kamu rela mengeluarkan uang milyaran skedar untuk memperbaikinya. Lantas bagaimana jika Istri mu sakit? Bukankah kamu harus lebih bertanggung jawab lebih dari skedar mrawat Handphone?
Namun kbanyakan dari MANUSIA didunia ini justru salah kaprah memaknai arti dari “MAHAR”. Mreka berlomba-lomba menetapkan batasan mahar yg tinggi untuk anak gadisnya (yaitu mahar yg terlihat nominal jumlah dan ukurannya). Bahkan banyak juga yg menuntut profesi sperti dokter, pegawai, pilot, pengacara, anak orang kaya dsb..
Pilihan sperti itu sbenarnya bukan menaikkan harga diri dari seorang anak, tapi justru hanya akan merendahkan martabat dan harga diri anaknya. Kenapa saya berkata demikian? Karena MAHAR yg dibatasi hanyalah suatu etika perdagangan blaka. Ktika barang yg dibeli terbayarkan, slesailah sudah. Lantas apalagi yg akan diberikan sesudah itu?
Berikut contoh kisah sderhana perihal MAHAR yang ditentukan nominal dan ukurannya, yg mungkin pernah kamu alami.
Disuatu waktu datang seseorang teman kamu kerumah mu. Dia menawarkan HP limited edition tipe terbaru. Dan kemudian kamu bertanya, “berapa harganya?”.
Teman mu menjawab, “Mahal?”
Bayangan kamu pasti tidak akan bisa menentukan mahalnya harga dari HP tersebut.
Tapi kmudian teman mu melanjutkan, “harganya 100 juta, mau beli?”.
Dalam sketika, jatuhlah predikat mahal dimata mu. Berhubung kamu sangat kaya, dengan mudah kamu beli HP tersebut.
Dan disaat teman kamu berkata, “Kutitipkan benda ini kpadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik baiknya”.
Tapi dalam bnak mu berkata sperti ini, “Ah, ngapain diambil pusing, KAN SAYA SUDAH BAYAR MAHAL. Terserah saya dunk mau diapain benda ini!”

Selanjutnya mungkin kamu akan memamerkannya ke teman dan kerabat kalau dirimu memiliki HP yg sangat MAHAL! Tapi kamu sama skali TIDAK BERTANGGUNG JAWAB atas HP tersebut. kamu tidak merawatnya, bersikap masa bodo dan bahkan ktika HP tersebut tidak bermanfaat lagi,kamu mencari PENGGANTI BARU yg lebih mahal & efisien.
Bukankah itu menyakitkan?
 Dari Anas bahwa Aba Tholhah meminang Ummu Sulaim lalu Ummu Sulaim berkata,” Demi Alloh, lelaki spertimu tidak mungkin ditolak lamarannya, sayangnya kamu kafir sdangkan saya muslimah. Tidak halal bagiku untuk menikah denganmu. Tapi kalau kamu masuk Islam, keislamanmu bisa menjadi mahar untukku. Aku tidak akan menuntut lainnya”. Maka jadilah keislaman Abu Tholhah sbagai mahar dalam pernikahannya itu. (HR Nasa’ih ).
''Cinta sjati tidak memikirkan brapa banyak yg bisa didapatkan atau diberikan, karena cinta sejati slalu didasari dengan prasaan ikhlas. Bahkan terkadang, orang yg tulus mencintai slalu lupa dengan segala hal yg telah diberikan demi sbuah senyuman dan kbahagiaan orang yg dicintainya. 
http://www.facebook.com/pages/Bumi-Allah/Melati/155563401129024?v=wall