Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 08 Desember 2010

Berapa Point Tampang Kita ( ? )


Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
===========================
“ Dindaaaaaa…banguuuun…”,,lengkingan Ibu terdengar sayup-sayup di telingaku. Ada apa sih? Orang masih mengantuk kok dibangunkan segala?
“ Iya..”, kujawab lengkingan Ibu dengan lemah. Huaaa..susahnya mata ini untuk terbuka,,berat sekali rasanya. Gara-gara begadang semalaman kali ya,makanya sehabis sholat subuh tadi aku sengaja membaringkan tubuhku lagi., di dalam tidurku masih sempat diriku berpikir.
Semenit...Dua menit..Tiga menit...
” Dindaaaaa....banguuuun...”, terdengar lagi lengkingan Ibuku, dirinya sadar, anaknya masih terbuai di alam mimpi.
”Huah..Iyaaaa..”, suaraku terdengar lebih kencang, tetapi mataku tetap terkatup.
Malasnya bangun pagi-pagi, kalau bukan karena hari ini kuliah pagi diriku pasti sudah melanjutkan mimpi dari tadi. Dengan mata masih tertutup aku duduk di atas kasur, meregangkan tangan dan kaki, lalu melangkah gontai keluar kamar.
Byuurrr...sayup-sayup terdengar suara air yang berasal dari kamar mandi. Berarti adikku masih mandi. Sambil menunggu, diriku merebahkan diri diatas sofa, ikut menonton acara yang sedang ditonton Ibuku.  Sebuah acara ceramah pagi di MNC.TV.
Topik yang dibahas di acara tersebut cukup menarik, tentang “Kriteria mencari Pasangan Hidup”. Mataku terpaku pada acara tersebut, padahal masih diserang kantuk yang luar biasa.
Aku terus menatap ke ‘benda kotak’ yang bersuara itu, mendengarkan dengan serius kandungan yang terdapat pada acara tersebut. Tiba-tiba, salah satu yang berceramah mengeluarkan sebuah kalimat yang cukup membuat hatiku tersambar...
" Kalo nyari suami, harus liat dulu kitanya bagaimana, kalo mau dapet suami yang shaleh, kitanya juga harus shalihah, kalo mau dapet suami yang tampan, kitanya juga kudu bisa mengimbangi, Jangan kalo kita sendiri tampangnya point 6,2 masa mau dapet suami yang tampangnya point 9..? ya gak bakalan dapet, seenggaknya nyari yang point 6 kek...”
Jegerrrrrr..!! Sakit...mendengarnya hatiku sungguh sakit, sungguh keterlaluan sekali yang berceramah, dengan kesal aku beranjak dari sofa dan bersegera menuju kamar mandi.
"Apa maksudnya ia berkata seperti itu..? Point 6,2..?


 Mengapa tampang manusia dinilai-nilai begitu? sungguh keterlaluan..! Hanya Allah yang boleh menilai manusia. Kalau soal keimanan atau ilmu agama sih aku memang bisa menerima, toh Allah juga berfirman demikian dalam Al-Quran, tapi mengapa tampang? Sungguh menyakitkan kata-katanya itu.. itu hanya akan melemahkan mental orang!" Diriku mengomel sendiri dalam hati.
Diriku berkaca di depan cermin, dan berpikir...
Bagi penceramah itu tampangku ini akan dinilainya berapa? Bisa saja dia memberikan nilai 5. Tapi memangnya siapa dia? Merasa hebat bisa menilai tampang manusia, Allah kan sudah menciptakan bentuk manusia dengan sebaik-baiknya, dan dengan gampangnya dia menilai-nilai, berasa dirinya baik apa?
 Tidakkah ia tahu bahwa Allah telah berfirman : “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)
Nah, apakah ia akan mengingkari firman Allah ini..? kalau dia menilai tampang manusia dengan memberi point2 tertentu dengan angka seperti itu, maka semua tampang manusia seharusnya pointnya adalah nilai tertinggi yg ada yaitu 10 atau 100 karena Allah yg menciptakan manusia. Sungguh, amat sangat mudah bagi Allah menciptakan seluruh manusia di dunia ini dengan wajah yang cantik atau tampan semua. Tapi dengan begitu, kita jadi sama. Tak ada pembeda antara manusia yg satu dgn yang lain. Satu-satunya pembeda antara manusia hanyalah ketakwaannya kepada Allah.
Sungguh kesal hati ini, kesal, teramat kesal. Juga menyesal. Mengapa aku harus mendengarkan ceramah itu. Bodohnya!
Kecemasan menyergapku. Melilitku dan memaksa diriku untuk berlutut padaNya.
"Tampangku ini biasa saja, apa akan ada yang mau denganku..?" Kataku dalam hati.
Pertanyaan itu terngiang-ngiang bersahut-sahutan didalam hati. Bergaung menggetarkan nurani. Membuatku terus cemas, dibalut ketakutan.
*******--------------******
Keesokkan harinya, diriku pergi keluar kota bersama keluargaku. Menuju rumah nenek, Ibu dari ayahku.
Selama berada di kota itu, diriku banyak melihat banyak pasangan muda bertebaran di setiap sudut kota itu. Maklum, kota besar. Diriku mencocokkan pendapat si penceramah itu dengan kenyataan yang kulihat sekarang.


Ah, pendapat si penceramah itu tidak sepenuhnya benar, banyak pasangan yang terlihat amat kontras. Tapi dimataku mereka semua tampak sama, manusia memang sama, tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Diriku merasa mulai tenang. Toh jodoh ditangan Allah, pikirku optimis.
Sebelum pulang, nenekku berkata lembut sambil tersenyum...
”Cucu nenek sudah besar ya, nenek baru sadar kalo nenek punya cucu secantik ini...”
Sontak semuanya yang sedang berkumpul tertawa, Ayah langsung menyahut bangga..
”Iya dong! Bener kan ya Nek, Dinda tuh emang cantik..”, nyengir Ayah terlihat lebar dari sudut mataku. Aku tersenyum nunduk dan malu.. kata hatiku: akhirnya ada juga yg mengatakan aku cantik..*Perempuan, dimana-mana selalu teranjung jika dipuji*.
Buk! Tinjuan melayang di punggung ayahku. Memang sudah biasa seperti itu, aku dan ayahku akrab selayaknya teman. Diriku paling kesal dipuji begitu, apalagi oleh ayah, makanya diriku melayangkan tinjuan itu tanpa ampun.
“Yeee dipuji kok gak mau!”, Ayah menggoda.
“Cieee..yang udah cantik mah beda..”, Adikku ikut membuatku panas.
“Iiiih..naon!! geleuuuuh...”, aku berteriak kesal.
 Ya, setidaknya mereka berkata seperti itu karena mereka keluargaku, tidak mungkin mereka berkata “Kamu jelek!”, walaupun memang begitulah kenyataannya.
*********------------*********
Setiap bertemu akhwat berjilbab, diriku selalu berucap dalam hati..
“Subhanallah..cantiknya..”
Diriku selalu minder bila bertemu akhwat berjilbab. Ya, apalagi yang memang bisa dibilang cantik.
Aku bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan mereka itu. Keimanan dan penampilan jelas kontras terlihat. Tak jarang mata ini berkaca jika mengingat ucapan penceramah itu.
“Kalo mau dapat suami yang tampan, kita juga harus bisa mengimbangi. Kalo tampang kita point 6,2 jangan mencari yg tampang point 9..”


Aah,,siapa pula yang meminta untuk dilahirkan dengan fisik yang buruk, tidak ada, fisik yang Allah berikan sekarang ini sudah sebaik-baiknya, bukan keinginan kita. Wajah kita yg sudah diciptakan Allah ini sudah sangat baik dan sempurna, tinggal kita bisa mensyukuri atau tidak. Wajah yg tampan adalah anugrah, wajah yg cantik juga anugrah. Tapi keduanya juga merupakan ujian. Kalu si empunya wajah tidak bisa mensyukuri maka wajah tampan dan cantiknya hanya akan menjadi fitnah.
Lupakan ucapan orang itu..! Lupakan...!
Masih berkecamuk hati ini.
Bisakah ikhlas menerima?
Hmm..kalo dipikir2 tega juga ya tuh yang ceramah bilang begitu,,bikin kita2 yang bertampang biasa jadi cemas ajeh..huuuu...
Tenang ajalah..masalah jodoh mah in Allah’s Hand..hha..maksudnya ditangan Allah...apa hak kita menentukan kalo yang tampan cocok ama yang cantik, begitupun sebaliknya?
Lagian tenang ajaaaaaaa,, masalah jodoh dah Allah tetapkan jauh sebelum kita lahir,,jadi tinggal tunggu tanggal maennya ajeh! :)
Tak ada yang mustahil di dunia ini..
Jika kita beriman..dan bertakwa...
(Raihan-Ashabul Kahfi)
Pesen icha cuma satu:
Siapapun kamu, baik yg merasa punya tampang pas-pasan atau cakep, punya point 5 atau 9. Semua itu gak penting. Yang penting adalah hati dan ketakwaan kita.
Cakep atau pas-pasan tak  menjamin kamu akan diridhoi..karena seseorang masuk surga bukan karena keindahan rupa...
Cakep atau pas-pasan tak akan bisa menjadi pembela saat engkau dihadapkan pada pengadilan Yang Maha Adil.. Ketampanan atau Kecantikan tidak akan pernah bisa menjadi pemberat amal-amalmu di mizan. Tak juga bisa meringankan azab yang ditimpakan di hari kemudian..
So,,smile...keep spirit...Don’t worry be happy....


^__^
Barakallahufikum..jabat erat dan salam hangat
Wassalamualaikum


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivasi-berapa-point-tampang-kita-/176273505734638