Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 03 November 2010

Motivasi Tips Ta'ruf yang Aman


Bismillaahirrahmaanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
===========================
Untuk Ikhwan Yang Hendak Ta’aruf sama Akhwat :
"Hati hati, Antum Sedang Berurusan Dengan Makhluk Ciptaan-Nya Yang Paling Perasa, Paling Sensitif, dan Paling Lembut Hatinya.. Jangan engkau Lukai Mereka !"


Prolog :
Izinkan saya bicara dari hati seorang wanita, yang mungkin bisa mewakili suara saudar-saudariku, para akhwat pada umumnya. Proses ’ta’aruf’ merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya, yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan. Memang tidak semua sukses sampe tahap itu. Sang Sutradaralah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka, mau sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan.
Saya ingin titip pesan pada para ikhwan yang sudah memutuskan hendak melontarkan perkataan ’ta’aruf’ pada seorang akhwat; Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik, matang-matang, dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan akhwat. Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang kadang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.
Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan.
Proses ’ta’aruf’ menuju pernikahan memerlukan sebuah rentang waktu tertentu. Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman rumah antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tdk berhak, karena belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati akhwat hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.

Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati mereka. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Mereka tak ingin mengkhianati calon suami mereka yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya tdk mau memakai label ‘ta’aruf untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai akhwat sebagai saudara antum. Akhwat bukan kelinci percobaan. Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat ’coba-coba’. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput mereka.
AKAN TETAPI SAUDARA DAN SAUDARIKU..INGATLAH BAIK-BAIK HAL INI..
Tatkala Akhwat di tolak ikhwan, buang jauh-jauh rasa kecewa,  harus siap menerima dengan keikhlasan, kesabaran, qana’ah, beriman dengan qadha Dan Qadharnya Allah..!!
Tatkala Ikhwan di tolak Akhwat, buang jauh-jauh rasa kecewa,  harus siap menerima dengan keikhlasan, kesabaran, qana’ah Dan beriman dengan qadha Dan Qadharnya Allah..!!
Kedua fenomena itu banyak terjadi Dan akan selalu terjadi, kita harus bijak menanggapi, kita harus cari ilmu yang mesti dipelajari.
Yang celaka Adalah hamba penampilan, hamba bangsawan, hamba dinar … Yang selamat Adalah hamba Allah yang mengutamakan Tauhid Dalam hidupnya.
INTI BAHASAN:
 Taaruf secara harfiah diartikan sebagai perkenalan. Taaruf yang akan saya obrolkan dalam tulisan ini adalah perkenalan menuju pernikahan. Perkenalan sebagaimana perkenalan dalam pertemanan adalah sebuah pembukaan dalam berteman. Pembukaan berarti belum melakukan berteman. Jadi kalo selama taaruf sudah mencicipi apa yang ada dalam pernikahan berarti sudah bukan masuk kategori taaruf lagi.




Metode taaruf secara islami yang saya pahami yaitu mencari tahu kepribadian calon pasangan dengan memasang detektif-detektif untuk mengorek informasi dari orang-orang terdekatnya. Dari cerita beberapa keluarga yang sukses dengan metode ini mengaku metode tersebut lebih efektif daripada mengorek langsung pada orangnya karena:
1. perasaan cinta seringkali muncul terlalu awal meski sudah menyadari bahwa dia bukan orang yang tepat untuknya sehingga mekso untuk tetap memilih dia
2. sulit sekali bagi orang lain untuk melalukan pengakuan dosa (aib) saat ini di depan orang lain, kecuali mengakui dosa yang lalu-lalu.
Dulu seorang teman yang ingin menggunakan metode taaruf, jadi bingung daftar pertanyaan apa yang harus saya titipkan kepada detektif saya agar pertanyaan tersebut mengena dan mewakili seluruh informasi yang seharusnya saya peroleh.
Buat priotitas dulu, yaitu hal prinsip apa yang diinginkan? dan hal apa yang tidak disenangi? Contoh yang prinsip, biasanya cuma sedikit misal 3 buah: agama, akhlak, pemikiran. Hal yang tidak disenangi: buruk rupa, pemboros, penggosip, perokok.
<span>Berikut Contoh Membuat Daftar Pertanyaannya (tentunya dengan mengaca pada diri sendiri dahulu): </span>
1. Agama:
Kalo ingin yang ahli ibadah “Adakah amalan sunnah yang sudah jadi kebiasaan?”, karena mereka yang mampu merawat amalan sunnah, sudah hampir dipastikan amalan wajibnya tidak terbengkalai.
2. Akhlak:
Detektif saya dulu yang kreatif memberi saran pertanyaan “Bagaimana perhatiannya dengan keluarganya?”. Ini pertanyaan bagus menurut saya, karena dia yang sangat perhatian dengan keluarga sudah barang tentu besoknya keluarga akan jadi perhatian utama.
“Apakah emosinya stabil?”. .,Ini juga masukan dari salah seorang adek kelas. Kalo 'emotional stablenya' bagus dia sudah mulai masuk area kedewasaan yang matang.
3. Pemikiran:
Menyatukan visi itu sangat penting sehingga tau mau dibawa kemana keluarga ini? Atau pendidikan semacam apa yang diberikan kepada anak. Visi bisa ditanyakan langung kpd yg bersangkutan, “apa visimu wahai calon teman setiaku?”.


Untuk ngecek dia ngegombal atau gak, cek melalui detektif lewat pertanyaan, “Bahasan apa yang sering diperbincangkan? Agama? Pendidikan? Sepak Bola?”. Kalo pengen yang sama-sama berjuang dalam berdakwah pilih yang mengutamakan bahasan agama. Tambahan, kalo pengen yang cerdas selidiki sekritis apa dia menilai sesuatu.
4. Buruk rupa:
Kalo ini… foto tidak menjamin sama dengan kualitas fisiknya. Baiknya ketemu langsung atau kalo cari aman (dari penyakit hati), lihat dari kejauhan bagaimana sebenarnya fisiknya. Kalo anaknya berjilbab gak mungkin donk minta dibuka gitu, tanya ke temen deketnya apakah ada yang minus? misal ada yang tidak normal atau punya penyakit kulit? dll..
5. Pemboros:
“Bagaimana model belanjanya? Membeli tanpa pikir panjang? Sering ngutang?”
6. Penggosip:
Pancing orangnya dengan membeberkan atau menanyakan salah satu kejelekan orang . Kalo dia tidak berminat ngomongin soal itu...oohh aman, dia tidak termasuk org yg suka membicarakan aib orang.
7. Perokok:
“Berapa batang rokok yang dihabiskan setiap hari? Tipe social smoker atau 'sak karepe dewe smoker'..?”
Mulai centang dan uncentang jawaban, yang prinsip wajib terpenuhi semua, kalo gak ntar bisa stress lho. Yang tidak disenangi masih bisa ditoleransi jika ada 1 atau 2 tidak sesuai maunya kita, kita bisa bersabar untuk membentuk dia dikemudian hari. Karena mau yang 100% sesuai kemauan susah sahabatku.
Yang perlu digarisbawahi jangan berharap yang muluk-muluk jika kamu atau calon teman setiamu tidak memenuhi salah satu kriteriamu lalu berikrar:  “Saya saat ini memang masih…... Tapi saya akan mencoba dari sekarang dan besok untuk tidak begini lagi”. Mungkin niatnya terlaksana untuk 1-2 bulan setelah menikah, tapi setelah itu kembali lagi ke asal. Karena kebiasaan baik itu dipupuk selama paling tidak 2 tahun.
Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, para ikhwan, calon qowwam kami dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi penyeru dan pembela agama ALLAH. Akhirnya saya minta maaf, afwan jiddan bila dalam pesan ini ada hal-hal yg kurang akhsan..


Yang paling utama adalah memohon jawaban kpd Allah lewat sholat istikharah berkali-kali. Sebelum ijab qabul baiknya niat ingsun, “Ya Rabb inilah orang terbaik yang Engkau pilihkan untukku. Jika kelak ada yang tidak puas aku tidak akan mengungkit-ngungkit masa taarufku dahulu.”.
Mungkin ada yang ingin menambahkan bagaimana sebaiknya model pertanyaan taaruf? Atau ada yang kontra? Sumonggo di feedback..kami menerima sharing apapun disini.
Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Wassalam..
Oleh Renungan dan Motivasi : Ifta Istiany Notes