Wanita memang diciptakan Allah dengan banyak
keindahan. Semua yang dimilikinya adalah indah dan menarik. Karena itu wajar
jika Allah mewajibkannya menjaga hijab, tidak hanya dalam berpakaian tetapi
juga dalam pergaulan.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman,
‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya.
Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya…” (QS. An-Nur: 31)
“… Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit di dalam hatinya…” (Q.S. Al Ahzab: 32)
Wanita dianugerahi Allah dengan sifat
kelembutan, meskipun tidak semua wanita itu feminin, (ada pula yang macho J)
tapi paling tidak mereka pada dasarnya punya sifat lemah lembut. Suaranya pun
lebih merdu daripada pria, meskipun ada di antaranya yang bersuara bariton .
Karena itu akhwat perlu berhati-hati dalam bersikap dan berbicara supaya tidak
menimbulkan fitnah dan penyakit hati bagi yang mendengarnya.
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap
sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit
manja.
“Gimana kabarnya akhii.., sudah sembuh belum?
jangan lupa minum obat ya… ” SMS dari
seorang akhwat ke ikhwan mitra rohisnya
”Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah,
otre deh ”, SMS akhwat di inbox hpnya ikhwan
“Duh, gimana ya…., ane bingung nih, banyak
masalah begini … dan begitu, akh….” curhat seorang akhwat kepada seorang ikhwan
”Syukron ya akhii udah dimiscal buat tahajud”
Glek!!..????
Itu hanya sidikit contoh aja dimana sang
akhwat yang tidak tegas atau bahkan bernada manja ketika berbicara kepada
ikhwan. Ndak tahu tuh gimana perasaan sang ikhwan kalo mendengar akhwat
berbicara seperti itu padanya.
Loh koq akhwat aja yang disalahin? Sabar..
Jangan salah, ikhwan juga harus jaga hijab
lho…
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……”
(QS. An-Nur: 31)
Ternyata banyak kasus yang lain dimana sang
ikhwan justru yang tidak menjaga hijab dan kadang memancing untuk bercanda dan
beakrab ria. SMS atau telpon tidak penting, telpon berlama-lama, bercanda haha
hihi, curhat-curhatan, dsb. Atau mungkin tebar pesona, memberi perhatian atau
pujian berlebihan kepada si akhwat sehingga si akhwat jadi keGRan.
”Ukhti, jazzakillah ya, ukhti baik sekali
dech” ucap seorang ikhwan kepada seorang akhwat
”Dek, apa kabar, lagi ngapain ?” tegur seorang
ikhwan kepada akhwat (negurnya tiap hari)
”Ukh, ana boleh curhat ga, soalnya anti enak
banget diajak curhat, boleh ya” telepon seorang ikhwan ke temen akhwatnya
Meskipun sudah sering beraktivitas bersama,
namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan
diri dengan bebasnya. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan
hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi
da’wah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah.
Karena itu kalau sedang diskusi, syuro, rapat, atau dalam pembicaraan lainnya
hendaknya tetep dijaga hijabnya. Saling mengingatkan jika arah pembicaraan
menjadi ga penting atau keluar dari agenda atau bahkan menjurus pada
kemaksiatan. Misalnya mengingatkan jika dalam pembicaraan itu banyak bercanda.
Meskipun ada banyak orang dalam sebuah forum, kalau disitu ada ikhwan akhwat,
bercanda bisa menjadi sarana syaitan menggoda hati. Kalau ada yang mengingatkan
supaya tidak banyak bercanda masak dianggap galak?? Bukankah banyak beranda itu
mematikan hati dan kewajiban sebagai sesama muslim adalah saling mengingatkan?
Bagi kamu para akhwat, jagalah kata-katamu jangan
sampai mendayu-dayu. Pilih kata-kata yang tepat dan berusaha tegas dalam
berbicara. Tegas maksudnya disini tidak ’dilembekkan’, tidak bernada manja.
Bukan galak lho!! (meskipun mungkin ada yang bilang galak J) Proporsionallah,
bicara yang penting-penting, bukankah interaksi antara laki-laki dan perempuan
salah satu syaratnya adalah ada keseriusan agenda/kepentingan? Jadi kalo
niatnya mau telpon urusan agenda dakwah ya jangan trus berlanjut dengan
curhat-curhatan gitu. Kadang karena si ikhwan yang telpon ga peka si akhwat
dengan tegasnya langsung nyekak ”Afwan pak, sudah malam, ada hal lain yang
urgent yang perlu disampaikan?” Atau ketika ada ikhwan yang telepon atau
menegur hanya sekedar kabar kabari ga ada hal yang penting, salahkah akhwat
jika mengatakan ”Afwan, ada yang bisa saya bantu? Kalau ga ada saya lagi ada
keperluan”
Untuk menjaga hijab, biasanya para akhwat
memanggil para ikhwan dengan panggilan ’Pak’ tidak peduli berapapun usia para
ikhwan itu. Para akhwat biasanya merasa lebih save menggunakan panggilan ’Pak’
daripada ’akhi’ atau ’mas’, biar bisa menjaga hati di kedua belah pihak.
Meskipun kadang ada ikhwan-ikhwan yang ga suka dipanggil dengan panggilan ’Pak’
karena mereka merasa belum tua, akhirnya balas memanggil akhwatnya dengan
panggilan ’Bu’ J . Biasanya para akhwat
akan merasa risih untuk dipanggil ’dek’ oleh ikhwan yang bukan apa-apanya
karena khawatir bisa menimbulkan penyakit hati akibat keakraban itu, namanya
syaitan pasti akan senantiasa menggoda manusia.
Pernah kejadian, di akhir sebuah syuro seorang
ikhwan menegur para akhwat yang hadir disitu dengan secarik kertas.
”Afwan ukhti, lain kali, tolong akhwatnya
kalau bercanda jangan keras-keras sampai terdengar di ikhwannya”
Itu hanya sekedar contoh saja usaha para
ikhwan dan akhwat dalam menjaga adab pergaulan mereka, menjaga hijab di antara
mereka. Tapi kadang ada yang salah paham menganggapnya telalu keras atau galak.
Masing-masing orang mungkin punya cara sendiri-sendiri, yang penting bagaimana
bisa menjaga hati kedua belah pihak. Mungkin bisa jadi kita bisa menjaga hati
kita, tapi hati orang lain siapa yang
tahu.
Wallahu
a’lam bishowab
Sumber: